Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Stroke
1.1 Defenisi Stroke
Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak. Biasanya
karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak. Stroke atau cedera
serebravaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah bagian otak (Brunner dan Suddarth, 2002). Stroke adalah
sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit
neurologis fokal, atau global ,yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak non traumatik. Bila gangguan peredaran otak ini berlangsung
sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20 menit), tapi
kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak sepintas (TIA=
transient ischaemia attack) (Kapita Selekta Kedokteran, 2000).
Menurut WHO stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi
serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat.
1.2 Penyebab Stroke
Stroke diakibatkan dari salah satu dari empat keja
1.2.1 Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh dari otak atau leher)
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulsi serebral adalah
penyebab utama trombosis serebral, adalah penyebab paling umum dari stroke.

Universitas Sumatera Utara

Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak
umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang,
dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intra
serebral atau embolisme serebral. Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi
dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia
pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam
atau hari.
1.2.2 Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain)
Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis infektif,
penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal, adalah
tempat di asal emboli.Mungkin saja bahwa pemasangan katup jantung prostetik
dapat mencetuskan stroke, karena terdapat peningkatan insiden embolisme setelah
prosedur ini. Resiko stroke setelah pemasangan katup dapat dikurangi dengan
terapi anti koagulan pascaoperasif. Kegagalan pacu jantung, fibrilasi atrium dan
kardoversi untuk fibrilasi atrium adalah kemungkinan penyebab lain dari emboli
serebral dan stroke. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau
cabang-cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral dan stroke.
1.2.3 Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena
kontriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.

Universitas Sumatera Utara

1.2.4 Hemoragi serebral


Hemoragi dapat terjadi di luar dura meter (hemoragi ektradural atau
epidural), di bawah dura meter (hemoragi subdural), di ruang subarakhonoid
(hemoragi subarakhonoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral).
Hemoragi serebral adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan
segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah
atau arteri meninges lainnya. Pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera
untuk mempertahankan hidup.
Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya
sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya
jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama
(interval jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada otak.
Hemoragi

subarakhonid

(hemoragi

yang

terjadi

di

ruang

subarakhonoid) dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi


penyebab paling sering adalah kebocorana aneurisme pada area siklus Willisi dan
malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat terjadi
tempat aneurisme.
1.3 Pembagian Stroke
1.3.1 Stroke Iskemik
Stroke yang terjadi sebagai akibat dari adanya sumbatan pada arteri
sehingga menyebabkan penurunan suplai oksigen pada jaringan otak (iskhemik)
hingga menimbulkan nekrosis, 87% kasus stroke disebabkan kerena adanya
sumbatan

yang

berupa

thrombus

atau

embolus.

Trombus

adalah

Universitas Sumatera Utara

gumpalan/sumbatan yang berasal dari pembuluh darah otak. Embolus adalah


gumpalan/sumbatan yang berasal dari tempat lain, misalnya jantung atau arteri
besar lainnya. Faktor lain yang berpengaruh adalah denyut jantung yang irreguler
(atrial fibrillation) yang merupakan tanda adanya sumbatan dijantung yang dapat
keluar menuju otak. Adanya penimbunan lemak pada pembuluh darah otak
(aterosklerosis) akan meningkatkan resiko terjadinya stroke iskemik.
1.3.2 Stroke Hemoragik
Stroke yang terjadi sebagai akibat pecahnya pembuluh darah yang rapuh
di otak. Dua tipe pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan stroke hemoragi,
yaitu; aneurysms dan arteriovenous malformations (AVMs). Aneurysms adalah
pengembangan pembuluh darah otak yang semakin rapuh sehingga pecah.
Arteriovenous malformations adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk
abnormal, sehingga mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak (Perawat
Psikiatri, 2009).
1.4 Faktor Resiko
Yang tidak dapat diubah antara lain usia, jenis kelamin pria, ras, riwayat
keluarga, riwayat TIA atau strok, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan
heterozigot atau homozigot untuk homosistinuria. Sementara faktor resiko dapat
diubah adalah hipertensi, diabetes melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan
obat, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis,
hiperurisemia, dan dislipidemia.

Universitas Sumatera Utara

1.5 Manifestasi klinis


Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area perfusi yang tidak adekuat
dan jumlah aliran darah koleteral (skunder atau aksesori).
Kehilangan

motorik. Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan

mengakibatkan kehilangan kontrol volounter terhadap gerakan motorik.


