Anda di halaman 1dari 13

Tugas Sejarah

MATERI KERAJAAN KEDIRI, KERAJAAN PAJANG, KERAJAAN


MEDANG KAMULAN, KERAJAAN PAJAJARAN, DAN KERAJAAN KOTA
KAPUR

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
IMELIA ANUGRAH PARETTA GALLA
X MIA 4
SMA NEGERI 6 KENDARI
KENDARI, MEI 2018
T.P 2017/2018
KERAJAAN KEDIRI

PERKEMBANGAN KERAJAAN KEDIRI

Pada awal Sejarah Kerajaan Kediri atau Panjalu sebenarnya tidak terlalu diketahui dan pada prasasti
Turun Hyang II tahun 1044 yang dibuat Kerajaan Janggala hanya menceritakan tentang perang
saudara dari kedua kerajaan peninggalan Airlangga tersebut. Sejarah dari Kerajaan Panjalu baru
mulai terkuak saat Prasasti Sirah keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa ditemukan. Dari
beberapa raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya saja yang sudah diketahui, sementara
untuk urutan raja sedudah Sri Jayawarsa diketahui secara jelas lewat beberapa prasasti yang
akhirnya ditemukan. Kerajaan Panjalu yang berada di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya bisa
menaklukan Kerajaan Janggala dengan semboyan yang ada pada Prasasti Ngantang tahun 1135 yakni
Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.

Di maa pemerintahan Sri Jayabhaya tersebut, Kerajaan Panjalu memperoleh masa kejayaan dan
wilayah kerajaan tersebut adalah seluruh Jawa dan juga beberapa buah pulau Nusantara dan juga
mengalahkan pengaruh dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Bukti ini semakin diperkuat dengan
kronik Cina yang berjudul Ling wai tai ta dari Chou Ku fei pada tahun 1178. Dalam prasasti tersebut
dijelaskan jika menjadi negeri paling kaya selain Cina secara berurutan merupakan Arab, Jawa dan
juga Sumatra dan pada saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, sementara di daerah
Jawa merupakan Kerajaan Panjalu dan di Sumatra adalah Kerajaan Sriwijaya,

Chou Ju Kua melukiskan jika di Jawa menganut 2 agama yang berbeda yakni Buddha serta Hindu
dengan penduduk Jawa yang sangat berani serta emosional dan waktu senggangnya dipakai untuk
mengadu binatang, sedangkan untuk mata uang terbuat dari campuran perak serta tembaga. Dalam
buku Chu fan chi disebutkan jika Jawa merupakan maharaja yang memiliki wilayah jajahan Pacitan
[Pai hua yuan], Medang [Ma tung], Tumapel, Malang [Ta pen], Dieng [Hi ning], Hujung Galuh yang
sekrang menjadi Surabaya [Jung ya lu], Jenggi, Papua Barat [Tung ki], Papua [Huang ma chu], Sumba
[Ta kang], Sorong, Papua Barat [Kulun], Tanjungpura Borneo [jung wu lo], Banggal di Sulawesi
[Pingya i], Timor [Ti wu] dan juga Maluku [Wu nu ku]. Situs Tondowongso yang ditemukan pada awal
2007 dipercaya sebagai peninggalan Kerajaan Kediri yang dianggap bisa membantu mendapatkan
lebih banyak informasai tentang kerajaan kediri.

PERKEMBANGAN POLITIK KERAJAAN KEDIRI

Mapanji Garasakan memiliki lama pemerintahan yang sebentar lalu digantikan oleh Raja Mapanji
Alanjung tahun 1052 sampai 1059 M lalu diganti kembali dengan Sri Maharaja Amarotsaha.
Pertempuran dari Jenggala dan Panjalu masih berlangsung sampai 60 tahun dan tidak ada berita
pasti tentang 2 kerajaan tersebut sampai akhirnya muncul Raja Bameswara tahun 1116 sampai 1136
M dari Kediri.

Pada masa tersebut, ibu kota Panjalu sudah dipindahkan dari Daha menuju Kediri sehingga lebih
terkenal dengan sebutan Kerajaan kediri. Raja Bameswara mengenakan lencana berbentuk
tengkorak bertaring pada bagian atas bulan sabit yang biasa disebut dengan Candrakapala. Sesudah
Bameswara tutun tahta kemudian dilanjutkan Jayabaya yang kemudian berhasil mengalahkan
Jenggala.
KARYA SASTRA KERAJAAN KEDIRI

Pada masa Sejarah Kerajaan Kediri, seni sastra lebih sering digunakan dan pada tahun 1157, Kakawin
Bharatayuddha ditulis Mpu Sedah yang kemudian dilselesaikan oleh Mpu Panuluh. kitab ini memiliki
sumber dari Mahabharata dengan isi kemenangan Pandawa atas Korawa yang dipakai sebagai
khiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala. Mpu Panuluh juga menulis Kalawin Hariwangsa
serta Ghatotkachasraya dan ada juga pujangga pada jama pemerintahan Sri Kameswara yakni Mpu
Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana lalu di jaman pemerintahan Kertajaya juga ada
seorang pujangga lagi yakni Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka serta Mpu Triguna yang
menulis Kresnayana.

