Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

Gangguan Buang Air Kecil pada Seorang Pasien Laki-laki Tua


KELOMPOK 11
030.09.206 Rika Susanti
030.09.210 Riyan Santosa
030.09.212 Rizky Fauzi
030.09.214 Ronald Aditya P.
030.09.216 Runy Dyaksani
030.09.218 Ruti Devi Permatasari
030.09.226 Satria Pinandita
030.09.232 Shendy Noor Pratiwi
030.09.236 Silvani Ully S.
030.09.238 Siti Halida Z.
030.09.240 Sonia Laras P.
030.09.242 Stella May Herliv
030.09.248 Syahriar Muhammad

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti


Jakarta, 1 November 2010

BAB I
PENDAHULUAN
(1)

Vesicolithiasis merupakan masalah paling sering ketiga yang terjadi

pada sistem urinari, setelah infeksi dan kondisi patologi lain pada prostat.
Vesicolithiasis adalah penyubatan oleh batu pada sistem urinarius bagian
bawah khususnya di vesica urinaria.
Kristal atau batu yang menyumbat dapat tersusun dari berbagai
macam unsur seperti calcium, asam urat, magnesium, phospat dan lain-lain.
Dengan mengetahui unsur apa yang menyusun batu tersebut kita dapat
menentukan pengobatan dengan lebih efektif, walaupun sudah ada cara
pembedahan untuk mengobati vesicolithiasis.
Masalah vesicolithiasis harus bisa di diagnosa dan dipantau dengan
benar, karena batu tersebut mempunyai kemungkinan untuk rekuren hingga
50% dalam 5 tahun.
Dalam kasus ini, didapatkan pasien dengan gejala vesicolithiasis yang
sudah mempunyai komplikasi. Dengan peralatan medis yang minim, kita
dapat mendiagnosanya dengan gejala klinis yang khas pada vesicolithiasis.
Definisi dan pembahasan tentang vesicolithiasis akan dibahas setelah ini.

BAB II
LAPORAN KASUS

Anda sedang bertugas di Puskesmas kota kecil. Tn. Adanzet, 56 tahun,


tukang jahit pakaian konveksi borongan, yang pada suatu malam 5 hari lalu
berobat pada anda di Klinik Praktek Dokter 24 jam dengan gejala
polakisuria, pagi ini datang lagi pada anda di Puskesmas dan mengeluh
gangguan kencingnya malahan bertambah berat. Sejak tiga mala mini b.a.k.
nya makin sering tetapi tersendat-sendat, walaupun dengan mengejan
keluarnya

hanya

sedikit-sedikit

kurang

memancar,

bahkan

diakhir

kencingnya netes saja dan sakit sekali, sakitnya sampai terasa di perut
bawah dan selangkangan. Yang paling dikhawatirkannya adalah sejak pagi
kemarin dilihatnya kencing darah pada setiap akhir kencingnya.
Pemeriksaan anda:
Tn. Adanzet berjalannya pelan-pelan dan agak membungkuk, kesannya agak
kesakitan.
KU cukup, kompos mentis, pernapasan adekuat, regular 24x/m, nadi isi
cukup, regular 80x/m, jantung t.a.k, TD 150/90 mmHg, suhu 36,5 C, BB 60
kg.
Perut tidak kembung/ tidak membuncit, perabaan supel, H/L tak teraba,
pemeriksaan bimanual ginjal kanan/kiri tak teraba, buli teraba + 2 jari atas
simfisis, NT + di supraubik, di Mc Burney point NT+, bising usus + normal.
Inguinal kanan/kiri t.a.k., tes hernia -, skrotum / testis t.a.k., penis tak
tampak jejas/peradangan, OUE tidak meradang, basah urine, tak teraba batu
di uretra.
Pinggang : CVA kanan/kiri NK