Kehilangan komunikasi. Fungsi otak yang dipengaruhi oleh stroke adalah
bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia yang paling umum.
Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat di manifestasikan oleh hal berikut :
Disartia (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabakan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara.
Difasia atau afasia (bicara detektif atau kehilangan bicara), yang terutama
ekspresif atau reseptif. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan
yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil dan
berusaha untuk menyisir rambutnya.
Gangguan

persepsi.

Persepsi

adalah

ketidakmampuan

untuk

menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi


visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori.
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik. Bila kerusakan telah terjadi
pada lobus frontal, mempelajari kapasitas setelah terjadi pada lobus frontal,
mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi
mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapangan perhatian

Universitas Sumatera Utara

terbatas, kesulitan dalam pehaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan
pasien ini menghadapi frustasi dalam program rehabilitasi mereka.
Disfungsi kandung kemih. Setelah sroke pasien mungkin inkontinensia
urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampaun mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan karena
kerusakan kontrol motorik dan postural.

2. Tekanan darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan aliran darah terhadap
setiap satuan luas dari dinding pembuluh darah (Guyton, 1996). Tekanan darah
merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan
tekanan dari jantung. Tekanan sistemik (arteri darah), merupakan tekanan darah
dalam sistem arteri tubuh, adalah indikator yang baik tentang kesehatan
kardiovaskuler. Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan
tekanan. Darah mengalir dari daerah yang tekanannya tinggi ke daerah yang
tekanannya rendah. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi
aorta. Puncak dari tekanan maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan sistolik.
Pada saat ventrikel relaks, darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan
diastolik atau minimum. Tekanan diastolik adalah tekanan minimal yang
mendesak dinding arteri setiap waktu (Poter & Perry, 2005).
Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm
Hg) karena manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku untuk
pengukuran tekanan darah dalam sejarah Fisiologi. Kadang-kadang tekanan juga

Universitas Sumatera Utara

dinyatakan dalam sentimeter air (Guyton, 1997). Tetapi, unit standar untuk
pengukuran tekanan darah adalah millimeter air raksa (mm Hg). Pengukuran
menandakan sampai setinggi mana tekanan darah dapat mencapai kolom air raksa.
Tekanan darah dicatat dengan pembacaan sistolik sebelum diastolik (mis. 120/80
mmHg). Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan dalam suatu pembuluh darah
adalah 50 mm Hg, maka berarti bahwa kekuatan yang dikerahkan adalah cukup
untuk mendorong suatu kolom air raksa ke atas sampai setinggi 50 mm. Bila
tekanan adalah 100 mm Hg, maka kolom air raksa akan didorong setinggi 100
mm. (Guyton, 1997).
Perbedaan antara sistolik dengan diastolik adalah tekanan nadi. Untuk
tekanan darah 120/80 mmHg, tekanan nadi adalah 40 (Poter & Perry, 2005)

2.1 Fisiologi Tekanan Darah


Tekanan darah menggambarkan interaksi dari curah jantung, tekanan
vaskular perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Pengetahuan
perawat tentang variabel hemodinamik membantu dalam pengkajian perubahan
tekanan darah.
2.1.1 Curah Jantung
Curah jantung seseorang adalah volume darah yang dipompa jantung
(volume sekuncup) selama 1 menit (frekuensi jantung) :
Curah jantung = frekuensi jantung x volume sekuncup
Tekanan darah (TD) bergantung pada curah jantung dan tahanan vaskular perifer :
Tekanan darah = curah jantung x tahanan vaskular perifer

Universitas Sumatera Utara

Bila volume darah meningkat dalam spasium tertutup, seperti pembuluh darah,
tekanan dalam spasium tersebut meningkat. Jadi, jika curah jantung meningkat,
darah yang dipompakan terhadap dinding arteri lebih banyak, menyebabkan
tekanan darah naik. Curah jantung dapat meningkat sebagai akibat dari
peningkatan frekuensi jantung, kontraktilitas yang lebih besar dari otot jantung,
atau peningkatan volume darah. Perubahan frekuensi jantung dapat terjadi lebih
cepat daripada perubahan kontraktilitas otot atau volume darah. Peningkatan
frekuensi

jantung

tanpa

perubahan

kontraktilitas

atau

volume

darah,

mengakibatkan penurunan tekanan darah.


