Anda di halaman 1dari 19

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Analisis Instrumen dengan judul


percobaan Spektroskopi Serapan Dalam daerah Tampak yang disusun oleh:
Nama

: Fadhilah

NIM

: 1213041005

Kelas/Kelompok

: A/ III

telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten dan dinyatakan


diterima.
Makassar,
Koordinator Asisten

Januari 2015
Asisten

Rismayanti Kamase

Ahmad Hadani
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Drs. H. Muh. Yunus, M. Si


NIP : 1365 1231 1989 03 1 017

A. JUDUL PERCOBAAN
Spektroskopi Serapan Dalam Daerah Tampak
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui cara mengoperasikan dan menentukan respon spektrofotometer.
2. Mampu mengalirkan kurva absorbansi terhadap panjang gelombang sebagai
spektrum serapan.
3. Mampu mengalirkan hukum Beer dari hasil percobaan.
C. LANDASAN TEORI
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasrkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu jalur larutan berwarna pada
panjang gelombang spenfit dengan menggunakan kromator prisma atau kisil
difraksi dengan tabung foton hampa. Metode spektrofotometri memiliki
keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisis suatu zat dalam jumlah
kecil. Alat ukur kadar kurkumin ini menggunakan sumber cahaya dipromatis yang
dilewatkan pada sebua monokromator prisma dan kisi difraksi yang diperisikan
secara tepat untuk menghasilakan cahaya monokromatis. Cahaya polikromatis
perlu diubah menjadi monokromatis karena suatu larutan berwarna memerlukan
warna tunggal agar penyerapan larutan itu dapat maksimal. Cahaya monokromatis
yang sudah dilewatkan pada larutan kunyit diterima oleh detektor cahaya berupa
frantransitor. Tegangan keluaran fototransitor antara pengukuran tanpa kuvet
berisikan larutan kunyit akan dibandingkan dan dicari seluruh tegangan. Kadar
kurkumin
kisi

dengan

difraksi,

alat
serta

ukur

menggunakan

akan

monokromator

dibandingkan

dengan

prisma

dan

pengukuran

spektrofotometer (Harini, dkk, 2012: 32).


Pengukuran spektroskopi cahaya tampak digunakan untuk menentukan
struktur dan identifikasi senyawa organik untuk mengetahui kandungan kimiawi
dalam suatu bahan, seperti penentuan kadar dalam susu sapi. Sumber cahaya yang
bervariasi panjang gelombangnya, pada peralatan spektroskopi cahaya tampak,
dilewatkan pada sampel susu menghasilkan grafik spektrum antara panjang
gelombang dan intensitas cahaya yang diterima oleh detektor. Walaupun tidak
dilakukan analisis secara intens, struktur suatu senyawa kimia, seperti komponenkomponen yang utama dari susu yaitu protein, lemak, hidrat arang dan mineral

vitamin,

air

dapat

ditentukan

dengan

cepat

dengan

suatu

peralatan

spektrofotometer (Endro, dkk, 2004: 41-42).


Metode-metode yang tergolong spektroskopi didasarkan pada interaksi
antara zat kimia dengan energi, biasanya cahaya. Metode spektroskopi sinar
tampak berdasarkan pada penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna.
Oleh karena itu, metode ini disebut juga dengan metode kalometri. Hanya larutan
senyawa berwarna yang dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak warna
dapat

dibuat

berwarna

dengan

mereaksikannya

dengan

pereaksi

yang

menghasilkan senyawa berwarna. Contoh ion Fe3+ dengan ion CNS- menghasilkan
larutan berwarna merah. Lazimnya, kalori dilakukan dengan menggunakan larutan
standar dengan cuplikan yang dibuat pada keadaan yang sama dengan
menggunakan tabung nessler atau kalorimetri Dubarg. Dengan kalorimeter maka
sejumlah

cahay

yang

diserap

berbanding

lurus

dengan

konsentrasi

larutan (Hendayana, dkk, 1997: 5).