KEHIDUPAN SOSIAL KERAJAAN KEDIRI

Kehidupa pada masa Kerajaan Kediri sangat baik dan juga sejahtera sehingga rakyat bisa hidup
dengan tenang. Ini bisa terlihat dari rumah rakyat yang baik, rapi, bersih dan juga dilengkapi lantai
ubin berwarna hijau dan kuning. Sedangkan penduduknya menggunakan kain sampai bawah lutut.
Kehidupan masyarakat Kerajaan Kedirisangat damai dan tenang, sehingga seni kesusastraan
berkembang lebih maju adalah seni sastra dan bisa dilihat dari begitu banyak sastra sampai
sekarang. Beberapa sastra tersebut sudah diulas diatas dan masih banyak lagi kitab sastra lainnya
seperti Kitab Lubdaka serta Wertasancaya dari Mpu Tan Akung, Kitan Kresnayana dari Mpu Triguna
serta Kitab Sumanasantaka dari Mpu Monaguna dan sebagainya.

KEHIDUPAN PEREKONOMIAN KERAJAAN KEDIRI

Kehidupan perekonomian pada masa Kerajaan Kediri memiliki usaha perdagangan, pertanian serta
peternakan dan dikenal sebagai penghasil kapas, beras serta ulat sutra. Ini menyebabkan kehidupan
ekonomi Kerajaan Kediri terbilang makmur dan bisa terlihat dari Kerajaan yang memberikan
penghasilan tetap untuk pegawai berupa hasil bumi dan ini juga didapat dari keterangan Kitab Chi
Fan Chi serta Kitab Ling Wai Tai Ta.

KEHIDUPAN BERAGAMA KERAJAAN KEDIRI

Corak kehidupan beragama pada masa Kerajaan Kediri yang terlihat dari peninggalan arkeologi
seperti Candi Gurah serta Candi Tondo Wongso memperlihatkan latar belakang keagaamaan Hindu
terutama Siwa. Sedangkan petirtaan Kepung juga kemungkinan besar memiliki sifat Hindu sebab
tidak terlihat unsur Budhisme pada beberapa bangunan peninggalan sejarah tersebut. Pada
beberapa prasasti disebutkan jika nama Abhiseka raja memiliki arti penjelmaan Wisnu. Akan tetapi
ini tidak bisa secara langsung digunakan untuk membuktikan jika Wisnuisme memang berkembang
pada masa tersebut, karena landasan filosofis yang terkenal di Jawa pada masa tersebut
beranggapan jika Raja Saa serta Dewa Wisnu merupakan pelindung rakyat, Kerajaan atau dunia. Jika
dilihat secara luas, agama Hindu terutama pemujaan Siwa sangat mendominasi perkembangan
agama pada masa Kerajaan Kediri dan ini bisa terlihat dari beberapa penemuan prasasti, arca dan
juga karya sastra Jawa kuno.

RAJA-RAJA DI KERAJAAN KEDIRI

1. Raja Sri Jayawarsa

2. Raja Bameswara (1117M)

3. Raja Jayabaya (1135-1157M)

4. Raja Sri Saweswara (berdasarkan prasasti Padelegan II (1159) dan prasasti Kahyunan (1161))
5. Raja Sri Aryeswara (berdasarkan prasasti Angin (1171)

6. Raja Sri Gandra

7. Raja Sri Kameswara (berdasarkan prasasti Ceker (1182) dan Kakawin Smaradahana)

8. Raja Sri Kertajaya (1190-1222 M) ( berdasarkan prasasti Galunggung (1194), Prasasti Kamulan
(1194), prasasti Palah (1197), prasasti Wates Kulon (1205), Nagarakretagama, dan Pararaton.)

KERAJAAN PAJANG
SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN PAJANG

Sejarah berdirinya kerajaan pajang yaitu sekitar pada final masa ke 16 M yang pada ketika itu sekaligus
berakhirnya Kerajaan Demak. Kerajaan Pajang ini muncul dikarenakan adanya konflik intern pada
Kerajaan Demak sendiri. Keruntuhan Kerajaan Demak yang diawali dengan konflik keluarga, kemudian
memicu pertumpahan darah yang membawa pada berdirinya Kerajaan Pajang. Konflik internal ini
terjadi diantara Aryo Penangsang dan Joko Tingkir (menantu Sultan Trenggono). Kedua tokoh ini
terlibat konflik dan perang yang sangat sengit yang kemudian membawa ajal dari Aryo Penangsang.
Arya Penangsang yang ketika itu merupakan Raja Demak, berhasil dibunuh oleh Jaka Tingkir dari
Pajang.

