89
90
91
92
93
94
disampaikan oleh ketua kelompok kepada murabbi. Ketiga, telaah terhadap buku
yang berguna, setelah itu ditindaklanjuti dengan mewujudkan makna ukhuwah
dalam berbagai lapangan kehidupan yang tidak mungkin tercakup dalam bukubuku dan taujihat. Apa yang dianjurkan di sini misalnya dengan menjenguk
saudara yang sakit, memenuhi kebutuhan hidup saudaranya, serta mendekati
secara terus-menerus saudara yang terputus tali silaturahminya sehingga terjaga
tali ukhuwah dan ketenangan jiwanya.10
95
96
dialamatkan ke Ikhwan.16
Puncak dari perselisihan antara Ikhwan dengan pemerintah adalah
instruktsi pembubaran pada 8 Desember 1948 oleh An Nuqrasyi, perdana menteri
Mesir saat itu. Semua cabang Ikhwan juga dilikuidasi beserta aset-asetnya. Hal
97
98
99
100
Masyhur dan Said Hawwa. Selain itu penerbit lain Gema Insani Press, Al-Kautsar,
Robbani Press dan Era Intermedia juga turut menyemarakkan buku-buku karya
ulama Ikhwan seperti Muhammad Qutub, Muhammad Al Ghazali dan Yusuf
Qardhawi.26
Gagasan dan ideologi Ikhwan kemudian banyak mempengaruhi organisasi
gerakan Islam di Indonesia seperti PII dan HMI. Metode dakwah Ikhwan banyak
dipakai dalam perkaderan lembaga-lembaga yang berbasis pelajar dan mahasiswa
ini. Sebut saja di sini Mutammimul Ula dari PII sebagai salah seorang generasi
awal yang menyebarkan ideologi Ikhwan di PII. Lebih awal dari itu ada
Imaduddin Abdulrahim (Bang Imad) dari HMI yang memperkenalkan konsep
Latihan Mujahid Dakwah (LMD).27 Imaduddin yang juga ketua Lembaga Dakwah
Mahasiswa Islam (LDMI) banyak menjalin hubungan dengan dan bahkan menjadi
wakil sekjend dalam International Islamic Federation of Student Organizations
(IIFSO) yang banyak diwarnai dan banyak orang-orang Ikhwan di dalamnya.
Imaduddin kemudian banyak memperkenalkan konsep perkaderan model
Ikhwan seperti pola Usroh yang bermetamorfosis menjadi tarbiyah. Lewat LMD
yang diselenggarakan di masjid Salman ITB inilah konsep-konsep Ikhwan banyak
disebarluskan ke dalam lingkungan kampus seluruh Indonesia. Jadi dapat ditarik
sebuah argumen bahwa LMD-lah kemudian yang menjadi cikal-bakal LDK yang
kemudian dalam dunia gerakan ekstra kampus bertransformasi menjadi Kesatuan
Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
101
B. SEJARAH KAMMI
Masjid Kampus dan Aktivisme Mahasiswa Muslim
Pasca diberlakukannya NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/
Badan Koordinasi Kemahasiswaan) oleh Menteri PTIP (Pendidikan Tinggi dan
Ilmu Pengetahuan), Dr. Syarief Thayeb tertanda SK 028/U/1974, ruang gerak
organisasi mahasiswa baik intra maupun ekstra kampus mengalami kelesuan
berkepanjangan.
Keputusan
yang
dimunculkan
sebagai
sarana
untuk
102
103
Kemunculan etos semacam ini diakibatkan oleh tekanan yang begitu massif dan
berkepanjangan terhadap umat Islam. Kedua, masjid dan mushalla kampus
memberikan sebuah ruang yang lapang sebagai media diseminasi dan internalisasi
nilai-nilai ideal Islam tersebut.32
Faktor pertama lebih dapat dilihat dalam konteks sumber daya yang
tersedia yakni kelompok anak muda yang sedang mengalami proses radikalisasi
dalam pemahaman keagamaan dan sekaligus menghendaki proses purifikasi
pemahaman pada ranah nilai maupun praksis keislaman masyarakat. Ini dapat
dilihat dari misalnya, kajian-kajian keagamaan yang begitu marak dilakukan
dalam kalangan tersebut. Pada sat-saat itu sebenarnya merupakan rentang waktu
yang cukup panjang dimana kegiatan-kegiatan semacam itu dianggap sebagai
berisiko tinggi dan dapat dipandang sebagai perilaku subversif oleh penguasa.
Namun dengan semangat dan keuletan berpikir mereka memunculkan pola gerak
yang pada kemudian hari begitu menentukan dalam proses perubahan radikal
bangsa ini.33
Selanjutnya, faktor kedua yakni masjid kampus dapat diasumsikan sebagai
beteng pertahanan sekaligus sebagai basis bagi aktivitas keagamaan dan gerakan.
