Anda di halaman 1dari 36

MENU

Home

Contact Us
SUBSCRIBE
MENU

Panduan Praktik Klinis Kejang Demam:


Konsensus Tatalaksana Kejang Demam
03 FEBRUARY 2016 on pediatri

Kejang demam selalu menjadi"horor" bagi orang tua pasien. Begitupun bagi banyak
dokter (Terutama Koas dan Dokter Internship). Kejang demam perlu segera diatasi
dengan tepat dan cepat.
Kejang demam adalah penyakit neurologi anak yang paling sering dijumpai dari hari
ke hari. Penanganan kejang demam yang cepat dan sigap akan memberikan rasa
tenang bagi orang tua pasien, dan meningkatkan kredibilitas dokter di mata orang
tua pasien anak.
Namun, beberapa hal masih menjadi kontroversi dalam penatalaksanaan kejang
demam. Apakah obat profilaksis kejang perlu diberikan sebagai terapi rumatan?

Selayang Pandang Kejang Demam


Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh > 38 C yang
disebabkan oleh proses ekstra kranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak
berusia 6 bulan-5 tahun. Anak dibawah 1 bulan pasti dapat dieksklusi dari
kemungkinan kejang demam. Bila ada pasien anak berusia kurang dari 6 bulan atau
lebih dari 5 tahun mengalami kejang demam, pikirkan kemungkinan penyebab lain,
contohnya infeksi sistem saraf pusat (SSP) atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersama demam.
Kejang demam secara sederhana dikelompokkan menjadi 2: kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang
demam yang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), tidak berulang dalam 24
jam dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang demam kompleks adalah kejang
yang berlangsung lama (lebih dari 15 mmenit), dapat berulang atau lebih dari 1 kali
dalam 24 jam.

Kejang demam sederhana adalah penyebab 80% kejang demam pada anak. Kejang
bersifat umum tonik-klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang demam kompleks lebih
jarang, bersifat fokal atau parsial satu sisi.
Pemeriksaan penunjang tidak rutin dilakukan untuk mengevaluasi kejang demam.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mencari penyebab infeksi. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dikerjakan contohnya pemeriksaan darah lengkap, serum
elektrolit dan pemeriksaan kadar gula darah. Pungsi lumbal hanya dilakukan pada
anak dibawah 1 tahun (sangat dianjurkan), 12-18 bulan (dianjurkan). Pasien berusia
di atas 18 bulan tidak dilakukan lumbal pungsi bila yakin penyebabnya bukan
meningitis.

Tatalaksana Kejang Demam


Biasanya kejang demam berlangsung sangat singkat. Pasien sering datang dalam
keadaan sudah tidak kejang. Namun, penatalaksanaan yang cepat dan tepat akan
sangat penting untuk meningkatkan kredibilitas dokter di mata orang tua pasien.
Tatalaksaana saat Kejang
Pada saat kejang, obat yang paling efektif menghentikan kejang adalah injeksi
diazepam secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kgBB
diberikan perlahan dengan kecepatan 12 mg/menit atau dalam waktu 35 menit
dengan dosis maksimal 20 mg.
Orang tua juga dapat diedukasi untuk menyediakan diazepam rektal di rumah. Dosis
pemberian diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kgBB. Dapat juga digunakan
pedoman sederhana. Bila anak memiliki berat badan 10 kg atau kurang maka

diberikan diazepam rektal 5 mg. Bila anak memiliki berat badan lebih dari 10 kg
maka diberikan diazepam rektal 10 mg.
Jika tidak tahu berat badan anak, bisa juga menggunakan pedoman usia. Untuk anak
dibawah 3 tahun dipakai dosis 5 mg. Untuk anak di atas usia 3 tahun dapat diberikan
dosis 7,5-10 mg.
Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulangi lagi
dengan cara dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali
pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, sebaiknya dirujuk ke rumah sakit.
Bila sudah sampai di rumah sakit, berikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5
mg/kgBB. Bila kejang tetap belum berhenti dengan injeksi diazepam intravena,
berikan injeksi fenitoin intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB/kali dengan
kecepatan 1 mg/kgBB/menit. Bila kejang berhenti, fenitoin tetap diberikan dengan
dosis 48 mg/kgBB/hari. Berikan dosis tersebut 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang tetap tidak berhenti, pikirkan untuk dirawat di ruang
ICU.
Semoga bermanfaat
(BERSAMBUNG)