Arya Penangsang sendiri dalam prosesnya menjadi Raja Demak tidak direstui oleh keluarga besar
kerajaan Demak sendiri. Sehingga, Jaka Tingkir yang merupakan menantu Sultan Trenggono turun
tangan untuk menghabisi kekuasaan Arya Penangsang. Joko Tingkir sendiri pada ketika itu dibantu
oleh Sutawijaya dari Mataram. Setelah Aryo Penangsang mati, maka sentra Kerajaan Demak digeser
ke Pajang dan kemudian Joko Tingkir yang menjadi raja pertama di Pajang. Sebelum menjadi raja di
Pajang, Joko Tingkir yaitu seorang adipati Pajang pada masa Sultan Trenggono. Kerajaan Islam
Pajangini berlangsung tidak terlalu usang alasannya yaitu letaknya yang berdekatan dengan kerajaan
Islam lainnya yaitu Kerajaan Islam Mataram Islam.

KEHIDUPAN POLITIK KERAJAAN PAJANG

Kerajaan Pajang ini bisa dikatakan sebagai kerajaan bekas dari Demak. Hal ini sebab sejarah berdirinya
Kerajaan Pajang tidak bisa dipisahkan dari Kerajaan Demak. Pendiri Kerajaan Pajang ialah Joko Tingkir
yang kala itu berhasil menumpas Aryo Penangsang. Aryo Penangsang sendiri ialah raja di Demak yang
tidak diinginkan oleh peihak keluarga besar Demak. Dari sini kemudian keluarga meminta proteksi
Joko Tingkir untuk menyingkirkan Aryo Penangsang. Setelah berjalannya waktu, Kerajaan Demak
runtuh maka Joko Tingkir kemudian menggeser sentra pemerintahan di Demak ke Pajang yang
sekaligus menjadi penanda berdirinya Kerajaan Islam Pajang.

Kehidupan politik Kerajaan Pajang ini bekerjsama mulai mapan dan stabil. Namun disayangkan
perjalanan Kerajaan Islam Pajang tidak cukup usang sebab beberapa konflik yang terjadi. Kerajaan
Pajang sendiri berpusat di Jawa Tengah bekas Kerajaan Demak lebih tepatnya yaitu di tempat
Kartasura akrab Surakarta atau Solo. Kerajaan Pajang ini bekerjsama meski muncul belakangan,
pernah juga disebut oleh Hayam Wuruk dalam kitab Negarakertagama. Pada masa kejayaan Kerajaan
Majapahit, kerajaan Pajang dan kerajaan Demak sudah disinggung di dalam kitab tersebut.

KEHIDUPAN EKONOMI KERAJAAN PAJANG


Meski merupakan kerajaan gres bila dibanding dengan Kerajaan Demak, namun secara ekonomi
Kerajaan Pajang sangatlah baik. Kesejahteraan rakyatnya cukup terjamin dengan aneka macam hasil
bumi yang dihasilkan. Ketika Kerajaan Demak masih berkuasa, bahkan Kerajaan Pajang ini sudah
berhasil mengekspor beras ke beberapa tempat melalui perniagaan dengan memanfaatkan Bengawan
Solo sebagai jalur transportasi. Pada umumnya, masyarakat Pajang mengandalkan hasil kebun dan
pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan Pajang berhasil menjadi lumbung beras
pada sekitar masa ke 16 dan ke 17. Hal ini sebab irigasi di tempat Pajang sangat elok dengan adanya
Bengawan Solo sehingga irigasi lancar yang kemudian menciptakan hasil pertanian melimpah.

Kelemahan masyarakat Pajang pada dikala itu ialah ketidakmampuan dalam bidang perniagaan.
Sehingga meski mempunyai hasil agraris yang sangat melimpah, kedigdayaan ekonomi Kerajaan
Pajang ini tidak berlangsung lama. Terlebih lagi perniagaan dengan basis bahari atau maritim yang
sedang ngetrend pada dikala itu, semakin menciptakan Kerajaan Pajang tertinggal dengan kerajaan
lain di bidang ekonomi perniagaan. Karena masyarakat pajang kurang jago dalam problem kelautan,
padahal pada dikala itu semua perdagangan hampir dilakukan di lautan.