Dari masjid kampus inilah skenario aksi menumbangkan rezim Orde Baru pada
gerakan reformasi 1998 dilakukan. Fungsionalisasi masjid sebagai pusat gerakan
oleh mahasiswa Islam pada saat itu memiliki landasan teologis dan historis yang
cukup kuat. Masjid pada masa Muhammad saw selain difungsikan sebagai pusat
peribadatan ritual umat Islam juga sebagai pusat dimana skenario dakwah Islam
yang dipimpin dan diusung Muhammad sebagai utusan Allah dijalankan. Masjid
104
menjadi sebuah tempat penggodokan bagi para mujahid yang akan berjihad di
jalan dakwah demi sebuah pencapaian mardhatillah. Dengan landasan pikir
semacam ini, ada sebuah proyeksi dari keimanan terhadap perilaku sehari-hari.
Dengan kata lain adanya relevansi antara nilai-nilai tauhid yang menjadi
keyakinan dengan realitas sosial yang menjadi medan objektivasi sehingga
berdimensi tauhid sosial.34
Refleksi dari konsepsi tauhid tadi kemudian terproyeksikan dalam melihat
permasalahan sosial, politik, ekonomi yang ada sehingga melahirkan ideologi
progresif. Dari sinilah kemudian muncul kesadaran untuk menghadapi kekuasaan
yang bersifat hegemonik dan tiranik yang dipresentasikan oleh Orde Baru.
Fenomena gerakan semacam itu dapat disebut misalnya aktivis dakwah
masjid Salman ITB yang salah satu eksponennya adalah Imaduddin Abdulrahim
(Bang Imad). Melalui Bang Imad ini pulalah gerakan yang berbasis masjid
kampus tersebar ke seluruh Indonesia dalam fenomena gerakan usroh yang
kemudian bermetamorfosis menjadi tarbiyah sebagai sebuah sistem dan juga
sebagai pola kaderisasi dalam lingkungan ini. Gerakan tarbiyah itu sendiri
merupakan representasi dari gerakan Ikhwanul Muslimin yang lahir di Mesir dari
seorang Hasan Al Banna.
demikian ada
105
106
107
108
109
110
111
Subiyanto, Pangkostrad sewbagai salah satu pembicara dalam sesi diskusi panel
pada FSLDK X tersebut. Idu ini kemudian dibantah dengan press release yang
diberikan oleh KAMMI ke sejumlah media massa. Argumen mengapa Prabowo
diundang adalah, bahwa KAMMI melihat perlu adanya upaya dialog antara
mahasiswa-militer mengenai situasi yang sedang berkembang. Logika ini diambil
tentunya melihat bahwa militer memiliki posisi yang cukup, bahkan sangat
penting dalam konstelasi politik nasional ketika Orde baru berkuasa saat itu.
Alasan lain yang diungkapkan dalam oleh KAMMI adalah, bahwa yang diundang
bukan hanya Prabowo, namun ada Amien Rais sebagai tokoh nasional yang
sangat vokal terhadap rezim yang berkuasa, meskipun keduanya akhirnya batal
hadir.45Namun bukan hal yang aneh bahwa setiap kali sebuah organisasi eksis
pasti akan muncul pula kontroversi-kontroversi selanjutnya sesuai dengan peran
yang dijalankannya. Demikianlah, KAMMI pun mengalami hal serupa sepanjang
kehadirannya dalam konstelasi pergerakan di Indonesia.
112
C. Ideologi KAMMI
Menjadi Islam bagi saya tidak berarti menyangkal Yesus dan Marx.
Saya sekarang menemukan titik yang selalu sudah saya cari,
titik dimana kreativitas artistik, aksi politik,
dan keimanan membentuk kesatuan sesungguhnya.
[Roger Garaudy]46
113
manusia kemudian lari kepada agama yang merupakan hasil ciptaannya (anganangannya). Ini terjadi karena manusia tidak mampu merealisasikan aspirasi
dirinya dalam lingkungan sosial dimana ia berada.48
Weber, dalam rangka mengkritik Marx memberikan komentar bahwa
meskipun agama memberikan manusia pelarian sehingga ia puas dengan kondisi
kemelaratan yang dialaminya (alienasi), namun bentuk pelarian tersebut adalah
merupakan ideologi, yakni ideologi agama sebagai
and The
konfusianisme
dianggap menemukan
114
115
116
persentuhannya
dalam
IIFSO,
konsep-konsep
Ikhwanul
dicurigai membawa ideologi radikal semacam yang terjadi pada pengikut Komji
(Komando Jihad) yang ingin membuat makar terhadap negara.58
117
118
Kebijakan
tersebut
dikenal
dengan
Normalisasi
Kehidupan
kampus.