Susunan peralatan spektrofotometer Ultra Violet dan sinar tampak meliputi
bagian-bagian sebagai berikut: sumber radiasi/cahaya, monokromator, sel
absorbsi, detektor dan pencatat. Sumber cahaya ini harus memancarkan sinar
tampak dengan kekuatan yang cukup untuk penentuan dan pengukuran, juga harus
memancarkan sinar yang berkesinambungan yang berarti cahaya harus
mengandung semua gelombang dari daerah yang diduga pakai kekuatan sinar
radiasi harus konstan selama waktu yang diperlukan (Triyati, 1985: 42).
Nilai

absorbansi

yang

terukur

mencerminkan

distribusi

panjang

gelombang dalam radiasi dalam sebuah fotometer praktis, tak pernah benar-benar
monokromatik. Pikirkan lagi suatu larutan yang menyerap sebagai deret lapisan
khayal yang sama tebal. Bila radiasi yang polikromatik lapisan yang pertama,
panjang gelombang yang lebih kuat diserap akan terambil dan dalam berkas
cahaya lebih banyak daripada yang lain. Jadi radiasi yang telah lapisan kedua akan
lebih kaya akan panjang gelombang yang kurang kuat diserap, dan lapisan kedua
itu tidaka akan dengan menyerap fraksi radiasi masuk yang sama seperti lapisan
pertama akan dihasilkan penyimpangan dari hukum itu. Meskipun harus ditekan
bahwa instrumen dapat menimbulkan suatu penyimpangan dari hukum Beugeur

Beer adalah fakta praktis bahwa spektrofotometer modern yang mampu baik
mampu bekerja baik dalam lingkungan ini. Lagipula dari spektrofotometer yang
baik

dapat

digolongkan

sedemikian

hingga

karakteristik

mereka

hilang (Day dan Underwood, 2002: 452).


Karakteristik larutan berwarna diukur denga melihat adsorben sinar. Pada
daerah tampak konsentrasi dapat ditentukan dengan hanya teknik, yaitu
kalorimeter atau kolorimetri visual, fotometri dan spektrofotometri. Teknik yang
terakhir dapat digunakan untuk mengukur absorbansi di dalam daerah tampak dan
ultraviolet, sedangkan dua teknik yang pertama terbatas hanya pada pengukuran
daerah tampak (Hendayana, dkk, 1997:7).
Pengukuran absorbansi atau transmitasi dalam suatu spektrofotometri
ultraviolet dan daerah tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif
specres kimia. Dan absorbansi foton (hv) dengan waktu terhadap terbatas dari
spesies (10-8 10-9 detik). Tahap kedua adalah relaksasi dengan berubahnya Mo
menjadi spesies baru dengan suatu reaksi fotokimia. Absorpsi dalam daerah
ultraviolet dan daerah tamp;ak menyebabkan eksitasi elektron ikatan. Puncak dari
absorbansi dapat dihubungkan dengan jenis ikatan ikatan yang ada dalam spesies.
Spektroskopi absorbansi ini berguna untuk mengakterisasikan gugus fungsi dalam
suatu molekul dan untuk analisis kaualitatif. Tahap kedua adalah relaksasi dengan
berubahnya Mo menjadi spesies baru dengan suatu reaksi fotokimia. Spesies yang
dapat mengabsorpsi akan melakukan transisi yang meliputi elektron , elektron d
dan f, transfer muatan elektron (Khopkar, 2008: 211).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Spektrofotometer dengan panjang gelombang 375-625 nm (Spektronik 20)
b. Kuvet, 3 buah
c. Labu Ukur 25 mL
d. Pipet Volume 10 mL
e. Gelas Kimia 100 mL
f. Pipet Tetes, 5 buah
g. Ball Pipet, 2 buah
h. Botol semprot, 1 buah
i. Lap kasar, 1 buah
j. Lap halus, 1 buah
2. Bahan

a. Larutan Krom (III) Nitrat (Cr(NO3)3)


