KELOMPOK VII:
1. ARY SUHARYANTO (F1314098)
2. SATRIO WIBOWO (F1314119)
3. KURNIAWAN
(F1314100)
DI INDONESIA
I. Pengertian Accrual Accounting
Accrual Accounting adalah sebuah metodologi akuntansi dimana transaksi diakui pada saat kajadian
ekonomi terjadi, bukan pada saat kas diterima atau dibayarkan. Maka pendapatan diakui pada saat
income dimiliki, dan beban diakui pada saat kewajiban sudah diakui, bukan pada saat diterima atau
dibayarkan cash-nya
II.
III.
4) Private public partnership (PPP) -> misalnya kerjasama Bangun Guna Serah (BGS) BOT, dll
sudah diatur di PSAP
Dimana nomor 1,2 dan 3 sudah diterbitkan consultative document sedangkan nomor 4 masih
proses penyusunan
Accounting for social policies of government adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
tanggung jawab sosial, misalnya belanja bantuan sosial dan belanja hibah. Dalam hal ini
pemerintah sudah mengatur bagaimana recognition dan measurenment-nya dalam PSAP baik saat
masih menggunakan PP 24/2005 maupun dalam PP 71/2010 beserta peraturan terkait.
Herritage assets adalah aset-aset berupa benda bersejarah atau mempunyai nilai budaya yang
tinggi, misalnya candi, peninggalan sejarah, dll. Dalam hal ini pemerintah
sudah mengatur
bagaimana recognition dan measurenment-nya dalam PSAP baik saat masih menggunakan PP
24/2005 maupun dalam PP 71/2010 beserta peraturan terkait. Untuk herritage asset ini sesuai
PSAP bahwa hanya dijelaskan di CALK tidak disajikan di Neraca.
Private public partnership (PPP) ini misalnya kerjasama Bangun Guna Serah (BGS) BOT, dll.
Dalam hal ini pemerintah sudah mengatur bagaimana recognition dan measurenment-nya dalam
PSAP baik saat masih menggunakan PP 24/2005 maupun dalam PP 71/2010 beserta peraturan
terkait
3. Cash information in an accrual framework.
Penerapan basis akuntansi akrual bukan berarti mengabaikan basis kas, tetapi pengelolaan kas
merupakan bagian integral dari kerangka manajemen berbasis akrual. Basis akrual yang modern
mempunyai fungsi-fungsi untuk mendukung basis akuntansi dan pelaporan secara kas.
PP 24/2005 diterapkan TWA, yang berarti bahwa masih terdapat penerapan basis akuntansi dan
pelaporan secara kas. Hal ini dapat ditunjukkan dalam LRA yang menggunakan basis kas.
4. Alignment of accrual accounting and budgeting.
Sinkronisasi antara akuntansi akrual dengan anggaran sering diargumentasikan bahwa konsep
akuntansi dan anggaran haruslah disamakan agar terdapat basis yang jelas dan transparan dalam
pembandingan antara apa yang direncanakan pemerintah dan hasil keuangan yang aktual. Namun
demikian, pertanyaannya adalah apa perbedaan basis akuntansi akrual dengan basis akrual dalam
penganggaran. Akuntansi berkaitan dengan pelaporan transaksi ex-post, sementara anggaran
merupakan perencanaan ex-ante dalam basis akrual. Secara teknik, pemerintah dapat menerapkan
basis akuntansi akrual tanpa membuat kerangka pengganggaran yang berbasis kas dan dengan
demikian dalam pelaporan akuntansi berbasis akrual pertanggungjawaban angaran berbasis kas
akan tetap disusun.
Pelaksanaan di Indonesia, anggaran masih berbasis kas, sedangkan pelaporan sudah diatur
menggunakan basis akrual sesuai PP 71/2010.
3
Jadi sesuai dengan isu yang disampaikan IMF tersebut yang dilakukan di Indonesia sudah
memadai.
5. Budget classification and the charts of accounts.
Apabila pemerintah menerapkan basis akrual pada akuntansi dan anggaran secara simultan, akun
standar dan klasifikasi anggaran sebaiknya disamakan, akan tetapi jika pemerintah menerapkan
basis akrual hanya pada akuntansi dengan masih menerapkan basis kas pada anggarannya, akan
ada perbedaan antara akun standar dengan klasifikasi anggaran. Namun demikian, akun standar
akan tetap mencakup laporan-laporan yang berbasis akrual maupun kas.