VCD : Aus t.a.k., prostat teraba 2 x 1 cm, tepi atas teraba, licin, kenyal nodus
-,

mobil,

sulkus

teraba,

NT

+, anorektal t.a.k., ST l/d


Anamnesis lanjutan sementara menunggu hasil emeriksaan penunjang di
Puskesmas:
Tn. Adanzet beranak 5 orang, anak pertama lulus SMA sudah ikut bekerja di
bengkel mobil, adik-adiknya masih sekolah, yang terkecil kelas 1 SMP. Untuk
menopang ekonominya Tn. Adanzet harus bekerja keras mencari borongan
jahitan sebanyak-banyaknya, yang dikerjakannya dengan bantuan isterinya
saja.
Gangguan kencingnya sebenarnya dialaminya sudah lama + 3 bulan, yaitu
kencing lebih sering, tetapi kurang lancer, kadang tersendat sebentar,
rasanya kurang puas. Sehabis kencing kadang terasa masih ingin kencing
lagi. Malam hari rata-rata 2 kali kencing sehingga mengurangi waktu
tidurnya. Belum berobat karena selama ini selain tidak sakit juga sedang
sibuk menyelesaikan order. Tidak pernah kencing nanah maupun kencing
batu, tetapi pernah kencingnya keruh putih dan pedih sekali, untung sehari
sudah sembuh. Mungkin karena kebanyakan makan jengkol kemarinnya.
Tidak pernah sakit berat, tak ada kencing manis, tidak mabuk-mabukkan.
Merokok 5 batang sehari, minum kopi, jamu tambah tenaga, makanan
kesukaan seafood, gado-gado, petai, jengkol, durian.
Hasil pemeriksaan penunjang:
Darah rutin : Hemoglobin 12 gr/dl, Hematokrit 40%, eritrosit 4,3 juta/ul,
leukosit 8200/ul, trombosit 210.000/ul
Kimia darah : ureum 40 mg/dl, kreatinin 1,5 mg/dl, asam urat 6,9 mg/dl.
Glukosa sewaktu 130 mg/dl

Urin lengkap : makroskopis ; warna kuning kemerahan, agak keruh. Kimia :


ph 6.0, berat jenis 1.020, protein +, glukosa -, bilirubin -, keton -,
Sedimen : eritrosit 20-20-25/LPB, Lekosit 30-25-30/LPB. Torak -, Kristal
oksalat
+, epitel +, bakteri +
BNO (tana persiapan) : gambar terlampir
Pemeriksaan selain tersebut diatas tidak dikerjakan karena belum ada sarana
di Puskesmas

BAB III
PEMBAHASAN
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. Adanzet

Usia

: 56 tahun

Jenis kelamin

II.

: laki-laki

Pekerjaan

: tukang jahit

Anak

: 5 orang

Alamat

:-

Agama

:-

ANAMNESIS
Keluhan utama
berat
Keluhan tambahan

gangguan

kencing

bertambah

: buang air kecil sering dan tersendat


Mengejan pun keluarnya hanya sedikit
dan kurang memancar
Akhir kencing menetes dan sakit sekali

sampai terasa di perut bawah dan


selangkangan
Kencing darah pada akhir kencing
Riwayat penyakit sekarang
: Sejak tiga malam ini b.a.k. nya
makin sering tetapi tersendat-sendat,
walaupun dengan mengejan keluarnya
hanya sedikit-sedikit kurang memancar,
bahkan diakhir kencingnya netes saja
dan sakit sekali, sakitnya sampai terasa
di perut bawah dan selangkangan. Yang
paling

dikhawatirkannya

adalah

sejak

pagi kemarin dilihatnya kencing darah


pada setiap akhir kencingnya.
Gangguan

kencingnya

sebenarnya

dialaminya sudah lama + 3 bulan, yaitu


kencing

lebih

sering,

lancer,

kadang

tetapi

tersendat

rasanya kurang puas.

kurang

sebentar,

Sehabis kencing

kadang terasa masih ingin kencing lagi.


Malam

hari

rata-rata

kali

kencing

sehingga mengurangi waktu tidurnya.


