TUGAS KELOMPOK
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PENJAJAHAN BELANDA
ANGGOTA KELOMPOK 8 :
1. ANDI SEPTIAWAN
(1063055)
(1063635)
3. SEPTIANI
(1063885)
4. SITI NURHALIMAH
(1063915)
PRODI
:PGMI
KELAS
:M2 (B)
BAB I
PENDAHULUAN
Pada zaman colonial pemerintah Belanda menyediakan sekolah yang
beranekaragam bagi orang Indonesia untuk memenuhi kebutuhan berbagai lapisan
masyarakat. Cirri yang khas dari sekolah-sekolah ini ialah tidak adanya hubungan
berbagai ragam sekolah itu. Namun lambat laun, dalam berbagai macam sekolah
yang terpisah-pisah itu terbentuklah hubungan-hubungan sehingga terdapat suatu
system yang menunjukkan kebulatan. Pendidikan bagi anak-anak Indonesia
semula terbatas pada pendidikan rendah, akan tetapi kemudian berkembang secara
vertical sehingga anak-anak Indonesia, melalui pendidikan menengah dapat
mencapai pendidikan tinggi, sekalipun melalui jaln yang sulit dan sempit.
Lahirnya suatu system pendidikan bukanlah hasil suatu perencanaan
menyeluruh melainkan langkah demi langkah melalui percobaan dan didorong
oleh kebutuhan praktis di bawah pengaruh kondisi social, ekonomi, dan politik di
Nederland maupun di Hindia Belanda. Selain itu kejadian-kejadian di dunia luar,
khususnya yang terjadi di Asia, mendorong dipercepatnya pengembangan system
pendidikan yang lengkap yang akhirnya, setidaknya dalam teori, memberikan
kesempatan kepada setiap anak desa yang terpencil untuk memasuki perguruan
tinggi. Dalam kenyataan hanya anak-anak yang mendapat pelajaran di sekolah
berorientasi Barat saja yang dapat melanjutkan pelajarannya, sekalipun hanya
terbatas pada segelintir orang saja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN SELAMA PENJAJAHAN BELANDA
Pendidikan selama penjajahan Belanda dapat dipetakan kedalam 2(Dua)
periode besar, yaitu pada masa VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) dan
masa pemerintah Hindia-Belanda (Nederland Indie). Pada masa VOC, yang
merupakan sebuah kongsi(perusahaan) dagang, kondisi pendidikan di Indonesia
dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial.
1. Zaman VOC(Kompeni)
Orang Belanda dating ke Indonesia bukan untuk menjajah melainkan
untuk berdagang. Mereka di motivasi oleh hasrat untuk mengeruk keuntungan
yang sebesar-besarnya, sekalipun harus mengarungi laut yang berbahaya sejauh
ribuan kilometer dalam kapal layar kecil untuk mengambil rempah-rempah dari
Indonesia. Namun, pedagang itu merasa perlunya memiliki tempat yang permanen
di daratan daripada berdagang dari kapal yang berlabuh di laut. Kantor dagang itu
kemudian mereka perkuat dan persenjatai dan menjadi benteng yang akhirnya
menjadi landasan untuk menguasai daerah di sekitarnya. Lambat laun kantor
dagang itu beralih dari pusat komersial menjadi bais politik dan territorial. Setelah
peperangan colonial yang banyak akhirnya Indonesia jatuh seluruhnya di bawah
pemerintahan Belanda. Namun penguasaan daerah jajahan ini baru selesai pada
permulaan abad ke-20.
Metode kolonialisasi Belanda sangat sederhana. Mereka mempertahankan
raja-raja yang berkuasa dan menjalankan pemerintahan melalui raja-raja itu akan
tetapi menuntut monopoli hak berdagang dan eksploitasi sumber-sumber alam.
Adat istiadat dan kebudayaan asli dibiarkan tanpa perubahan aristokrasi
tradisional digunakan oleh Belanda untuk memerintah negeri ini dengan cara
efisien dan murah. Oleh sebab Belanda tidak mencampuri kehidupan orang
Indonesia secara langsung, maka sangat sedikit yang mereka perbuat untuk
pendidikan bangsa. Kecuali usaha meyebarkan agama mereka di beberapa pulau
di bagian timur Indonesia. Kegiatan pendidikan pertama yang dilakukan VOC.
Pada permulaan abad ke-16 hampir seabad sebelum kedatangan Belanda,
pedagang Portugis menetap di bagian timur Indonesia tempat rempah-rempah itu
dihasilkan. Biasanya mereka didampingi oleh misionaris yang memasukkan
penduduk kedalam agama katolik yang paling berhasil diantara mereka adalah
Ordo Jesuit di bawah pimpinan Feranciscus Xaverius. Xaverius memandang
pendidikan sebagai alat yang ampuh untuk penyebaran agama.