--Sponsored Content

Yuk, dipesan buku Nelson Pediatrik essensial. Buku terjemahan dari konsulen IDAI
yang baik hati.
Spesial buat kamu yang:
1. Dokter Spesialis Anak
2. Punya Cita-Cita jadi Dokter Spesialis Anak
3. Sedang ambil Residen di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
4. Berbiat daftar Residen Ilmu Kesehatan Anak tahun ini
5. Dokter Umum yang Kece Badai (senantiasa update ilmu)
Langsug aja dipesan di SMS/WA 081234008737
Dokter Post

Clinical Researcher, Book Author, Creative Scientific Blogger


Surabaya, Indonesiahttp://dokterpost.com
Share this post

Dokter Post 2016Proudly published with Ghost

Tentang iklan-iklan ini

INFO DEMAM "KLINIK DEMAM


ONLINE"
Informasi, Edukasi dan Konsultasi Online Masalah Demam pada Anak, Remaja dan Dewasa

Menu Utama
skip to content

home

artikel favorit

konsultasi online

parenting

professional

klinik favorit

klinik khusus

tentang kami

PENANGANAN DAN PENGOBATAN KEJANG DEMAM


PADA ANAK
Juli 17, 2009 by The Children Indonesia in kejang demam.

PENANGANAN UMUM KEJANG DEMAM

Jangan panik berlebihan.

Jangan masukkan sendok atau jari ke mulut.

Jangan memberi obat melalui mulut saat anak masih kejang atau masih belum sadar.

Letakkan anak dalam posisi miring, buka celananya kemudian berikan diazepam melalui anus
dengan dosis yang Sama.

Bila masih kejang, diazepam dapat diulang lagi setelah 5 menit, sambil membawa anak ke
rumah sakit.

Bila anak demam tinggi, usahakan untuk menurunkan suhu tubuh anak anda dengan
mengkompres tubuh anak dengan air hangat atau air biasa, lalu berikan penurun demam bila
ia sudah sadar.

Jangan mencoba untuk menahan gerakan-gerakan anak pada saat kejang, berusahalah untuk
tetap tenang.

Kejang akan berhenti dengan sendirinya. Amati berapa lama anak anda kejang.

Ukurlah suhu tubuh anak anda pada saat itu, hal ini bisa menjadi pegangan anda untuk
mengetahui pada suhu tubuh berapa anak anda akan mengalami kejang.

Hubungi petugas kesehatan jika kejang berlangsung lebih lama dari 10 menit.

Jika kejang telah berhenti, segeralah ke dokter untuk mencari penyebab dan mengobati
demam.

PENANGANAN KEJANG DEMAM SAAT DI RUMAH SAKIT

Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat

Pemberian oksigen melalui face mask

Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah terpasang
selang infus 0,2 mg/kg per infus

Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti kemungkinan
hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang
mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang
berkelanjutan .

Tabel dosis diazepam yang diberikan :

Terapi awal dengan diazepam

Usia

Dosis IV (infus)
(0.2mg/kg)

Dosis per rektal


(0.5mg/kg)

<>

12 mg

2.55 mg

15 tahun

3 mg

7.5 mg

510 tahun

5 mg

10 mg

> 10 years

510 mg

1015 mg

Jika kejang masih berlanjut :

Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang infus, 0,5
mg/kg per rektal

Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan

Jika kejang masih berlanjut :

Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15-20 mg/kg per
infus dalam 30 menit.

Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung).

Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif
dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.
Pemberian obat-obatan jangka panjang untuk mencegah berulangnya kejang demam jarang sekali
dibutuhkan dan hanya dapat diresepkan setelah pemeriksaan teliti oleh spesialis . Beberapa obat yang
digunakan dalam penanganan jangka panjang adalah sebagai berikut.

Antipiretik Antipiretik tidak mencegah kejang demam . Penelitian menunjukkan tidak ada
perbedaan dalam pencegahan berulangnya kejang demam antara pemberian asetaminofen
setiap 4 jam dengan pemberian asetaminofen secara sporadis. Demikian pula dengan
ibuprofen.

Diazepam . Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala) saat onset
demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi berulangnya kejang demam
yang berat . Edukasi orang tua merupakan syarat penting dalam pilihan ini. Efek samping yang
dilaporkan antara lain ataksia (gerakan tak beraturan), letargi (lemas, sama sekali tidak aktif),
dan rewel. Pemberian diazepam juga tidak selalu efektif karena kejang dapat terjadi pada onset
demam sebelum diazepam sempat diberikan . Efek sedasi (menenangkan) diazepam juga
dikhawatirkan dapat menutupi gejala yang lebih berbahaya, seperti infeksi sistem saraf pusat.