Riwayat penyakit dahulu

: Gangguan

kencingnya sebenarnya

dialaminya sudah lama + 3 bulan, yaitu


kencing

lebih

lancer,

kadang

sering,

tetapi

tersendat

kurang

sebentar,

rasanya kurang puas.


5 hari yang lalu ada gejala polakisuria.
Tidak pernah kencing nanah maupun
kencing batu, tetapi pernah kencingnya
keruh putih dan pedih sekali, untung
sehari sudah sembuh.

Tidak pernah sakit berat, tak ada kencing


manis,
Riwayat penyakit keluarga
:Riwayat pengobatan
: Belum berobat karena selama ini selain
tidak

sakit

juga

sedang

sibuk

menyelesaikan order.
Riwayat kebiasaan

: tidak mabuk-mabukkan.
Merokok 5 batang sehari,
minum kopi, jamu tambah tenaga,
makanan kesukaan seafood, gado-gado,
petai, jengkol, durian.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
a. Keadaan Umum : Cukup
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda Vital
- Suhu : 36,5oC
- Pernapasan : Adekuat, 24 kali/menit
- Frekuensi Nadi : Regular, 80 kali/menit
d. Antropometri
- Berat Badan : 60 Kg
e. Kepala
f. Leher
g. Thorax
- Jantung : Tak ada kelainan
- Paru-Paru
h. Eksteremitas Atas
i. Abdomen (Lihat Status Lokalis)
- Hepar
- Gaster
- Lien
- Usus Halus dan Usus Besar
- Mc Bourney Point
j. Inguinal : Tak ada kelainan
k. Pinggang (Lihat status lokalis)

l. Ginjal (Lihat Status Lokalis)


m. Vesika Urinaria (Lihat Status Lokalis)
n. Genitalia
- Penis (Lihat status lokalis)
- Skrotum / Testis : Tidak ada kelainan
o. Ekstremitas Bawah
Status Lokalis
1. Abdomen
- Inspeksi : Tidak kembung dan tidak membuncit
- Palpasi : Perabaan Supel
Nyeri Tekan di Suprapubik
a. Hepar
o Palpasi: tidak teraba
b. Lien
o Palpasi : tidak teraba
c. Usus halus dan usus besar
o Auskultasi : didapatakan bising usus normal
d. Mc Bourney point
o Palpasi : Nyeri Tekan tidak ada
2. Pinggang
o Perkusi : CVA Kanan Kiri nyeri ketok tidak ada
3. Ginjal
o Pemeriksaan bimanual : Kanan/Kiri tidak teraba
4. Vesika Urinaria
o Palpasi : Teraba 2 jari di atas simfisis
5. Penis
o Inspeksi : Tak tampak jejas atau peradangan, OUE tidak
meradang, Basah Urine
o Palpasi : Tak teraba batu di uretra
Pemeriksaan Colok Dubur
1. Anus : Tidak ada kelainan
2. Prostat : Teraba 2x1 cm, Tepi atas teraba, licin, kenyal, tidak ada
nodus, mobile, Sulkus teraba, terdapat nyeri tekan
3. Anorektal : Tak ada kelainan
4. ST 1/d
Tes Hernia
Tidak didapatkan tanda hernia

IV.

DIAGNOSIS KERJA
Vesicolithiasis dengan komplikasi cystitis

V.

