Makalah Kelompok 7
Disusun Oleh:
Sela Prihanjani
2011230025
2011230063
Redita Adenisty
2011230006
2011230090
Wesley J. J.
2010230055
2014
BAB I
PENDAHULUAN
individualistic,
dan
less
self-interested. Akibatnya
1999
Tabel 1.
Perdagangan Luar Negeri Jepang dan Taiwan (Milyan Yen)
Tahun
Ekspor
Impor
1997
3335,2
1510,9
1998
3340,4
1336,3
Januari
228,4
100,7
April
Juli
November
257,2
281,7
283,4
122,6
129,7
140,9
Port Arthur
Dairen
Weihaiwei
Taiwan
Kepulauan Pescadores
Penguasaan wilayah-wilayah ini diakui sebagai salah satu keberhasilan
Atas kemenangannya dari Cina pada tahun 1895 maka berdasarkan perjanjian
Shimoseki, Taiwan dan Pascadores diserahkan kepada Jepang secara resmi menjadi
negara sentral dan dimulailah proses dimana Taiwansebagai negara pinggiran
mengalami fase ketergantungan teknologi industri yang ditandai dengan dibukanya
akses pasar dengan dunia luar yang sebelumnya sangat tertutup.
Diberlakukannya supremasi hukum, standarisasi sistem moneter, memperbaiki
tingkat kesehatan umum, perbaikan sistem pendidikan, pembangunan sarana fisik,
seperti: pembangunan jalan kereta api, pembangunan generator pembangkit tenaga
listrik yang telah menjadikan Taiwansebagai satu-satunya negara selain Jepang
sebagai negara sentral yang memiliki pembangkit listrik, serta meningkatkan
produktivitas produk pertanian seperti gula dan beras sebesar 75%.
BAB II
PEMBAHASAN
termasuk industri baja, perlengkapan militer dan bahkan sektor industri permobilan
(yang masih berlangsung sampai pada dasawarsa 1980-an). Akhirnya industri-industri
yang mempergunakan teknologi tinggi juga ikut dipindahkan, misalnya sektor industri
elektronik, komunikasi, komputer, silicon chip, microprocessor, dan produk-produk
serba canggih lainnya.
2.2. Jepang sebagai Negara Sentral dengan Taiwan sebagai Negara Pinggiran
Dalam perjalanan Jepang melakukan misi kolonialisme ke kawasan Asia Timur
dengan menduduki Taiwan dan Korea Selatan guna memenuhi kebutuhan industri
dasar dan sekunder dari proses industrialisasinya sehingga menjadi negara maju yang
mengglobal dengan berbagai produk nasionalnya sehingga disebut sebagai negara
sentral. Sedangkan Taiwan dan Korea Selatan diperlakukan sebagai negara yang
dieksploitasi untuk memasok kebutuhan industrialisasi Jepang atau disebut dengan
negara pinggiran. Karena hubungan antara negara sentral dan negara pinggiran itulah
maka Taiwan dan Korea Selatan pun banyak terinspirasi meniru Jepang dalam
melakukan model pembangunan ekonominya. Walaupun tidak jarang pula karena sifat
sentimen sebagai negara-negara terjajah menolak akan warisan konsep dan budi baik
Jepang sebagai penjajah, akan tetapi fenomena yang harus diakui bersama adalah
Taiwan telah berhasil sejajar dengan negara sentralnya di Asia Timur dengan
kapitalisasi ekonomi dan rangkaian produk hasil industrinya yang sejajar dengan
negara sentralnya. Selain itu sebuah bangsa pinggiran juga memerlukan interpendensi
dengan tatanan institusi internasional (sekali pun dengan sentral) seperti: pemilihan
kebijakan yang memihak kepentingan negara, peran institusi dan motif politik dari
kepemimpinan yang kuat, dan kriteria tersebut kemudian dioperasionalkan oleh Taiwan
itu sendiri.