2.1.2 Tahanan Perifer
Sirkulasi darah melalui jalur arteri, arteriol, kapiler, venula dan vena.
Arteri dan arteriol dikelilingi oleh otot polos yang berkontraksi atau relaks untuk
mengubah ukuran lumen. Ukuran arteri dan arteriol berubah untuk mengatur
aliran darah bagi kebutuhan jaringan lokal. Misalnya, apabila lebih banyak darah
yang dibutuhkan oleh organ utama, arteri perifer berkontriksi, menurunkan suplai
darah. Darah menjadi lebih banyak tersedia bagi organ utama karena perubahan
tekanan di perifer. Normalnya, arteri dan arteriol tetap berkontriksi sebagian untuk
mempertahankan aliran darah yang konstan. Tahanan pembuluh darah perifer
adalah tahanan terhadap aliran darah yang ditentukan oleh tonus otot vaskular dan
diameter pembuluh darah. Semakin kecil lumen pembuluh, semakin besar tahanan
vaskular terhadap aliran darah. Dengan naiknya tahanan, tekanan arteri juga naik.
Pada dilatasi pembuluh darah dan tahanan turun, tekanan darah juga turun.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Volume Darah


Volume sirkulasi darah dalam sistem vaskular mempengaruhi
tekanan darah. Pada kebanyakan orang dewasa volume sirkulasi darahnya adalah
5000 ml. Normalnya darah tetap konstan. Bagaimana pun juga, jika volume darah
meningkat, tekanan terhadap dinding arteri menjadi lebih besar. Misalnya,
penginfusan yang cepat dan tidak terkontrol dari cairan intravena meningkatkan
tekanan darah. Bila darah sirkulasi menurun, seperti pada kasus hemoragi atau
dehidrasi, tekanan darah turun.
2.1.4 Viskositas
Kekentalan atau viskositas darah mempengaruhi kemudahan aliran
darah melewati pembuluh darah melewati pembuluh yang kecil. Hematokrit atau
persentase sel darah merah dalam darah, menentukan viskositas darah. Apabila
hemaktorit meningkat, dan aliran darah lambat, tekanan darah arteri naik. Jantung
harus berkontraksi lebih kuat lagi untuk mengalirkan darah yang kental melewati
sistem sirkulasi.
2.1.5 Elatisitas
Normalnya dinding darah arteri elastis dan mudah berdistensi. Jika
tekanan dalam arteri meningkat, diameter dinding pembuluh meningkat untuk
mengakomodasi perubahan tekanan. Kemampuan distensi arteri mencegah
pelebaran fluktasi tekanan darah. Bagaimana pun juga, pada penyakit tertentu,
seperti arteriosklerosis, dinding pembuluh kehilangan elastisitas dan digantikan
oleh jaringan fibrosa yang tidak dapat meregang dengan baik. Dengan
menurunnya elastisitas terdapat tahanan yang lebih besar pada aliran darah.

Universitas Sumatera Utara

Akibatnya, bila ventrikel kiri mengejeksi volume sekuncupnya, pembuluh tidak


lagi memberi tekanan. Sedangkan, volume darah yang diberikan didorong
melewati dinding arteri yang kaku dan tekanan sistemik yang meningkat.
Kenaikan tekanan sitolik lebih signifikan daripada tekanan diastolik sebagai
akibat dari penurunan elastisitas arteri.
Setiap faktor hemodinamik secara signifikan mempengaruhi yang lainnya.
Misalnya, jika elastisitas arteri turun tahanan vaskular perifer meningkat.
Pengontrolan yang kompleks dari sistem kardiovaskular secara normal mencegah
salah satu faktor secara permanen mengubah tekanan darah (Potrer & Perry,
2005).
2.2 Tekanan darah arteri
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang terjadi pada dinding arteri.
Tekanan darah arteri memfasilitasi aliran darah seluruh tubuh untuk memastikan
oksigenisasi yang adekuat pada jaringan dan organ vital. Tekanan ini tidak tetap,
meningkat selama kontraksi ventrikel (sistole) dan menurunkan pada saat
ventrikel rileks (diastole). Pada saat mengukur tekanan darah, mengkaji tingkat
tekanan darah tertinggi maupun terendah penting untuk dilakukan, karena hal ini
mencerminkan perbedaan respons fisiologi dari siklus jantung.
2.3 Tekanan arteri rata-rata
Tekanan arteri rata-rata merupakan tekanan yang mendorong darah yang
melewati sistem sirkulasi. Antara tekanan sistolik dan diastolik ada yang
dinamakan tekanan darah rata-rata, yang angkanya lebih mendekati tekanan
diastolik daripada tekanan sistolik. Karena sistolik lebih pendek daripada diastolik