DIAGNOSIS BANDING
BPH

VI.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah rutin :
Hemoglobin 12 gr/dl (12-18 gr/dl)
Hematokrit 40% (40-52%)
eritrosit 4,3 juta/ul (4,5-5,5 juta)
leukosit 8200/ul (5000-10000/ul)
trombosit 210.000/ul (150000-400000/ul)
Kimia darah :

ureum 40 mg/dl (30-40mg/dl)


kreatinin 1,5 mg/dl (0,5-1,5 mg/dl)
asam urat 6,9 mg/dl (2,5-9 mg/dl)
Glukosa sewaktu 130 mg/dl (<200 mg/dl)

Urin lengkap :

makroskopis ; warna kuning kemerahan, agak keruh

(kemungkinan ada darah dan kristal oksalat urin)


Kimia :
o ph 6.0 (4,5-8,5 tetapi biasanya jika ph

>

kemungkinan batu kalsium)


o berat jenis 1.020 (1003-1030)
o protein + (kemungkinan dari darah yang keluar pada
akhir miksi)
o glukosa
o bilirubin
o keton -

Sedimen :

o eritrosit 20-20-25/LPB
o Lekosit 30-25-30/LPB
Torak
Kristal oksalat + (kemungkinan ada batu pada saluran kemih)
epitel + (kemungkinan ada radang, iritasi dan keganasan)
bakteri + (kemungkinan ada infeksi misalnya cystitis)

VII.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
BNO (polos abdomen)
Pemeriksaan dengan IVP (intravenous pyelographi), Retrograde
pyelographi maupun USG dapat dilakukan untuk lebih memastikan
adanya batu di dalam vesica urinaria, tetapi untuk melakukan itu
pasien harus terlebih dahulu dirujuk ke instalasi kesehatan yang
memadai.

VIII.

DIAGNOSIS PASTI
Vesicolithiasis dengan komplikasi cystitis

IX.

PENATALAKSANAAN
Pasien diberikan saran agar memperbaiki kebiasaan hidupnya,
misalnya

saja

dengan

memperbanyak

minum,

mengurangi

kebiasaan makan jengkol dan minum kopi. Pasien juga dapat


melakukan diet rendah kalsium, oksalat dan juga lemak.
Untuk infeksi saluran kemih dapat diberikan trimethroprim
ditambahkan dengan sulfamethoxazol.
(2,5)

Gelombang

kejut

Extracorporeal

lithotripsy

(ESWL)

menggunakan gelombang kejut untuk memecah batu ginjal menjadi


potongan-potongan kecil sehingga dapat lebih mudah keluar
melalui saluran kemih dan keluar dari tubuh. ESWL dapat digunakan

pada orang dengan batu ginjal yang menyebabkan rasa sakit atau
menghambat aliran urin. Batu dengan ukuran 4mm dan 2cm
diameter dapat dilakukan dengan ESWL.

(2)

ESWL memiliki beberapa kontraindikasi, misalnya memiliki

gangguan perdarahan, memiliki infeksi ginjal, infeksi saluran kencing,


atau kanker ginjal, dan juga abnormalitas struktur dan fungsi pada
ginjal.
Komplikasi ESWL meliputi rasa sakit yang disebabkan oleh
keluarnya fragmen batu, infeksi saluran kencing, pendarahan disekitar
bagian luar ginjal.
Vesikolitotomi perkutan dapat dilakukan pada pasien dengan
batu besar dan batu multipel. Tindakan ini mempunyai kontra indikasi
terhadap pasien yang memiliki riwayat keganasan kandung kemih.
Vesikolitotomi terbuka diindikasikan untuk batu keras dan
kesulitan

akses

melalui

uretra,

prostatektomi atau divertikelektomi.


X.

PROGNOSIS

dilakukan

bersamaan

dengan

Ad vitam

: bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: bonam

Hipotesa masalah :
Polakisuria

frekuensi miksi yang lebih dari normal karena kapasitas Vesica


Urinaria yang berkurang, karena adanya batu, oedem atau eradangan
pada mukosa dinding Vesica Urinaria
Hamaturia pada akhir miksi :
kemungkinan ada pendarahan dari urethra posterior karena ada baru,
trauma, prostatitis dan infeksi
kemungkinan ada kelainan pada leher Vesica Urinaria dan ada
endapan batu sehingga timbul iritasi dan pendarahan
Miksi sering, tersendat, perlu mengejan untuk mengeluarkannya :
kemungkinan karena ada obstruksi parsial
Disuria :
kemungkinan

karena

ada

obstruksi

sehingga

ketidakstabilan

m.detrusor yang menimbulkan kontraksi involunter. (perlu ditanyakan


sebelumnya nyerinya kolik apa terus menerus)
Pancaran lemah :
kemunbgkinan hiertrofi prostat
Miksi kurang puas dan ada rasa ingin kencing lagi dan nokturna :
Ada residu urin pada Vesica Urinaria sehingga interval miksi pendek.
Karena hambatan korteks dan tonus sphincter berkurang pada malam
hari/ ada saat tidur.