Profilaksis (obat pencegahan) berkelanjutan. Efektivitas profilaksis dengan fenobarbital hanya


minimal, dan risiko efek sampingnya (hiperaktivitas, hipersensitivitas) melampaui keuntungan

yang mungkin diperoleh . Profilaksis dengan carbamazepine atau fenitoin tidak terbukti efektif
untuk mencegah berulangnya kejang demam. Asam valproat dapat mencegah berulangnya
kejang demam, namun efek samping berupa hepatotoksisitas (kerusakan hati, terutama pada
anak berusia
o

Dari berbagai penelitian tersebut, satu-satunya yang dapat dipertimbangkan sebagai


profilaksis berulangnya kejang demam hanyalah pemberian diazepam secara berkala pada saat
onset demam, dengan dibekali edukasi yang cukup pada orang tua. Dan tidak ada terapi yang
dapat meniadakan risiko epilepsi di masa yang akan datang .

Pemberian obat anti kejang jangka panjang diberikan pada keadaan tertentu seperti
pada kasus:

1. Kejang demam berlangsung lama lebih dari 15 menit.


2. Kejang demam hanya satu sisi tubuh, misalnya hanya kejang sebelah kiri.
3. Anak juga mengalami kelainan saraf yang jelas, misalnya ada kelumpuhan.
4. Indikasi yang tidak mutlak misalnya:
1. Bila kejang demam pertama terjadi pada umur kurang dari 1 tahun.
2. Bila kejang demam berulang, lebih dari satu kali dalam satu hari.
PENCEGAHAN KEJANG BERULANG

Paling baik memang apabila anak mengalami demam, lalu diberi obat untuk mencegah
berulangnya kejang demam. Sayangnya tidak ada obat yang 100% dapat mencegah kejang
demam bila diberikan saat anak mulai mengalami demam. Obat yang dapat digunakan adalah
diazepam, yang dimakan selama demam, diberikan 3 kali sehari. Cara ini berhasil mengurangi
risiko kejang demam sebanyak 20-44%.

Cara lain adalah memberikan diazepam melalui anus, saat anak mulai demam. Dosis diazepam
adalah 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan

berat badan lebih dari 10 kg. Cara ini mungkin lebih efektif dibandingkan memberi diazepam
yang dimakan.
Referensi

1. Baumann RJ. Technical Report: Treatment of the Child With Simple Febrile Seizures. Pediatrics
1999; 103:e 86
2. Moyer VA. Evidence based management of seizures associated with fever. BMJ 2001;323:1111
4
3. Committee on Quality Improvement and Subcommittee on Febrile Seizures.Practice Parameter:
Long-term Treatment of the Child With Simple Febrile Seizures. Pediatrics 1999;103:1307-1309
4. Provisional Committee on Quality Improvement, Subcommittee on Febrile Seizures. Practice
parameter: The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile seizure. AAP
Policy 1996; 97:769775http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/abstract/pediatrics;97/5/769
5. Acute Management of Infants and Children with Seizures. December
2004.www.health.nsw.gov.au/fcsd/rmc/cib/circulars/2004/cir2004-66.pdf

www.infodemam.com

PROVIDED
BY: KLINIK
ANAK
ONLINE SUPPORTED
BY: GROW
UP
CLINIC
JAKARTAYUDHASMARA FOUNDATION GROW UP CLINIC I JL TAMAN BENDUNGAN
ASAHAN 5 BENDUNGAN HILIR JAKARTA PUSAT 10210, PHONE (021) 5703646
08131592-2012GROW UP CLINIC II MENTENG SQUARE JL MATRAMAN 30 JAKARTA
PUSAT
10430,
PHONE
(021)
29614252 08131592-2012 08131592-2013
EMAIL
:JUDARWANTO@GMAIL.COM HTTP://GROWUPCLINIC.COM FACEBOOKHTTP://WW
W.FACEBOOK.COM/GROWUPCLINIC TWITTER:
@GROWUPCLINICPROFESSIONAL
HEALTHCARE PROVIDER GROW UP CLINIC DR NARULITA DEWI SPKFR,
PHYSICAL MEDICINE & REHABILITATION CURRICULUM VITAE HP 085777227790
PIN BB 235CF967 CLINICAL EDITOR IN CHIEF : DR WIDODO JUDARWANTO,
PEDIATRICIAN
EMAIL
: JUDARWANTO@GMAIL.COM MOBILE
PHONE
O8567805533 PIN BBM 76211048 KOMUNIKASI DAN KONSULTASI ONLINE :
TWITTER @WIDOJUDARWANTO FACEBOOK DRWIDODO
JUDARWANTO,
PEDIATRICIAN KOMUNIKASI DAN KONSULTASI ONLINE ALERGI ANAK : ALLERGY
CLINIC ONLINE KOMUNIKASI DAN KONSULTASI ONLINE SULIT MAKAN DAN
GANGGUAN BERAT BADAN : PICKY EATERS CLINIC KOMUNIKASI PROFESIONAL
PEDIATRIC:INDONESIA PEDIATRICIAN ONLINE