Universitas Sumatera Utara

(Guyton & Hall, 1997).Tekanan darah arteri rata-rata ini dapat dihitung secara
matematis atau elektronis dengan menggunakan rumus :
Tekanan arteri rata-rata = 1/3 tekanan sistolik + 2/3 tekanan diastolik
2.4 Tekanan sistolik
Tekanan sistolik merupakan tekanan pada dinding pembuluh darah setelah
sistolik ventrikuler, ketika arteri mengandung banyak darah, maka sesaat itu
terjadi tekanan yang maksimal. Tekanan sistolik ditentukan oleh; jumlah darah
yang diejeksikan ke dalam arteri (isi sekuncup), kekuatan kontraksi, dan
distensibilitas dinding arteri. Peningkatan dua faktor pertama atau penurunan
faktor ketiga akan meningkatkan tekanan sistolik dan begitu pula sebaliknya.
2.5 Tekanan diastolik
Tekanan diastolik merupakan tekanan pada dinding pembuluh darah
selama diastole ventrikuler, ketika arteri hanya berisi sedikit darah, tekanan pada
dinding pembuluh darah juga berkurang. Tekanan diastolik dipengaruhi oleh
tingkat tahanan perifer, tekanan sistolik, dan curah jantung. Tekanan diastolik
menurun bila ketiga faktor tersebut menurun, terutama bila frekuensi jantung lebih
lambat sehingga sisa darah arteri lebih sedikit.
2.6 Tekanan nadi
Tekanan nadi merupakan perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan
diastolik. Untuk tekanan darah 120/80 mmHg, tekanan nadi adalah 40.
2.7 Tekanan darah vena
Tekanan ini merupakan tekanan pada dinding pembuluh darah vena, yang
menggambarkan aliran darah vena ke jantung (terutama volume darah yang

Universitas Sumatera Utara

bersirkulasi) dan fungsi jantung. Tekanan vena sentral mengukur tekanan di


dalam atrium dan ditentukan oleh volume darah yang termasuk ke atrium kanan
(aliran balik vena), tonus, fungsi ventrikel kanan, dan tekanan intratoraks.
Nilai tekanan darah arteri maternal normal adalah rentang normal untuk
orang dewasa sehat 100/60-140/90 mmHg tetapi bervariasi tergantung usia dan
variabel lainnya. WHO menetapkan hipertensi sebagai tekanan sistolik 160
mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 95 mmHg atau lebih (Johnson & Wendy
Taylor, 2005).
2.8 Faktor yang mempengaruhi tekanan darah
2.8.1 Volume darah. Bekurangnya volume darah yang bersirkularisasi,
misalnya akibat perdarahan atau syok, dapat menyebabkan
penurunan tekanan sistolik maupun diastolik.
2.8.2 Frekuensi jantung. Tekanan darah meningkat sejalan dengan
meningkatnya

frekuensi

jantung

agar

volume

darah

yang

bersirkulasi tidak berubah.


2.8.3 Usia. Tekanan darah menigkat sejalan dengan peningkatan usia
akibat penurunan elastisitas dinding arteri (Johnson & Wendy
Taylor, 2005). Pada tingkat tekanan darah anak-anak atau remaja
dikaji dengan memperhitungkan ukuran tubuh dan usia. Selama
remaja tekanan darah tetap bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh.
Namun, kisaran normal pada anak yang berusai 19 tahun, 90 persen
adalah 124-136/77-84 mmHg untuk anak laki-laki dan 124-127/6374 mmHg untuk anak perempuan. Tekanan orang dewasa

Universitas Sumatera Utara

cenderung meningkat seiring pertambahan usia. Pada lansia


cenderung meningkat. Tekanan darah lansia normalnya adalah
140/90 mmHg (Potrer dan Perry, 2005).
2.8.4 Variasi diurnal. Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang
hari. Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara
berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan
puncaknya pada senja hari atau malam hari. Tidak ada orang yang
pola dan derajat variasinya sama.
2.8.5 Berat badan. Orang dengan berat badan berlebihan cenderung
memiliki tekanan lebih yang tinggi.
2.8.6 Jenis kelamin. Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan
dari tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah
puberitas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih
tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut.
2.8.7 Alkohol. Asupan alkohol yang tinggi dan harus terus menerus
berkaitan dengan tekanan darah yang tinggi, meskipun alkohol juga
dapat menurunkan tekanan darah juga dapat menurunkan tekanan
darah dengan menghambat efek hormone antidiuretik, yang
menimbulkan vasodilatasi
2.8.8 Merokok. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, yang
berlangsung selama 30-60 menit.

