Anda di halaman 1dari 2

Wanita 30 tahun dengan infertilitas akibat kerusakan tubal telah menerima terapi

IVP. Tidak ada riwayat penyakit ginjal. umumnya sudah dapat dua kali perlakuan
di rumah sakit dan tidak berhasil. Dia pernah di operasi dengan laparoskopik
untuk pemindahan sactosalpinges bilateral. Jaringan ovarium terfiksasi dalam
adhesi yang kuat dan berisi cairan jernih yang banyak. Adhesiolisis tidak muncul.
Investigasi yangg lebih jauh mengatakan bahwa dia mempunyai periode regular
selama 32-35 haridan mempunyai status hormonal yang normal. Indek masa
tubuh sebesar 31, suaminya normospermik. Dia mendapatkan dua terapi di klinik
kami mengunakan regimen stimulasi hormon yang sama dengan prosedur
sebelumnya dengan daun regulasi mengunakan ogonis GFNH yang di ikuti
dengan stimulasi FSH. Sebanyak 150 iu sekali sehari selama 5 hari yang
kemudian dosisnya menjadi 125 iu. Pada percobaan pertama mengahasilkan 7
oosit dan 2 embrio baik kemudian di transfer. Tidak terjadi kehamilan ataupun
komplikasi. Pada percobaan kedua yang berarti totalnya sudah empat kali, USG
pada hari ke 14 dari stimulasi tersebut menunjukan adanya 14 volikel dengan
ukuran 17 mm dan beberapa volikel tambahan dengan ukuran 12 mm dan
disertai struktur sistik dengan ukuran 40 mm. Percobaan pertama sampai ke tiga
USG tidak menunjukan adanya bukti hiperstimulasi selama percobaan terakhir
hasil scaning pada hari ke 14. Kemudian dia di beri HCG sebesar 6500 iu.
Siklusnya di monitor dengan model nordikc yang hanya terdiri dari
ultrasoundpolikulometrik dan tidak ada pengukuran ekstradiol serum. Aspirasi
volikel transvaginal yang di pandu dengan ultrasound dilakukan 36 jam setelah
pemberian HCG . hasilnya menunjukan sedasi di bawah cahaya dan anastesi
paraservikal dengan menggunakan 10 ml lidokain 10% menghasilkan 18 oosit
ovarium kiri berada di belakang uterus dan sulit di jangkau oleh pungtur. Selama
prosedur penggumpulan ia melaporkan munculnya nyeri pada perut bagian
bawah sebelah kiri . karena hal ini beberapa volikel tidak di aspirasi dan 25 mg
retidin di berikan dua kali . 10 oosit telah di buahi dimana 4 diantranya
menunjukan cleavage yang normal dan skor embrionya adalah 2,1. Dua embrio
masing-masing dengan vorselscor 2,1 telah di transfer dua hari setelah
pengumpulan oosit dan dua embrio lainnya mengalami kriorevervasi . gluteal
suport di berikan tiap hari denganvagina mikronizet progesteron. Nyeri perut
seperti tertusuk tusuk di rasakan dan NSID serta parasetamol di berikan .
Ia melaporkan adanya penurunan keluaran urin sejak hari ke dua aspirasi
penurunan tersebut berkembang menjadi anuria pada waktu yang sama ia
merasakan gejala gastrointestinal seperti mual muntah dan penurunan nafsu
makan . pada hari di mana embrio di transfer ia melaporkan nyeri perut bagian
bawah dan pasien kemudian di rujuk ke bagian ginekologi. Sejak masuk rumah
sakit kretinin serumnya sebesar 329 mmol/L . USG renal menunjukan adanya
hidronefrosis sedang terutama di bagian ginjal kiri . pielostomi perkutans juga
menunjukan gejalaa tersebut di bagian yang sama. USG vaginal menunjukan
pembesaran ovarium sebesar7-9 cm di bagian kanan dan 3-6 cm di bagian kiri.
Tidak da tanda-tanda asites. Selama 24 jam masih tidak ada urin yang keluar
melalui kateter pielostomi, hanya darah ia kemudian di pasangi kateter kandung
kemih yang hanya mengeluarkan 300 ml urin selam 24 jam . pada saat
itukreatinin serum meningkat menjadi 617 mml/L. Akibat adanya oliguria

persisten kemudian di putuskan untuk memulai hemodialisis pada hari


berikutnya. Meskipun begitu sebelum dialisis nya di mulai keluaran urin
meningkat melalui kateter pielostomi dan sedikit menuru pada kateter kandung
kemih. Kreatinin serum mulai di tolak dan dialisis tidak dibutuhkan. MRI
menunjukan adanya hidronefrosis bilateral dan ovarium yang sangat besar (yang
pada ginjal kanan diameternya 13 cm pada bagian anteroposterior da dimeter 20
cm pada bagian kraniokaudal sedangkan pada ginjal kiri diameter
anteroposteriornya 9 cm dengan diameter kraniokaudalnya 10 cm) di mana
keadaan ini menyebabkanpenekanan atau kompresi pada kedua ureter. Doubel-j
stens di masukan ke dalamureter melalui sitoskopi. Dia kemudiankeluar dari RS
setelah 8 hari dengan nilai kretinin serum sebesar 126 mmol/L . 4 minggu
kemudian kretinin serumnya terus menurun sampai 80 dan doubel-j stens sudah
dilepas. USG setelah 6 minggu kemudian menunjukan tidak adanya gejala
hidronefrosis. Sayangnya ke hamilannya tidak berkembang.

Anda mungkin juga menyukai