Dalam PP 71/2010 anggaran masih menggunakan basis kas, sedangkan untuk akuntansi dan
pelaporannya menggunakan basis akrual. Maka akan ada penambahan/penyesuaian kodefikasi
akun tertentu, misalnya pendapatan-LRA dengan pendapatan-LO yang masing-masing masuk
dalam laporan yang berbeda.
6. Opening Balance Sheet
Identifikasi dan penilaian
aset
dan
kewajiban
adalah
langkah
penting
pada
saat
pengimplementasian accrual accounting. Neraca awal harus didukung dengan informasi dan
penjelasan yang cukup untuk audit.
Dengan terbitnya PP 24 tahun 2005, maka sebenarnya sampai saat ini seluruh instansi baik pusat
maupun daerah telah memiliki neraca, kecuali untuk daerah baru. Ketentuan dalam PP 24 tersebut
bahwa neraca sudah menggunakan basis akrual, jadi sebagian besar data dan informasi
didalamnya dapat digunakan untuk implementasi basis akrual.
Secara umum, terdapat beberapa perbedaan antara PP 24 dengan PP 71, sebagai berikut:
PP 24/2005 : CTA
Unsur Laporan Keuangan
PP 71/2010 : ACCRUAL
Unsur Laporan Keuangan
Neraca
- Aset
- Aset
- Kewajiban
- Kewajiban
- Ekuitas Dana
- Ekuitas
pemerintah
termasuk
sisa
lebih
pembiayaan
Ekuitas,
yaitu
yang
kekayaan
bersih
merupakan
selisih
pemerintah
yang
tertanam
cukup memadai untuk dilakukan secara terpusat. Selain itu juga untuk mengimplementasikan
salah satu fungsi pemerintah yaitu partispasi.
Selanjutnya dalam hal penggunaan sistem (IT) pengembangan yang dilakukan pemerintah dibagi
menjadi dua:
- Keuangan negara.
Kementrian Keuangan menyusun sistem dan dilaksanakan oleh masing-masing instansi pusat
untuk kemudian dilakukan rekonsiliasi dan konsolidasi pada akhir periode. Sistem yang
-
dimaksud adalah SAI, SIMAK BMN, aplikasi Persediaan, aplikasi SPM, dll.
Keuangan Daerah
Untuk keuangan daerah ini seharusnya dilakukan oleh Kementrian Dalam Negeri sehingga
dapat mengimplementasikan satu sistem yang seragam. Namun dalam prakteknya
Kementrian Dalam Negeri belum dapat menyusun suatu sistem terintegrasi yang digunakan
oleh seluruh pemerintah daerah. Pemda-pemda di Indonesai sebagian besar sudah
menggunakan sistem pengelolaan akuntansi, namun berbeda-beda tergantung bekerja sama
dengan siapa.
Kedepan seharusnya pemerintah menyusun suatu sistem yang seragam baik untuk keuangan
negara dan keuangan daerah. Tidak boleh lagi ada pembedaan antara keduanya, karena yang
dikelola adalah uang rakyat, uang negara yang satu, Indonesia. Dengan adanya sistem yang
seragam, maka akan dapat disusun suatu Laporan Keuangan Negara Republik Indonesia yang
merupakan gabungan laporan keuangan pusat dan daerah
8. Consolidation Issues.
Apapun sistem pemerintahan yang dianut, baik sentralisasi maupun desentralisasi merupakan hal
yang penting bagi pemerintah untuk menggabungkan semua laporan keuangan pemerintah secara
umum. Namun, adanya kemungkinan bahwa tidak semua entitas akuntansi atau tidak semua jenis
transaksi akan menggunakan basis akrual maka akan memunculkan isu yang berkaitan dengan
konsolidasi laporan keuangan
Dengan PP 24/2005 maka seluruh entitas akuntansi sudah menyusun laporan konsolidasian terdiri
dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan, kemudian dengan terbitnya PP 71/2010 laporan konsolidasian yang dibuat terdiri
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca, Laporan Operasional
(sebelumnya LRA), Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan (dicetak tebal merupakan laporan baru)
Yang masih menjadi pekerjaan berat adalah mapping dari basis kas ke basis akrual untuk seluruh
laporan tersebut.