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN PAJANG

Meski kerajaan Pajang merupakan salah satu Kerajaan Islam di Jawa, namun efek tradisi Hindu masih
kentara. Sehingga beberapa kebudayaan pun masih ada yang memakai tradisi-tradisi Hindu.
Masyarakat di Pajang juga masih banyak yang menjalankan beberapa tradisi yang sudah turun
temurun dari nenek moyang mereka. Pada masa kejayaan Kerajaan Pajang, terjadi akulturasi budaya
antara Hindu dan Islam yang kuat. Bahkan, kemunculan Kerajaan Pajang ini juga banyak yang
menafsirkan kembalinya kekuasaan Islam kejawen dari Islam ortodok

KERAJAAN MEDANG KAMULAN

SEJARAH KERAJAAN MEDANG KAMULAN

Istilah Medang umum digunakan untuk menyebutkan nama kerajaan ini saat bertempat di Jawa
Timur. Sedangkan saat berada di Jawa Tengah, kerajaan ini disebut dengan nama Kerajaan Mataram
Kuno atau Mataram Hindu. Istilah Mataram didapatkan dari nama wilayah yang dijadikan ibukota
oleh Kerajaan ini.

Mataram, atau Bhumi Mataram merupakann istilah lama untuk menyebut daerah Yogyakarta dan
sekitarnya. Dari daerah ini pula, pertama kali sebutan Medang mulai diperkenalkan (Rajya Medang i
Bhumi Mataram). Nama Medangan ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan, misalnya
prasasti Minto dan prasasti Anjuk Ladang.

Pusat Kerajaan Medang pernah berpindah ke beberapa kali wilayah, berikut adalah wialayah yang
pernah dijadikan pusat Kerajaan berdasarkan peninggalan prasasti yang ditemukan:
 Pada zaman Sanjaya di Bhumi Mataram (Yogyakarta)
 Pada zaman Rakai Pikatan di Mamrati (Kedu)
 Zaman Dyah Balitung di Poh Pitu (Kedu)
 Zaman Dyah Wawa di Bhumi Mataram (Yogyakarta)
 Zaman Mpu Sendok di Tamwlang (Tembelang-Jombang)
 Zaman Mpu Sendok di Watugaluh (Megaluh-Jombang)
 Zaman Dharmawangsa Teguh di Wotan (Madiun)

SEJARAH BEREDIRINYA KERAJAAN


Raja pertama dari Kerajaan Medang adalah Rakai Mataram, Ratu Sanjaya (disebutkan dalam Prasati
Mantyasih oleh Dyah Balitung pada tahun 907). Ratu Sanjaya menulis prasasti Canggal pada tahun
732 tanpa menyebutkan nama kerajaan yang dipimpinnya. Dalam prasastinya ia menyebutkan
bahwa Sanna atau Bratasenawa adalah raja yang memerintah Pulau Jawa sebelum dirinya dan
membuat negara menjadi kacau setelah Sanna meninggalkan posisi raja.

Sanna juga dikenal sebagai raja Kerajaan Galuh pada periode ke 3 (709-716 M) yang digulingkan oleh
Purbasora di tahun 716 M. Kemudian ia melarikan diri ke Pakuan dan berada di bawah perlindungan
raja Tarusbawa. Ikatan perlindungan ini membuat Tarusbawa mengangkat Sanjaya menjadi menantu
kerajaan.

Sanjaya sendiri adalah anak dari Sannaha saudara perempuan dari Sanna yang berkeinginan untuk
membalaskan dendam Sanna kepada Purbasora dengan bantuan dari Tarusbawa. Balas dendam
dilakukan saat ia menjaba sebagai Raja Sunda sekaligus berhasil menguasai Kerajaan Galuh dan
Kalingga. Dan akhirnya pada tahun 732 M, ia menjadi raja Kerajaan Mataram Kuno meneruskan
tradisi keluarganya. Kehidupan Sanjaya diabadikan dalam sebuah karya Carita Parahyangan yang
ditulis pada abad ke 16.

KEKUASAAN DINASTI

Secara umum, Kerajaan Medang pernah dikuasai oleh 3 dinasti diantaranya Dinasti Sanjaya dan
Sailendra di Jawa Tengah, dan Dinasti Isyana di Jawa Timur. Sesuai dengan namanya, Dinasti Sanjaya
berasal dari nama raja pertama kerajaan Medang yaitu Sanjaya yang menjadi pemeluk agama Hindu
Siwa. Setelah masa pemerintahan Sanjaya, Panangkaran menggantikannya sebelum akhirnya
digulingkan oleh Sailendra pada tahun 770 yang menganut agama Budha Mahayana.

Kekuasaan itu berakhir pada tahun 840 setelah Rakai Pikatan, keturunan Sanjaya menikahi putri
Sailendra, Pramodawardhani dan menjadikannya sebagai raja Medang dan memindahkan istana ke
Mamrati. Ini merupakan titik balik permulaan kejayaan Dinasti Sanjaya yang telah kembali.
Disebutkan oleh Bosch, prasasti Mantyasih menyebutkan hampir keseluruhan bahwa raja Medang
merupakan anggota dari Dinasti Sanjaya. Namun pendapat ini disanggah oleh Slamet Muljana
dengan bukti Rakai Panangkaran yang pernah berkuasa bukanlah keturunan Sanjaya.

