Anda di halaman 1dari 6

Ada rasa mau kencing lalu tahan - lalu lepas - lalu tahan lagi sampai ga ada rasa

lagi , sekali tahan kencing 3-4x dilakukan.


Bagusnya bladder exercise tetap dilakukan selama 6 minggu, walaupun sudah aff
kateter. Disaat ada ra

Post turp = 1-3 hari perawatan post op di ruang rawat,


Yang perlu diobservasi :
-adanya respon fisiologis kandung kemih perdarahan minor dalam wktu 1 x
24 jam
-ada inflame: nyeri atau pembengkakan di meatus eksterna
-diuresis post turp
-respon saraf simpatis : ereksi, rasa saat dipegang

Hiperplasi: sel berproliferasi


Hipertrofi : sel membesar

Derajat bph
I : obst + ; hesitensy +; strining +; retensi Ii: obst + ; hesitensy +; strining +; retensi + tapi blm full ( sisa 60 - 150)nokturia +,
dysuria+
Iii: obst + ; hesitensy +; strining +; retensi + tapi blm full ( 150)nokturia +,
dysuria+
Iv: overflow inkontinens (urin menetes secara periodic, karena saking penuhnya
kadung kemih, sfingter sudah tidak dapat menahan jadi menetes keluar)

Stadium I
Stadium II

Stadium III
Stadium IV

Ada obstruktif tetapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urin


sampai habis.
Ada retensi tapi kandung kemih mampu mengeluarkan urin walau tidak
sampai habis.
Masih tersisa 60 150cc
Setiap BAK, urin masih tersisa 150cc
Retensi urin total, buli-buli penuh dan pasien tampak kesakitan disertai urin

menetes secara periodik


Disamping itu, apabila air kencing terperangkap akibat pembesara prostat dapat menimbulkan
terjadinya kontraksi terus-menerus dari buli-buli sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan
urine yang terperangkap yang kemudian menimbulkan terjadinya proses infeksi dan apabila tidak
ditangani akan terjadi pembentukan batu prostat.

didapatkan pasien memiliki gejala berupa: tersendat-sendat BAK, kesulitan BAK, mengedan
saat BAK, pancaran air kencing pasien mulai melemah, terputus-putus, dan lalu menetes, BAK
tidak tampias dan masih ada sisa air kencing di kandung kencing pasien, BAK 2-3x pada malam
hari. Gejala ini muncul pertama kali 1 tahun SMRS, pasien sudah mengonsumsi obat hytrin 1 x
2 mg, kemudian keluhan membaik tetapi sejak 3 bulan SMRS, keluhan tersebut memberat dan
membawa pasien untuk datang berobat ke poli bedah urologi.

Der
Obstruksi
Hesistensi
Pancaran miksi lemah
Intermitensi
Miksi tidak puas
Menetes setelah miksi

Iritasi
Frekuensi
Nokturia
Urgensi
Disuria

Daftar pustaka
1. Ikatan Ahli Urologi IndonesiaPanduan Penatalaksanaan Benign Prostatic Hyperplasia di

Indonesia, 2003.
2. Purnomo, B.B. Dasar- Dasar Urologi. Ed.II. Jakarta, 2003; 69-85.
3. Sjamsuhidajat R, De Jong W. 2004. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC,
Jakarta, 1997; 1058-64.
4. A. K. Abbas; Nelson Fausto, D; Richard Mitchell, (2005, May). Robbins Basic Pathology (7th
ed.). Saunders.
5. Ramsey EW, Elhilali M, Goldenberg SL, Nickel CJ, Norman R, Perreault JP et al. Practice
patterns of Canadian urologist in BPH and prostate cancer. J Urol 163: 499-502, 2000.
6. Sabiston DC. Sabiston Buku Ajar Bedah. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2011.hal 365-413.
7. Rahardjo D. Prostat: Kelainan-kelainan jinak, diagnosis, dan penanganan. Jakarta: Asian
Medical, 15, 2009.
8. Snell, RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2006. hal. 350.
9. Gillenwater JY, Grayhack JT, Howards SS, Mitchell ME. Adult adn Pediatric Urology. Edisi
Philadelphia: Liipincott Williams & Wilkins. 2002. hal. 1405 8.
10. Mulyono, A. 1995. Pengobatan BPH Pada Masa Kini. Dalam : Pembesaran Prostat Jinak.
Yayasan penerbit IDI, Jakarta ; 40-48.5.
11. Salam, MA. Principles and Practice of Urology. Volume 2. Parkland:Brown Walker Press.
2003. hal. 640 62.
12. Kirby RS, McConnell JD, Fitzpatrick JM , Roehrborn CG, Boyle B. Textbook of Benign
Prostatic Hyperplasia. Abingdon : Taylor&Francis. 2005. hal. 287 557.
13. Ramon P, Setiono, Rona, Buku Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran ;
2002: 203-7.
14. Rahardjo, J. 1996. Prostat Hipertropi. Dalam : Kumpulan Ilmu Bedah. Binarupa aksara,
Jakarta ; 161-703.

15. Tanagho EA, McAninch JW, editors. 2008. Smiths general urology. 17th ed. New York USA.
McGraw-Hill.
16. Umbas, R. 1995. Patofisiologi dan Patogenesis Pembesaran Prostat Jinak. Yayasanpenerbit
IDI, Jakarta ; 1-52.
17. Tenggara T. Gambaran Klinis dan Penatalaksanaan Hipertrofi Prostat, Majalah Kedokteran
Indonesia volume: 48, Jakarta : IDI, 1998.
18. Guidlines BPH. Available at: http://www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf. Accessed on : April 12th ,
2015.
19. AUA practice guidelines committee. AUA guideline on management of benign prostatic
hyperplasia (2003). Chapter 1: diagnosis and treatment recommendations. J Urol 170: 530-547,
2003.
20. Roehrborn CG, Sech S, Montoya J, Rhodes T, dan Girman CG Interexaminer reliability and
validity of a three-dimensional model to assess prostate volume by digital rectal examination.
Urology, 57:1087, 2001.
21. Sjafei, M. 1995. Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak. Dalam : Pembesaran Prostat Jinak.
Yayasan Penerbit IDI, Jakarta ; 6-17.
22. Priyanto J.E. Benigna Prostat Hiperplasi, Semarang : Sub Bagian Bedah Urologi FK UNDIP.
23. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, et al. Schwartzs Principles of Surgery. Ninth Ed.
United State of America: McGraw Hill Book Company. 2010.
24. Benign Prostatic Hyperplasia. Available at : http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/
monograph/208/follow-up/prognosis.html.
25. Giuliano F. Impact of medical treatments for benign prostatic hyperplasia on sexual function.
BJU Int. 2006;97:34-38.
26. Suter A1, Saller R, Riedi E, Heinrich M. Improving BPH symptoms and sexual dysfunctions
with a saw palmetto preparation? Results from a pilot trial. Phytother Res. 2013 Feb;27(2):218.
doi: 10.1002/ptr.4696. Epub 2012 Apr 23.
27. Chang RT1, Kirby R, Challacombe BJ.Is there a link between BPH and prostate cancer?
Practitioner. 2012 Apr;256(1750):13-6, 2.
28. Hamm,B.,Asbach.,P.,Beyersdoff.D., Hein,P.,Lemke,U., Direct Diagnosis in Radiology;
Urogenital Imaging.New York.Thieme Publishing Groups. 2008; p.171-3.

Anda mungkin juga menyukai