: Fadhilah
NIM
: 1213041005
Kelas/Kelompok
: A/ III
Januari 2015
Asisten
Rismayanti Kamase
Ahmad Hadani
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
A. JUDUL PERCOBAAN
Spektroskopi Serapan Dalam Daerah Tampak
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui cara mengoperasikan dan menentukan respon spektrofotometer.
2. Mampu mengalirkan kurva absorbansi terhadap panjang gelombang sebagai
spektrum serapan.
3. Mampu mengalirkan hukum Beer dari hasil percobaan.
C. LANDASAN TEORI
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasrkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu jalur larutan berwarna pada
panjang gelombang spenfit dengan menggunakan kromator prisma atau kisil
difraksi dengan tabung foton hampa. Metode spektrofotometri memiliki
keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisis suatu zat dalam jumlah
kecil. Alat ukur kadar kurkumin ini menggunakan sumber cahaya dipromatis yang
dilewatkan pada sebua monokromator prisma dan kisi difraksi yang diperisikan
secara tepat untuk menghasilakan cahaya monokromatis. Cahaya polikromatis
perlu diubah menjadi monokromatis karena suatu larutan berwarna memerlukan
warna tunggal agar penyerapan larutan itu dapat maksimal. Cahaya monokromatis
yang sudah dilewatkan pada larutan kunyit diterima oleh detektor cahaya berupa
frantransitor. Tegangan keluaran fototransitor antara pengukuran tanpa kuvet
berisikan larutan kunyit akan dibandingkan dan dicari seluruh tegangan. Kadar
kurkumin
kisi
dengan
difraksi,
alat
serta
ukur
menggunakan
akan
monokromator
dibandingkan
dengan
prisma
dan
pengukuran
vitamin,
air
dapat
ditentukan
dengan
cepat
dengan
suatu
peralatan
dibuat
berwarna
dengan
mereaksikannya
dengan
pereaksi
yang
menghasilkan senyawa berwarna. Contoh ion Fe3+ dengan ion CNS- menghasilkan
larutan berwarna merah. Lazimnya, kalori dilakukan dengan menggunakan larutan
standar dengan cuplikan yang dibuat pada keadaan yang sama dengan
menggunakan tabung nessler atau kalorimetri Dubarg. Dengan kalorimeter maka
sejumlah
cahay
yang
diserap
berbanding
lurus
dengan
konsentrasi
absorbansi
yang
terukur
mencerminkan
distribusi
panjang
gelombang dalam radiasi dalam sebuah fotometer praktis, tak pernah benar-benar
monokromatik. Pikirkan lagi suatu larutan yang menyerap sebagai deret lapisan
khayal yang sama tebal. Bila radiasi yang polikromatik lapisan yang pertama,
panjang gelombang yang lebih kuat diserap akan terambil dan dalam berkas
cahaya lebih banyak daripada yang lain. Jadi radiasi yang telah lapisan kedua akan
lebih kaya akan panjang gelombang yang kurang kuat diserap, dan lapisan kedua
itu tidaka akan dengan menyerap fraksi radiasi masuk yang sama seperti lapisan
pertama akan dihasilkan penyimpangan dari hukum itu. Meskipun harus ditekan
bahwa instrumen dapat menimbulkan suatu penyimpangan dari hukum Beugeur
Beer adalah fakta praktis bahwa spektrofotometer modern yang mampu baik
mampu bekerja baik dalam lingkungan ini. Lagipula dari spektrofotometer yang
baik
dapat
digolongkan
sedemikian
hingga
karakteristik
mereka
batas.
b. Mengambil juga dalam gelas kimia kecil, kira-kira 75 mL larutan Co (II) dari
larutan induk 0,1880 M. Menyiapkan 4 lartan dengan konsentrasi C0 (II)
masing-masing 0,1504; 0,1228; 0,752; dan 0,0375 N dengan memipet berturutturut 5, 10,15, dan 20 mL ke dalam labu ukur 25 mL lalu mengencerkan
sampai dengan tanda batas.
c. Dari spektrum Cr (T,T) yang diperoleh tadi pada bagian ini dipilih 2 panjang
gelombang yang akan dipakai untuk mempelajari hubungan antara absorbansi
.
