PENDAHULUAN
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, jonjot-jonjot korion (chorionik
villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung
banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan.
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika Latin (1 :
120) dibandingkan dengan negara - negara barat (1 : 2000). Penyakit ini banyak
diderita oleh wanita usia reproduksi sehat, sehingga tujuan penatalaksanaan penyakit
trofoblas gestasional adalah mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
reproduksi pasca penyakit trofoblas gestasional.
Wanita yang memiliki riwayat kehamilan mola juga memiliki angka
kekambuhan yang lebih tinggi. Mola hidatidosa dijumpai paling sering pada umur
reproduktif (15-45 tahun) dan pada multipara.
Wanita dengan riwayat abortus spontan akan beresiko lebih besar untuk
terkena mola komplit atau mola partial pada kehamilan berikutnya. Mola hidatidosa
akan berulang pada 0,5-2,6% pasien dengan kemungkinan berkembang menjadi mola
invasif atau choriocarcinoma.
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1. Definisi Mola hidatidosa
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villus
korialis langka vaskularisasi, dan edematous atau jonjot-jonjot korion (chorionik villi)
yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung
banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena ini disebut
juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang
jinak (benign). Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan
edematous itu hidup dan tumbuh terus. Trofoblast pada vilus kadang berproliferasi
ringan, kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormon yaitu human chorionic
gonadotropin (hCG) dalam jumlah yang besar dari kehamilan biasa.
1.2. Epidemiologi
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika Latin (1 :
120) dibandingkan dengan negara - negara barat (1 : 2000). Penyakit ini banyak
diderita oleh wanita usia reproduksi sehat, sehingga tujuan penatalaksanaan penyakit
trofoblas gestasional adalah mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
reproduksi pasca penyakit trofoblas gestasional.
Wanita yang memiliki riwayat kehamilan mola juga memiliki angka
kekambuhan yang lebih tinggi.
Mola hidatidosa dijumpai paling sering pada umur reproduktif (15-45 tahun)
dan pada multipara.
Wanita dengan riwayat abortus spontan akan beresiko lebih besar untuk
terkena mola komplit atau mola partial pada kehamilan berikutnya.
Mola hidatidosa akan berulang pada 0,5-2,6% pasien dengan kemungkinan
berkembang menjadi mola invasif atau choriocarcinoma.
Varian mola hidatidosa parsial baru diketahui pada 1997 oleh Vassikolas et al.
secara epidemiologis klonik mola hidatidoda parsialis tidak sejelas mola hidatidosa
komplit. Kita tidak mengetahui dengan tepat insidenny, faktor risikonya dan
bagaimana perkembangan penyakitnya. Yang telah diketahui adalah insidennya lebih
rendah dari mola komplit.
Banyak pakar yang berangggapan bahwa insidensi molaparsial lebih tinggi
dibandingkan dengan mola komplit. Alsannya adalah kehailan triploidi biasaanya
mati pada umur 8-9 minggu kemudian menjadi abortus spontan. Bila semua kasus
abortus spontan diperiksa PA sebagian diantaranya akan berupa kasus mola parsial.
1.3. Etiologi dan Faktor Resiko
Walaupun penyakit ini sudah dikenal dari awal abad ke enam, tetapi sampai
sekarang belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Berbagai teori telah dianjurkan
misalnya teori infeksi, defisiensi makanan terutama protein. Kasus ini banyak
ditemukan pada pasien dengan sosial ekonomi yang rendah. Akhir akhir ini
dianggap bahwa kelainan tersebut terjadi karena pembuahan sebuah sel telur dimana
intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel sperma yang mengandung 23
x (haploid) kromosom kemudian membelah menjadi 46 xx, sehingga mola hidatidosa
bersifat homozigot, wanita dan androgenesis. Kadang kadang terjadi pembuahan oleh
2 sperma sehingga terjadi 46 xx atay 46 xy.
Faktor risiko timbulnya mola adala asupan vitamin A dan lemak hewani yang
rendah, defisiensi protein, sosio ekonomi yang rendah, paritas yang tinggi. Oleh
karena itu pengetahuan tentang faktor risiko penting untuk menghindari terjadinya
mola hidatidosa, seperti tidak hamil pada usia ekstrim dan memperbaiki gizi.
1.4. Patogenesa
Penyakit neoplasia trofoblastik gestasional secara umumnya berasal dari
jaringan fetal dan bukannya jaringan dari tubuh ibu. Mola hidatidosa pula dikatakan
berasal dari trofoblas extra embrionik. Gangguan pada perkembangan inner mass cell
embrionik ketika proses differrensiasi dikatakan menjadi penyebab terjadinya mola
hidatidosa.
umumnya besar uterus lebih besar dari usia kehamilan. Ada pula kasus-kasus yang
uterusnya lebih kecil tau sama besar walaupun jaringannya belum dikeluarkan. Dalam
hal ini perkembangan jaringan trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan
kemungkinan adanya jenis dying mole.
Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan perdarahan
inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala perdarahan ini
biasanya terjadi pada bulan pertama sampai bulan ketujuh . Sifat perdarahan bisa
intermitten, sedikit-sedikit ataupun sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok
atau kematian. Karena perdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk
kedalam keadaan anemia. Keluar jaringan mola yang seperti buah anggur yang
merupakan diagnosa pasti.
Seperti juga pada kehamilan biasa, mola hidatidosa bisa disertai dengan
preeclampsia (eklampsia) hanya perbedaanya adalah bahwa peeklampsia pada mola
terjadinya lebih muda daripada kehamilan biasa. Penyulit lain yang akhir akhir ini
banyak
dipermasalahkan
adalah
tirotoksikosis.
Maka,
Martaadisoebrata
menganjurkan agar tiap kasus mola hidatidosa dicari tanda tanda tirotoksikosis
secara aktif seperti kita selalu mencari tanda tanda preeklampsia pada tiap kehamilan
baisa. Biasanya pasien meninggal karena krisis tiroid.
Penyulit lain yang mungkin terjadi adalah emboli sel trofoblas ke paru-paru.
Sebetulnya pada setiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke paru paru
tanpa memberikan gejala apa-apa. Akan tetapi, pada mola kadang-kadang jumlah sel
trofoblas ini demikian banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru paru akut
yang bisa menyebabkan kematian.
Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral maupun
bilateral. Umumnya kista ini menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan tetapi ada
juga kasus dimana kista lutein baru ditemukan pada waktu follow up. Dengan
pemeriksaan klinis insidensi kista lutein lebih kurang 10,2%, tetapi bila menggunakan
USG angkanya meningkat sampai 50%. Kasus mola dengan kista lutein memiliki
risiko 4 kali lebih besar untuk mendapat degenerasi keganasan di kemudian hari
daripada kasus-kasus tanpa kista.
1.6. Diagnosis
A. Anamnesis
1. Perdarahan pervaginam adalah gejala paling sering,biasanya terjadi pada
usia kehamilan 6-16 minggu.
2. Terdapat gejala hamil muda yang biasanya lebih nyata dari kehamilan
biasa.
3. Keluar jaringan mola seperti bauh anggur atau mata ikan (tidak selalu ada)
yang merupakan diagnosa pasti.
4. Perdarahn lebih sedikit atau banyak, tidak teratur berwarna merah
kecoklatan seperti bumbu rujak.
5. Kadang kala timbul gejala Preeklamsia.
B. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1. Mata dan terkadang badan terlihat kekuningan yang disebut muka mola
2.
(mola face).
Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.
b. Palpasi
1. Uterus membesar tidak sesuai tuanya kehamilan, uterus terasa lembek
2. Tidak terasa janin, tidak teraba bagian janin, ballotemen, dan gerakan
3.
janin.
Adaanya fenomena harmonika: darah dan gelembung mola keluar, dan
4.
fundus uteri turun, lalu naik lagi karena terkupulnya darah baru.
Fundus uteri lebih tinggi daripada usia kehamilan yang dihitung
berdasarkan haid terakir. Hal ini di jumpai pada 30% kasus.
c. Aukultasi
1.
2.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Reaksi kehamilan: karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dan uji
imunologik (Galli Mainini dan planotest) akan positif setelah pengenceran
(titrasi):
Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya dilakukan kerokan ulang dengan kuret
tajam, agar ada kepastian bahwa uterus benar-benar telah kosong, dan untuk menilai
tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu
makin perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan.
Sebelum mola dikeluarkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan rontgen paruparu untuk menentuakan ada atau tidaknya metastasis ke tempat itu. Setelah mola
dilahirkan data ditemukan bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista teka-lutein.
Kista-kista ini yang tumbuh karena pengaruh hormonal kemudian mengecil sendiri.
Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan
histopatologik
sudah
tampak
adanya
tanda-tanda
keganasan
berupa
mola
invasi/koriokarsinoma.
c. Pemeriksaan lanjutan
Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya keganasan setelah molahidatidosa.
Tes hCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi. Lama pengawasan
berkisar satu tahun. Untuk tidak mengacaukan pemeriksaan pada periode ini pasien
diminta untuk tidak hamil dulu dengan menggunakan kondom, diafagma atau oantang
berkala. Anjuran untuk semua penderita pascamola dilakukan kemoterapi untuk
mencegah timbulnya keganasan, belum dpat diterima oleh semua pihak.
