073.10.048
Hilirisasi Mineral
Polemik mengenai kebijakan hilirisasi mineral semakin memanas. Polemik
setidaknya mengemuka sejak awal 2013, setahun menjelang kewajiban
pengolahan mineral di dalam negeri berlaku sebagaimana amanat Undangundang No 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (UU Minerba).
Di dunia Internasional, kebijakan hilirisasi mineral di Indonesia memberikan
resonansi yang sangat kuat. Nada-nada dari luar negeri memiliki
kecenderungan menolak kebijakan tersebut. Jepang sebagai contoh, menjadi
Negara yang sangat serius untuk menggugat kebijakan pelarangan eksport
mineral mentah ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Ini disebabkan
Jepang merupakan salah satu Negara yang industrinya akan terimbas
dengan berhentinya suplai nikel dari Indonesia, karena industri stainless
steel Jepang menggantungkan 50% suplai nikel dari Indonesia.
Anita Rahman
073.10.048
Inkonsistensi Pemerintah
Dalam PMK No 6 Tahun 2014, menetapkan BK yang diberikan bersifat
progresif sampai 2017 dengan tarif 2014 ditetapakan 25% untuk ekspor
konsentrat tembaga dan 20% untuk mineral lain. Sementara tarif tertinggi
sebesar 60% diberlakukan mulai semester II 2016. Dirjen Mineral dan
Batubara Kementerian ESDM, R Sukhyar, mengatakan relaksasi BK untuk
perusahaan mengajukan izin ekspor mineral mentah dan serius membangun
smelter.
Rencana pemerintah untuk merelaksasi kebijakan bea keluar (BK) ekspor
mineral menunjukkan inkonsistensi dalam melakukan hilirisasi mineral.
Kebijakan Kementerian ESDM dalam memberikan relaksasi dengan
Anita Rahman
073.10.048
Sumber:
1. http://www.article33.or.id/a/id/3/tata-kelola-ekstraktif/132-kebijakanhilirisasi-mineral-siapa-untung
2. http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/03/05/215907/pemerintahinkonsisten-soal-hilirisasi-mineral
3. http://www.merdeka.com/uang/risiko-hilangnya-penerimaan-negaraakibat-uu-minerba-rp-20-t.html
4. http://www.investor.co.id/home/uu-minerba-picu-penurunanekspor/79206