STROKE
Abstrak
Stem sel memiliki efek terapeutik melawan stroke iskemik melalui
transplantasi stem sel eksogen atau stimulasi stem sel endogen di dalam rongga
neurogenik dari zona subventrikular dan zona subgranular, atau di dapatkan dari
sumsum tulang belakang melalui sirkulasi perifer. Pada artikel ini, kami meninjau
perbedaan sumber stem sel yang telah diuji pada model hewan. Sebagai tambahan
kami meninjau mekanisme aksi spesifik, dalam memperbaiki neurovascular
tertentu oleh sel asal dari endotel, sebagai kunci penerjamahan penelitian untuk
mengembangkan penerapan klinis stem sel pada stroke iskemik.
Kata Kunci : Iskemia serebral, terapi berdasarkan sel, vasculature, sawar darah
otak, sel endotel
Stroke : Suatu Hal Signifikan Yang Tidak Memenuhi Kebutuhan Klinis
Stroke adalah penyebab utama ketiga kematian dan penyebab disabilitas
jangka panjang di Amerika Serikat [1]. Pada tahun 2004, biaya langsung dan tidak
langsung stroke di Amerika Serikat diperkirakan menjadi 53,6 juta dolar Amerika
[2]]. Biaya hidup rata rata untuk stroke iskemik pada setiap pasien di Amerika
serikat diperkirakan $140.048; hal ini termasuk pelayanan pasien rawat inap,
rehabilitasi, dan pelayanan follow up dibutuhkan pada defisit menetap. Kiria-kira
dua dari 1000 dewasa akan menalami stroke pertama mereka pada usia berapapun
di Amerika Serikat [3]. Jumlah individu yang terserang, biaya yang dibutuhkan
untuk memfasilitasi pelayanan mereka dan rehabilitasi berbarengan dengan
kurangnya terapi nenunjukkan bahwa
baru
untuk
tatalaksana
stroke.
Sampai
akhirnya,
kami
mekanisme yang
mendasari keuntungan terapeutik dari stem sel pada stroke. Disini, kami
Serupa dengan sel MHP36, lapisan stem sel berasal dari neuroepitelium tikus,
meningkatkan outcome fungsional pada tikus setelah iskemia global [19] dan juga
setelah iskemia serebri fokal atau stroke [20]. Graft NCS ke dalam otak
meningkatkan karakteristik morfologi dan elektrofisiologi neuron [21].
Eksperimen terhadap transplantasi langsung lainnya pada otak telah
memanfaatkan sel yang berasal dari sumsum tulang. Stromal sel sumsum tulang
(Marrow stromal cells (MSCs), saat diinjeksikan kedalam ventrikel lateral otak,
bermigrasi dan berdiferensiasi ke dalam astrosit [22]. Sumsum tulang segar
ditransplantasikan secara langsung ke dalam zona perbatasan iskemik pada otak
tikus meningkatkan pemulihan fungsional dari oklusi arteri serebral medial [23].
Secara serupa, MSCs yang di implantasikan ke dalam striatum tikus setelah
stroke, meningkatkan penyembuhan fungsional [24]. MSCs berdiferensiasi ke
dalam neuron pada kultur [25] dan dianggap sebagai karakteristik neuron
fungsional pada embrio tikus [26]. Graft intraserebral pada sumsum tulang tikus
juga memfasilitasi kembalinya aliran darah otak dan sawar darah otak setelah
stroke pada tikus [27]. Metode transplantasi tidak langsung, melalui intravena atau
injeksi intra arteri, juga telah menunjukkan efek positif. Setelah transplantasi
sumsum tulang dengan memasang sel donor, stem sel sumsum tulang yang telah
dilekatkan menunjukkan diferensiasi kedalam mikroglia dan sel yang serupa
astositik [28]. Secara serupa, pemberian intravena dari sel darah tali pusar
memperbaiki defisit fungsional setelah stroke pada tikus [30]. Tikus, yang telah
menerima pemasangan transplantasi sumsum tulang, menunjukkan bahwa sel
yang dilekatkan sebagai neuron dugaan dan sel endothelial setelah oklusi arteri
serebral medial dan reperfusi [31]. Hal tersebut juga telah dilaporkan bahwa
pemberian intravena dari sel darah korda lebih efektif daripada pemberian intra
striatum dalam menghasilkan keuntungan fungsional setelah terjadinya stroke
pada tikus [32]. Pemberian intravena dari MSCs juga telah ditemukan dapat
merangsang angiogenesis pada zona perbatasan iskemi setelah stroke pada tikus
[33].
Pergantian sel dan Efek Pada Sel Di Sekitar Graft Stem Sel
Masih belum jelas apa yang ditimbulkan mengenai keuntungan utama dari
transplantasi stem sel. Salah satu kemunkinan adalah transformasi sel yang
saraf pusat saat ini pada persimpangan kritis dalam pandangan izin FDA terencana
untuk uji klinis terbatas terhadap sumsum tulang yang berasal dari sel progenitor
multipoten dewasa pada stroke iskemik akut [41].
Sesuai dengan kriteria STAIR (Stroke Therapy Academic Industry
Roundtable ) dan STEPS (Stem cell Therapeutics as an Emerging Paradigm for
Stroke)
investigasi
mekanisme
aksi
yang
memperantarai
terapeutik
yang terlihat pada model hewan. Lebih jelasnya, hasil ini diperoleh dari sel-sel
yang berasal dari sumsum tulang autolog, yang mana bersifat heterogen dengan
jumlah EPCs yang sedikit, sehinga mungkin tidak mendekati batas nilai EPC.