Taiwan memilih menerapkan pola perubahan struktur industrinya diberbagai
bidang, dalam peningkata industri bidang pertanian melalui konsep Three Pin dari
mulai peningkatan kualitas produk, memperkuat merek produk agro bisnis, setelah
memiliki kecukupan dalam ketahanan pangan maka strategi selanjutnya terkonsentrasi
kepada industri yang berkelanjutan yang berorientasi pada ekspor , melalui
peningkatan produksi bahan baku termasuk tranformasi ke industri teknologi padat
modal sepeti industri tekstil, petro kimia, teknologi informasi, permesinan hingga alat
elektronik.
pengolahan pertanian secara ilmiah dan komersial, sehingga pendapatan para petani
Taiwan pada masa penjajahan ini bahkan lebih besar dari pada jumlah pendapatan
para petani Jepang sendiri. Unsur penting lainnya yang diwariskan Jepang adalah
sitem otoriter pemerintahan dalam mengatur perekonomian yang tentu saja
memudahlam pemerintah Kuomintang untuk meneruskan pengaturan ekonomi dan
administrasi di wilayah tersebut.
untuk
bekerja
sama
dengan
institusi
internasional
untuk
Program
strategi
pembangunan
ekonomi
Taiwan
yang
fundamental
berlangsung sejak tahun 1952 hingga tahun 1999, periode ini merupakan masa
peralihan dari masyarakat yang berbasis agrikultur (meliputi persawahan, pertenakan,
perikanan dan kehutanan) menjadi masyarakat yang berbasis industri. Perencanaan
program strategi pembangunan ini dapat dibagi menjadi tiga fase dimana setiap
fasenya pemerintah memformulasikan perencanaan ekonomi dan politik yang
disesuaikan dengan kebutuhan domestik dan internsional bagi kesejahteraan
rakyatnya.
wilayah.
Dideklarasikannya pelaksanaan empat tahun pertama pelaksanaan Economic
Development Plan: fokus kepada rekonstruksi pertanian dan peningkatan
produksi beras, pupuk dan hydro elektronik power (1953-1956).
(Fase II : 1963 1980): masa peralihan dari gas agribisnis menjadi industridan jasa
padat modal dan investasi, meliputi:
a. Dideklarasikannya 10 proyek utama bidang infrastruktur meliputi: 6 infrastruktur
bidang transport, 3 infrastruktur bidang industri dan 1 infrastruktur bidang
Power Site.
b. Set uo (TRI: Industrial Technology Research Institute) 1974
c. Set up Scientific Technologi Development Project (1979)
Berikut ini adalah uraian lengkap dari rencana pembangunan dan sebagai acuan
pembangunan:
1. 1953 1956: The First Four- years Economic Development Plan:
Konsentrasi kepada: rekonstruksi dan peningkatan produksi beras, pupuk,
Hydro Elektronok Power
2. 1957 1960: The Second Four-Years Economic Development Plan:
Konsentrasi kepada: subtitusi import, industri dan agrikultur meningkat secra
significant sehingga menyumbang kenaikan ekonomi
3. 1961-1964: pemberian instensif pada industri ekspor, peningkatan kualitas
pelayanan
dasar,
pengembangan
energi,
kontribusi
industri
kepada
dengan
kelompok-kelompok
elit
sebagai
penguasa
wilayah
III.
mengungsi ke Taiwan yang pada saat itu bersamaan dengan pecahnya perang Korea
pada 1950. Mao pada saat itu tetap
berkat bantuan militer dan ekonomi dari AS, Chiang Kai Shek langsung membuat gran
desain pembangunan ekonomi serta Land Reform yang kemudian dikelan dengan The
Global Village.
Pembangunan yang terjadi di Taiwan dilakukan dengan memodernisasi industri
pertanian sebagai dasar menuju masyarakat industri kecil menengah (SME,s: small
and medium sized enterprises) untuk mejadi kekuatan dominan sehingga terciptanya
oenguatan ekonomi yang nyata, yang dapat membuat rakyat mampu bersaing dengan
dunia internasional. Keberhasilan konsep dasar pembangunan di Taiwan meliputi
faktor-faktor berikut:
a)
b)
c)
d)
sosok Jepang yang lebih dulu mengalami kemajuan didalam formasi angsa terbang,
kesuksesan Jepang demikian berdampak bagi Taiwan sebagai negara kolonimya.