Universitas Sumatera Utara

2.8.9 Makan. Tekanan darah meningkat selama 30-60 menit setelah


ingesti makanan.
2.8.10

Stress, takut, nyeri, dan ansietas dapat mengakibatkan stimulasi


sistem saraf simpatis , yang meningkatkan frekuensi darah, curah
jantung dan tahanan vaskular perifer. Efek simpatik meningkatkan
tekanan darah (Potrer & Perry, 2005).

2.8.11 Latihan fisik. Latihan fisik meningkat tekanan, dengan pengaruh


selama 30-60 menit.
2.8.12 Kandung kemih yang distensi, dapat meningkatkan tekanan darah
yang berlangsung selama 30-60 menit.
2.8.13 Keturunan. Banyak orang yang mempunyai predisposisi keturunan
untuk tekanan darah tinggi. Stillwell (1992) mengemukakan bahwa
hal ini terdapat pada 50% orang yang bertekanan darah tinggi.
2.8.14 Penyakit. Proses penyakit apapun yang mempengaruhi isi sekuncup,
diameter pembuluh darah, tahanan perifer atau pernapasan akan
mempengaruhi tekanan darah.
2.8.15 Renin. Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan
peningkatan volume darah (akibat meningkatnya retensi garam dan
cairan pada ginjal), mengakibatkan tingginya kadar tekanan darah.

3. Pengaruh Posisi terhadap Tekanan Darah


Fungsi jantung dan pembuluh darah dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu
saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Saraf simpatis mempengaruhi fungsi

Universitas Sumatera Utara

jantung serta pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi


jantung, bertambah kuatnya konstriksi otot jantung, dan vasokonstriksi pembuluh
darah resisten. Saraf parasimpatis mempengaruhi fungsi jantung saja dan
pemacuannya mengakibatkan menurunnya frekuensi jantung. Jadi, naik turunnya
tekanan darah dipengaruhi oleh saraf otonom, pemacuan saraf simpatis menaikkan
tekanan darah arteri dan penghambatan saraf simpatis ditambah dengan pemacu
saraf parasimpatis yang mengakibatkan menurunnya tekanan darah. Naik
turunnya tekanan darah arteri terjadi secara reflektoris (Guyton dan Hall, 1997).
Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau
posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg.
3.1 Posisi Berdiri
Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml volume darah pada
pembuluh capacitance vena anggota tubuh bagian bawah dan isi sekuncup
mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu yang lama
dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan menyebabkan kenaikan
volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa
bergerak maka kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30
mmHg dan alir balik vena cukup. Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena
lebih banyak. Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang
ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung
sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan
tekanan darah akan turun.

Universitas Sumatera Utara

Jantung memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke


seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya. Darah sampai ke
kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada tekanan yang mengalirkannya.
Untuk itu perlu adanya kontraksi otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena
ke bawah dari kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke
jantung ada katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke
jantung. Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah
yang kembali ke jantung berkurang, memompanya berkurang, sehingga
pembagian darah ke sel tubuhpun ikut berkurang. Banyaknya darah yang di
keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya
menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah sampai ke
bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang kembali ke jantung sedikit.
Volume jantung berkurang maka darah yang ke luar dan tekanan menjadi
berkurang (Guyton dan Hall, 1997).
3.2 Pengaruh Gerak Tubuh
Selama gerak tubuh terjadi peningkatan tekanan arteri. Peningkatan ini
terjadi karena adanya pencetusan simpatis dan vasokonstriksi sebagian besar
pembuluh darah. Peningkatan ini berkisar 20 mmHg atau sampai sebesar 80
mmHg tergantung pada keadaan-keadaan saat gerak badan tersebut dilakukan.
Sebaliknya bila orang melakukan gerak badan seluruh tubuh seperti berlari atau
berenang kenaikan arteri biasanya hanya 20 mmHg- 40 mmHg. Kurang besarnya
kenaikan dalam tekanan arteri disebabkan adanya vasodilatasi yang terjadi di
dalam massa otot yang besar (Guyton dan Hall, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Selama bergerak, otot-otot memerlukan peningkatan aliran darah yang