Untuk penerapan klinis EPC pada penyakit neurovaskular, penelitian-penelitian
yang tersedia lebih terbatas dengan hanya ada tiga penelitian observasional pada
pasien dengan stroke. Pada 25 pasien dengan stroke iskemik, sel CD34+
meningkat pad apuncaknya 7 hari setelah stroke namun umumnya berkurang
sampai nilai dasar setelah 30 hari [101]. Yang menarik, semakin tinggi kadar
CD34+ setelah 30 hari berkaitan dengan semakin tingginya jumlah infark pada
pemeriksaan MRI dan juga terhadap fungsi serebrovaskular yang diperiksa
dengan scanning positron emission tomography (laju metabolik oksigen serebral,
dan aliran darah otak). Dengan kata lain, berkurangnya jumlah kelompok sel yang
melekat dengan cepat terlihat setelah stroke dan pada penyakit serebrovaskular
yang stabil, dibandingkan dengan kontrol yaitu bebas dari penyakit vaskuler
[102]. Semakin tua usia dan timbulnya penyakit serebrovaskular pada umumnya
berkaitan dengan jumlah EPC yang rendah. Ketidaksesuaian dari hasil penelitian
ini mungkin akibat kontrol yang tidak sebanding untuk usia pasien dan kurangnya
desain metodologi dalam menguji hipotesis yang spesifik terhadap peranan EPC
pada penyakit serebrovaskular [102]. Meskpun mekanisme mitigasi utama yang
mendasari patogenesis stroke dan penundaannya terhadap terapi sel masih belum
pasti, namun terdapat kejadian penting yang menyebabkan serangan imunologis
pada otak/atau pembuluh darah disekitarnya, reaksi inflamasi yang luas pada
stroke dapat memicu peristiwa kaskade yang mana menganggu integritas sawar
darah otak, menyebabkan migrasi leukosit ke sistem saraf pusat. Trasnmigrasi
leukosit di sepanjang sawar darah otak selama proses stroke imun/inflamasi dapat
mempengaruhi fungsi penghubung inter-endotel yang kompleks menyebabkan
kerusakan endotelium vaskular dan pemecahan sawar darah otak. Sama halnya
komponen kunci terhadap mekanisme dari tesis kami adlaah ganguan atau
disfungsi pada sawar darah otak, menyebabkan masuknya zat-zat berbahaya ke
dalam parenkim otak, dapat menjadi faktor kunci awal dalam patogenesis stroke.
Sehingga pengembalian integritas sawar menjadi peran penting dalam mencegah
perburukan stroke. Penelitian kami telah mengawali dalam mendaftarkan
stroke. Hasil dari penelitian ini akan menyediakan dasar untuk melakukan terapi
sel bagi keduanya baik untuk pasien stroke iskemik yang diterapi dengan tPA
ataupun tidak, juga pada pasien dengan kelainan neurodegenerative akibat
disfungsi sawar darah otak.
KESIMPULAN
Pengenalan bahwa t-PA mungkin memperburuk kerusakan dari sawar
darah otak yang sudah rentan menjamin terapi yang di desain untuk mengatasi
disfungsi sawar darah otak ini. Saat ini, banyak dari terapi stroke yang
diimplementasikan tidak mempertimbangkan kapasitas kerusakan sawar darah
otak setelah stroke. Hal ini adalah anjuran kami bahwa jika tranplantasi EPC
dapat mengawali pemulihan dari endotelium vaskular, efek kliniknya mungkin
cukup baik dan secara substansial menolong sejumlah besar populasi pasien yang
mungkin diekslusikan menurut pedoman terapi jendela untuk tPA. Meskipun
kebanyak dari sejumlah penelitian mengenai stem sel secara cepat diterjemahkan
ke dalam uji klinis, penting untuk memperoleh tilikan terhadap mekanisme aksi,
yang mana akan membantu mengoptimalkan keamanan dan efikasi stem sel ini
terhadap stroke. Terdapay hampir 800 kasus stroke setiap tahun di AS namun
kurang dari 3 persen dari pasien ini yang memperoleh keuntungan dari terapi tPA,
akibat sempitnya jendela terapi dan efek sampingnya yang merugikan dapat
memperburuk cedera stroke dan menghilankan keuntungan yang diberikan oleh
reperfusi pada arteri yang tersumbat. Sejumlah peristiwa menunjukkan bahwa tPA
yang merangsang neurotoksisitas dapat berkontribusi terhadap kerusakan sawar
darah otak dan cedera neuronal pada fase akut setelah stroke. Kerusakan sawar
darah otak dapat menyebabkan terjadinya edema otak berat dalam beberapa jam
sampai beberapa hari pada pasien stroke. Kerusakan ini dapat secara negatif
mempengaruhi proses regeneasi sistem saraf pusat setelah stroke. Oleh sebab itu,
setiap regimen terapi yang secara langsung yang melemahkan defisit akibat stroke
harus mempertimbangkan peranan penting dalam meperbaiki sawar darah otak
supaya homeostasis SSP terpelihara dan meningkatkan regenerasi neuronal.
Kesimpulannya, secara struktural dan fungsional mengembalikan fungsi sawar
darah otak pada stroke akut dan subakut dapat memberikan keuntungan teraputik
dalam mengatasi strike. Mekanisme regenerative yang terlibat dalam memperbaiki
kerusakan BBB pada EPC adalah penting untuk kesuksesan outcome terapi sel
pada stroke. Terapi sel disesuaikan dengan pemilihan EPC dan/atau sekresi faktorfaktor EPC yang larut pada otak yang mengalami stroke merupakan strategi yang
potensial untuk memperbaiki sawar darah otak pada kasus stroke.