1.
2.
(nm)
400
425
Cr (III)
%T
A
48
46
0,319
0,337
Co(II)
%T
A
56
88
0,018
0,056
A Cr + A Co
0,337
0,393
3.
450
56
0,252
74
0,131
0,383
4.
475
72
0,143
58
0,237
0,380
5.
500
78
0,108
48
0,319
0,427
6.
510
78
0,108
48
0,319
0,427
7.
525
68
0,167
46
0,337
0,504
8.
550
58
0,237
62
0,208
0,445
9.
575
52
0,284
84
0,076
0,360
10.
600
54
0,268
92
0,036
0,304
2. Hukum Beer
a. Pembuatan Larutan Cr (NO3)3 0,0400 M; 0,300 M; 0,0200 M; 0,0100 M.
25 mL Cr(NO3)3 0,0500 M mengencerkan 25 mL 1. Larutan Cr (NO3)3 0,04 M
2. Larutan Cr (NO3)30,03 M
3. Larutan Cr (NO3)3 0,02 M
4. Larutan Cr (NO3)3 0,01 M
b. Pembuatan Larutan Co(NO3)3 0,1880 M
25 mL Co(NO3)3 0,0500 M mengencerkan 25 mL
1. Larutan Cr (NO3)3 0,04 M
2. Larutan Cr (NO3)3 0,03 M
3. Larutan Cr (NO3)3 0,02 M
4. Larutan Cr (NO3)3 0,01 M
Cr
No
(nm)
1.
2.
425
525
A
%T
(0,04
M)
0,398
0,222
48
60
%T
(0,03
60
60
M)
0,222
0,222
%T
(0,02
80
70
M)
0,97
0,155
A
%T
(0,01
100
81
M)
0,000
0,086
Cr
No
.
1.
2.
(nm) %T
(0,150
425
525
4 M)
0,100
0,398
78
48
%
T
90
60
A
(0,112
8 M)
0,046
0,322
A
%T
(0,0752M
96
80
)
0,018
0,097
A
%T
(0,037
92
100
6 M)
0,036
0,000
o
1
2
3
(nm)
400
425
450
Campuran Co + Cr
%T
A
70
66
66
0,155
0,180
0,180
Campuran x
%T
A
56
52
50
0,352
0,284
0,304
4
5
6
7
8
9
10
475
500
510
525
550
575
600
65
64
62
60
62
68
72
0,187
0,194
0,208
0,222
0,208
0,167
0,143
48
44
40
38
44
54
60
0,319
0,397
0,398
0,420
0,357
0,268
0,272
G. PEMBAHASAN
Spektrofotometer adalah sauatu alat yang digunakan untuk mengukur
absorban suatu sampel berdasarkan panjang gelombangnya. Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui cara pengoperasian alat spektronik 20. Adapun
prinsip kerja dari spektronik 20 yaitu interaksi antara materi (elektron valensi)
dengan cahaya, dimana elektron memancarkan sinar yang polikromatis yang
diubah menjadi sinar monokromatis yang dilewatkan pada larutan, kemudian
sinaryang telah melewati suatu larutan kemudian dideteksi oleh detektor baru
setelahnya dilakukan pembacaan skala.
Sebelum digunakan, alat terlebih dahulu dinyalakan sekitar 20 menit
sebelum digunakan agar alat dapat bekerja masksimal pada proses pembacaan.