Kemungkinan ada hipertrofi prostat sehingga menekan Vesica Urinaria


yang

m.detrusor

tonusnya

berkurang

Urinarianya lebih besar dari daya pompa

dan

daya

tahan

Vesica

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

VESIKOLITHIASIS

(4)

Batu buli-buli atau vesikolithiasis sering terjadi pada pasien yang


menderita gangguan miksi atau terdapat benda asing di vesica urinaria.
Gangguan miksi terjadi pada pasien-pasien hyperplasia prostat, striktura
uretra, divertikel buli-buli, atau buli-buli neurogenik. Kateter yang terpasang
pada buli-buli dalam waktu yang lama, adanya benda asing yang secara
tidak sengaja dimasukkan kedalam buli-buli seringkali menjadi inti untuk
terbentuknya batu buli-buli. Selain itu batu buli-buli dapat berasal dari batu
ginjal

atau

batu

ureter

yang

turun

ke

buli-buli.

Di

Negara-negara

berkembang masih sering dijumpai batu endemik pada buli-buli yang banyak
dijumpai pada anak-anak yang menderita kurang gizi atau yang sering
menderita kurang gizi atau yang sering menderita dehidrasi atau diare.
Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi antara lain: nyeri
kencing/disuria hingga stanguri, perasaan tidak enak sewaktu miksi, dan
miksi tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan
posisi tubuh. Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan (refered pain) pada
ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki.
Vesicolithiasis adalah adanya batu yang terjadi di bagian bawah
traktus urinarius biasanya disebabkan oleh diet protein non hewani.
Sedangkan yang bagian atas disebabkan oleh diet protein hewani. Batu
dapat berasal dari vesica urinaria batu primer; atau berasal dari ginjal
batu sekunder.

VESICOLITHIASIS

Definisi
(6)

Vesicolithiasis adalah adanya batu yang terjadi di bagian bawah traktus

urinarius biasanya disebabkan oleh diet protein non hewani. Sedangkan


yang bagian atas disebabkan oleh diet protein hewani. Batu dapat berasal
dari vesica urinaria batu primer; atau berasal dari ginjal batu
sekunder.
Etiologi
Obstruksi kelenjar prostat yang membesar
Striktur uretra (penyempitan lumen dari uretra)
Neurogenik bladder (lumpuh kandung kemih karena lesi pada neuron
yang menginervasi bladder)
Benda asing misalnya kateter
Divertikula urin dapat tertampung pada suatu kantung didinding vesika
urinaria
Shistomiasis, terutama oleh Shistoma haemotobium lesi mengarah
keganasan
Hal-hal yang disebutkan di atas dapat menimbulkan retensi urin,
infeksi, maupun radang. Statis, lithiasis, dan sistitis adalah peristiwa
yang saling mempengaruhi. Statis menyebabkan bakteri berkembang
sistitis; urin semakin basa memberi suasana yang tepat untuk
terbentuknya

batu

MgNH4PO4

(batu

infeksi/struvit).

Batu

yang

terbentuk bisa tunggal ataupun banyak.


Tanda dan gejala
Dapat tanpa keluhan
Sakit berhubungan dengan kencing (terutama diakhir kencing)
Lokasi sakit terdapat di pangkal penis atau suprapubis kemudian
dijalarkan ke ujung penis (pada laki-laki) dan klitoris (pada wanita).
Terdapat hematuri pada akhir kencing
Disuria (sakit ketika kencing) dan frequensi (sering kebelet kencing
walaupun VU belum penuh).
Aliran urin berhenti mendadak bila batu menutup orificium uretra interna.