GROW
UP
CLINIC JAKARTA
FOCUS
AND
INTEREST
ON: *** ALLERGY CLINIC ONLINE*** PICKY EATERS AND
GROWUP CLINIC FOR CHILDREN, TEEN AND ADULT
(KLINIK KHUSUS GANGGUAN SULIT MAKAN DAN
GANGGUAN KENAIKKAN BERAT BADAN)***CHILDREN
FOOT
CLINIC *** PHYSICAL
MEDICINE
AND
REHABILITATION CLINIC ***ORAL MOTOR DISORDERS
AND SPEECH CLINIC *** CHILDREN SLEEP CLINIC *** PAIN
MANAGEMENT
CLINIC
JAKARTA *** AUTISM
CLINIC *** CHILDREN BEHAVIOUR CLINIC*** MOTORIC &
SENSORY PROCESSING DISORDERS CLINIC *** NICU
PREMATURE FOLLOW UP CLINIC *** LACTATION AND
BREASTFEEDING CLINIC *** SWIMMING SPA BABY &
MEDICINE MASSAGE THERAPY FOR BABY, CHILDREN AND
TEEN *** WE ARE GUILTY OF MANY ERRORS AND MANY
FAULTS. BUT OUR WORST CRIME IS ABANDONING THE
CHILDREN, NEGLECTING THE FOUNTAIN OF LIFE.
INFORMATION ON THIS WEB SITE IS PROVIDED FOR INFORMATIONAL
PURPOSES ONLY AND IS NOT A SUBSTITUTE FOR PROFESSIONAL MEDICAL
ADVICE. YOU SHOULD NOT USE THE INFORMATION ON THIS WEB SITE FOR
DIAGNOSING OR TREATING A MEDICAL OR HEALTH CONDITION. YOU SHOULD
CAREFULLY READ ALL PRODUCT PACKAGING. IF YOU HAVE OR SUSPECT YOU
HAVE A MEDICAL PROBLEM, PROMPTLY CONTACT YOUR PROFESSIONAL
HEALTHCARE PROVIDER

KEJANG
DEMAM 2
Skrining / Deteksi Perkembangan menggunakan Denver II
Skrining / Deteksi Tumbuh Kembang Anak sesuai Usia
Perkembangan Terlambat(Developmental Delay)
KEJANG DEMAM
DEFINISI:
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium

PENYEBAB:
Belum jelas, kemungkinan dipengaruhi oleh faktor keturunan/genetik
GEJALA: Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu:
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut:
Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
Kejang umum tonik dan atau klonik
Umumnya berhenti sendiri
Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

2. Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut:
Kejang lama, > 15 menit
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS


Keluhan: Biasanya didapatkan riwayat kejang demam pada anggota keluarga
lainnya (ayah, ibu atau saudara kandung).
Pemeriksaan saraf(neurologis): Tidak didapatkan kelainan Pemeriksaan
laboratorium: Pemeriksaan rutin tidak dianjurkan, kecuali untuk mengevaluasi
sumber infeksi atau mencari penyebab (darah tepi, elektrolit dan gula darah)
Pemeriksaan Rongent/X Ray(Radiologi): X-ray kepala, CT Scan kepala atau MRI tidak
rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi
Pemeriksaan cairan otak(cairan serebrospinal (CSS)): Tindakan pungsi lumbal untuk
pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis(infeksi otak).
Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal
dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut:
Bayi < 12 bulan: diharuskan
Bayi antara 12-18 bulan: dianjurkan
Bayi > 18 bulan: tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda menigitis
Pemeriksaan rekam otak (elektroensefalografi (EEG)): Tidak direkomendasikan,
kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya kejang demam komplikata
pada anak usia >6 tahun atau kejang demam fokal)

PENGOBATAN/PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan
pencegahan kejang.
1. Penanganan Pada Saat Kejang
a. Menghentikan kejang:

Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan) atau 0,40,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang masih belum teratasi dapat
diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian
b. Turunkan demam:
Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis
PO, keduanya diberikan 3-4 kali perhari Kompres: suhu > 39C: air hangat; suhu
>38C: air biasa
c. Pengobatan penyebab:
antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya
d. Penanganan suportif lainnya meliputi:
Bebaskan jalan nafas
Pemberian oksigen
Menjaga keseimbangan air dan elektrolit
Pertahankan keseimbangan tekanan darah