Sebelum memasukkan blanko kedalam alat spektronik 20 yang telah digunakan,
atur pembacaan %T pada alat hingga angka 000 karena pada alat itu belum ada
sinar yang diserap, dipantulkan maupun diteruskan pada alat. Setelah blanko
dimasukkan, %T diatur kembali hingga pembacaan angka 100 karena blanko yang
digunakan adalah H2O. H2O digunakan sembagai blanko karena semua cahaya
yang melewati H2O akan diteruskan, selain itu H2O digunakan sebagai blanko
karena H2O juga digunakan sebagai pelarut.
a. Spektrum serapan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang
maksimal dari Cr (III) dan Co (II). Digunakan max karenan pada max
kepekaan absorpsi besar artinya perubahan absorpsi untuk setiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar.
Berdasarkan hasil pengamatan dan grafik yang diperoleh, dapat
diketahui bahwa absorbansi maksimum untuk larutan Cr (III) berada pada
panjang gelombang 425 nm dengan absorbansi 0,337 dan larutan Co (II)
konsentrasi
yang
berbeda-beda.
Tujuannya
adalah
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Endro, Jatmiko, dkk. 2004. Rancang Bangun Spektroskopi Cahaya Tampak Untuk
Penentuan kualitas susu Dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan.
Jurnal Berkala Fisika. Vol. 7. No. 2.
Harini, Bernadeta Wuri, dkk. 2012. Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel
Untuk Mengukur Kadar Curcuminoid Pada Rimpang Kunyit (Curcuma
Demostica). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi
(SNAST) Priode III. ISSN: 1979-911x.
Hendayana, Sumar. 1997. Kimia Analisis Instrumen. Bandung: Juruan Pendidikan
Kimia FMIPA IKIP Bandung.
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UIP Press.
Triyati, Etty. 2005. Spektrofotometer Ultra-Voilet dan Sinar Tampak Serta
Aplikasinya dalam Oseanologi. Jurnal Oseana. Vol. X. No. 1.
1
0,48
b. Untuk Co (II)
%T = 96 %
A1
= 0,319
%T = 46 %
A2
= log
1
T
= log
1
0,46
= log
1
0,96
= 0,018
%T = 88 %
A2
= 0,337
= log
1
T
= log
1
T
= log
1
0,88
= 0,056
A3
= log
1
T
= log
1
0,72
= 0,143
= log
1
T
= log
1
0,78
= log
1
T
= log
1
0,78
= 0,108
= log
1
T
= log
1
0,68
= log
1
T
= 0,108
= log
1
0,5
%T = 52 %
A9
= log
1
T
= 0,167
= log
1
T
= log
1
0,58
= 0,131
= log
1
T
= log
1
0,48
= 0,319
= log
1
T
= log
1
0,48
= 0,319
= log
1
T
= log
1
0,46
= 0,337
%T = 62 %
A8
= 0,237
= 0,131
%T = 46 %
A7
1
0,74
%T = 48 %
A6
= log
%T = 48 %
A5
= log
1
T
%T = 58 %
A4
%T = 58 %
A8
= 0,252
%T = 68 %
A7
1
0,56
%T = 78 %
A6
= log
%T = 74 %
A3
%T = 78 %
A5
= log
1
T
%T = 72 %
A4
%T = 56 %
= log
1
T
= log
1
0,62
%T = 84 %
A9
= log
1
T
= 0,208
= log
1
0,52
= 0,284
%T = 54 %
A10
= log
= log
1
T
1
0,54
