DI INDONESIA
Disusun Oleh :
Andiktya Wahyu Yudo Pamungkas
1806214752
Universitas Indonesia
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Progam Study Arkeologi
2018
KERAJAAN KADIRI
A. SUMBER – SUMBER
1. Pembagian Kerajaan Oleh Airlangga
Dan ada lagi Kitab Calon Arang yang juga menyebutkan cerita kenapa Airlangga
membagi wilayahnya dan selanjutnya muncul juga pendapat dari C.C. Berg namun dengan
berhasil dibacanya Prasasti Turun Hyang B pendapat itu harus diragukan, menurut Boechari
Prasasti Turun Hyang B merupakan bukti bahwa pembagian kerajaan oleh Airlanggga
memang benar pernah terjadi.
Setalah prasasti tiga orang raja janggala yang sudah disebutan di atas, dan setelah ada
masa gelap selama kira – kira 60 tahun, muncul dalam sejarah kadiri dengan ibu ota Daha.
Prasasti yang pertama ialah prasasti padlegan tahun 1038 Saka ( 11 Januari 1117 ), yang
dikeluarkan oleh Sri Maharaja Sri Bameswara
Sakalabhuwanatustikaranarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayotunggadewa. Di dalam
Prasasti ini mempertingati anugrah raja bameswara kepada penduduk desa Padlegan
sewilayahnya termasuk wilayah kalang, kalagan, dan kabanyagan, berupa ketetapan daerah
itu sebagai sima swatantra. Di dalam prasasti tersebut dengan disebutkannya sang guru
pangjalu berarti dapat disimpulkan bahwa pada tahun 1117 M kota Daha sudah tidak ada lagi
di dalam wilayah Pangjalu.
Kerajaan Kadiri/ Daha akhirnya runtuh pad atahun 1144 Saka ( 1222 M ). Menurut kitab
Nagarakrtagama, Sri Ranggah rajasa yang bertakhta di kutharaja, ibu kota kerajaan Tumapel
di sebelah timur gunung Kawi pada Tahun 1144 Saka menyerang kerajaan Kadiri yaitu raja
Krtajaya. Kitab Pararaton member keterangan bahwa Raja Kadiri bernama Dandang Gendis
yangmemaksa agar para pujangga menyambahnya tapi para pujangga menolak lalu melarikan
diri dan berlindung pada Ken arok, sejak saat itu Tumapel tidak mengakui kekuasaan Daha
dan kemudian para pujangga merestui Ken Arok sebagai Raja di Tumapel dan negaranya
bernama Singasari dan lalu menyerang Daha. Kitab Nagarakrtagama memberikan keterangan
bahwa kerajaan Kadiri/Daha runtuh pada 1222 M, dan berakhirlah masa kekuasaan Wangsa
Isana selama 3 Abad.
4. Temuan Arkeologi
Peningalan Arkeologi dari masa Kadiri tersebut dalah candi gurah, petirtaan Kepung, dan
Candi Tondowongso. Berdasarkan pada arca – arca candi Gurah merupakan percandian Siwa.
Petirtaan atau pemandian Kepung ditemukan tahun 1983 seperti Candi Gurah yaitu
terpendam di dalam tahan sedalam 3 – 6 meter. Selain itu Candi Tondowongso ditemukan
pada awal tahun 2007, struktur dandi Tondowongso sudah sangat rusak, yang tersisan hanya
sebagian kaki candinya. Meskipun kondisi temuan candi – candi dari masa Kadiri ini sudah
rusak, setidaknya dapat memberikan gabaran menganai corak keagamaan dan gaya kesenian
masa lalu.
B. KEADAAN MASYARAKAT
Satu hal yang perlu dicatat adanya aspek demokrasi yang memungkinkan rakyat
mengajukan permohonan terhadap raja, hal lain yang penting adalah adanya samya haji atau
raja bawahan penguasa daerah dalam struktur kerajaan Kadiri. Secara umum dapat dikatakan
bahwa agama Hindu, khususnya pemujaan terhadap siwa, mendominasi perkembangan
agama pada masa Kadiri
Masa Kadiri disebut sebagai zaman keemasan Jaw Kuno, karena dari masa ini dihasilkan
karya – karya sastra, terutama dalam bentuk kakawin, yang sangat penting dan bermutu
tinggi dan dari masa ini dikenal beberapa pujangga dengan karya sastranya yaitu Pu Sedah
dan Pu Panuluh, sayangnya karya – karya sastra masa Kadiri ini masih banyak yang perlu
diteliti lagi karena belum ditranskripsi dan diterjemahkan.
SUMBER
Zaman Kuno
Nugroho Notosusanto