b. Larutan Kobalt (II) Nitrat (Co(NO3)2)
c. Aquades (H2O)
d. Tissue
E. PROSEDUR KERJA
Menyalakan spektrofotometer dan mengatur knop pengontrol amplifier
(kiri depan) sampai jarum menunjukkan 0% T dan memanaskan instrumen selama
20 menit.
1. Spektrum Serapan
a. Menyiapkan larutan berikut:
1) 0,0200 M Cr (III) dengan jalan mengencerkan 10 mL larutan baku
Cr(NO3)3dalam labu ukur sampai tepat 25 mL. Kemudian mengocok larutan.
2) 0,0752 M Co (II) dengan cara mengencerkan 10 ml larutan baku Co(NO 3)2
0,1880 M dalam labu ukur sampai pada tanda batas. Kemuadian mengocok
larutan.
b. Mengambil 3 kuvet yang telah diserasikan, kuvet I untuk aquades (blanko),
kuvet 2 untuk Cr (III) dan kuvet 3 untuk Co (II).
c. Mengatur panjang gelombang dengan interval 400-600 nm dan selanjutnya
mengatur instrumen pada % T pada waktu tidak ada kuvet dan 100% T pada
waktu kuvet yang berisi aquades yang ditempatkan pada sampel holder.
d. Membersihkan kuvet berisi larutan Cr(III) dengan tissue dan memasukkan ke
e.
f.
2.
a.

dalam sampel holder.


Mencatat %T larutan.
Mengulangi dengan larutan Co(II).
Hukum Beer
Mengambil dalam gelas kimia kecil kira-kira 75 mL larutan Cr (III) dan larutan
induk 0,0506 M. Menyiapkan 4 larutan dengan dengan konsentrasi Cr (III)
masing-masing 0,01; 0,02; 0,03; dan 0,04 N dengan memipet berturut-turut 5,
10, 15, dan 20 mL ke dalam labu ukur 25 mL lalu mengencerkan sampai tanda

batas.
b. Mengambil juga dalam gelas kimia kecil, kira-kira 75 mL larutan Co (II) dari
larutan induk 0,1880 M. Menyiapkan 4 lartan dengan konsentrasi C0 (II)
masing-masing 0,1504; 0,1228; 0,752; dan 0,0375 N dengan memipet berturutturut 5, 10,15, dan 20 mL ke dalam labu ukur 25 mL lalu mengencerkan
sampai dengan tanda batas.
c. Dari spektrum Cr (T,T) yang diperoleh tadi pada bagian ini dipilih 2 panjang
gelombang yang akan dipakai untuk mempelajari hubungan antara absorbansi

dan konsentrasi. Pakailah 2 panjang gelombang tadi untuk mempelajari baik


larutan Cr (III) maupun Co (II).
d. Membuat alur Hukum Beer untuk larutan Cr (NO 3)3 dan Co (NO3)2 pada
masing-masing panjang gelombang yang dipilih tadi.
e. Memutar tombol panjang gelombang pada panjang gelombang yang terpendek.
f. Memgatur titik 0 dan 100% spektrofotometer dengan kuvet yang sama dengan
yang dipakai pada bagian II untuk aquades. Mengeluarkan kuvet dan tempat
sampel. Perhatikan apakah jarum kembali menunjukkan 0. Jika tidak, atur
kembali titik 0. Melakukan hal yang sama untuk titik 100% T.
g. Mengukur dan mencatat %T larutan Cr (III) yang 0,01 M dan larutan Co (III)
0,376 M dengan menggunakan kuvet yang sama.
h. Mengatur spektrofotometer untuk panjang gelombang berikutnya yang lebih
panjang.
i. Melanjutkan pengukuran berturut-turut untuk larutan Cr (III) dan Co (II) yang
makin pekat pada kedua panjang gelombang yang dipilih.
3. Analisis Serempak Campuran Berkomponen Dua
a. Menyiapkan campuran Cr (III) Co (II) dengan memipet 10 mL larutan Cr
(III) 0,0506 M dan 10 mL larutan Co (II) 0,1880 M, dari larutan induk masingmasing ke dalam labu ukur 25 mL lalu mengencerkan sampai tanda batas.
b. Mengukur dan mencatat %T larutan Cr (III) dan larutan Co (II) dengan
menggunakan kuvet yang sama.
c. Mengatur spektrofotometer untuk panjang gelombang berikutnya yang lebih
panjang.
d. Melanjutkan pengukuran berturut-turut untuk larutan Cr (III) dan Co (II) untuk
panjang gelombang berikutnya.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Spektrum Serapan
a. Pembuatan Larutan Cr(NO3)3 0,0200 M
10 mL Cr(NO3)3 0,0500 M diencerkansampai tanda batas larutan Cr(NO3)3 0,0200 M
(biru tua)
(biru)
b. Pembuatan Larutan Co(NO3)2
10 mL Co(NO3)20,1880M diencerkansampai tanda batas larutan Co(NO3)2 0,0752 M
(merah muda)
(merah muda)
No

.
1.
2.