banyak. Sebagian dari peningkatan ini adalah akibat dari vasodilatasi lokal pada
vaskularisasi otot yang disebabkan oleh peningkatan metabolisme sel otot.
Peningkatan tekanan arteri selama bergerak terutama akibat area motorik sistem
saraf menjadi teraktivasi untuk bergerak, sistem pengaktivasi retikuler di batang
otak juga ikut teraktivasi, yang melibatkan peningkatan perangsangan yang sangat
besar pada area vasokonstriktor dan kardioakselerator pada pusat vasomotor.
Keadaan ini akan meningkatkan tekanan arteri dengan segera untuk menyetarakan
besarnya peningkatan aktivitas otot (Guyton & Hall, 1997).
3.3 Posisi Duduk
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini
dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan
sinyalsinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke
otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen. Keadaan ini akan
meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan
abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke
jantung. Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa
menjadi meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen
(Guyton & Hall, 1997).
4. Kontraksi Otot
Kira-kira 40 persen dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka,dan 10
persen lainnya adalah otot polos dan otot jantung. Banyak prinsip yang sama
mengenai kontraksi dapat diterapkan pada semua jenis otot yang berbeda ini.

Universitas Sumatera Utara

Kekuatan dari sebuah otot ditentukan terutama oleh ukurannya, dengan


suatu daya kontraktilitas maksimum antara 3 dan 4 kg/cm2 dari satu daerah
potongan melintang otot. Kekuatan yang mempertahankan otot kira-kira 40
persen lebih besar dari kekuatan kontaktilitas. Yaitu, bila satu otot sudah
berkontraksi dan kemudian dikeluarkan gaya untuk mencoba meregangkan otot
tersebut, seperti yang terjadi saat mendarat sesudah melakukan loncatan , keadaan
ini akan membutuhkan gaya kira-kira 40 persen lagi daripada yang dapat dicapai
oleh satu kontraksi pemendekan. Keadaan tersebut dapat mengarah pada robekan
bagian dalam dari otot itu sendiri. Peregangan dari satu otot yang sudah
berkontraksi maksimal derajat kesakitan otot yang paling tinggi. Daya kontraksi
otot berbeda dengan kekuatan otot karena daya merupakan suatu pengukuran dari
jumlah total kerja yang dilakukan oleh otot dalam satuan waktu.
4.1 Fisiologi Otot Lumpuh
Rangkaian sel saraf berjalan dari otak melalui batang otak keluar menuju
otot yang disebut motor pathway. Fungsi otot yang normal membutuhkan
hubungan yang lengkap disepanjang semua motor pathway. Adanya kerusakan
pada ujungnya menurunkan kemampuan otak untuk mengontrol pergerakanpergerakan otot. Hal ini menurunkan efesiensi disebabkan kelemahan, juga
disebut paresis. Kehilangan hubungan yang komplit menghalangi adanya
keinginan untuk bergerak lebih banyak. Ketiadaan kontrol ini disebut paralisis.
Batas antara kelemahan dan paralisis tidak absolut. Keadaan yang
menyebabkan kelemahan mungkin berkembang menjadi kelumpuhan. Pada
tangan yang lain, kekuatan mungkin memperbaiki lumpuhnya anggota badan.

Universitas Sumatera Utara

Regenerasi saraf untuk tumbuh kembali melalui satu jalan yang mana kekuatan
dapat kembali untuk otot yang lumpuh. Paralisis lebih banyak disebabkan
perubahan sifat otot. Lumpuh otot mungkin mebuat otot lemah, lembek dan tanpa
kesehatan yang cukup, atau mungkin kejang, mengetat, dan tanpa sifat yang
normal ketika otot digerakkan.
4.1.1 Tipe paralisis antara lain :
1. Monoplegia yaitu hanya mengenai satu anggota badan.
2. Diplegia yaitu mengenai bagian badan yang sama pada kedua sisi
badan. Contohnya kedua lengan atau kedua sisi wajah.
3. Hemiplegia yaitu mengenai satu sisi badan atau separuh badan.
4. Quadriplegia yaitu mengenai semua keempat anggota badan dan
batang tubuh.
5. Hemiparesis adalah paralisis salah satu sisi tubuh.
4.2 Penyebab kelumpuhan
Kerusakan saraf yang dapat menyebabkan paralisis mungkin di dalam otak
atau batang otak (pusat sistem saraf) atau mungkin di luar batang otak (sistem
saraf perifer). Lebih sering penyebab kerusakan pada otak adalah ; stroke, tumor,
truma (disebabkan jatuh atau pukulan), multiple sklerosis (penyakit yang merusak
bungkus pelindung yang menutupi sel saraf), serebral palsy (keadaan yang
disebabkan injuri pada otak yang terjadi sesaat setelah lahir), gangguan metabolik
(gangguan dalam penghambatan kemampuan tubuh untuk mempertahankannya).
Kerusakan pada batang otak lebih sering disebabkan trauma, seperti jatuh atau
kecelakaan mobil.