2. Pencegahan Kejang
a. Pencegahan berkala (intermiten)
untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan
antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam
b. Pencegahan kontinu
untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat 15-40 mg/KgBB/hari PO
dibagi dalam 2-3 dosis

PROGNOSIS
Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:
Kejang demam berulang
Epilepsi
Kelainan motorik
Gangguan mental dan belajar

Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam

1. Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38 0 C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.
Ismael S. KPPIK-XI 1983
Soetomenggolo TS. Buku Ajar neurologi Anak 1999.
Penjelasan:
Biasanya terjadi pada anak umur 6 bulan 5 tahun.
AAP, Provisional Committee on Quality Improvement. Pediatrics 1996;
97:769-74
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang
demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam.
ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993;34;592-8
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam.
ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993;34;592-8
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami
kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP,
epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
Kesepakatan Saraf Anak 2005
2. Fakta mengenai kejang demam

Kejang demam terjadi pada 2 % - 4 % dari populasi anak 6 bulan - 5 tahun

80 % merupakan kejang demam sederhana, sedangkan 20% kasus adalah


kejang demam kompleks

8 % berlangsung lama (lebih dari 15 menit)

16 % berulang dalam waktu 24 jam

Kejang pertama terbanyak di antara umur 17 - 23 bulan

Anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam

Bila kejang demam sederhana yang pertama terjadi pada umur kurang
dari 12 bulan, maka risiko kejang demam ke dua 50 %, dan bila kejang
demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko kejang
demam ke dua turun menjadi 30%.

Setelah kejang demam pertama, 2 4 % anak akan berkembang menjadi


epilepsi dan ini 4 kali risikonya dibandingkan populasi umum.
Hirz DG. Febrile seizures. Ped in Rev 1997;18:5-9
Baumer JH. Evidence based Guideline for post-seizure management in
children

presenting acutely to secondary care. Arch Dis Child 2004; 89:278-280.


3. Klasifikasi
1.

Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)

2.

Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)

ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993;34;592-8


Kejang demam sederhana

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum, tonik
dan atau klonik , umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau
berulang dalam waktu 24 jam.
ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia 1993;34;592-8
Stafstrom CE. The incidence and prevalence of febrile seizures. Dalam :
Baram TZ,
Shinnar S, eds, febrile seizures, San Diego : Academic Press 2002;p.1-20
Kejang demam kompleks
Kejang demam dengan ciri (salah satu di bawah ini):
1.

Kejang lama > 15 menit

2.

Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial

3.

Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Penjelasan:
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau
kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak
sadar.
Nelson KB, Ellenberg JH. Prognosi in Febrile seizure. Pediatr 1978;61:720-7
Berg AT, Shinnar S. Complex febrile seizure. Epilepsia 1996;37:126-33
Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang
didahului kejang parsial.
Annegers JF, Hauser W, Shirts SB, Kurland LT. Factors prognostic of
unprovoked seizures
after febrile convulsions. NEJM 1987;316:493-8
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari , diantara 2
bangkitan kejang anak sadar.

Shinnar S. Febrile seizures In : Swaiman KS, AshwalS,eds.


Pediatric Neurology principles and practice. St Lois : Mosby 1999,p.676-82.

4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, dan dapat dikerjakan untuk
mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab demam, seperti darah
perifer, elektrolit dan gula darah (level II-2 dan level III, rekomendasi D).
Gerber dan Berliner. The child with a simple febrile seizure. Appropriate
diagnostic evaluation.
Arch Dis Child 1981;135:431-3
AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile
seizures.
Pediatr 1996;97:769-95

Pungsi lumbal
Pemeriksaan
menyingkirkan

cairan

serebrospinal

kemungkinan

dilakukan

meningitis.

untuk

Risiko

menegakkan

terjadinya

atau

meningitis

bakterialis adalah 0,6 % - 6,7 %.


Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis, oleh
karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
1.

Bayi kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan dilakukan

2.

Bayi antara 12-18 bulan : dianjurkan

3.