Semua kegiatan harus atas koordinasi dan seijin pejabat kampus, baik dekanat
maupun rektorat. Pejabat
sebelumnya, gerakan yang diawali dari masjid Salman ITB ini sudah cukup
119
tarbiyah ini
120
121
1. Visi KAMMI
Visi KAMMI terumuskan menjadi KAMMI merupakan wadah
perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin masa depan
yang tangguh dalam upaya mewujudkan masyarakat madani di Indonesia. Dari
rumusan visi tersebut, terpetakan dengan jelas apa yang ingin dicapai KAMMI
sebagai sebuah organisasi. Ini dapat dilihat dari kata kepemimpinan nasional dan
masyarakat madani. 72
Masyarakat yang diidealkan oleh KAMMI bagi bangsa Indonesia adalah
masyarakat yang bebas dari otoritarianisme, dimana didalamnya dipenuhi oleh
nilai-nilai keadilan, persamaan, kebebasan dan kemerdekaan. Inilah konsep
masyarakat madani yang diidamkan. Sementara itu, menurut KAMMI
masyarakat madani akan tercapai dengan prasyarat dimana negara dapat berfungsi
untuk (1) mengelakkan terjadinya eksploitasi antar manusia, antar kelompok, dan
antar kelas dalam masyarakat; (2) memelihara kebebasan warga negara dan
melindungi seluruh warga dari invasi asing; (3) menegakkan sistem keadilan
sosial yang seimbang; (4) memberantas setiap kejahatan dan mendorong setiap
kebaikan yang ada dalam masyarakat; (5) menjadikan negara sebagai tempat
122
tinggal yang teduh dan mengayomi setiap warga negara dengan jalan
pemberlakuan hukum yang adil. 73
Dari prasyarat-prasyarat tersebut terlihat jelas bahwa negara tidak bisa
dipisahkan dalam upaya pencapaian masyarakat madani tersebut. Dengan
demikian, logikanya kemudian adalah kepemimpinan yang akan melaksanakan
roda pemerintahan guna mewujudkan masyarakat madani tersebut. KAMMI
kemudian melihat bahwa selama ini, cita-cita masyarakat madani tidak pernah
terwujud karena kepemimpinan negara selalu dipegang oleh orang-orang dan
sistem yang sangat menyengsarakan rakyat. Dimulai dari era kolonial Belanda dan
Jepang. Kemudian berlanjut pada era kepemimpinan pasca proklamasi yang
ternyata lebih banyak melakukan ekploitasi terhadap rakyat yang dipimpinnya.
Dengan demikian dibutuhkan pemimpin yang amanah yang mampu
menggerakkan
rakyat
dan
mengarahkannya
untuk
mencapai
cita-cita
2. Misi KAMMI
Sebuah organisasi harus memiliki raison deetre
sebagai suatu
123
77
organisasi merupakan terobosan strategis karena saat itu masih berlaku asas
tunggal. Sementara itu dari sisi kultural, penetapan asas Islam merupakan
penegasan identitas ideologis dan identitas kultural yang dibangun KAMMI.
KAMMI memiliki latar kultural dari kalangan aktivis dakwah kampus yang kental
dengan aktivitas dan ruh keislaman dalam setiap aktivitasnya. Menjadi sangat
relevan kemudian jika akhirnya pada masa reformasi, tuntutan yang getol
didengungkan adalah penghapusan Pancasila sebagai asas tunggal setiap
organisasi massa.78
Selanjutnya, asas Islam tidak sebatas identitas simbolik organisasi. Islam
menjadi kepribadian organisasi dan gerakan yang terejawantahkan dalam tampilan
aktivis KAMMI, baik secara personal maupun organisasional. Identitas jilbab
124
menjadi sesuatu yang melekat bagi kalangan aktivis wanita KAMMI (akhwat).
Sementara itu memanjangkan jenggot serta memendekkan kumis menjadi sesuatu
yang mudah dilihat pada kalangan ikhwan KAMMI. Selain itu, konsep hijab
sebagai pembatas interaksi antara ikhwan dan akhwat dalam ruang pertemuan
semakin menunjukkan identitas keislaman tersebut.79
Untuk menunjukkan termanifestasikannya Islam dalam kerangka gerakan
KAMMI, maka dirumuskanlah enam prinsip perjuangan KAMMI.80 Pertama,
kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI. Dan sesungguhnya telah
Kami tulis dalam Zabur sesudah Kami tulis dalam Lauh Mahfudz bahwa bumi ini
diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh (QS. 21: 105), Aku dan rasul-rasul-Ku
pasti menang, sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa (QS. 58: 21)
menjadi sandaran dan semangat KAMMI. Bahwa kemenangan Islam adalah
sunnatullah. Dengan dalil semacam itu, KAMMI yakin bahwa Allah akan
menolong setiap langkah juang yang dilakukan untuk berjihad demi mengharap
ridho-Nya.
Kedua, kebathilan adalah musuh abadi KAMMI. KAMMI sangat yakin
bahwa kebathilan adalah musuh dan penyakit bagi umat manusia. Karena sifat
keberadaannya, ia harus diperangi. Fitrah manusia sepanjang masa selalu menolak
penyakit yang menyengsarakan mereka, meskipun banyak diantara mereka tidak
sadar bahkan tidak mengenalinya. Ini menyebabkan tidak adanya upaya untuk
menanggulanginya. Tanggungjawab KAMMI di sini adalah menyadarkan umat
akan hakikat kebathilan dan
125
126
127
128
Perangkat
Ideologi KAMMI
Asas
Prinsip
Perjuangan
Visi
Misi
Islam
1. Kepemimpinan nasional
2. Masyarakat Madani
129
Catatan Kaki
1
Hizbut Tahrir sendiri merupakan sempalan dari Ikhwanul Muslimin karena menganggap gerakan
Ikhwan (sebutan singkat bagi gerakan Ikhwanul Muslimin maupun anggotanya) terlalu moderat.