(nm)
400
425

Cr (III)
%T
A
48
46

0,319
0,337

Co(II)
%T
A
56
88

0,018
0,056

A Cr + A Co
0,337
0,393

3.
450
56
0,252
74
0,131
0,383
4.
475
72
0,143
58
0,237
0,380
5.
500
78
0,108
48
0,319
0,427
6.
510
78
0,108
48
0,319
0,427
7.
525
68
0,167
46
0,337
0,504
8.
550
58
0,237
62
0,208
0,445
9.
575
52
0,284
84
0,076
0,360
10.
600
54
0,268
92
0,036
0,304
2. Hukum Beer
a. Pembuatan Larutan Cr (NO3)3 0,0400 M; 0,300 M; 0,0200 M; 0,0100 M.
25 mL Cr(NO3)3 0,0500 M mengencerkan 25 mL 1. Larutan Cr (NO3)3 0,04 M
2. Larutan Cr (NO3)30,03 M
3. Larutan Cr (NO3)3 0,02 M
4. Larutan Cr (NO3)3 0,01 M
b. Pembuatan Larutan Co(NO3)3 0,1880 M
25 mL Co(NO3)3 0,0500 M mengencerkan 25 mL
1. Larutan Cr (NO3)3 0,04 M
2. Larutan Cr (NO3)3 0,03 M
3. Larutan Cr (NO3)3 0,02 M
4. Larutan Cr (NO3)3 0,01 M
Cr
No

(nm)

1.
2.

425
525

A
%T

(0,04
M)
0,398
0,222

48
60

%T

(0,03

60
60

M)
0,222
0,222

%T

(0,02

80
70

M)
0,97
0,155

A
%T

(0,01

100
81

M)
0,000
0,086

Cr
No
.
1.
2.

(nm) %T

(0,150

425
525

4 M)
0,100
0,398

78
48

%
T
90
60

A
(0,112
8 M)
0,046
0,322

A
%T

(0,0752M

96
80

)
0,018
0,097

A
%T

(0,037

92
100

6 M)
0,036
0,000

3. Analisis Serempak Campuran Berkomponen Dua


Pembuatan Campuran Cr(III) Co (II)
10 mL larutan Cr(II) 0,0500 M + 10 mL Co(II) 0,1880 M encerkan sampai tanda batas
N

o
1
2
3

(nm)
400
425
450

Campuran Co + Cr
%T
A
70
66
66

0,155
0,180
0,180

Campuran x
%T
A
56
52
50

0,352
0,284
0,304

4
5
6
7
8
9
10

475
500
510
525
550
575
600

65
64
62
60
62
68
72

0,187
0,194
0,208
0,222
0,208
0,167
0,143

48
44
40
38
44
54
60

0,319
0,397
0,398
0,420
0,357
0,268
0,272

G. PEMBAHASAN
Spektrofotometer adalah sauatu alat yang digunakan untuk mengukur
absorban suatu sampel berdasarkan panjang gelombangnya. Percobaan ini
bertujuan untuk mengetahui cara pengoperasian alat spektronik 20. Adapun
prinsip kerja dari spektronik 20 yaitu interaksi antara materi (elektron valensi)
dengan cahaya, dimana elektron memancarkan sinar yang polikromatis yang
diubah menjadi sinar monokromatis yang dilewatkan pada larutan, kemudian
sinaryang telah melewati suatu larutan kemudian dideteksi oleh detektor baru
setelahnya dilakukan pembacaan skala.
Sebelum digunakan, alat terlebih dahulu dinyalakan sekitar 20 menit
sebelum digunakan agar alat dapat bekerja masksimal pada proses pembacaan.
Sebelum memasukkan blanko kedalam alat spektronik 20 yang telah digunakan,
atur pembacaan %T pada alat hingga angka 000 karena pada alat itu belum ada
sinar yang diserap, dipantulkan maupun diteruskan pada alat. Setelah blanko
dimasukkan, %T diatur kembali hingga pembacaan angka 100 karena blanko yang
digunakan adalah H2O. H2O digunakan sembagai blanko karena semua cahaya
yang melewati H2O akan diteruskan, selain itu H2O digunakan sebagai blanko
karena H2O juga digunakan sebagai pelarut.
a. Spektrum serapan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang
maksimal dari Cr (III) dan Co (II). Digunakan max karenan pada max
kepekaan absorpsi besar artinya perubahan absorpsi untuk setiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar.
Berdasarkan hasil pengamatan dan grafik yang diperoleh, dapat
diketahui bahwa absorbansi maksimum untuk larutan Cr (III) berada pada
panjang gelombang 425 nm dengan absorbansi 0,337 dan larutan Co (II)