Bayi > 18 bulan : tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile
seizures.
Pediatr 1996;97:769-95
; 89: Baumer JH. Evidence based guideline for post-seizure
management in children presenting acutely to secondary care. Arch Dis
Child 2004278-280.
Elektroensefalografi
Pemeriksaan

elektroensefalografi

(EEG)

tidak

dapat

memprediksi

berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi


pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan ( level
II-2, rekomendasi E).
AAP, The neurodiagnostic evaluation of the child with a first simple febrile
seizures.
Pediatr 1996;97:769-95
Millichap JG. Management of febrile seizures : current concepts and
recommendations for
Phenobarbital and electroencephalogram. Clin Electroencephalogr
1991;22:5-10
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang
tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6
tahun, atau kejang demam fokal.
Kesepakatan Saraf Anak 2005
Pencitraan
Foto X-ray kepala dan neuropencitraan seperti Computed Tomography(CT)
atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin
dan atas indikasi, seperti:
1.

Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

2.

Parese nervus VI

3.

Papiledema
Wong V, dkk. Clinical Guideline on Management of Febrile Convulsion.

HK J Paediatr 2002;7:143-151
5. Faktor risiko
Faktor risiko berulangnya kejang demam
Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah :
1. Riwayat kejang demam dalam keluarga
2. Usia kurang dari 12 bulan
3. Temperatur yang rendah saat kejang
4. Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulang 80 %, sedangkan bila
tidak terdapat faktor tersebut hanya 10 % - 15 % kemungkinan berulang.
Kemungkinan berulang paling besar pada tahun pertama.
Berg AT, dkk. Predictors of recurrent febrile seizure: a prospective study of
the circumstances
surrounding the initial febrile seizure, NEJM 1992;327:1122-7
Annegers JF, dkk. Reccurrence of febrile convulsion in a population based
cohort. Epilepsy
Res 1990;66:1009-14
Knudsen FU. Recurrence risk after first febrile seizure and effect
short term diazepam prophylaxis Arch Dis Child 1996;17:33-8
Faktor risiko terjadinya epilepsi
Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko
menjadi epilepsi adalah :
1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum
kejang demam pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi
sampai 4 % - 6 %, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan
kemungkinan epilepsi menjadi 10 % - 49 % (Level II-2). Kemungkinan

menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada
kejang demam
Nelson KB dan Ellenberg JH. Prognosis in children with febrile seizure. Pediatr
1978;61:720-7
Annegers JF, dkk. Factor prognotic of unprovoked seizures after febrile
convulsions. NEJM 1987;316:493-8
6. Prognosis
Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis
Kejadian

kecacatan

sebagai

komplikasi

kejang

demam

tidak

pernah

dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal


pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif
melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini
biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik
umum atau fokal.
Ellenberg JH dan Nelson KB. Febrile seizures and later intellectual
performance.
Arch Neurol 1978;35:17-21
Maytal dan Shinnar S. Febrile status epilepticus. Pediatr 1990;86:611-7

Kemungkinan mengalami kematian


Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan
National Institutes of Health. Febrile seizure: consensus development
conference
Summary. Vol3. no2 Bethesda.Md:National Institute of Health 1980

7. Penatalaksanaan saat kejang


Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang
kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang
paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan

secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3 - 0,5 mg/kg perlahanlahan dengan kecepatan 1 - 2 mg/menit atau dalam waktu 3 - 5 menit,
dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi B). Dosis diazepam rektal
adalah 0,5 - 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat
badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau
diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau
dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun (lihat bagan penatalaksanaan
kejang demam).
Knudsen FU. Rectal administration of diazepamin solution in the acute
treatment of convulsion
In infants and children. Arch Dis Child 1979;54:855-7.
Dieckman J. Rectal diazepam for prehospital status epilepticus. An Emerg
Med 1994;23:216-24
Knudsen FU. Practical management approaches to simple and complex
febrile seizures.
Dalam: Baram TZ, Shinnar S, eds, Febrile seizures. San Diego : Academic
Press 2002;p.1-20
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
dan disini dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 - 0,5 mg/kg.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan
dosis awal 10 - 20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg /kg/menit atau kurang
dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4 - 8
mg/kg/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di
ruang rawat intensif.

Soetomenggolo TS. Buku Ajar neurologi Anak.1999


Fukuyama Y, dkk. Practical guidelines for physician in the management of
febrile seizures. Brain Dev 1996;18:479-484.

Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis
kejang demam dan faktor risikonya, apakah kejang demam sederhana atau
kompleks.

8. Pemberian obat pada saat demam


Antipiretik
Antipiretik pada saat demam dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti
bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam
(level I, rekomendasi E). Dosis asetaminofen yang digunakan berkisar 10 15
mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen
5-10 mg/kg/kali ,3 - 4 kali sehari.
Camfield PR, dkk. The first febrile seizures-Antipyretic instruction plus either
phenobarbital or
Plecebo to prevent recurrence. J Pediatr 1980;97:16-21.
Uhari M, dkk. Effect of acetaminophen and of low intermittent doses of
diazepam on
Prevention of recurrences of febrile seizures. J Pediatr 1995;126:991-5
Asetaminofen dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak
kurang

dari

18

bulan,

meskipun

jarang.