Ketidakpuasan itu diwujudkan oleh Taqiyuddin An Nabhani dengan membentuk gerakan
dengan nama Hizbut Tahrir Al Islami (Partai Islam untuk Pembebasan). Ariel Cohen, 2003.
Hizbut Tahrir: Ancaman Baru terhadap Kepentingan AS Di Asia Tengah. (Makalah tidak
diterbitkan).
2
Ishak Mussa Al Husaini, 1983. Ikhwanul Muslimin: Tinjauan Sejarah Sebuah Gerakan Islam
(Bawah Tanah). Jakarta: Grafiti Pers. Hal. 3.
3
Ibid. hal. 6.
4
Hasan Al Banna, 1997. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. (Jilid I). Solo: Intermedia. Hal.
295.
5
Ibid. hal. 177-178.
6
Ibid. hal. 280. lihat juga. Youssef M. Choueriri, 2003. Islam Garis Keras: Melacak Akar
Gerakan Fundamentalisme. Jogjakarta: Qanun. Hal. 75.
7
Lihat. Syeikh Jasim Muhallil, 1996. Ikhwanul Muslimin, Deskripsi, Tuduhan dan Jawaban. (terj)
tidak diterbitkan. Hal. 12-21. deskripsi yang cukup berbeda tetang prinsip gerakan Ikhawanul
Msulimin diberikan oleh Ishak Mussa Al Husaini. (1) menghindari perdebatan teologis.
Ikhwanul Muslimin bukanlah milik suatu madzhab, ia adalah milik umat yang mengabdikan diri
bagi hakikat agama yang tulus. (2) menghindari dominasi tokoh penting dan termasyhur. (3)
mengindari lembaga dan partai politik, (4) pencapaian kemajuan secara bertahap, (5)
membangun kekuatan untuk mencapai tujuan. Dimulai dengan kekuatan doktrin dan iman,
persatuan dan solidaritas, kemudian kekuatan pasukan dan senjata. Untuk poin yang terakhir
dipakai ketika poin sebelumnya gagal. (6) mendirikan pemerintahan Islam, (7) percaya kepada
persatuan Arab dan persatuan Islam, (8) gagasan kekhalifahan. Bila masalah kebudayaan,
ekonomi dan kerja sama sosial antara bangsa Islam berjalan baik dan terjalin permufakatan,
maka khilafah Islam terwujud. (9) posisi menghadapi Eropa. Setiap negeri yang menyerang
tanah air Islam adalah tiran dan karena itu harus dicegah. Islam adalah kemerdekaan, kebebasan,
kedaulatan nasional, dan jihad. Prinsip ini harus dibela sampai titik darah terakhir. Lihat. Ishak
Mussa Al Husaini, 1983. Ibid. hal. 53-54.
8
Martin van Bruinessen, 2002. Genealogies of Islamic Radicalism in Post Suharto Indonesia.
Makalah tidak diterbitkan. Hal. 8-9.
9
Hasan Al Banna, 1997. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. (Jilid II). Solo: Intermedia. Hal.
205-207
10
Ibid. hal. 208-209.
11
Ishak Mussa Al Husaini, 1983. op. cit. hal. 19.
12
Begitu cepatnya perkembangan cabang-cabang Ikhwan di luar negeri tak dapat dilepaskan dari
banyaknya alumni Mesir yang berasal dari negara-negara tersebut, terutama sekali alumni
Universitas Al Azhar. Tak terkecuali para pioner Ihwanul Muslimin di Indonsia. Ibid. hal. 20.
13
Ibid. hal. 21.
14
Ibid. hal. 22
15
Ibid. hal. 24
16
Ibid. hal. 25
17
Ibid. hal. 26
18
Ibid. hal. 28.
19
Ibid. hal. 97
20
Ibid. hal. 12.
21
Natsir juga banyak menjlin hubungan dengan Ikhwanul Muslimin salah satunya karena merasa
senasib, dimana partainya Masyumi juga dibubarkan oleh pemerintah sebagaimana dialami
Ikhwanul Muslimin. Lihat. Yudi latif, 2005. The Rupture of Young Muslim Intelligentsia in The
Modernization of Indonesia. Dalam Studia Islamika. Vol. 12. no. 3. hal. 400.
130
22
Menurut penelitian yang dilakukan Mona Abaza, lonjakan mahasiswa Indonesia yang belajar di
timur tengah sangat signifikan setelah tahun 1983, sebuah periode dimana Ikhwan di Indonesia
sedang berkembang. Jika pada tahun 1966 hanya terdapat 36 mahasiswa di Mesir, pada tahun
1982/83 meningkat menjadi 415 orang, dan meningkat lagi menjadi 722-730 pada 1987.
kemudian meningkat menjadi 1000 pada 1993. Pada tahun 1987 mahasiswa Indonesia di seluruh
kawasan timur tengah terdata paling tidak berjumlah 1742 dengan persebaran di Arab Saudi
(904) dan Mesir (722), dan sisanya di Iran (32), Libya (27), Syria (21), Sudan (10), Jordan (9),
Iraq (8), Turkey (7), dan Algeria (2). Lihat. Yudi latif, 2005. The Rupture of Young Muslim
Intelligentsia in The Modernization of Indonesia. Dalam Studia Islamika. Vol. 12. no. 3. hal.