Pada pengamatan lebih lanjut selain pemeriksaan terhadap kemungkinan
timbulnya
metastasis
sangat
pentung
untuk
memerika
kadar
hormone
dapat
dilakukan
degngan
pemberian
methotrexate
atau
minggu).
Terjadi rebound hCG
Diagnosis histology koriokarsinoma
Terdapat metastasis
Kadar hCG tinggi (>20.000 mIU/ml selama lebih dari empat minggu
pascaevakuasi).
6. Kadar hCG meningkat menetap selama 6 bulan pascaevakuasi.
d. Sitostatika Profilaksis
Wanita dengan kelainan Gestasional Trophoblastic Desease dapat diobati baik
dengan agen tunggal atau multi-agen kemoterapi. Pengobatan yang digunakan
didasarkan pada FIGO 2000 sistem scoring untuk GTN dengan oenilaian sebagai
berikut :
FIGO SCORING
4
9
Age (years)
<40
>40
Antecedent pregnancy
Mola
Aborti
Term
<4
4-,<7
7-<13
>13
<103
103-
104-
>105
on
Interval months from end of
index pregnancy to treatment
Pretreatment serum hCG (iu/I)
<104
Largest tumour size, including
<105
<3
3- <5
>5
Lung
Spleen
Gastro
Liver,
uterus (cm)
Site of metastases
, kidney
brain
intestinal
Number of methastases
1-2
5-8
>8
Single
drug
or
more
drug
10
1.10. Prognosis
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah
jantung, atau tirotoksikosis. Di Negara maju kematian disebabkan oleh mola sudah
tidak ada lagi. Akan tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar
2,2% dan 5,7%. Sebagian mola akan sehat kembali setelah jaringan dikeluarkan
tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan
menjadi koriokarsinoma.
Hampir 20% mola hidatidosa komplit berlanjut menjadi keganasan sedangkan
mola hidatidosa parsial jarang. Mola yang jarang berulang disertai tirotoksikosis atau
kista lutein memiliki kemungkinan menjadi ganas lebih tinggi.
11
BAB III
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas Pasien
Nama
: Ny. EF
Usia
: 27 tahun
Pekerjaan
No. RM
: 111742
Alamat
: Dhamasraya
Tanggal
: 25 Agustus 2015
Nama Suami
: Tn. B
Umur
: 29 tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
2.2. Anamnesa
12
Keluhan Utama
Seorang pasien wanita umur 27 tahun datang ke poliklinik RSUD Solok pada
tanggal 25 Agustus 2015 pukul 21.40 WIB dengan keluhan utama keluar darah
melalui kemaluan sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluar darah yang banyak dari kemaluan sejak 3 hari yang lalu.
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak 3 hari yang lalu
Keluar jaringan seperti daging tidak ada
Keluar jaringan seperti mata ikan disangkal
BAK susah dan sedikit-sedikit sejak 3 hari yang lalu
Tidak haid sejak 2 bulan yang lalu.
HPHT : 12 Juni 2015
TP : 19 Maret 2016
Riwayat menstruasi : menarche pada usia 16 tahun, siklus haid teratur,
lamanya 5-6 hari, banyaknya 2-3 kali ganti duk perhari, nyeri haid
pada hari pertama datang bulan.
RHM : mual (+), muntah (+), perdarahan (+).
ANC : belum pernah kontrol sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, hipertensi
sebelumnya tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan, menular
dan kejiwaan.
Riwayat Perkawinan, Kehamilan, Kontrasepsi, Imunisasi
Riwayat perkawinan : 1 kali tahun 2008
Riwayat kehamilan/ abortus/persalinan : 4/0/3
Riwayat kontrasepsi : KB Suntik 1 kali sebulan
Riwayat imunisasi lain :tidak ada
Psikososial
Pendidikan terakhir ibu
: SMA
Pendidikan terakhir suami
: SMA
Pekerjaan ibu
: Ibu Rumah Tangga
Pekerjaan suami
: Wiraswasta
Penghasilan rata-rata perbulan : 2.000.000 dirasa cukup.
Pasien merasa tidak ada masalah dalam melakukan kunjungan ke
rumah sakit.
Riwayat Pemeriksaan Laboratorium
13
badan
sebelumnya.
Riwayat Lingkungan Tempat Tinggal
lingkungan tempat tinggal diakui pasien cukup bersih.
Pembuangan sampah di tong sampah belakang rumah.
Sumber air bersih : sumur dan diakui pasien cukup jernih.
Selokan disekitar rumah lancer dan tidak tersumbat
Riwayat Aktivitas
pasien tidak ada berolahraga selama kehamilan.
Riwayat bepergian jauh selama kehamilan tidak ada.