KELOMPOK 8 | PENDIDIKAN MASA PENJAJAHAN BELANDA
C. SISTEM
PERSEKOLAHAN
PADA
ZAMAN
PEMERINTAHAN
HINDIA BELANDA
Sistem persekolahan pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, secara
umum sistem pendidikan khususnya system persekolahan didasarkan kepada
golongan penduduk menurut keturunan atau lapisan (kelas) social yang ada dan
menurut golongan kebangsaan yang berlaku waktu itu, diantaranya:
1. Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs)
Pada hakikatnya pendidikan dasar
mempergunakan system pokok yaitu:
untuk
tingkatan
sekolah
dasar
10
lulusan HIS, HCS atau schakel. Bertujuan untuk mendidik dan mencetak
mandor jurusanya antara lain montir mobil, mesin, listrik, kayu dan piata
batu
3. Sekolah teknik (Technish Onderwijs) adalah kelanjutan dari
Ambachtsschool, berbahasa Belanda, lamanya sekolah 3 tahun. Sekolah
tersebut bertujuan untuk mendidik tenaga-tenaga Indonesia untuk menjadi
pengawas, semacam tenaga teknik menengah dibawah insinyur.
4. Pendidikan Dagang (Handels Onderwijs). Tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan Eropa yang berkembang dengan pesat.
5. Pendidikan pertanian (landbouw Onderwijs) pada tahun 1903 didirikan
sekolah pertaian Yang menerima lulusan sekolah dasra yang berbahasa
penganatar belanda. Pada tahun 1911 mulai didirikan sekolah pertanian
(cultuurschool) yang terdiri dari dua jurusan, pertanian dan kehutanan.
Lama belajaranya sekitar 3-4 tahun, dan bertujuan untuk menghasilkan
pengawas-pengawas pertanian dan kehutanan. Pada rtahun 1911 didirikan
pula sekolah pertanian menengah atas (Middelbare Landbouwschool) yang
menerima lulusan MULO atau HBS yang lamanya belajar 3 tahun.
6. Pendidikan kejuruan kewanitaan (Meisjes Vakonderwijs).
7. Pendidikan ini merupakan kejuruan yang termuda. Kemudian sekolah
yang sejenis yang didirikn oleh swasta dinamakan Sekolah Rumah Tangga
(Huishoudschool). Lama belajarnya tiga tahun.
8. Pendidikan keguruan (Kweekschool). Lembaga keguruan ini adalah
lembaga yang tertua dan sudah ada sejak permulaan abad ke-19. Sekolah
guru negeri yang pertama didirikan pada tahun 1852 di Surakarta.
Sebelum itu pemerintah telah menyelenggarakan kursus-kursus guru yang
diberi nama Normal Cursus yang dipersiapkan untuk menghasilkan guruguru sekolah desa. Pada abad ke-20 terdapat tiga macam pendidikan guru,
yaitu:
1. Normalschool,sekolah guru dengan masa pendidikan empat tahun
dan menerima lulusan sekolah dasar lima tahun, berbahasa
pengantar bahasa dearah.
2. Kweekschool, sekolah guru empat tahun yang menerima lulusan
berbahasa belanda.
3. Hollandschool Indlandschool kweekschool, sekolah guru 6 tahun
berbahasa pengantar Belada dan bertujuan menghasilkan guru HISHCS.
4. Pendidikan Tinggi (Hooger Onderwijs)
Karena terdesak oleh tenaga ahli, maka didirikanlah:
KELOMPOK 8 | PENDIDIKAN MASA PENJAJAHAN BELANDA
11
Dalam system dualisme diadakan garis pemisahan antara system pendidikan untuk
golongan Eropa dan system pendidikan unutk golongan bumi putra. Jadi disini
diadakan garis pemisah sesuai dengan politik colonial yang membedakan antara
bumi putra dan pihak penjajah.
2. System Korkondasi
System ini berarti bahwa pendidikan didaerah penjajahan disesuaikan dengan
pendidikan yang terdapat di Belanda. System ini diasumsikan bahwa dengan
System yang berkrkondasi dengan system yang ada di negeri Belanda, maka mutu
pendidikan terjamin setingkat pendidikan di Negara Belanda.
3. Sentralisasi
12
Dualisme dalam pendidikan dengan adanya sekolah untuk anak Belanda dan
untuk yang tak berada, sekolah yang memberi kesempatan melanjutkan dan tidak
memeberi kesempatan.
2. Gradualisme
Gradualisme dengan mengusahakan pendidikan rendah yang sederhana mungkin
bagi anak Indonesia dan memperlambat lahirnya sekolah untuk anak Indonesia.
3. Prinsip Konkordansi
Prinsip yang memaksa semua sekolah berorientasi barat mengikuti model sekolah
Nederland dan menghalangi penyesuaiannya dengan keadaan Indonesia.
4. Control sentral yang kuat
KELOMPOK 8 | PENDIDIKAN MASA PENJAJAHAN BELANDA
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. S. Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia , (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), hlm. 3
http://khairuddinhsb.blog.plasa.com/2008/07/21/pendidikan-di-zaman-belanda/
15
16
3. Setiap aliran agama yang dianggap palsu oleh pempluk agama yang
bersangkutan harus dibawa untuk memecah belah dan agar mereka berbuat
untuk mencari bantuan kepada pemerintah.