Jepang mengajarkan betul kepada Taiwan sebagai negara koloninya yang mampu
membuat produk yang dapat memasok kebutuhan Jepang. Pada akhirnya produk
Taiwan bukanlah kompetitor bagi Jepang, tetapi komplemen bagi Jepang. Strategi
industrialisasi ini cukup sukses dijalakan, sehingga faktor industri kecil dan menengah
yang ada di Taiwan terdorong utnuk lebih maju lagi baik dari segi kualitas produk dan
investasi yang dimilikinya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Adanya nilai-nilai paham Konfusianisme yang cenderung bersifat less
adversarial, less
individualistic,
dan
less
masyarakat Jepang diyakini sebagai salah satu cikal bakal faktor mendasar dibalik
kemajuan Jepang saat ini hingga bisa menjadi negara yang mewakili Asia yang bisa
disejajarkan bangsa Barat. Pengaruh masa penjajahan Jepang di Taiwan terhadap
proses industrialisasinya sangatlah besar. Model Development State Jepang yang
telah memberikan pengaruh besar terhadap negara-negara pinggiran merupakan
usaha-usaha integrasi ekonomi Jepang terhadap wilayah-wilayah jajahannya yang
memang dilancarkan secara intens dan serius.
Taiwan memilih model negara pembangunan ini sebagai solusi untuk
mengatasi aneka masalah keterbelakangan dan ketergantungannya pada pihak-pihak
luar. Taiwan pun banyak terinspirasi meniru Jepang dalam melakukan model
pembangunan ekonominya. Hal ini membawa dampak positif berupa perbaikan sarana
dan fasilitas infrastruktur di Taiwan.
dampak yang positif, satu manfaat penting dari pengalaman Taiwan didalam masa
kolonialisme Jepang adalah aneka proses dan kegiatan yang kemudian hari
mempercepat serta memudahkan keterlibatan mereka dalam usaha industrialisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Dickson, Anna K, 1995, Development and International Relations, Cambridge: Politiy
Press.
Fx, Sutopo. 2009. China Sejarah Singkat. Jogjakarta: Garasi.
Gilpin, Robert, Jean M., 2001. Global Political Economy Understanding the
International Economic Order. New Jersey: Princeton University Press Government
Information Office, 2006, Taiwan at a Glance 2005-2006.
Hadi, Syamsul. 2005. Strategi Pembangunan Mahatir dan Soeharto: Politik
Industrialisasi dan Modal Jepang di Malaysia dan Indonesia. Jakarta: Pelangi Cendikia.
Hughes, Helen, 1992. Keberhasilan Industrialisasi di Asia Timur. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Lim Hua Sing. 2008. Japan & China in East Asean Integration. Singapore: Institute of
Southeast Asian Studies, hal.197-198
Munandar, Haris.1995. Ekonomi-Politik di Asia Pasifik. Jakarta: Erlangga.
Rudy, T. May. 2003. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah
Global; Isu, Konsep, Teori dan Paradigma. Bandung: PT. Refika Aditama
Supriyadi, Ucup. 2008. Tesis. Fenomena Keberhasilan Pembangunsn Korea Selatan
dan Taiwan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Taiwan Government Informsyion Office. 2003. Taiwan Engine of Economic Growth.
Taiwan: Brosur.
Referensi:
Calder, K & Ye, Min. 2010. The Making of North East Asia, Ch. 10, pp. 225-250.
Stanford: Stanford University Press.
Christensen, Thomas J. 2003. China, the US-Japan Alliance, and the Security
Dilemma in East Asia, pp. 25-56 in G John Ikenberry & M Mastanduno (eds),
International Relations Theory and the Asia Pacific. New York: Columbia University
Press.
Dosch, Jorn. 2004. The United States in the Asia Pacific, pp. 17-34 in Michael K
Connors, Remy Davidson, Jorn Dosch (eds), The New Global Politics of the AsiaPacific.
Kwon, Keedon. 2007. Economic Development in East Asia and a Critique of the PostConfucian Thesis. Theory and Society. Vol. 36, no. 1, pp. 55-83.
Ravenhill, John. 2008. East Asian Regionalism: Much Ado about Nothing?. Working
paper (Australian National University, Department of International Relations, Research
School of Pacific and Asian Studies : Online); 2008/3, hal. 1-41.
Situs Online (Website):
http://www.isop.ucla.edu/eas/documents/1895shimonoseki-treaty.htm
http://geography.about.com/library/cia/blctaiwan.html
http://www.infoplease.com/atlas/country/taiwan.html
http://www.infoplease.com/country/profiles/taiwan.html