401.
23
Yudi Latif, 2005. Ibid. hal. 400-401.
24
Abu Ridho adalah alumni IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta yang juga aktivis PII dan HMI. Abu
Ridho, Mashadi, Mukhlis Abdi pada tahun 1990-an kemudian menjadi dedengkot dari partai
Keadilan. Lihat. Yudi Latif, 2005. Ibid.hal. 401.
25
Ibid.
26
Ibid.
27
Ibid. hal. 402.
28
Mahfudz Sidiq, 2003. KAMMI dan Pergulatan Reformasi:Kiprah Politik Aktivis Dakwah
Kampus dalam Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Krisis Nasional Multidimensi.
Solo: Era Intermedia. Hal. 57-58. juga Denny JA, 1990. Hal. 29, 45-46.
29
Denny, JA, 1990. Gerakan Mahasiswa dan Politik Kaum Muda Era 80-an. Jakarta: Miswar.
Hal. 29. Sejak tahun 70-an sampai 80-an rezim orde baru mengeluarkan kebijakan yang semakin
memperlemah posisi rakyatmahasiswa. Paling tidak pada tahun itu pemerintah mengeluarkan
tiga kebijakan. Pertama dibentuknya KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia), sebagai
wadah tunggal bagi seluruh organisasi kepemudaan (termasuk mahasiswa) pada tahun 1973.
Kedua pembekuan Dewan Mahasiswa pada 1978. dan ketiga diberlakukannya NKK/BKK.
Lihat. Muridan S. Widjojo dan Mashudi Noorsalim, 2004. Bahasa Negara Versus Bahasa
Gerakan Mahasiswa: Kajian Semiotik atas Teks-teks Pidato Presiden Soeharto dan Selebaran
Gerakan Mahasiswa. Jakarta: LIPI Press. Hal. 133.
30
Lihat Mahfudz Sidiq, Ibid. Hal. 59.
31
Lihat, Mahfudz Sidiq, 2003. Hal. 59. Lihat juga Denny, JA, 1990. Hal. 45-46.
32
Ali Said Damanik, dalam Mahfudz Sidiq. Hal. 66
33
Lihat Mahfudz Sidiq. Ibid. Hal 66-67.
34
Lihat Mahfudz Sidiq. Hal 68.
35
Ibid. Hal. 74-76.
36
Khiittah LDK sendiri disusun oleh para mantan aktivis LDK. Salah seorang yang menyusun
khittah ini adalah Ismail Yusanto. Keberadaan mantan aktivis LDK juga diorganisasikan dalam
sebuah lembaga alumni LDK. Ismail Yusanto menjadi ketua pertama lembaga ini. Lihat
wawancara dengan Ismail Yusanto dalam Digital Journal Al Manar No. 1. 2004.
37
Mahfudz Sidiq, 2003. KAMMI dan Pergulatan Reformasi:Kiprah Politik Aktivis Dakwah
Kampus dalam Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Krisis Nasional Multidimensi.
Solo: Era Intermedia. Hal. 95.
38
Mahfudz Sidiq, Ibid. Hal. 97.
39
Ibid. Hal. 97.
40
Ibid. Hal. 97.
41
Ibid. Hal. 99.
42
Ibid. Hal. 100.
43
Santernya isu bahwa KAMMI lahir dari rahim LDK serta santernya penolakan yang diberikan
oleh KAMMI tentu cukup beralasan. LDK adalah organisasi yang secara formal bernaung di
bawah lembaga universitas atau kampus, sehingga akan sangat bermasalah dikemudian harinya
jika LDK melahirkan KAMMI sebagai organisasi ekstra kampus. Anggapan bahwa lembaga
Dakwah Kampus (LDK) telah dikooptasi oleh kepentingan pihak luar kampus sangatlah besar
sehingga jalan amannya adalah dengan langkah-langkah seperti telah dijelaskan di muka. Selain
itu hal yang lebih penting adalah, bahwa LDK sebagai organisasi intra kampus yang memiliki
131
mainstream berpikir yang sama dengan KAMMI akan menjadi mitra yang baik untuk
memasukkan wacana yang diusung KAMMI ke dalam lingkungan kampus.
44
Lihat Mahfudz Sidiq. Hal. 106.
45
Ibid. Hal. 107.
46
Pernyataan Roger Garaudy dalam harian Le Monde. Dalam K. Bertens, 2001. Filsafat Barat
Kontemporer (Jilid II) Prancis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 240.