Riwayat Kebersihan Diri dan Koitus
Pasien mandi 2 kali sehari di sumur belakang rumah.
Gosok gigi selama hamil 1 kali sehari pada pagi hari.
BAB frekuensi 1 kali sehari, lancar.
BAK biasanya lancar
Frekuensi koitus 1-2 kali dalam seminggu.
Perdarahan setelah koitus tidak ada
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok selama kehailan tidak ada
Riwayat konsumsi alcohol selama hamil tidak ada.
Riwayat konsumsi kopi selama hamil jarang.
Riwayat penggunaan obat terlarang selama hamil tidak ada.
aneh, air liur berlebih, nyeri kepala (-) dan keputihan (+).
Riwayat nyeri ulu hati selama kehamilan ada akibat gejala mual
muntah (+).
Riwayat kelelahan selama kehamilan ada akibat gejala muah muntah
(+).
(-/-).
Plano test
: Positif
15
Status Obstetrikus
Muka
ikterik (-/-)
Mammae : membesar, aereola dan papilla hiperpigmentasi, kolostrum (-)
Abdomen :
o Inspeksi : tak tampak membuncit
o Palpasi
: tidak teraba bagian janin, TFU teraba anatara
simphisis pubis dan umbilicus
o Perkusi : timpani
o Auskultasi : bising usus (+) normal
Genitalia :
o Inspeksi : v/u tenang, PPV (+)
o Inspekulo :
Porsio ukuran normal, tampak licin, perdarahan aktif (+),
o VT
Hematokrit
: 37,0 %
Leukosit
: 11,67 x 103
Trombosit
: 269 x 103
Pemeriksaan Serologi/Immunologi
T3
: 1,87ng/ml
TSH
: <0,05mIU/ml
FT4
: 23,59pmol/L
16
2.5. Diagnosa
G4P3A0H3 gravid 11-12 minggu + Molahidatidosa + Hipertiroid
2.6. Rencana Penatalaksanaan
Sikap
Terapi
FOLLOW UP
N
Tanggal
Keterangan
O.
126 Agustus 2015
S/
: 20x/I, T : 37,2 C
17
Mata
tidak ikterik
Abdomen:
o Inspeksi
S/
O/ KU : Sedang, Kesadaran
:CMC,
TD:
120/80
tidak ikterik
Genitalia :
o Inspeksi
A/
P4A1H4 post
ai
Molahidatidosa
Hipertiroid
P/ Kontol KU, VS, PPV
18
gelembung kecil
: MOLAHIDATIDOSA
19
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada laporan kasus diatas seorang wanita berusia 27 tahun datang dengan keluhan
utama keluar darah melalui kemaluan sejak 3 hari yang lalu di diagnosa G4P3A0H3
gravid 11-12 minggu + Molahidatidosa + Hipertiroid. Diagnosa ini ditegakkan
berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik obstetric dan pemeriksaan penunjang.
Teori
Anamnesis
paling
sering,biasanya
yang
minggu.
Terdapat gejala hamil muda
Kasus
Pada pasien ini pada anamnesa di dapat:
kehamilan biasa.
Keluar jaringan mola seperti
bauh anggur atau mata ikan
lalu
pada
usia
20
(tidak
selalu
ada)
yang
ikan disangkal
RHM : mual dan muntah
yang dirasakan yang lebih
perdarahan (+).
ANC : belum pernah kontrol
rujak.
Kadang
kala
timbul
gejala
sebelumnya.
Preeklamsia.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1. Mata dan
terlihat
kekuningan
yang
mola
Pada palpasi
-
face).
2. Kalau gelembung mola keluar
dapat dilihat jelas.
:
simphisis
pubis
dan
umbilicus
ballotement (-)
b. Palpasi
Pada Auskultasi :
kehamilan,
uterus
terasa lembek
Tidak terasa janin, tidak teraba
bagian janin, ballotemen, dan
gerakan janin.
Adaanya
harmonika:
fenomena
darah
dan
Fundus
uteri
lebih
tinggi
berdasarkan
haid
c. Aukultasi
1. tidak terdengar bunyi
denyut jantung janin
2. terdengar bising
Pemeriksaan Penunjang
1. Reaksi
kehamilan:
karena
uji
badai salju
biologik
dan
uji
22
mola,
lake
pattern)
atau
terlihat
tulang-tulang
janin.
23
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, jonjot-jonjot korion (chorionik
villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung
banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan.
Diagnosa
24
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sofian, Amru. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Saifuddin, A. 2006. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Snell, Richard S. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC
Morgan, Geri; Hamilton, C. 2007. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktis Edisi
2.Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C; Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi
11.Jakarta: EGC
25