Bila batu mneyumbat muara ureter hidrouereter hidronefrosis gagal


ginjal
Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Darah : ureum/kreatinin, elektrolit, Ca, Phospat anorganik. Alkali
Phospate, Asam urat, Protein, Hb
Urin : rutin (Midstream urin)
Radiologis
Foto polos : BNO tampak opak (90%), lebih baik dilanjutkan dengan
IVP untuk mengetahui ada atau tidak kerusakan pada
ginjal
IVP : Dapat untuk melihat batu di lain tempat, anatomi saluran kencing
bagian atas
PV (Pem Postvoid) : mengetahui pengosongan kandung kemih
USG : Gambaran acustic shadow
Sistokopi : Untuk menegakkan diagnosis batu kandung kencing.
Fisik : Kurang berarti, kecuali jika batu cukup besar
Penatalaksanaan
Tujuan Therapi : membuang batu
Secara tertutup
Litotripsi (menghancurkan batu). Tenaga litotripsi bisa berasal dari
manusia-mekanik, LASER, atau elektrohidrolik.
Secara terbuka
Dengan membuka v.u secara SECTIO ALTA
Komplikasi
Komplikasi akibat tindakan litotripsi, adalah:
Ruptur v.u
Ruptur uretra
Prostatitis
Pyelonefritis
Septikemia

Hematuria
Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
PK : Perdarahan
Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, kerusakan jaringan
Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
Sistitis

Sistitis merupakan inflamasi pada mukosa buli-buli yang sering disebabkan


oleh infeksi bakteri. Kuman penyebab infeksi ini terutama adalah Escherichia
colli, Enterococci, Proteus, dan Stafilokokus aureus yang masuk ke buli - buli
terutama melalui uretra. Sistitis lebih banyak dialami oleh wanita daripada
pria. Ini disebabkan oleh adanya perbedaan pada bentuk kelamin antara
wanita dan pria. Pada wanita, uretra atau saluran kemihbagian bawah yang
berfungsi untuk menyalurkan air kencing, lebih pendek dibandingkan pada
pria. Hal ini menyebabkan kuman dan bakteri lebih mudah memasuki bulibuli. Selain itu sekresi yang dihasilkan oleh kelenjar prostat bersifat
bakterisidal sehingga pria relatif tahan terhadap infeksi. Kurang lebih sekitar
10 - 20% wanita pernah mengalami sistitis selama hidupnya dan kurang
lebih 5% dalam satu tahun pernah mengalami serangan ini.

Penyebab
1. Saluran kemih mengalami infeksi karena kuman yang masuk melalui
uretra atau karena daya tahan tubuh yang menurun.
2. Radang perkontinuitatum menyebar. Penyebaran ini terjadi karena
organ tubuh yang sakit menempel pada organ yang masih sehat,
misalnya kista ovarium yang mengeluarkan nanah menyebar ke organ
genital yang lain.
3. Ada kuman yang menyebar melalui darah. Kuman ini biasanya berasal
dari satu infeksi pada organ tubuh yang lain.
4. Pemakaian kateter (alat bantu kencing) atau benda-benda asing
lainnya di dalam uretra.
5. Keluarnya mani atau keputihan secara berlebihan karena sanggama
sehingga bisa memasuki uretra.
6. Pemeriksaan daerah dalam organ genital sehingga menyebabkan
infeksi pada saluran kemih.