c. Untuk A Cr + A Co
A1 Cr + A1 Co
A2 Cr + A2 Co
A3 Cr + A3 Co
A4 Cr + A4 Co
A5 Cr + A5 Co
A6 Cr + A6 Co
A7 Cr + A7 Co
A8 Cr + A8 Co
A9 Cr + A9 Co
A10 Cr + A10 Co
2. Hukum Beer
= log
= 0,076
%T = 82 %
A10 = log
= 0,268
= log
= 0,319 + 0,018
= 0,337 + 0,056
= 0,252 + 0,131
= 0,143 + 0,237
= 0,108 + 0,319
= 0,108 + 0,319
= 0,167 + 0,337
= 0,237 + 0,208
= 0,284 + 0,076
= 0,268 + 0,036
1
0,84
1
T
1
0,82
= 0,036
=0,337
=0,393
=0,383
=0,380
=0,427
=0,427
=0,504
=0,445
=0,360
=0,304
b. Untuk Co (II) dengan 425
0,1504 M %T = 78 %
1
A = log 0,78 = 0,108
0,0300 M %T = 60 %
1
A = log 0,60 = 0,223
0,1128 M %T = 90 %
1
A = log 0,90 = 0,046
0,0200 M %T = 80 %
1
A = log 0,80 = 0,097
0,0753 M %T = 96 %
1
A = log 0,96 = 0,018
0,0100 M %T = 100 %
1
A = log 1 = 0
0,0376 M %T = 92 %
1
A = log 0,92 = 0,036
0,0300 M %T = 60 %
1
A = log 0,60 = 0,222
0,1128 M %T = 60 %
1
A = log 0,60 = 0,222
0,0200 M %T = 70 %
1
A = log 0,70 = 0,155
0,0753 M %T = 80 %
1
A = log 0,80 = 0,097
0,0100 M %T = 82 %
1
A = log 82 = 0,086
0,0376 M %T = 100
%
A = log
1
1
=0
1
0,70
= log
1
T
= log
1
0,66
= log
1
T
= log
1
0,66
= 0,155
= 0,180
A4
= log
= log
1
0,65
= 0,180
= log
1
0,56
= 0,252
= log
1
T
= log
1
0,52
= 0,284
= log
1
T
= log
1
0,50
= 0,301
%T = 48 %
A4
= 0,187
1
T
%T = 50 %
A3
= log
%T = 52 %
A2
%T = 65 %
1
T
%T = 56 %
A1
%T = 66 %
A3
= log
%T = 66 %
A2
= log
1
T
b. Untuk campuran X
= log
1
T
= log
1
0,48
= 0,319
A5
= 0,194
= log
1
T
= log
1
0,62
= 0,208
= log
1
T
= log
1
0,60
= log
1
T
= log
1
0,62
= 0,222
= log
1
T
= log
1
0,68
= 0,208
%T = 72 %
A10
= log
= log
1
T
1
0,72
= log
1
T
= log
1
0,40
= log
1
T
= log
1
0,38
= log
1
T
= log
1
0,44
= log
1
T
= log
1
0,54
= 0,398
= 0,420
= 0,357
= 0,268
%T = 60 %
A10 = log
= 0,143
= 0,397
%T = 54 %
A9
= 0,167
1
0,44
%T = 44 %
A8
= log
%T = 38 %
A7
= log
1
T
%T = 40 %
A6
%T = 68 %
A9
1
0,64
%T = 62 %
A8
= log
%T = 44 %
A5
%T = 60 %
A7
= log
1
T
%T = 62 %
A6
%T = 64 %
= log
1
T
1
0,60
= 0,222
0.2
0.15
Cr (III)
f(x) = - 0x + 0.36
R
f(x)==0.04
0x + 0.03
R = 0.02
0.1
0.05
0
350 400 450 500 550 600 650
(nm)
0.15
Absorbansi
0.1
0.05
0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05
Konsentrasi (M)
0.06
0.04
0.02
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
Konsentrasi (M)
0.12
0.14
0.16
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
Konsentrasi (M)
f(x) = 0x + 0.18
R = 0
0.1
0.05
0
350
400
450
500
(nm)
550
600
650
f(x) = 0x + 0.39
R = 0
0.3
A (Cr + Co)
Linear (A (Cr + Co))
A Cr + A Co
0.2
Linear (A Cr + A Co)
f(x) = 0x + 0.18
R = 0
0.1
0
350 400 450 500 550 600 650
(nm)
f(x) = - 0x + 0.38
R = 0.01
0.2
0.1
0
350
400
450
500
(nm)
550
600
650