Disebutkan pula oleh Slamet, Prasasti Mantyasih menunliskan kekuasaan Rakai Panangkaran sampai
Rakai Garung adalah bukti kejayaan Dinasti Sailendra sbeleum akhirnya Rakai Pikatan, keturunan
Sanjaya menggantikan posisi raja Rakai Garung.

Dinasiti ketiga yaitu Isyana yang muncul saat kerajaan berada di Jawa Timur, didirikan oelh Mpu
Sindok yang mendirikan istana baru di Tamwlang pada tahun 929 M.
Daftar Nama Raja Medang
 Raja pertama sekaligus pendiri kerajaan adalah Sanjaya
 Awal mula kejayaan Dinasti Sailendra dengan Rakai Panangkaran
 Dharanindra atau dikenal dengan Rakai Panunggalan
 Samaragrawira atau dikenal dengan Rakai Warak
 Samaratungga atau dikenal dengan Rakai Garung
 Pernikahan dengan Pramodawardhani yang membuat Rakai Pikatan mengembalikan
kejayaan Dinasti Sanjaya
 Dyah Lokapala atau dikenal dengan Rakai Kayuwangi
 Penguasa Watuhumalang atau Rakai Watuhumalang
 Penguasa Watukara yaitu Dyah Balitung
 Si Mpu Daksa
 Dyah Tulodong atau dikenal dengan Rakai Layang
 Dyah Wawa atau dikenal dengan Rakai Sumba
 Periode Jawa Timur dengan kejayaan Dinasti Isyana bersama dengan Mpu Sindok
 Sri Lokapala, yaitu suami dari sri Isanatunggawijaya
 Dilanjutkan oleh Makuthawangsawardhana
 Terakhir oleh Dharmawangsa Teguh sebelum kerajaan runtuh

KEHIDUPAN SOSIAL
Masa pemerintahan MpuSindok lalu Sri IsanaTunggawijaya, merupakan masa yang damai.
Namun, sejak pemerintahan Dharmawangsa Teguh, politik Kerajaan cenderung mengarah ke luar
negeri. Tujuannya adalah untuk merebut dominasi perdagangan di perairan Jawa, Sumatera, dan
Kalimantan, yang ketika itu dikuasai Sriwijaya. Untuk keperluan ini, Dharmawangsa Teguh
membangun armada militer yang tangguh. Dengan kekuatan militer ini, Medang Kamulan
menaklukkan Bali, lalu mendirikan semacam koloni di Kalimantan Barat. Dengan armada ini pula,
Medang Kamulan kemudian menyerang Sriwijaya, walaupun tidak menang.
Dharmawangsa pun mengembangkan pelabuhan Hujung Galuh di selatan Surabaya dan
Kembang Putih (Tuban) sebagai tempat para pedagang bertemu. Ketika Airlangga berkuasa, kerajaan
menjaga hubungan damai dengan kerajaan-kerajaan tetangga demi kesejahteraan rakyat. Ini
diperlihatkan dengan mengadakan perjanjian damai dengan Sriwijaya. Kerajaan pun memperlakukan
umat Hindu dan Buddha sederajat.

KEHIDUPAN POLITIK
BerdasarkanprasastiKalkutta, berikut merupakan raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan
Medang Kamulan
a. MpuSindok ( 929 M – 947 M )
Merupakan raja pertama yang memerintah selama 20 tahun. MpuSindok bergelar Sri Maharaja Raka
i Hino Sri IsyanaWikramaDharmatunggadewa.Dan dalam pemerintahannya di bantu oleh
permaisurinya yang bernama Sri WardhaniPuKbin. Kekuasaan dia jalani dengan penuhrasa adil dan
bijaksana.Kebijakan:
· Membangun bendungan/tanggul untuk pengairan
· Melarang rakyat menangkap ikan pada siang hari guna pelestarian sumber daya alam
MpuSindok memperhatikan usaha pengubahan kitab budhamahayana menjadi kitab sang
hyangkamahayanikan
b. Sri IsyanaTunggawijaya, memerintah bersama Sri Lokapala (947-9xx)
c. Sri Makutawangsawardhana (9xx-985)
d. Dharmawangsa Teguh ( 990M-1016M)
Menjadi raja karena menjadi cucu MpuSindok.
Memiliki tekat untuk memperluas daerah perdagangan yang dikuasai oleh sriwijaya.
Kebijakan:
· Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan meningkatkan pertanian dan perdagangan akan tetapi
terhalang kekuasaan sriwijaya maka kerajaan medang menyerang sriwijaya.Tetapi serangan itu tidak
berhasil bahkan sriwijaya dapat membalas melalui Kerajaan Wurawari ,serangan tersebut di beri nama
Pralaya Medang. Pada peristiwa itu, Dharmawangsa gugur
e. Airlangga (1019M-1042 M)
Airlangga adalah putera dari Raja Bali Udayana dan Mahendradatta, saudari Dharmawangsa Teguh.
Ia dinikahkan dengan putri Dharmawangsa Teguh. Saat pernikahan itulah, terjadi Pralaya Medang.
Tetapi Airlangga dapat melarikan diri ke hutan Wonogiri hingga pada tahun 1019 M ia dinobatkan
sebagai raja. Kebijakan Airlangga:
· Memperbaiki pelabuhan Hujung Galung yang letaknya di Kali Brantas
· Membangun waduk waringinsapta guna mencegah banjir
· Membangun jalan antara pesisir dengan pusat kerajaan
Berkat jerih payah Airlangga, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran.

