Anda di halaman 1dari 33

POLIP NASAL

Suherman
N 111 13 066
Pembimbing Klinik : dr.Bastiana. M.Kes,
Sp.THT-KL

BAB I
Polip nasal adalah massa polipoidal
yang biasanya berasal dari membran
mukosa dari hidung dan sinus
paranasal.

BAB II. Anatomi dan Fisiologi


Anatomi Hidung
Hidung Luar
Dorsum nasi
Puncak hidung
Ala nasi
Kolumela
Lubang hidung (nares anterior)

Gambar 1. Gambaran
anterolateral tulang hidung

Gambar 2. Potongan Sagital Cavum


Nasi

Gambar 3. Vaskularisasi Cavum Nasi

Persarafan :
Anterior kavum nasi dipersarafi oleh
serabut saraf dari N. Trigeminus yaitu N.
Etmoidalis anterior
Posterior kavum nasi dipersarafi oleh
serabut saraf dari ganglion
pterigopalatinum masuk melalui foramen
sfenopalatina kemudian menjadi N.
Palatina mayor menjadi N. Sfenopalatinus.

HISTOLOGI
1. Mukosa Hidung
2. Silia
3. Area Olfactorius

FISIOLOGI HIDUNG
1. Sebagai jalan nafas
2. Pengatur kondisi udara
3. Sebagai penyaring dan pelindung
4. Indra Penghidu

BAB III
Definisi
Polip nasi merupakan kelainan
mukosa hidung berupa massa lunak
yang bertangkai, berbentuk bulat
atau
lonjong,
berwarna
putih
keabuan, dengan permukaan licin
dan
agak
bening
karena
mengandung banyak cairan.

Stadium Polip Nasal


Stadium 0: tidak ada polip
Stadium 1: polip terbatas dalam meatus media
tidak keluar ke rongga hidung tidak
tampak dengan pemeriksaan rinoskopi
anterior
hanya
terlihat
dengan
nasoendoskopi.
Stadium 2: polip sudah keluar dari meatus media
dan tampak dirongga hidung tetapi tidak
memenuhi /menutupi rongga hidung.
Stadium 3 : polip sudah memenuhi rongga hidung.

Gambar 5. Polip Nasal

Epidemiologi
meningkat pada anak-anak dengan
fibrosis kistik yaitu 6-48%.
Insiden pada orang dewasa adalah 14% dengan rentang 0,2-28%. Insiden di
seluruh dunia tidak jauh berbeda
dengan insiden di Amerika.
ratio pria dan wanita pada dewasa 4: 1,
ratio pada anak anak tidak dilaporkan

Etiologi
Yang dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya polip antara lain:
Alergi terutama rinitis alergi.
Sinusitis kronik.
Iritasi.
Sumbatan hidung oleh kelainan
anatomi seperti deviasi septum dan
hipertrofi konka

Etiologi yang pasti belum diketahui


tetapi ada 3 faktor penting pada
terjadinya polip, yaitu :
Adanya peradangan kronik yang
berulang pada mukosa hidung dan
sinus.
Adanya gangguan keseimbangan
vasomotor.
Adanya peningkatan tekanan cairan

Patofisiologi
Peradangan
Vasomotor

Makroskopis(11)
1. massa bertangkai dengan
permukaan licin, 2. berbentuk bulat
atau lonjong
3. berwarna putih keabu-abuan,
agak bening, lobular,
4. dapat tunggal atau multipel dan
5. tidak sensitif (bila ditekan/ditusuk
tidak terasa sakit).

Mikroskopis(11)
1. epitel bertingkat semu bersilia
dengan submukosa yang sembab.
2. Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel
plasma, eosinofil, neutrofil dan
makrofag.
3. Mukosa mengandung sel-sel goblet.
4. Pembuluh darah, saraf dan kelenjar
sangat sedikit

Gejala Objektif
- Oedema mukosa hidung
- Tampat massa lunak yang berwarna
putih
- bertangkai

Gambar 6. Polip antrochoanal


kiri yang menggantung pada
orofaring(3)

Gejala Klinis
Gejala Subjektif:
1.Hidung terasa tersumbat
2.Hiposmia atau Anosmia (gangguan
penciuman)
3. Nyeri kepala
4. Rhinore
5. Bersin

BAB IV. DIAGNOSIS POLIP


NASAL
Anamnesa
keluhan utama biasanya hidung tersumbat, tidak
hilang dan semakin lama semakin berat.
Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di
dalam hidung dan sukar membuang ingus.
Gejala lain adalah gangguan penciuman.
Selain itu juga harus di tanyakan riwayat rhinitis
alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan
alergi obat serta makanan

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Rinoskopi Anterior
Rinoskopi Posterior

Pemeriksaan penunjang
Naso endoskopi

Gambar 8. Gambaran endoskopi anterior


sinistra cavum nasi, tampak septum di
sebelah kiri dan tampak polip antralchoanal
pada bagian tengah gambaran endoskopi.

Pemeriksaan Radiologi
Foto Sinus Paranasal
Pemeriksaan tomografi computer

CT Scan
Sangat bermanfaat untuk melihat
dengan jelas keadaan di hidung dan
sinus paranasal apakah ada kelainan
anatomi, polip, atau sumbatan pada
komplek osteomeatal. CT scan
terutama diindikasikan pada kasus
polip yang gagal diterapi dengan
medikamentosa.

Antrochoanal polip pada hidung kanan

Tes alergi
Evaluasi alergi sebaiknya dipertimbangkan pada
pasien dengan riwayat alergi lingkungan atau
riwayat alergi pada keluarganya.
Laboratorium
Untuk membedakan sinusitis alergi atau non
alergi. Pada sinusitis alergi ditemukan eosinofil
pada swab hidung, sedang pada non alergi
ditemukannya neutrofil yang menandakan
adanya sinusitis kronis.

Diagnosis Banding
Cystic Fibrosis
Nuroblastoma
Neurofibromatosis
Rhabdomyosarcoma
Sinusitis
Angiofibroma Nasal

TERAPI
Medikamentosa :
- Antiinflamasi (Kortikosteroid)
-Antihistamin
Operatif :
Polipektomi
Bedah Sinus Endoskopi Fungsional
( BSEF )

Indikasi pembedahan
1. Polip menghalangi saluran nafas
2. Polip menghalangi drainase dari
sinus sehingga sering terjadi infeksi
sinus
3. Polip berhubungan dengan tumor
4. Pada anak-anak dengan multipel
polip atau kronik rhinosinusitis yang
gagal pengobatan maksimum
dengan obat- obatan

Prognosis
Polip nasi dapat muncul kembali
selama iritasi alergi masih tetap
berlanjut. Rekurensi dari polip
umumnya terjadi bila adanya polip
yang multipel. Polip tunggal yang
besar seperti polip antral-koanal
jarang terjadi relaps.

Anda mungkin juga menyukai