dengan panjang gelombang 525 nm dengan absorbansi 0,337. Hasil yang


diperoleh tidak sesuai dengan teori dimana panjang gelombang maksimum Cr
(III) yaitu 575 nm dan Co (II) yaitu 510 nm.
b. Hukum Beer
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan hukum lambert-beer yang
berbunyi jika suatu berkas cahaya melewati suatu medium yang homogen,
maka sebagian cahaya datang (Po) diabsorpsi sebabanyak (Pa), sebagian
dapat dipantulkan (Ps) dan sebagian ada yang diteruskan (Pt).
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 425 nm dan 525 nm
dengan

konsentrasi

yang

berbeda-beda.

Tujuannya

adalah

untuk

membuktikan bahwa unsur Co dan Cr tersebut telah memenuhi Hukum


Lambert-Beer atau tidak.
Berdasarkan grafik tidak menunjukkan garis lurus sehingga dapat
dikatakan tidak memenuhi hukum Lambert-Beer sehingga tidak sesuai
dengan teori yang menyatakan jika konsentrasi bertambah jumlah molekul
yang dilalui berkas sinar akan bertambah sehingga serapan juga akan
bertambah. Hal ini disebabkan karena semakin banyak molekul yang
menyerap sehingga semakin banyak atom yang tereksitasi (Hendayana,
1999). Kesalahan terjadi akibat kurang ketelitian praktikan dan kesalahan
dalam pengoperasian alat.
c. Pengaruh campuran berkomponen dua
Percobaan ini bertujuan untuk mrnganalisis dan mengetahui pengaruh
campuran berkomponen dua terhadap absorbansi. Percobaan ini digunakan
dua larutan yang berbeda yaitu Cr (III) dan Co (II). Nilai absorbansi dari
pencampuran ini kemudian dibandingkan dengan hasil pengukuran spektrum
serapan yaitu nilai penjumlahan data Cr (III) dan Co (II).
Bedasarkan hasil perhitungan diperoleh data yang berbeda dengan hasil
pengukuran spektrum serapan dan grafik menunjukkan hasil yang tidak
berhimpit. Hal ini menandakan bahwa pencampuran dua komponen
berpengaruh terhadap nilai absorbansinya. Hal ini tidak sesuai dengan teori
dimana jika kedua komponen yang bercampur tidak bereaksi sehingga tidak
saling mempengaruhi sifat absorbansinya amsing-masing.
H. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan

a. Panjang gelombang maksimum untuk larutan Cr (III) yaitu 425 nm


dengan nilai absorbansi sebesar 0,337 dan Co (II) yaitu 525 nm dengan
absorbansi 0,337.
b. Percobaan ini tidak memenuhi hukum Lambert-Beer karena grafik yang
dperoleh tidak membetnuk garis linier yang menunjukkan jika semakin
besar konsentrasi maka absorbasinya juga semakin besar.
c. Absorbansi campuran tidak sama dengan nilai penjumlahan absorbansi
dari penyusun campuran tersebut.
2. Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dalam melakukan percobaan
terutama pada penggunaan alat dan juga pada proses pengenceran agar
diperoleh hasil yang lebih maksimal/akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Endro, Jatmiko, dkk. 2004. Rancang Bangun Spektroskopi Cahaya Tampak Untuk
Penentuan kualitas susu Dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan.
Jurnal Berkala Fisika. Vol. 7. No. 2.
Harini, Bernadeta Wuri, dkk. 2012. Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel
Untuk Mengukur Kadar Curcuminoid Pada Rimpang Kunyit (Curcuma
Demostica). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi
(SNAST) Priode III. ISSN: 1979-911x.
Hendayana, Sumar. 1997. Kimia Analisis Instrumen. Bandung: Juruan Pendidikan
Kimia FMIPA IKIP Bandung.

Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UIP Press.
Triyati, Etty. 2005. Spektrofotometer Ultra-Voilet dan Sinar Tampak Serta
Aplikasinya dalam Oseanologi. Jurnal Oseana. Vol. X. No. 1.

LAMPIRAN ANALISIS DATA


1. Spektrum serapan (400 nm-600nm)
a. Untuk Cr (III) 0,02 M
%T = 48 %
1
A1 = log T
= log

1
0,48

b. Untuk Co (II)
%T = 96 %
A1
= 0,319

%T = 46 %
A2

= log

1
T

= log

1
0,46

= log

1
0,96

= 0,018

%T = 88 %
A2

= 0,337

= log

1
T

= log

1
T

= log

1
0,88

= 0,056

A3

= log

1
T

= log

1
0,72

= 0,143

= log

1
T

= log

1
0,78

= log

1
T

= log

1
0,78

= 0,108

= log

1
T

= log

1
0,68

= log

1
T

= 0,108

= log

1
0,5

%T = 52 %
A9

= log

1
T

= 0,167

= log

1
T

= log

1
0,58

= 0,131

= log

1
T

= log

1
0,48

= 0,319

= log

1
T

= log

1
0,48

= 0,319

= log

1
T

= log

1
0,46

= 0,337

%T = 62 %
A8

= 0,237

= 0,131

%T = 46 %
A7

1
0,74

%T = 48 %
A6

= log

%T = 48 %
A5

= log

1
T

%T = 58 %
A4

%T = 58 %
A8

= 0,252

%T = 68 %
A7

1
0,56

%T = 78 %
A6

= log

%T = 74 %
A3

%T = 78 %
A5

= log

1
T

%T = 72 %
A4

%T = 56 %

= log

1
T

= log

1
0,62

%T = 84 %
A9

= log

1
T

= 0,208

= log

1
0,52

= 0,284

%T = 54 %
A10

= log
= log

1
T
1
0,54

c. Untuk A Cr + A Co
A1 Cr + A1 Co
A2 Cr + A2 Co
A3 Cr + A3 Co
A4 Cr + A4 Co
A5 Cr + A5 Co
A6 Cr + A6 Co
A7 Cr + A7 Co
A8 Cr + A8 Co
A9 Cr + A9 Co
A10 Cr + A10 Co
2. Hukum Beer

= log

= 0,076

%T = 82 %
A10 = log

= 0,268

= log

= 0,319 + 0,018
= 0,337 + 0,056
= 0,252 + 0,131
= 0,143 + 0,237
= 0,108 + 0,319
= 0,108 + 0,319
= 0,167 + 0,337
= 0,237 + 0,208
= 0,284 + 0,076
= 0,268 + 0,036

a. Untuk Cr (III) dengan 425


0,0400 M %T = 40 %
1
A = log 0,40 = 0,398

1
0,84
1
T
1
0,82

= 0,036

=0,337
=0,393
=0,383
=0,380
=0,427
=0,427
=0,504
=0,445
=0,360
=0,304
b. Untuk Co (II) dengan 425
0,1504 M %T = 78 %
1
A = log 0,78 = 0,108