KEHIDUPAN EKONOMI
Kehidupan masyarakat Mataram umumnya bersifat agraris karena pusat Mataram terletak di
pedalaman, bukan di pesisir pantai. Pertanian merupakan sumber kehidupan kebanyakan rakyat
Mataram. Di samping itu, penduduk di desa (disebutwanua) memelihara ternak seperti kambing,
kerbau, sapi, ayam, babi, dan itik. Sebagai tenaga kerja, mereka juga berdagang dan menjadi
pengrajin.
Dari Prasasti Purworejo (900 M) diperoleh informasi tentang kegiatan perdagangan. Kegiatan
di pasar ini tidak diadakan setiap hari melainkan bergilir, berdasarkan pada hari pasaran menurut
kalender Jawa Kuno. Pada hari Kliwon, pasar diadakan di pusat kota. Pada hari I Mani satau legi, pasar
diadakan di desa bagian timur. Pada hari Paking (Pahing), pasar diadakan di desa sebelah selatan. Pada
hari Pon, pasar diadakan di desa sebelah barat. Pada hari Wage, pasar diadakan di desa sebelah utara.
KEHIDUPAN AGAMA
Berdasarkan garis keturunannya, MpuSindok merupakan keturunan Sanjaya, dimana Sanjaya
merupakan penganut agama Hindu Siwa. Sehingga dapat diketahui bahwa MpuSindok juga
merupakan penganut agama Hindu aliran Siwa. Dengan demikian dapat diketahui pula bahwa
kerajaan yang dipimpin Mpu Sendok juga beralirkan Hindu Siwa.
Agama yang berkembang pada masa pemerintahan Airlangga adalah agama Hindu Waisnawa.
Hal ini Nampak pada candi belahan di mana Airlangga diwujudkan sebagai sebuah arca sebagai Wisnu
menaiki garuda. Untuk mengenang jerih payah Airlangga mempersatukan kerajaan yang porak-
poranda disusunlah kitab Arjuna Wiwaha oleh MpuKanwa 1030. Inilah hasil sastra zaman Airlangga
yang sampai pada kita. Sementara Airlangga sendiri sebelum mengundurkan diri jadi pertapa, ia telah
membangunkan sebuah pertapaan bagi anaknya Sangramawijaya di Pucangan (gunung
penanggungan).

KERAJAAN PAJAJARAN

SEJARAH KERAJAAN PAJAJARAN


Kerajaan Pajajaran merupakan nama lain dari Kerajaan Sunda ketika kerajaan ini beribukota
di Pakuan Pajajaran (Bogor), Jawa Barat yang terletak di Parahyangan (Sunda). Kata Pakuan di kata
Pakuan Pajajaran berasal dari kata Pakuwuan yang memiliki arti kota, kebiasaan pada masa lampau
yang menyebut nama ibu kota sebagai nama kerajaan. Beberapa catatan menyebutkan bahwa
Kerajaan Pajajaran didirikan pada 923 Masehi oleh Sri Jayabhupati, seperti yang tertera dalam
Prasasti Sanghyang Tapak (1030 M) yang ditemukan di kampung Pangcalikan dan Bantarmuncang,
tepi Sungai Cicatih, Cibadak, Sukabumi.

MASA AWAL PAKUAN KERAJAAN PAJAJARAN


Pada akhir 1400-an Majapahit mulai melemah. Pemberontakan terjadi dimana - mana, saling
berebut kekuasaan antar saudara sedarah. Masa kejatuhan pemerintahan Brawijaya V ini kemudian
menyebabkan kerabat Kerajaan Majapahit mengungsi ke ibukota Kerajaan Galuh di Kawali,
Kuningan, Jawa Barat.