Universitas Sumatera Utara

4.3 Aliran Darah Melaui Otot Sewaktu Kerja Fisik


Kerja fisik yang sangat berat

merupakan kondisi yang sangat

menegangkan yang harus dihadapi oleh sistem sirkulasi normal. Hal ini memang
benar karena pada beberapa kondisi, aliran darah yang melalui otot dapat
meningkat lebih dari 20 kali lipat (kenaikan yang lebih besar daripada kenaikan
yang ada di setiap jaringan lain dalam tubuh) dan karena terdapat banyak sekali
massa otot lurik di dalam tubuh. Hasil dari kedua faktor ini begitu besarnya
sehingga jumlah seluruh aliran darah yang melalui otot pada seorang dewasa
muda sehat dapat meningkatkan selama melakukan kerja fisik yang berat yakni
dari nilai normal kurang dari 1 liter/menit sampai sebesar 20 liter/menit, jumlah
ini sudah cukup tinggi untuk meningkatkan curah jantung sampai lima kali normal
pada seseorang yang bukan atlit, dan pada seorang atlit yang terlatih baik naik
sampai enam hingga tujuh kali normal.
4.4 Kecepatan Aliran Darah yang Melalui Otot
Selama istirahat, rata-rata aliran darah yang melalui otot lurik besarnya
antara 3 sampai 4 ml/menit/100 gram otot. Selama kerja fisik yang hebat,
kecepatan ini dapat meningkat 15 sampai 25 kali lipat, mencapai 50 sampai 80
ml/100 gram otot.
Penyebab berkurangnya aliran darah selama fase kontraksi otot pada
waktu kerja fisik adalah akibat tertekannya pembuluh darah ke otot yang
berkontraksi. Selama kontraksi tetanik yang kuat, yang menyebabkan penekanan
yang menetap pada pembuluh darah, aliran darah dapat hampir berhenti.

Universitas Sumatera Utara

Selama istirahat, beberapa kapiler otot mengandung sedikit atau tidak


sama sekali aliran darah. Namun selama kerja fisik yang berat, semua kapiler
terbuka. Terbukanya kapiler yang dormant ini juga mengurangi waktu yang
dibutuhkan oleh oksigen dan zat makanan lainnya untuk berdifusi dari kapiler ke
serat-serat otot dan menyebabkan perluasan daerah permukaan yang harus dilalui
oleh zat makanan dari darah sebesar dua sampai tiga kali lipat.
Kenaikan yang hebat pada aliran darah otot yang terjadi selama aktivitas
otot lurik terutama disebabkan oleh pengaruh lokal yang bekerja secara langsung
pada arteriol otot untuk menyebabkan vasodilatasi. Kenaikan otot pada aliran
darah ini selama kontraksi otot mungkin disebabkan oleh bemacam-macam faktor
yang semua bekerja pada saat bersamaan. Salah satu faktor yang paling penting
adalah berkurangnya oksigen dalam jaringan otot. Jadi selama akitivitas otot, otot
tersebut menggunakan oksigen dengan cepat, sehingga menurunkan konsentrasi
oksigen di cairan jaringan. Hal ini selanjutnya menyebabkan vasodilatasi baik
karena dinding pembuluh darah tidak dapat mempertahankan pada keadaan tidak
adanya oksigen maupun karena kurangnya oksigen yang menyebabkan
terlepasnya bahan vasodilator (Guyton & Hall, 1997).

5. Hubungan Stroke terhadap Tekanan Darah


Aliran darah normal yang melalui jaringan otak pada orang dewasa ratarata sekitar 50 sampai 65 milimeter per 100 gram otak per menit. Untuk seluruh
otak, terdapat 750 sampai 900 ml/ menit, atau 15 persen dari curah jantung total.

Universitas Sumatera Utara

Aliran darah serebral sangat berkaitan dengan metabolisme jaringan


serebral. Sedikitnya terdapat tiga faktor metabolik yang memberi pengaruh kuat
terhadap pengaturan aliran darah serebral. Ketiga faktor tersebut adalah
konsentrasi karbon dioksida , konsentrasi ion hidrogen, dan konsentrasi oksigen.
Kebanyakan kasus

