Anda di halaman 1dari 1

25

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. DM merupakan salah satu faktor risiko terpenting dalam hal terjadinya
perburukan TB paru. Peningkatan prevalensi DM di Indonesia disertai dengan
peningkatan prevalensi TB paru. Peningkatan prevalensi ini cenderung lebih
tinggi seiring dengan bertambahnya usia.
2. Diabetes mellitus menyebabkan kerusakan pada fungsi imun dan fisiologis
paru sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi maupun reaktifasi TB,
memperpanjang waktu konversi sputum dan meningkatkan risiko gagal
pengobatan yang mendorong terjadinya TB MDR.
3. Tuberkulosis dapat menginduki hiperglikemi sehingga dapat menyebabkan
GTG bahkan DM. Hal ini diduga selain karena proses infeksi yang
menyebabkan peningkatan sekresi hormon anti-insulin juga disebabkan karena
terjadinya kerusakan pankreas seperti pakreatitis maupun amiloidosis akibat
proses inflamasi terhadap toksin M. tb.
4. Dalam hal manifestasi klinis, tidak ditemukan adanya perbedaan yang
signifikan antara pasien TB paru yang juga menderita DM dengan yang tidak
DM, hanya saja gejala yang muncul cenderung lebih banyak dan keadaan
umum lebih buruk pada yang menderita DM. Namun dari gambaran radiologi
dan bakteriologi, kedua jenis pasien dnegan TB ini tidak ada yang lebih buruk
dibandingkan satu sama lain.
5. Gambaran foto toraks pada TB-DM bersifat atipikal, namun beberapa
penelitian menunjukkan kecenderungan infiltrat yang lebih luas, infiltrat pada
lobus bawah paru, kavitas multipel dan efusi pleura.
6. Terdapat interaksi antara OAT dengan OHO, sehingga sebaiknya digunakan
insulin untuk mengontrol kadar gula darah pada pasien DM dengan TB.

Anda mungkin juga menyukai