Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


SMF BEDAH
RUMAH SAKIT PERTAMINA JAYA
2015

RUMAH SAKIT
PERTAMINA JAYA

URETEROLITHIASIS
1. Pengertian (Definisi)
2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Banding

6. Pemeriksaan
Penunjang

Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam


ureter
Pasien nyeri hebat (kolik), dapat menjalar hingga
ke perut bagian depan, perut sebelah bawah,
daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan.
Pasien juga mengeluh nyeri pada saat kencing
atau sering kencing.
Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien
akibat trauma pada mukosa saluran kemih
Dapat ditemukan Demam
gejala-gejala gastrointestinal seperti mual,
muntah dan distensi abdomen.
Inspeksi
Terlihat pembesaran pada daerah pinggang atau
abdomen sebelah atas (hidronefrosis) .
Palpasi
nyeri tekan pada abdomen sebelah atas. Bisa kiri,
kanan atau dikedua belah daerah pinggang.
Pemeriksaan bimanual /tes Ballotement, Ditemukan
pembesaran ginjal yang teraba
Perkusi
Ditemukan nyeri ketok pada sudut kostovertebra
Terlihat gambaran batu pada ureter pada
pemeriksaan radiologis
Kolik abdomen
Adneksitis pada perempuan
Hematuria tanpa nyeri keganasan
Tumor ginjal
Tumor ureter
Tumor kandung kemih
Laboratorium
a)Urinalisis
Makroskopik : didapatkan gross hematuria.
Mikroskopik : ditemukan sedimen urin yang
menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, kristalkristal pembentuk batu.

pH urin > 7,6 pertumbuhan kuman pemecah urea,


kemungkinan terbentuk batu fosfat. pH urin lebih
asam kemungkinan batu asam urat.
Pemeriksaan kultur urin : pertumbuhan kuman
pemecah urea.
Pemeriksaan Faal Ginjal: ur, cret
Pemeriksaan elektrolit: memeriksa factor timbulnya
batu antara lain kadar kalsium, oksalat, fosfat
maupun urat di dalam urin.
b)Pemeriksaan Darah Lengkap
Dapat ditemukan kadar hemoglobin yang menurun
pd hematuria. Bisa juga didapatkan lekosit
meningkat akibat proses peradangan di ureter.
Radiologis
1. Foto BNO-IVP : melihat lokasi batu, besarnya batu,
apakah terjadi bendungan atau tidak.
Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat
dilakukan; pada keadaan ini dapat dilakukan
retrograd pielografi atau dilanjutkan dengan
antegrad pielografi, bila hasil retrograd pielografi
tidak memberikan informasi yang memadai.
2. Pielografi intra vena (PIV)
bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
Juga untuk mendeteksi adanya batu semi-opak
ataupun batu non-opak yang tidak terlihat oleh foto
polos abdomen.
3. 3. Ultrasonografi
dikerjakan bila tidak mungkin menjalani pemeriksaan
PIV yaitu pada keadaan seperti allergi terhadap
bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada
wanita yang sedang hamil. Terlihat gambaran echoic
shadow jika terdapat batu.

7. Terapi

4. Ct scan
Tehnik CT scan adalah tehnik pemeriksaan yang
paling baik untuk melihat gambaran semua jenis
batu dan juga dapat terlihat lokasi dimana terjadinya
obstruksi.
Medikamentosa
Ditujukan u/ batu yang ukurannya < 5 mm, batu

diharapkan dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan


bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine
dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak
supaya dapat mendorong batu keluar. Dapat juga diberi
pelarut batu seperti batu asam urat yang dapat
dilarutkan dengan pemberian bikarbonas natrikus
disertai makanan alkalis.
Non- Medikamentosa
1. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)
Alat ini dapat memecah batu ureter proksimal tanpa
melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah
menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih.
2. Ureterolitotomi ( untuk batu dengan ukuran lebih
besar)
8. Edukasi
(Hospital Health
Promotion)

9. Lama rawat

10. Prognosis

11. Kepustakaan

Pasien disarankan banyak minum dan minum obat


teratur jika dipilih tindakan konservatif
Jika dipilih dilakukan ESWL atau ureterolitotomi,
disarankan tirah baring dan mobilisasi bertahap.
Pada pemilihan terapi konservatif pasien dapat rawat
jalan setelah diatasi keluhan koliknya.
Pada pasien ESWL diperlukan observasi minimal 1x 24
jam
Pada pasien dengan Ureterolitotomi bergantung pada
komplikasi yang timbul saat operasi
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia
1.Purnomo, B. Basuki, Dasar-dasar Urologi , cetakan I,
CV. Infomedika, Jakarta, 2002
2.W.B. Saunders, Campbells Urology, Sixth Edition, W.B.
Saunders Company, Philadelphia Pennsylvania, 1992
3.D.R. Smith, General Urology, 10th edition, Lange
Medical Publications, California, 1981
4.Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta, 1998

Anda mungkin juga menyukai