4. janji kepada rakyat tak perlu ditepati jika merugikan.
5. tujuan dapat menghalalkan segala cara.
Pemerintah Belanda mulai menjajah Indonesia pada tahun 1619 M, yaitu
ketika Jan Pieter Zoon Coen menduduki Jakarta, dan di lawan oleh Sultan Agung
Mataram yang bergelar Sultan Abdurrahman Khalifatullah Sayidin Ponotogomo.
Pada zaman sultan Islam ini hitungan tahun saka diasimilasikan dengan tahun
hijrah dan berlaku di seluruh negara. Nama hari dan bulan diambil dari Islam. Hal
itu menggambarkan adanya usaha mempertemukan unsur kebudayaan Islam
dengan kebudayaan pribumi dalam hal-hal yang tidak merusak akidah dan ibadah.
Pangeran Diponegoro alias Sultan Abd. Hamid Herutjokro Amirul
Mukminin Sayidin Ponotogomo Khalifatullah adalah tokoh politik, militer dan
agama. Dari pakaiannya berjubah dan bersurban jelas sebagai tokoh ulama. Para
penbamtunya terdiri dari para ulama juga antara lain : K. Moh. Basri, K. Abd.
Kadir, K. Moh. Usman, K. Imam Misbah, Syekh H. Ahmad, K. Melangi, dan lainlain. Pada masa itu kehidupan beragama erat sekali dengan kehidupan kenegaraan.
Pimpinan negara adalah tokoh ulama. Keadaan semacanm itu juga terjadi di
daerah lain seperti di Minangkabau dengan Imam Bonjol dan di Aceh dengan
Tengku (Kyai) Cik Di Tiro.
Setelah Belanda dapat mengatasi pemberontakan-pemberontakan dari
tokoh-tokoh politik dan agama yaitu Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Tengku
Cik Di Tiro, Pangeran Antasari, Sultan Hasanudin dan lain-lain, maka sejarah
kolonialisme di Indonesia mengalami fase yang baru, yaitu Belanda secara politik
sudah dapat menguasai Indonesia. Raja-raja di daerah masih ada, tetapi tidak
dapat berkuasa penuh, baik dari segi kewilayahannya aun ketatanegaraannya.
Dengan demikian maka semua kekuasaan baik politik maupun ekonomi dan sosial
budaya sudah berada di tangan penjajah. Belanda berkuasa mengatur pendidikan
17
18
Jadi jelas bahwa madrasah pesantren dianggap tidak berguna. Dan tingkat
sekolah pribumi adalah rendah sehingga disebut sekolah desa, dan dimaksudkan
untuk menandingi madrasah, pesantren atau pengajian yang ada di desa itu.
Politik pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia yang mayoritas
Islam didasari oleh rasa ketakutan, rasa panggilan agamanya dan rasa
kolonialismenya.
Pada tahun 1882 M pemerintah Belanda membentuk suatu badan khusus
yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan Islam yang disebut
Priesterraden. Atas nasehat dari badan inilah maka pada tahun 1905 M
pemerintah mengeluarkan peraturan yang isinya bahwa orang yang memberikan
pengajaran (baca pengajian) harus minta izin lebih dahulu. Pada tahun-tahun itu
memang sudah terasa adanya ketakutan dari pemerintah Belanda terhadap
kemungkinan kebangkitan pribumi, karena terjadinya peperangan antara Jepang
melawan Rusia yang dimenangkan oleh Jepang.
Pada tahun 1925 m pemerintah mengeluarkan paraturan yang lebih ketat
lagi terhadap pandidikan agama Islam yaitu bahwa tidak semua orang (kyai) boleh
memberikan pelajaran mengaji. Peraturan itu mungkin disebabkan oleh adanya
gerakan organisasi pendidikan Islam yang sudah tampak tumbuh seperti
Muhammadiyah, Partai Syarikat Islam, Al-Irsyad, Nahdatul Watan, dan lain-lain.
Pada tahun 1932 M keluar pula peraturan yang dapat memberantas dan
menutup madarsah dan seolah yang tidak ada izinnya atau memberikan pelajaran
yang tidak disukai oleh pemerintah yang disebut ordonansi sekolah liar (wilde
school ordonantie). Peraturan ini dikeluarkan setelah munculnya gerakan
nasionalisme-Islamisme pda tahun 1928 M, berupa Sumpah Pemuda. Selain dari
pada itu untuk lingkungan kehidupan agama Kristen di Indonesia yang selalu
menghadapi reaksi dari rakyat, dan untuk menjaga dan menghalangi masuknya
pelajaran agama di sekolah umum yang kebanyakan muridnya beragama Islam,
maka pemerintah mengeluarkan peraturan yang disebut netral agama. Yakni
bahwa pemerintah bersikap tidak memihak kepada salah satu agama sehinggan
KELOMPOK 8 | PENDIDIKAN MASA PENJAJAHAN BELANDA
19
20