Gambaran Klinis
Inflamasi menyebabkan mukosa buli - buli menjadi eritema, edema, dan
hipersensitif. Bila buli - buli terisi urin, akan mudah terangsang untuk
mengeluarkan isinya segera, ini mengakibatkan gejala frekuensi, tetapi urin
yang dikeluarkan hanya sedikit. Kontraksi buli - buli menimbulkan nyeri pada
daerah suprapubik serta eritema mukosa buli - buli mudah berdarah dan
menyebabkan hematuria. Jika buang air kecil terasa sakit dan nyeri. Perlu
diingat sistitis tidak menyebabkan demam, mual, muntah, badan lemah,
dan kondisi umum yang menurun. Jika disertai demam dan nyeri pinggang
maka perlu dipikirkan adanya infeksi saluran kemih atas. Pemeriksaan urin
berwarna keruh, bau, pada urinalisis terdapat piuria, hematuria, dan
bakteriuria
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan makroskopis urin berwarna keruh, bau


Pada urinalisis terdapat piuria, hematuria, dan bakteriuria

Kultur urine : mengetahui jenis kuman penyebabnya

Sitoskopi : akan tampak titik-titik perdarahan pada lapisan kandung kemih

Jika

sistitis

keganasan

terjadi
atau

berulang

urolithiasis,

perhatikan
perlu

kemungkinan

adanya

untuk

dilakukan

pencitraan

komplikasi dapat

diberikan

antibiotik

USG/Sitoskopi
Terapi

Pada

sistitis

tanpa

Cotrimoksasol 2 x 1, Ciprofloksasin 2 x 1, selama 5 hari terapi

Karena keadaan nyeri yang sangat menganggu karena kontraksi buli buli dapat diberikan antispasmodik seperti papaverin, atau hyoscine
butil-bromide

Jika nyeri tidak teratasi dapat diberikan analgetik

Pasien disarankan banyak minum, jangan minum alkohol, kopi, soda,


yang menyebabkan iritasi pada buli

HIPERTROFI PROSTAT
DEFENISI
(7)

Istilah hipertrofi prostat sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi

sebenarnya ialah hiperplasia kelenjar periuretral. Dalam hal ini sel-sel


glandular dan sel-sel interstisial mengalami hiperplasia (sel-sel bertambah
banyak). Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak ke perifer, menjadi
gepeng dan menjadi simpai bedah (kapsul surgikal).
ANATOMI
Kelenjar prostat adalah suatu kelenjar fibromuskular yang mengalami
bladder neck dan bagian proksimal uretra. Beratnya pada orang dewasa kirakira 220 gram dengan ukuran rata-rata panjang 3,4 cm, lebar 4,4 cm dan
tebal 2,6 cm.
Pada potongan melintang setinggi uretra pars posterior kelenjar prostat
terdiri dari:
1. Kapsul anatomi
2. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskular
3. Jaringan kelenjar yang terdiri atas 3 kelompok bagian:

a. Bagian luar disebut kelenjar prostat sebenarnya


b. Bagian tengah disebut kelenjar submukosal, lapisan ini disebut
juga sebagai adenomatous zone
c. Disekitar uretra disebut periurethral gland
Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari
vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatorius kommunis yang
bermuara ke dalam uretra.
Mc Neal (1976) membagi prostat dalam beberapa zona antara lain : zona
perifer, zona central dan zona periuretral. Sebagian besar hiperplasia prostat
terdapat pada zona transisional.
ETIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya
hiperplasia

prostat,

tetapi

beberapa

hipotesa

menyebutkan

bahwa

hiperplasia

prostat

erat

kaitanya

dengan

peningkatan

kadar

dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).


Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon testosteron
yang didalam sel-sel kel prostat hormon ini akan dirubah menjadi
dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa reduktase. DHT inilah
yang kemudian akan diikat oleh reseptor yang berada dalam sitopalsma sel
prostat sehingga membentuk DHT reseptor Kompleks, yang kemudian akan
masuk kedalam inti sel dan secara langsung memacu m-RNA untuk
mensintesis protein sehingga terjadi proliferasi sel.
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia
prostat adalah:

Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan


estrogen pada usia lanjut
Peranan dari growth factor sebagai pemacu pertumbuhan struma
kelenjar prostat
Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang
mati
Teori sel sterm menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel
sterm sehingga menyebabkan produksi sel struma dan sel epitel
kelenjar prostat menjadi berlebihan.
Perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat diidentifikasi pada
pria usia 30 40 taun, dan apabila terus berkembang akan terjadi
perubahan patologi anatomi, yang pada pria usia 50 tahun pada
autopsi angka kejadiannya sekitar 50% dan pada usia 80 tahun
menjadi 80% sekitar 50% dari angka tersebut akan menyebabkan
gejala dan tanda klinik.
PATOGENESIS
(7)

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan uretra prostatika dan akan

menghambat aliran urine. Keadaan ini akan menyebakan peningkatan


tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus
berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut. Kontraksi yang
terus-menerus ini akan menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli
berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula dan
divertikel buli-buli.
Perubahan struktur buli-buli dirasakn oleh pasien sebagai keluhan pada
saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract simptom (LUTS) yang
dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatimus.

Tekanan intravesikal yang tinggi akan diteruskan keseluruh bagian buli-buli,


tak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter
ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi
refluks vesikoureter. Keadaan ini jika berlangsug terus akan mengakibatkan
hidroureter, hidronefrosis bahkan akhirnya dapat jatuh kedalam gagal ginjal.

BAB V
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan Tn. Adanzet mendertita vesicolithiasis dengan
komplikasi cystitis pada vesica urianarianya. Hal ini dikuatkan oleh gejala
klinis, pola makan, hasil laboratorium dan foto abdomen polos. Pada BNO,
terdapat gambaran radioopaque yang merupakan indikasi dari endapan
kristal calcium oksalat. Pada pemeriksaan sedimen urin juga didapatkan
adanya kristal oksalat. Komplikasi cystitis dikarenakan ada residu urin akibat
dari vesicolithiasis. Diikuti dengan adanya kenaikan leukosit dan bakteri pada
pemeriksaan sedimen urin.
Penyebab vesicolithiasis pada pasien Adazet kemungkinan karena
asupan

calcium

yang

berlebih

disertai

dengan

faktor

resiko

pada

pekerjaanya yang menyebabkan berkurangnya frekuensi miksi dan menjadi


faktor resiko dari vesicolithiasis.
Pada pasien ini diberikan edukasi untuk memperbanyak minum,
mengurangi konsumsi jengkol dan kopi. Karena pola makan pasien Adazet
merupakan faktor penting dalam pembentukan vesicolithiasis. Untuk cystitis
dapat diberikan trimethroprim dan sulfamethoxazol. Jika vesicoilthiasisnya
masih menjadi masalah sebaiknya dirujuk untuk mendapatkan perawatan
lebih lanjut seperti ESWL.

DAFTAR PUSTAKA
1. Stoller ML. Urinary Stone Diseases in Smiths General Urology 17th
edition, Tanagho EA, McAnich JW, eds. SanFrancisco : McGrawHill; 2008.
P 246-75.
2. Rhodes M. Extracorpereal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) for Kidney
Stone. Available at http://www.webmd.com/kidney-stones/extracorporealshock-wave-lithotripsy-eswl-for-kidney-stones. Last update may 4th 2009.
Accessed at oct 26th 2010.
3. Widjaja AR. Diktat Urologi Umum. Jakarta : Bagian Bedah FKUSAKTI. 2010.

4. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi, 2nd edition. Jakarta : CV Sagung


seto; 2009. p. 66.
5. Liou
LS.

Lithotripsy.

Available

at

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007113.htm. Last update at


January 15th 2009. Accessed at oct 26th 2010.

6. Vesicolithiasis.

Available

at

http://perawatpskiatri.blogspot.com/2008/11/vesicolithiasis.html. Accessed at
oct 26th 2010.

7. Price SA, Wilson LM, eds. Patofisiologi Konsep Klinis Prose-Proses


Penyakit, 6th edition. Jakarta : ECG; 2005. p. 1320.

Anda mungkin juga menyukai