Raden Baribin merupakan kerabat dari Prabu Kertabumi yang ikut dalam pengungsian tersebut.
Kerajaan Galuh menerima kedatangan Kerajaan Majapahit dengan damai dan bahkan Raja Dewa
Niskala menikahkan Raden Baribin dengan Ratna Ayu Kirana putri dari raja Kerajaan Galuh tersebut.
Tak sampai disitu, Raja Galuh juga menikahi salahsatu keluarga pengungsi Majapahit rombongan
Raden Baribin.
Pernikahan ini mengundang adanya kemarahan dari Kerajaan Sunda. Kerajaan Sunda menganggap
bahwa Raja Galuh, Dewa Niskala dianggap menyalahi aturan yang sudah disepakati antara kedua
kerajaan tersebut. Aturan ini adalah aturan yang keluar paska Peristiwa Bubat yang menyebutkan
bahwa kerajaan Sunda Galuh dilarang menikah dengan kerajaan Majapahit.

Akibat dari hal tersebut, antara kedua kerajaan hampir terjadi peperangan antara kedua raja yang
sebenarnya adalah besan. Penyebutan besan karena Jayadewata, anak dari Dewa Niskala menikahi
putri dari Raja Sunda, Raja Susuktunggal. Untungnya, dewan penasehat dapat meredam amarah
keduanya dan kemudian diputuskan dua raja tersebut turun tahta. Mereka harus menyerahkan
posisi raja kepada putera mahkota yang ditunjuk oleh masing - masing kerajaan. Dewa Niskala
kemudian menunjuk anaknya Jayadewata dan Prabu Susuktunggal juga menunjuk nama yang sama.
Kemudian Jayadewata menyatukan kedua kerajaan dan menyandang nama Sri Baduga Maharaja
memerintah di Pakuan Pajajaran pada 1482. Nama Pakuan Pajajaran kemudian terkenal sebagai
nama kerajaan, terhitung ketika Jayadewata menyandang gelar Sri Baduga Maharaja tahun 1482.

KONDISI KEHIDUPAN EKONOMI


Pada umumnya masyarakat Kerajaan Pajajaran hidup dari pertanian, terutama perladangan. Di
samping itu, Pajajaran juga mengembangkan pelayaran dan perdagangan. Kerajaan Pajajaran
memiliki enam pelabuhan penting, yaitu Pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda
Kelapa (Jakarta), dan Cimanuk (Pamanukan)

KONDISI KEHIDUPAN SOSIAL


Kehidupan masyarakat Pajajaran dapat di golongan menjadi golongan seniman (pemain gamelan,
penari, dan badut), golongan petani, golongan perdagangan, golongan yang di anggap jahat (tukang
copet, tukang rampas, begal, maling, prampok, dll)

KEHIDUPAN BUDAYA
Kehidupan budaya masyarakat Pajajaran sangat di pengaruhi oleh agama Hindu. Peninggalan-
peninggalannya berupa kitab Cerita Parahyangan dan kitab Sangyang Siksakanda, prasasti-prasasti,
dan jenis-jenis batik.
Daftar raja Pajajaran
• Sri Baduga Maharaja (1482 – 1521), bertahta di Pakuan (Bogor sekarang)
• Surawisesa (1521 – 1535), bertahta di Pakuan
• Ratu Dewata (1535 – 1543), bertahta di Pakuan
• Ratu Sakti (1543 – 1551), bertahta di Pakuan
• Ratu Nilakendra (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan Hasanudin dan anaknya,
Maulana Yusuf
• Raga Mulya (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari
PandeglangMaharaja Jayabhupati (Haji-Ri-Sunda)
• Rahyang Niskala Wastu Kencana
• Rahyang Dewa Niskala (Rahyang Ningrat Kencana)
• Sri Baduga MahaRaja
• Hyang Wuni Sora
• Ratu Samian (Prabu Surawisesa)
• dan Prabu Ratu Dewata.

PUNCAK KEJAYAAN/KEEMASAN KERAJAAN PAJAJARAN


Kerajaan Pajajaran pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja mengalami masa keemasan.
Alasan ini pula yang banyak diingat dan dituturkan masyarakat Jawa Barat, seolah-olah Sri Baduga
atau Siliwangi adalah Raja yang tak pernah purna, senantiasa hidup abadi dihati dan pikiran
masyarakat.

Pembangunan Pajajaran di masa Sri Baduga menyangkut seluruh aspek kehidupan. Tentang
pembangunan spiritual dikisahkan dalam Carita Parahyangan.

Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu ; membuat talaga besar yang bernama Maharena
Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan Wanagiri. Ia memperteguh (pertahanan)
ibu kota, memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya untuk menggairahkan
kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat Kabinihajian
(kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (bermacam-macam formasi tempur),
pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur pemungutan upeti
dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan

Pembangunan yang bersifat material tersebut terlacak pula didalam Prasasti Kabantenan dan
Batutulis, di kisahkan para Juru Pantun dan penulis Babad, saat ini masih bisa terjejaki, namun tak
kurang yang musnah termakan jaman.