0,0300 M %T = 60 %
1
A = log 0,60 = 0,223

0,1128 M %T = 90 %
1
A = log 0,90 = 0,046

0,0200 M %T = 80 %
1
A = log 0,80 = 0,097

0,0753 M %T = 96 %
1
A = log 0,96 = 0,018

0,0100 M %T = 100 %
1
A = log 1 = 0

0,0376 M %T = 92 %
1
A = log 0,92 = 0,036

c untuk Cr (III) dengan 525


0,0400 M %T = 60 %
1
A = log 0,60 = 0,222

d. untuk Co (II) dengan 525


0,1504 M %T = 40 %
1
A = log 0,40 = 0,398

0,0300 M %T = 60 %
1
A = log 0,60 = 0,222

0,1128 M %T = 60 %
1
A = log 0,60 = 0,222

0,0200 M %T = 70 %
1
A = log 0,70 = 0,155

0,0753 M %T = 80 %
1
A = log 0,80 = 0,097

0,0100 M %T = 82 %
1
A = log 82 = 0,086

0,0376 M %T = 100
%
A = log

1
1

=0

3. Untuk analisis serempak campuran berkomponen dua


a. Untuk campuran Cr (III) dan Co
(II)
%T = 70 %
A1

1
0,70

= log

1
T

= log

1
0,66

= log

1
T

= log

1
0,66

= 0,155

= 0,180

A4

= log
= log

1
0,65

= 0,180

= log

1
0,56

= 0,252

= log

1
T

= log

1
0,52

= 0,284

= log

1
T

= log

1
0,50

= 0,301

%T = 48 %
A4

= 0,187

1
T

%T = 50 %
A3

= log

%T = 52 %
A2

%T = 65 %
1
T

%T = 56 %
A1

%T = 66 %
A3

= log

%T = 66 %
A2

= log

1
T

b. Untuk campuran X

= log

1
T

= log

1
0,48

= 0,319

A5

= 0,194

= log

1
T

= log

1
0,62

= 0,208

= log

1
T

= log

1
0,60

= log

1
T

= log

1
0,62

= 0,222

= log

1
T

= log

1
0,68

= 0,208

%T = 72 %
A10

= log
= log

1
T
1
0,72

= log

1
T

= log

1
0,40

= log

1
T

= log

1
0,38

= log

1
T

= log

1
0,44

= log

1
T

= log

1
0,54

= 0,398

= 0,420

= 0,357

= 0,268

%T = 60 %
A10 = log

= 0,143

= 0,397

%T = 54 %
A9

= 0,167

1
0,44

%T = 44 %
A8

= log

%T = 38 %
A7

= log

1
T

%T = 40 %
A6

%T = 68 %
A9

1
0,64

%T = 62 %
A8

= log

%T = 44 %
A5

%T = 60 %
A7

= log

1
T

%T = 62 %
A6

%T = 64 %

= log

1
T
1
0,60

= 0,222

Grafik Hubungan Antara dengan absorbansi Cr (III) dan Co (II)


0.4
0.35
0.3
0.25
Absorbansi

0.2
0.15

Cr (III)
f(x) = - 0x + 0.36
R
f(x)==0.04
0x + 0.03
R = 0.02

Linear (Cr (III))


Co (II)
Linear (Co (II))

0.1
0.05
0
350 400 450 500 550 600 650
(nm)

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi Cr (III) pada = 425


0.45
0.4
0.35
f(x) = 13.19x - 0.15
0.3
R = 0.98
0.25
Absorbansi 0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05
Konsentrasi (M)

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi Cr (III) pada = 525


0.25
0.2

f(x) = 4.75x + 0.05


R = 0.89

0.15
Absorbansi

0.1
0.05
0
0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.04 0.04 0.05
Konsentrasi (M)

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi Co (II) pada = 425


0.12
0.1
0.08
Absorbansi

0.06

f(x) = 0.65x - 0.01


R = 0.64

0.04
0.02
0
0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

Konsentrasi (M)

0.12

0.14

0.16

Grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi Co(II) pada = 525


0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
Absorbansi 0.2
0.15
0.1
0.05
0
0.02

f(x) = 3.51x - 0.15


R = 0.98

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

Konsentrasi (M)

Grafik hubungan antara dengan absorbansi


Cr (III) + Co (II)
0.25
0.2
0.15
Absorbansi

f(x) = 0x + 0.18
R = 0

0.1
0.05
0
350

400

450

500
(nm)

550

600

650

Grafik hubungan antara dengan absorbansi


0.6
0.5
0.4
Absorbansi

f(x) = 0x + 0.39
R = 0

0.3

A (Cr + Co)
Linear (A (Cr + Co))
A Cr + A Co

0.2

Linear (A Cr + A Co)

f(x) = 0x + 0.18
R = 0

0.1

0
350 400 450 500 550 600 650
(nm)

Grafik Hubungan Antara dengan absorbansi campuran X


0.5
0.4
0.3
Absorbansi

f(x) = - 0x + 0.38
R = 0.01

0.2
0.1
0
350

400

450

500
(nm)

550

600

650

Anda mungkin juga menyukai