9. Controlled and administered items.
6
Manfaat dari penggunaan basis akrual adalah untuk dapat menyajikan biaya penuh atas
barang/jasa yang disediakan pemerintah. Namun untuk mencapai tujuan itu perlu dipisahkan
antara kewenangan pemerintah yang bersifat mengatur atau kewenangan yang hanya sebatas
administrasi.
Permasalahan utama adalah bagaimana mengukur value for money bagi pemerintah untuk yang
administered, karena kalau yang controlled relatif bisa langsung dinilai oleh masyarakat.
Praktek yang terjadi di Indonesia selama ini memang belum ada pengukuran secara memadai
mengenai value for money dari administered yang telah dilakukan pemerintah. Misalnya
dengan bergitu banyak bantuan dan hibah oleh pemerintah kepada organisasi atau kelompok
masyarakat, tapi belum ada pengukuran yang memadai mengenai value for money yang telah
dihasilkan.
Kedepan perlu di kembangkan suatu sistem untuk dapat menghitung value for money dari
administered yang telah dilakukan pemerintah sehingga dapat digabungkan dengan pengukuran
controlled.
IV.
3) Sistem perpajakan di Indonesia belum mapan. Contoh paling sederhana adalah saat ini
belum seluruh warga negara indonesia mempunyai NPWP. Saat ini baru tahap
pengembangan misalnya dengan gencar melakukan sosialisasi perpajakan, pajak online,
dll..
4) Belum terpadunya perencanaan dalam anggaran (budget) terhadap pelaksanaannya.
5) Saat ini belum dapat dipastikan berapa sebenarnya pendapatan yang seharusnya kita
peroleh. Saat ini fokus pemeriksaan atau pengawasan keuangan negara yang dilaksanakan
adalah pada pengeluaran/belanja, sedangkan sisi pendapatan belum dilakukan. Padahal
diperkirakan kebocoran keuangan negara yang terbesar adalah pada pendapatan yang
seharusnya masuk tetapi tidak pernah terealisasi. Dengan pengawasan terhadap belanja
yang relatif sudah banyak dan berlapis pun masih banyak permasalahan yang ditemukan.
Misalnya korupsi proyek hambalang, Bank Century, dll
6) Sebagian besar hasil Opini BPK atas laporan keuangan belum WTP. Hal ini
mengindikasikan masih banyak permasalahan yang ditemukan baik di pusat maupun daerah
Dari permasalahan-permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa saat ini Indonesia belum
cukup siap untuk mengimplementasikan Accrual Accounting.
2. Didukung oleh kebijakan politik (Political Ownership)
Rencana peralihan ke akuntansi berbasis akrual harus didukung oleh pimpinan (eksekutif)
secara kuat dan jelas. Dukungan dari lembaga legislatif (parlemen) juga sangat penting.
Reformasi keuangan negara dengan terbitnya tiga paket Undang-Undang Keuangan Negara
(Nomor 17/2003, Nomor 1/2004 dan Nomor 15/2006) menunjukkan adanya keinginan kuat dari
eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan, khususnya
akuntansi karena disana diatur penerapan akuntansi berbasis akrual di dalam sistem akuntansi
pemerintahan di Indonesia. Ketentuan Pasal 36 ayat (1) UU No. 17 tahun 2003 dan Pasal 70
ayat (2) UU No. 1 tahun 2004, yang menetapkan bahwa pelaksanaan sistem akuntansi
pemerintahan berbasis akrual paling lambat dilaksanakan 5 tahun sejak UU No. 17 tahun 2003
ditetapkan atau pada tahun 2008.Tetapi ketentuan tersebut tidak dapat dijalankan jika belum ada
Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang berbasis akrual. Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) berbasis akrual yang dapat digunakan dalam sistem akuntansi
pemerintahan baru ditetapkan dengan PP Nomor 71 tahun 2010. Namun sayangnya, peraturanperaturan tersebut masih banyak kelemahan dalam pengimplementasian, yang terlihat dari
adanya permasalahan-permasalahan implementasi akuntansi yang sudah lama diketahui
penyebabnya namun tidak diselesaikan dengan pembuatan kebijakan yang mendukung,
misalnya:
- Adanya sistem akuntansi keuangan negara yang disusun oleh Kemenkeu dan sistem
akuntansi keuangan daerah yang disusun Kemendagri.