Antipiretik

pilihan

adalah

parasetamol 10 mg/kg yang sama efektifnya dengan ibuprofen 5 mg/kg


dalam menurunkan suhu tubuh.
Van Esch A, dkk. Antipyretic efficacy of ibuprofen and acetaminophen in
children with febrile seizures.
Arch Pediatr Adolesc Med. 1995;149:632-5

Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat
demammenurunkan risiko berulangnya kejang (1/3 - 2/3 kasus), begitu pula
dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C
(level I, rekomendasi E).
Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi
yang cukup berat pada 25 39 % kasus.
Rosman NP dkk. A controlled trial of diazepam administered during febrile
illneses to prevent
Recurrence of febrile seizures. NEJM 1993;329:79-84
Knudsen FU. Intermitten diazepam prophylaxis in febrile convulsions: Pros
and cos.
Acta Neurol Scand 1991; 83(suppl.135):1-24.
Uhari M, dkk. Effect of acetaminophen and low dose intermitten diazepam
on
prevention of recurrences of febrile seizures. J Pediatr. 1995;126:991-5
Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna
untuk mencegah kejang demam.
Knudsen FU. Practical management approaches to simple and complex
febrile seizures.
Dalam: Baram TZ, Shinnar S, eds, Febrile seizures. San Diego : Academic
Press 2002;p.1-20
9. Pemberian obat rumat
Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri
sebagai berikut (salah satu):
1.

Kejang lama > 15 menit

2.

Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,


misalnya hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi mental,
hidrosefalus.

3.

Kejang fokal

4.

Perngobatan rumat dipertimbangkan bila:


. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam

. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan


. kejang demam > 4 kali per tahun
Penjelasan:

Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan
indikasi pengobatan rumat

Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan


ringan bukan merupakan indikasi

Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai
fokus organik

Jenis obat antikonvulsan


Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang (level I).
Mamelle C, dkk. Prevention of recurrent febrile convulsion a randomized
therapeutic assay :
Sodium valproate, Phenobarbital and placebo. Neuropediatrics 1984;15:3742
Farwell JR, dkk. Phenobarbital for febrile seizures-effects on intelligence and
on seizure
recurrence. NEJM 1990:322:364-9
Dengan meningkatnya pengetahuan bahwa kejang demam benign dan efek
samping penggunaan obat terhadap kognitif dan perilaku, profilaksis terus
menerus diberikan dalam jangka pendek, dan pada kasus yang sangat

selektif

(rekomendasi

D).

Pemakaian

fenobarbital

setiap

hari

dapat

menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar (40 - 50 %).


Obat pilihan saat ini adalah asam valproat meskipun dapat menyebabkan
hepatitis namun insidensnya kecil. Dosis asam valproat 15 - 40 mg/kg/hari
dalam 2 - 3 dosis dan fenobarbital 3 - 4 mg/kg per hari dalam 1 - 2 dosis.
AAP, Committee on drugs. Behavioral and cognitive effects of anticonvulsant
theraopy.
Pediatr 1995;96::538-40
AAP. Practice parameter: Longterm treatment of the child with simple febrile
seizures
Pediatr 1999;103;1307-9
Knudsen FU. Febrile seizures-treatment and outcome. Epilepsia 2000;41;2-9.

Lama pengobatan rumat


Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan
secara bertahap selama 1-2 bulan.
Soetomenggolo TS. Buku Ajar Neurologi Anak 1999
Knudsen FU. Febrile seizures: treatment and outcome. Brain Dev
1996;18:438-49.
10. Edukasi pada orang tua
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada
saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah
meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya :
1.

Menyakinkan

bahwa

kejang

demam

umumnya

mempunyai

prognosis baik
2.

Memberitahukan cara penanganan kejang

3.

Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

4.

Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi


harus diingat efek samping obat
Wong V, dkk. Clinical Guideline on Management of Febrile Convulsion.
HK J Paediatr 2002;7:143-151

11. Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang:


1.

Tetap tenang dan tidak panik

2.

Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher

3.

Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah
tergigit, sebaiknya jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.

4.

Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang

5.

Tetap bersama pasien selama kejang

6.

Berikan diazepam rektal dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti

7.

Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih

Fukuyama Y, dkk. Practical guidelaines for physician in the management of


febrile seizures. Brain Dev 1996;18: 479-484.
12. Vaksinasi
Sejauh in tidak ada kontra indikasi dengan standar vaksinasi. Kejang setelah
demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT
adalah 6 - 9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi sedangkan setelah
vaksinasi MMR 25 - 34 per 100.000. Dianjurkan untuk memberikan
diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT
atau MMR. Beberapa dokter anak merekomendasikan asetaminofen pada
saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.

Fukuyama Y, dkk. Practical guidelaines for physician in the management of


febrile seizures.
Brain Dev 1996;18: 479-484.
Zempsky WT.Pediatrics,febrile
seizures. Http://www.emedicine.com/emerg/topic 376. htm.
Lampiran

Penjelasan:
1.

Bila kejang berhenti, terapi profilaksis intermiten atau rumatan


diberikan

berdasarkan apakah kejang demam sederhana atau

kompleks dan bagaimana faktor risikonya.


2.

Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena (20 menit)


dicampur dengan cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek
samping aritmia dan hipotensi.

Knudsen FU. Febrile seizures: treatment and outcome. Brain Dev


1996;18:438-49.
Fukuyama Y, dkk. Practical guidelaines for physician in the management of
febrile seizures.
Brain Dev 1996;18: 479-484.
Kesepakatan saraf anak
Level Evidens dan Rekomendasi
Tingkat evidens
I.

Evidens yang didapat dari minimal satu randomized controlled trials.

II-1. Evidens yang didapat dari non-randomized controlled trials.


II-2. Evidens yang didapat dari penelitian kohort atau kasus kontrol,
terutama
yang diperoleh lebih dari satu pusat atau kelompok penelitian.
II-3.

Evidens yang diperoleh dari perbandingan tempat atau waktu

dengan
atau tanpa intervensi. Contoh : uji yang tidak terkontrol yang
menghasil kan hasil yang cukup mengejutkan seperti hasil pengobatan dengan
penisilin pada tahun 1940 dapat dimasukkan dalam kategori ini.
III.

Konsensus, penelitian deskriptif, pengamatan klinis.

Kualitas rekomendasi
A.

Terdapat fakta yang bagus kualitasnya (good) untuk mendukung

rekomendasi bahwa intervensi tersebut dapat diterapkan.


B.

Terdapat fakta yang cukup berkualitas (fair) untuk mendukung

rekomen dasi bahwa intervensi tersebut dapat diterapkan.


C.

Terdapat

fakta

yang

tidak

berkualitas

(poor)

dalam hal nilai

atauharm
dari intervensi, rekomendasi dapat dilakukan pada bidang lain.

D.

Terdapat

fakta

cukup

berkualitas

(fair)

untuk

mendukung

rekomendasi
bahwa intervensi tersebut tidak dapat diterapkan.
E.

Terdapat fakta yang bagus kualitasnya (good) untuk mendukung

rekomendasi bahwa intervensi tersebut tidak dapat diterapkan.


Schet et al. BMJ, 1996;312:71-2
The Canadian Task Force on Periodic Health Examination (1994)
Sumber: KONSENSUS PENANGANAN KEJANG DEMAM. Editor: Hardiono
D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo, Sofyan Ismael Unit Kerja Koordinasi
Neurologi PP. Ikatan Dokter Anak Indonesia 2005 - 2008.
Posted by dr. Hendra Nopriansyah at 22.17

0 comments:
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

About
Diberdayakan oleh Blogger.
Kutulis apa yang ingin kutulis

Perfil

D R . HE N D R A N O PR I A N SYAH

Sampah aja bisa didaur ulang.... apalagi manusia! -Ipan Gurniwa, Mantan NapiL I H AT P R O F I L L E N G K A P K U

Bangga Indonesia

Blogger Indonesia

Followers
Anda Pengunjung ke-

333,285
Top Post

Baca EKG (Elektrokardiograf) a.k.a Rekam jantung Tingkat Dasar


EKG (Elektrokardiograf), tidak semua orang bisa membaca EKG. Begitu juga dokter. Banyak do...

Ikterus Neonatorum (Bayi Kuning)


dok, kok bayi saya yang baru lahir kuning ya? tanya seorang pasien. Fenomena ini sering dihadapi oleh
orang t...

Intubasi a.k.a Memasang Selang Nafas (ETT)


Pernah besuk (atau bezuk?) seseorang di ICU? pernah lihat yang namanya selang nafas? nah, itu yang akan ...

Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam


1. Definisi Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di ata...

http://forensik093.blog
spot.co.id/2012/03/kon
sensuspenatalaksanaankejang-demam.html

Anda mungkin juga menyukai