47
Nuswantoro, 2001. Daniel Bell: Matinya Ideologi. Magelang: Indonesiatera. Lihat juga. Hikmat
Budiman, 2003. Daniel Bell: Fundamentlisme Kapitalis dan Radikalisme Kultural dalam
Jurnal Masyarakat. No. 12. Jakarta: LabSosio UI.
48
Franz Magnis Suseno, 2001. Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan
Revisionisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
49
Max Weber. Economic and Society (ES) dalam Anthony Giddens, 1986. Kapitalisme dan
Teori Sosial Modern, Suatu Analisis Karya Tulis Marx, Durkheim, dan Max Weber. (terj.
Soeheba Kramadibrata). Jakarta: UI Press.
50
Max Weber, 2001. Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism.(terj). Malang: Pustaka
Promothea.
51
Francis Fukuyama, 1992. The End of History and The Last Man. (terj). Jogjakarta: Qalam
52
Samuel Huntington, 1999. Clash of Civilizations and The Remaking of Wolrd Order. (terj).
Jogjakarta: Tiara Wacana
53
Ihsan Ali Fauzi. 2007. Zakat dan Wakaf untuk Jihad?: Konteks Global dari Salafisme-Jihadisme
Lokal (Pointer Diskusi Wahhabisme XI).
54
Andi Rahmat dan Muhammad Nadjib, 2001. Gerakan Perlawanan Dari Masjid Kampus. Solo:
Purimedia. Hal. 73.
55
Yudi Latif, The Rupture of Young Muslim Intelegentsia in The Modernization of Indonesia
dalam Studia Islamika. 2005. Vol. 12. No. 3. hal. 393.
56
Berdirinya DDII sendiri tak bisa dilepaskan dari peran negara Timur Tengah, terutama Kerajaan
Arab Saudi yang banyak mendanai organisasi Islam internasional yang beraliran konservatif dan
puritan dalam praktek pengajarannya. Salah satunya adalah Rabithah Alam Islami. DDII yang
diketuai oleh Muhaammad Natsir menjadi anggotanya dimana Natsir menjabat sebagai salah
satu wakil ketuanya. Berkat aksesnya dengan organisasi ini dan juga dengan negara-netgara
timur tengah, DDII mampu mendanai gerakan dakwah kampus. Bentuk pendanaannya tidak
sekedar pada pemberian sumber-sumber pembelajaran dalam rupa buku-buku dari timur tengah,
maupun pemberian beasiswa terhadap kader-kader dakwah kampus, namun juga sampai pada
bantuan finansial dalam pembangunan masjid-masjid kampus di perguruan tinggi umum. Lebih
lengkap lihat. Martin van Bruinessen, 2002. Genealogies of Islamic Radicalism In Post-Suharto
Indonesia. (tidak diterbitkan). Lihat juga Yudi Latif, 2005. Ibid. hal. 393.
57
Konsep yang sangat berpengaruh dalam Ikhwanul Muslimin adalah mengenai karakter dakwah
Ikhwan yang terdiri atas sembilan (9) karakter. Lihat note no. 4. lebih lengkap, lihat. Syeikh
Jasim Muhallil, 1996. Ikhwanul Muslimin, Deskripsi, Tuduhan dan Jawaban. (terj) tidak
diterbitkan. Hal. 12-21.
58
Salah satu kelompok usroh yang dicurigai berbuat makar adalah kelompok Imron yang
membajak pesawat Garuda tujuan Thailand pada tahun 1981. Tindakan makar itu juga diduga
kuat sangat terkait dengan Ali Moertopo, sang kepada badan intelijen negara yang kemudian
menjadi tangan kanan Suharto. ia dianggap sebagian kalangan sebagai penskenario aksi tersebut
guna mendiskreditkan umat Islam. Ali Moertopo adalah pendiri CSIS (Center for Strategic and
International Studies), lembaga yang menjadi think thank-nya Orde baru. Lihat. Elizabeth Fuller
Collins, 2004. Islam is The Solution: Dakwah and Democracy in Indonesia. (Makalah tidak
diterbitkan).
59
Gerakan yang berawal dari Salman ITB ini menjadi gejala umum, terutama pada PTUN di
seluruh tanah air. Sebuah penelitian atas prakarsa LabSosio UI, memetakan bagaimana pola dan
ciri aktivitas keagamaan di kalangan mahasiswa PTUN ini, khususnya pada era pasca reformasi,
(1) medium pembelajaran utama, dalam bentuk kelompok-kelompok kecil (halaqah/mentoring);
(2) medium pembelajaran tambahan berupa sistem kaderisasi yang kreatif; (3) subjek
pembelajaran adalah mentor atau murabbi yang terpercaya; (4) nilai atau substansi yang
132
ditawarkan memberikan kepastian; (5) sumber rujukan belajar berupa buku-buku karangan
ulama timur tengah; (6) bekerja dalam sistem dengan jaringan yang terkelola dengan baik; (7)
identitas jilbab panjang dan jenggot; (8) konsistensi dan kontinuitas dalam sistem kaderisasi.
Selengkapnya lihat. Ali Said Damanik, et. al, 2005. Pola Aktivitas Keagamaan di Kalangan
Mahasiswa PTUN di Era Pasca Reformasi. (hasil penelitian tidak diterbitkan). Jakarta:
LabSosio UI
60
Tarbiyah merupakan konsep pendidikan dimana seorang senior yang diposisikan sebagai
murabbi menjadi mentor atau guru atas juniornya, sekaligus melakukan kontrol (pendisiplinan)
terhadap anggota halaqah, salah satunya dengan lembar evaluasi diri berkala (jam, harian).
Selain itu posisi murabbi tidak sekedar sebagai guru yang memberikan materi pembelajaran
semata, ia juga harus menjadikan nilai-nilai keislaman nampak dan terinternalisasi dalam dirinya
sendiri sehingga ia juga berfungsi sebagai teladan. Proses belajar dengan metode semacam ini
dilakukan sangat intensif sehingga memiliki dampak yang sangat besar terhadap perubahan
perilaku para anggotanya. Pola ini disertai dengan ibadah-ibadah nafilah (tambahan) yang
mematangkan spiritualitas anggotanya. Lihat. Hasil penelitian LabSosio UI, Ali Said Damanik,
2005. Ibid. Lihat juga. Martin van Bruinessen, 2002. Op. Cit. hal. 8.
61
Lihat. Elizabeth Fuller Collins, 2004. Islam is The Solution: Dakwah and Democracy in
Indonesia (Makalah tidak diterbitkan). Lihat juga. Martin van Bruinessen, 2002. Genealogies of
Islamic Radicalism In Post-Suharto Indonesia. (Makalah tidak diterbitkan). Dan, Yudi Latif,
The Rupture of Young Muslim Intelegentsia in The Modernization of Indonesia dalam Studia
Islamika. 2005. Vol. 12. No. 3. hal. 394, 403.
62
Lihat. Mahfudz Sidiq, 2003. KAMMI dan Pergulatan Reformasi:Kiprah Politik Aktivis Dakwah
Kampus dalam Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Krisis Nasional Multidimensi.
Solo: Era Intermedia. Hal. 70.
63
Op. Cit. hal. 400-401
64
Ibid. lihat juga Yudi Latif, The Rupture of Young Muslim Intelegentsia in The Modernization
of Indonesia dalam Studia Islamika. 2005. Vol. 12. No. 3. lihat juga Andi Rakhmat dan
Mukhammad Najib, 2001. Gerakan Perlawanan dariMasjid Kampus. Solo: Purimedia.
65
Sikap ini menurut Syafii Maarif disebut dengan etik otoriter. Pandangan ini menyangkal adanya
kemampuan individual untuk melakukan penilaian bebas secara otonom. Di dalam kerangka ini
etik otoriter justru mendominasi tafsir atas nilai, benar-salah, baik-buruk. Lihat Andi Rakhmat
dan Mukhammad Najib, 2001. Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus. Solo: Purimedia.
Hal. 58.
66
NU dan Muhammadiyah menerima asas tunggal Pancasila sebagai asas organisasinya.
Sementara itu HMI dalam konferensinya di Padang juag menerima asas tunggal. Meskipun
dengan melabeli identitas Islam sebagai sebuah pegangan organisasi. Namun ini dipandang
sebagai bentuk inkonsistensi organisasi yang kemudian melahirkan perpecahan dalam tubuih
mahasiswa Islam terbesar kala itu. Beberapa cabang (Jakarta, Jogjakarta, Purwokerto,
Semarang, Makassar) yang tetap mempertahankan Islam sebagai asas kemudian memisahkan
diri dengan nama HMI-MPO (Majelis Penyelamat Organisasi), dengan konsekuensi bergerak
secara underground. Penelitian ini sendiri mengambil HMI yang menerima asas tunggal sebagai
objek penelitiannya (meskipun sekarang sudah berubah asas lagi menjadi Islam seiring
reformasi). Pelajar Islam Indonesia (PII) yang juga tidak menerima asas tunggal juga harus
bergerak underground dan harus berkali-kali berurusan dengan aparat dalam aktivitas-aktivitas
organisasinya. Lihat. Elizabeth Fuller Collins, 2004. Islam is The Solution: Dakwah and
Democracy in Indonesia (Makalah tidak diterbitkan). Hal. 9.
67
Meskipun begitu, kesuksesan gerakan dakwah masjid kampus ini tak bisa dilepaskan dari
konstelasi politik nasional waktu itu. Negara Orde Baru dalam paruh terakhir pemerintahannya
mengambil sikap akomodatif terhadap kalangan Islam. Waktu itu rezim Orde Baru banyak
mendapatkan tekanan berupa aksi demonstrasi mahasiswa. Politik akomodatif ini dapat
dimaknai sebagai upaya menarik dukungan dari kalangan yang selama ini mengalami represi
politik. Pada sisi lain, menurut Aspinall, ada konflik dalam internal Orde Baru, yakni antara
petinggi militer dengan Suharto. Indikasinya adalah diundangnya Jenderal (Purn) Sumitro ke
DPR pada 21 Juni 1989 untuk menyampaikan pandangan-pandangan politiknya. Melihat realitas
133
semacam itu, pemerintah memandang perlu melakukan reformasi politik secara terbatas, yang
salah satu dampaknya adalah melonggarnya pengawasan terhadap kehidupan kampus. Lebih
lengkap lihat. Mahfudz Sidiq, 2003. KAMMI dan Pergulatan Reformasi:Kiprah Politik Aktivis
Dakwah Kampus dalam Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Krisis Nasional
Multidimensi. Solo: Era Intermedia. Hal. 64. lihat juga. Elizabeth Fuller Collins, 2004. Islam is
The Solution: Dakwah and Democracy in Indonesia (Makalah tidak diterbitkan). Hal. 10.
68
Mekipun begitu, FSLDK ini dalam perjalanannya mengalami pasang surut dan terdapat friksifriksi. Friksi yang jelas terlihat adalah adanya perbedaan antara mereka yang berpandangan
tarbiyah dan Hizbut Tahrir. Maka sekarang ini pun muncul dua macam varian LDK di kampuskampus umum tersebut. Untuk yang pertama, muncul dan besar di setiap kampus, namun untuk
yang kedua, baru cukup dominan pada kampus IPB Bogor, kemudian menyebar ke Unpad
Bandung, Unair Surabaya, IKIP Malang, dan Unhas Makassar. Selain friksi internal kendala lain
yang cukup kentara adalah kendala teknis seperti transportasi dan komunikasi, melihat bahwa
aktor-aktornya adalah mahasiswa dalam skup geografis Indonesia yang sangat luas. Sesuatu
yang menjadi simpul pengikat adalah kesamaan dalam hal pandangan-pandangan keagamaan.
Lihat wawancara dengan Ismail Yusanto dalam Digital Journal Al Manar No. 1. 2004. lihat
juga. Elizabeth Fuller Collins, 2004. Islam is The Solution: Dakwah and Democracy in
Indonesia (Makalah tidak diterbitkan). Lihat juga. Martin van Bruinessen, 2002. Genealogies of
Islamic Radicalism In Post-Suharto Indonesia. (Makalah tidak diterbitkan).
69
Andi Rakhmat dan Mukhammad Najib, 2001. Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus. Solo:
Purimedia. Juga dalam. Mahfudz Sidiq, 2003. KAMMI dan Pergulatan Reformasi:Kiprah
Politik Aktivis Dakwah Kampus dalam Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Krisis
Nasional Multidimensi. Solo: Era Intermedia.
70
Lihat. Mahfudz Sidiq, 2003. KAMMI dan Pergulatan Reformasi:Kiprah Politik Aktivis Dakwah
Kampus dalam Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Krisis Nasional Multidimensi.
Solo: Era Intermedia. Hal. 209.
71
Ibid. hal. 209. lihat juga. Andi Rakhmat dan Mukhammad Najib, 2001. Gerakan Perlawanan
Dari masjid Kampus. Solo: Purimedia.
72
Ibid. hal. 209.
73
Andi Rakhmat dan Mukhammad Najib, 2001. Gerakan Perlawanan Dari masjid Kampus. Solo:
Purimedia.
74
Hal yang menjadi pegangan KAMMI adalah, bahwa pemimpin yang berhak memimpin
Indonesia adalah pamimpin yang memiliki kapasita intelektual dan moralitas tinggi. Karakter
pemimpin semacam ini tidak mungkin akan berpikir dan melakukan penyelewengan amanah.
Untuk itu, diperlukan landasan moral agama dalam kehidupan politik Indonesia. Dengan
pemikiran semacam ini, KAMMI menganggap sangat tidak relevan ketika terjadi pemisahan
antara agama dengan politik. Sesuatu yang dianggap sebagai bagian dari sekularsime yang akan
menjerumuskan bangsa ini pada dekadensi moral yang berujung pada krisis bangsa. Lihat. Andi
Rakhmat dan Mukhammad Najib, 2001. Ibid. hal. 173-175.
75
Dengan terjelaskannya misi organisasi dalam poin-poin yang terukur dan teridentifikasi, akan
dapat memperjelas peran dan batasan wilayah kerja organisasi. Posisi semacam ini akan dapat
menempatkan organisasi pada lingkungan dan stakeholder yang ada sehingga mampu
melakukan kerja sama dengan elemen-elemen yang memiliki tempat trategis dalam kerangka
tujuan organisasi. Lebih jauh misi organisasi akan dapat merencanakan masa depan organisasi.
Lihat. John M. Bryson, 1999. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial. Jogjakarta:
Pustaka Pelajar. Hal. 57.
76
Op. Cit. Hal. 175.
77
Dalam anggaran dasar (AD) KAMMI, ditetapkan Islam sebagai asasnya. Lihat AD/ART
KAMMI. Bab. III (Asas, Sifat, Tujuan, dan Usaha), Pasal 4. Asas. Dalam kammi-jepang.net.
78
Mahfudz Sidiq, 2003. Op. Cit. Hal. 212-213.
79
Ibid. Hal. 213.
80
Andi Rakhmat dan Mukhammad Najib, 2001. Op. Cit. Hal. 189-194.