Dengan penggunaan sistem akuntansi yang berbeda antara keuangan negara dengan
keuangan daerah, maka sangat sulit untuk dilakukan konsolidasi laporan keuangan pusat
-
daerah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam hal political ownership, Indonesia belum cukup siap
untuk mengimplementasikan Accrual Accounting.
sistem justru belum menjangkau ke beberapa daerah di Indonesia. Maka merupakan hal yang
sangat sulit untuk mengembangkan IT apabila kebutuhan dasar seperti listrik saja belum
merata. Hal lainnya adalah internet yang juga belum mendukung.
Kemudian dapat juga kita lihat dari pengembangan sistem yang sudah dilaksanakan sejak
beberapa tahun belakangan. Pemerintah telah mengembangkan beberapa sistem implementasi
akuntansi, misalnya:
- Pada keuangan negara telah dikembangkan sistem SIA, SIMAK, Aplikasi SPM, Aplikasi
SP2D, dll yang memang sudah membantu dalam impelementasi sistem akuntansi secara
computerized pada Satker-Satker pelaksana anggaran. Namun sayangnya semuanya belum
terintegrasi, artinya masing-masing berjalan sendiri, baru kemudian di akhir periode
-
belum
semua
atau
bahkan
sedikit
sekali
pemda
yang
mengimplementasikan sistem tersebut. Di lain pihak, ada banyak Instansi lain dan swasta
yang juga mengembangkan sistem akuntansi keuangan daerah yang lain misalnya: SIMDA
(BPKP) atau dari konsultan swasta tentu saja tidak akan dapat terintegrasi karena
dikembangkan masing-masing.
Hal tersebut di atas mengindikasikan bahwa secara sistem kondisi saat ini di Indonesia belum
siap untuk mendukung implementasi Accrual Accounting.
V.
Simpulan
Implementasi accrual accounting pada tataran keuangan makro, pengukuran atas aset dan
kewajiban dapat dilakukan secara relevan dan menyeluruh. Akuntansi akrual menyediakan ukuran
lebih luas dari beban komitmen keuangan pemerintah daripada akuntansi kas.
Apabila melihat dari isu-isu implementasi accrual accounting:
1) Formulating acccounting policies.
11
Secara umum sudah cukup memadai dengan telah adanya peraturan-peraturan yang terkait
2) Gaps in current International Accounting Standards.
Secara umum sudah cukup memadai karena keempat isu gaps utama sudah diatur dalam PSAP
3) Cash information in an accrual framework.
Dengan PP 24/2005 Masih terdapat penerapan basis akuntansi dan pelaporan secara kas. Hal
ini dapat ditunjukkan dalam LRA yang menggunakan basis kas
4) Alignment of accrual accounting and budgeting.
Pelaksanaan di Indonesia, anggaran masih berbasis kas, sedangkan pelaporan sudah diatur
menggunakan basis akrual sesuai PP 71/2010. Jadi sesuai dengan isu yang disampaikan IMF
tersebut yang dilakukan di Indonesia sudah memadai.
5) Budget classification and the charts of accounts.
Dalam PP 71/2010 anggaran masih menggunakan basis kas, sedangkan untuk akuntansi dan
pelaporannya menggunakan basis akrual
6) Opening balance sheet.
Adanya neraca awal menggunakan basis TWA sesuai PP 24/2005 hanya perlu sedikit
mapping/modifikasi sehingga menjadi bentu acrual penuh sesuai PP 71/2010
7) Central versus Decentralized Financial Process
Kedepan seharusnya pemerintah menyusun suatu sistem yang seragam baik untuk keuangan
negara dan keuangan daerah. Tidak boleh lagi ada pembedaan antara keduanya, karena yang
dikelola adalah uang rakyat, uang negara yang satu, Indonesia. Dengan adanya sistem yang
seragam, maka akan dapat disusun suatu Laporan Keuangan Negara Republik Indonesia yang
merupakan gabungan laporan keuangan pusat dan daerah
8) Consolidation Issues.
Yang masih menjadi pekerjaan berat adalah mapping dari basis kas ke basis akrual untuk
seluruh laporan tersebut
9)
12
Dalam hal kapasitas teknis Indonesia masih belum siap untuk implementasi Accrual
Accounting.
4) Sistem (System)
Secara sistem kondisi saat ini di Indonesia belum siap untuk mendukung implementasi
Accrual Accounting.
13