Dari kedua Prasasti serta Cerita Pantun dan Kisah-kisah Babad tersebut diketahui bahwa Sri Baduga
telah memerintahkan untuk membuat wilayah perdikan; membuat Talaga Maharena Wijaya;
memperteguh ibu kota; membuat Kabinihajian, kesatriaan, pagelaran, pamingtonan, memperkuat
angkatan perang, mengatur pemungutan upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-
undang kerajaan

PUNCAK KEHANCURAN
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu
Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman
Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan
Maulana Yusuf.

Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan
Pajajaran tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus
kekuasaan Sunda yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja.
Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surosowan di
Banten. Masyarakat Banten menyebutnya Watu Gilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya
dengan kata Sriman.

KERAJAAN KOTA KAPUR

SEJARAH KERAJAAN KOTA KAPUR

Jika dilihat dari hasil temuan dan penelitian tim arkeologi yang dilakukan di Kota Kapur, Pulau
Bangka, yaitu pada tahun 1994, dapat diperoleh suatu petunjuk mengenai kemungkinan adanya
sebuah pusat kekuasaan di daerah tersebut bahkan sejak masa sebelum kemunculan Kerajaan
Sriwijaya. Pusat kekuasaan tersebut meninggalkan banyak temuan arkeologi berupa sisa-sisa dari
sebuah bangunan candi Hindu (Waisnawa) yang terbuat dari batu lengkap dengan arca-arca batu, di
antaranya yaitu dua buah arca Wisnu dengan gaya mirip dengan arca-arca Wisnu yang ditemukan di
daerah Lembah Mekhing, Semenanjung Malaka, dan Cibuaya, Jawa Barat, yang berasal dari masa
sekitar abad ke-5 dan ke-7 masehi.

Sebelumnya, di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi batu dari Kerajaan Sriwijaya
yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), telah ditemukan pula peninggalan - peninggalan lain
yaitu di antaranya sebuah arca Wisnu dan sebuah arca Durga Mahisasuramardhini. Dari peninggalan-
peninggalan arkeologi tersebut nampaknya kekuasaan di Pulau Bangka pada waktu itu bercorak
Hindu-Waisnawa, seperti halnya di Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.

Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah peninggalan berupa benteng pertahanan
yang kokoh berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah, masingmasing
panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter dengan ketinggian sekitar 2–3 meter. Penanggalan
dari tanggul benteng ini menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870 M. Benteng pertahanan
tersebut yang telah dibangun sekitar pertengahan abad ke-6 tersebut agaknya telah berperan pula
dalam menghadapi ekspansi Sriwijaya ke Pulau Bangka menjelang akhir abad ke-7.

Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini ditandai dengan dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di
Kota Kapur yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya mengidentifikasikan
dikuasainya wilayah ini oleh Sriwijaya. Penguasaan Pulau Bangsa oleh Sriwijaya ini agaknya berkaitan
dengan peranan Selat Bangsa sebagai pintu gerbang selatan dari jalur pelayaran niaga di Asia
Tenggara pada waktu itu. Sejak dikuasainya Pulau Bangka oleh Sriwijaya pada tahun 686 maka
berakhirlah kekuasaan awal yang ada di Pulau Bangka.

KEHIDUPAN SOSIAL.
Aspek kehidupan sosial masyarakat Kota Kapur sampai saat ini masih diteliti dan dikaji, sehingga belum
ada keterangan tentang kehidupan sosial masyarakat Kota Kapur.

KEHIDUPAN EKONOMI
Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini agaknya berkaitan dengan peranan Selat Bangsa sebagai
pintu gerbang selatan dari jalur pelayaran niaga di Asia Tenggara pada waktu itu. Sejak dikuasainya
Pulau Bangka oleh Sriwijaya pada tahun 686 maka berakhirlah kekuasaan awal yang ada di Pulau
Bangka.

KEHIDUPAN AGAMA
Di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi batu dari Kerajaan Sriwijaya yang berangka
tahun 608 Saka (=686 Masehi), telah ditemukan pula peninggalan - peninggalan lain yaitu di antaranya
sebuah arca Wisnu dan sebuah arca Durga Mahisasuramardhini. Dari peninggalan-peninggalan
arkeologi tersebut nampaknya kekuasaan di Pulau Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-Waisnawa,
seperti halnya di Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.

PENYEBAB RUNTUHNYA KERAJAAN KOTA KAPUR


Karena terjadinya perbedaan keyakinan didalam istana sehingga membuat keluarga kerajaan
terpecah menjadi dua bagian yang berbeda pendapat.

Anda mungkin juga menyukai