stroke disebabkan oleh plak arteriosklerotis yang

terjadi pada suatu atau lebih arteri yang memberi makanan ke otak. Plak biasanya
mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, dan menghasilkan bekuan untuk
membentuk dan menghambat arteri, dengan demikian menyebabkan hilangnya
fungsi otak secara akut pada area yang terlokalisasi. Atau pada sekitar seperempat
penderita mengalami stroke, penyebabnya adalah tekanan darah tinggi yang
membuat salah satu pembuluh darah pecah, sehingga terjadi perdarahan, yang
mengkompersi jaringan otak setempat.
Efek neurologis dari otak stroke ditentukan area otak yang terpengaruh.
Salah satu tipe stroke yang paling umum adalah terjadinya penghambatan pada
salah satu arteri serebralis medialis yang menyuplai bagian tengah salah satu
hemisfer otak. Selain itu, hilangnya fungsi area pengatur saraf motorik lainnya
pada hemisfer kiri dapat menimbulkan paralisis spastik pada semua atau sebagian
besar otot-otot dari sisi tubuh yang berlawanan.
Dengan cara yang hampir sama, penghambatan arteri serebralis posterior
akan menyebabkan infark pada sudut oksipital hemisfer pada sisi yang sama dan
hilangnya penglihatan di kedua mata dan separuh retina dari sisi yang sama
dengan lesi stroke. Yang bersifat merusak, khususnya stroke yang melibatkan
suplai darah ke otak belakang dan otak tengah, karena mereka dapat menghambat

Universitas Sumatera Utara

hantaran jaras-jaras utama antara otak dan medula spinalis, dan secara total
menyebabkan ketidakmampuan sensorik motorik yang abnormal.

5. Pengukuran tekanan darah


Tekanan darah arteri dapat diukur secara baik secara langsung (secara
invasive) maupun tidak langsung. Sebelum mengkaji tekanan darah, perawat harus
nyaman dalam menggunakan sfigmomanometer dan stetoskop. Sfigmomanometer
terdiri dari manometer tekanan, manset oklusif yang menutupi kantung karet yang
dapat menggembung dan balon tekanan yang memiliki katup pelepas untuk
menggembungkan manset. Dua jenis sfigmomanometer adalah aneroid dan air
raksa. Manometer aneroid memiliki kaca yang dibungkus meteran sirkular yang
berisi jarum yang menunjukkan kalibrasi militer. Baja menunjukkan dalam
lingkup meteran dan kolaps dalam repons terhadap variasi tekanan pada manset
yang menggembung.
Manometer aneroid memiliki keuntungan ringan, portable dan rapi.
Karena bagian baja dalam model aneroid adalah subjek terhadap perluasan suhu
atau kontraksi, instrument aneroid kurang dapat diandalkan daripada jenis air
raksa. Sebelum menggunakan jenis aneroid, perawat harus memastikan bahwa
jarum penunjuk ada pada angka nol dan manometer dikalibrasi dengan benar.
Sfigmomanometer aneroid memerlukan kalibrasi biomedikal dalam interval rutin
untuk memverifikasi keakuratannya.
Manometer air raksa lebih akurat daripada manometer aneroid.
Pengulangan kalibrasi tidak diperlukan. Manometer air raksa pada tabung tegak

Universitas Sumatera Utara

lurus mengandung

air raksa. Tekanan yang dihasilkan oleh penggembungan

dengan mengompersi manset menggerakkan kolom air raksa ke atas melawan


gaya gravitasi. Untuk memastikan bacaan yang akurat, kolom air raksa harus jatuh
dengan bebas saat tekanan dilepaskan dan harus selalu pada angka nol bila manset
dikempiskan. Manometer air raksa wall mounted atau mudah dibawa. Keakuratan
pembacaan didapat dengan melihat pada meniskus air raksa sejajar mata. Hal ini
merupakan titik di mana lengkungan atas kolom air raksa lurus dengan skala
manometer. Melihat di atas di bawah air raksa menghasilkan bacaan yang
terdistorsi. Kerugian manometer air raksa merupakan potensial terhadap pecahnya
dan keluarnya air raksa. Air raksa merupakan ancaman kesehatan jika tidak
berada dalam wadah yang sesuai. Manset kompersi yang terbuat dari vinil sekali
pakai atau kain yang digunakan pada sfigmomanometer dalam berbagai ukuran.
Ukuran yang dipilih sesuai dengan lingkar tangan yang diperiksa. Idealnya , lebar
manset harus lebih besar 40 % dari lingkar tangan (atau 20 % lebih lebar daripada
diameter) yang digunakan. Pada anak-anak, tepi manset yang paling bawah harus
diatas fosa antekubial, memungkinkan ruangan untuk meletakkan bel atau
diafragma stetoskop. Meletakkan manset secara tidak tepat mengakibatkan
pengukuran tekanan darah tidak tepat.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai