Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang paling dasar
dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan
kesehatan. Melalui program pelayanan puskesmas, diharapkan akan tercapai
masyarakat yang mandiri menuju sehat sesuai dengan visi Departemen Kesehatan.
Program puskesmas terdiri dari program kesehatan dasar yaitu Program Promosi
Kesehatan, Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program keluarga Berencana,
Program Pemberantasan Penyakit Menular, Program Peningkatan Gizi, Program
Kesehatan

Lingkungan,

Program

Pengobatan,

dan

program

kesehatan

pengembangan yaitu Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, program


Laboratorium, Program Kesehatan Sekolah, Program Perawatan Kesehatan
Masyarakat, Program Kesehatan Jiwa, dan Program Kesehatan Gigi.
Salah satu program pokok pelayanan kesehatan di puskesmas adalah
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pelayanan KIA yaitu program pelayanan
kesehatan di Puskesmas yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada
PUS (Pasangan Usia Subur) untuk berpartisipasi sebagai peserta KB, pelayanan
ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.
Tingginya angka kematian dan kesakitan ibu dan kematian bayi di
Indonesia menjadi perhatian pemerintah dan WHO. Angka kematian bayi hasil
SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi

hasil SDKI 2012 per 1.000 kelahiran hidup. adalah 32 kematian per 1.000
kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian.
Sama dengan pola SDKI 2007, lebih dari tiga perempat dari semua
kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas
kematian bayi terjadi pada periode neonatus. Salah satu faktor tingginya AKI di
Indonesia adalah disebabkan karena masih rendahnya cakupan pertolongan oleh
tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan
ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei
SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat
dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007.
Selain itu, tingginya angka kesakitan dan kematian bayi disebabkan oleh fasilitas
dan infrastruktur yang belum memadai, akses yang belum merata, dan SDM yang
terkait dengan pelayanan ibu belum merata distribusinya, kompetensi belum
seperti yang diharapkan, dan kerjasama antar SDM yang terkait belum terkordinir
dengan baik.
Evaluasi hasil program KIA di Puskesmas dilakukan berdasarkan laporan
bulanan KIA, kelahiran dan kematian per desa, penemuan kasus BBLR per desa,
penemuan kasus tetanus neonatorum per desa, kematian ibu, register kematian
perinatal (0-7) hari, rekapitulasi pelacakan kematian neonatal, Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) KIA indikator ibu, PWS KIA indikator anak serta
laporan bulanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) KIA. Laporan bulanan KIA
untuk memantau kegiatan kesehatan ibu dan bayi disuatu wilayah Puskesmas,

Laporan kelahiran dan kematian per desa untuk memantau perkembangan


kelahiran dan kematian neonatal dimasing-masing desa dalam suatu wilayah.
Upaya menurunkan AKI dan AKB beberapa upaya telah dilakukan. Upaya
tersebut diantaranya adalah

mulai tahun 1987

telah dimulai program safe

motherhood dan mulai tahun 2001 telah dilancarkan Rencana Strategi Nasional
making pregnancy safer (MPS). Adapun pesan kunci MPS adalah : (1) Setiap
persalinan, ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih; (2) Setiap komplikasi Obstetri
dan neonatal mendapatkan pelayanan yang adekuat; (3) Setiap wanita usia
subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
dan penanganan komplikasi keguguran.
Realisasi dari MPS tersebut di tingkat Puskesmas yang mempunyai dokter
umum dan bidan, khususnya puskesmas dengan rawat inap dikembangkan menjadi
Puskesmas mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Esensial Dasar
(PONED) (Koesno, 2004 : 3). Puskesmas dengan PONED menjadi tempat rujukan
terdekat dari desa sebagai pembina bidan dan mendekatkan akses pelayanan
kegawatdaruratan pada ibu hamil dan bersalin

karena

komplikasi

dalam

kehamilan dan persalinan tidak dapat diduga atau diramalkan sebelumnya


(Dinas Kesehatan Provinsi 2006 : 1). Pengembangan Puskesmas mampu PONED
dengan melatih tenaga dokter, perawat dan bidan serta melengkapi sarana dan
prasarana

sesuai

syarat-syarat

yang

telah

ditetapkan

diharapkan

dapat

mencegah dan menangani komplikasi kehamilan dan persalinan sehingga


dapat menurunkan AKI dan AKB.

Paket pelatihan pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)


disusun oleh Direktorat Bina kesehatan keluarga bekerjasama dengan Ikatan
Dokter Indonesia (Prof. Azrul Azwar, MPH), organisasi profesi dan tim pelatih
RSAB Harapan Kita pada tahun 1997. Dengan dikembangkannya paket pelatihan
asuhan paska keguguran di tahun 2000, materi perdarahan pada kehamilan muda
dipisahkan dari paket PONED. Saat pertama dikembangkan, topik materi
pelatihan adalah perdarahan pada kehamilan dan persalinan preeklamsia/eklamsia,
persalinan macet, atau distosia, dan resusitasi bayi.
Sejak tahun 2007 Direktorat Jendral Bina pelayanan medic telah
mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kinerja petugas pelaksana
pelayanan Obstetri Neonata Emergensi Komprehensif (PONEK) di berbagai
rumah sakit di wilayah Indonesia Timur dan Tengah, dan dilanjutkan ke wilayah
Indonesia Barat.
Pelatihan dilaksanakan menggunakan paket pelatihan PONEK yang
disusun oleh Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK), organisasi profesi terkait dan
HSP-USAID.
Pelatihan tenaga kesehatan di tingkat pelayanan dasar merupakan salah
satu upaya yang dapat segera dijalankan melalui paket pelatihan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) untuk meningkatkan keahliann dan
kualitas PONED. Dengan menyelenggarakan PONED dalam suatu system
pelayanan terpadu dan berjenjang, maka akan dapat mencapai hasil yang

diharapakan yaitu menurunkan angka kematin ibu menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup dan angka kematian neonatal menjadi 15 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015.
Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin merupakan salah satu unit
pelayanan kesehatan masyarakat yang berada di bawah Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan
masyarakat tingkat dasar di wilayah kerjanya, terutama dikaitkan dengan peran
Puskesmas Alalak Selatan sendiri yang telah memiliki PONED. Adapun wilayah
kerja kerja dari Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin meliputi Kelurahan Alalak
Selatan, Kuin Utara dan Pangeran. Dalam pelaksanaan kewajibannya sebagai unit
pelayanan kesehatan masyarakat, Puskesmas Alalak Selatan dengan PONED ini

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran kegiatan KIA, KB, dan PONED pada daerah kerja
Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
Meningkatnya mutu kesehatan ibu dan anak serta sehingga

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal


Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat, dan sektor
lain yang berkaitan untuk turut mendukung dan bekerjasama atas
pelayananan Puskesmas mampu PONED.

Anda mungkin juga menyukai