Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anita Rahman NIM : 073.10.

048 Jurusan : Teknik Pertambangan

Gunung Emas dan Indonesia


Negara kita, Indonesia. Ya, Indonesia. Indonesia adalah negara dengan sumber daya alam yang melimpah. Potensi sumber daya alam Indonesia menempati urutan keenam terkaya di dunia. Dengan potensi itu, seharusnya Indonesia dapat memanfaatkannya dalam bidang pertambangan dan menjadi negara kaya yang dapat memakmurkan rakyatnya. Di satu pulau saja, Papua misalnya, terdapat potensi sumber daya alam berupa minyak bumi, gas bumi, emas, tembaga, perak, dan lain-lain. Potensi minyak dan gas bumi yang Potensi emas,

terdapat di Merauke dan Gunung Bintuni dikelola oleh British Petroleum. Grasberg Tembagapura dikelola oleh P.T. Freeport McMoran Indonesia.

tembaga, dan perak yang terdapat di wilayah Ertsberg (selesai ditambang tahun 1988) dan

Dalam makalah ini, saya hanya akan membahas mengenai P.T. Freeport McMoran Indonesia yang telah merugikan Indonesia. Masalah yang ditimbulkan oleh P.T. Freeport

McMoran Indonesia (Freeport) mulai dari masalah lingkungan hingga masalah finansial. Masalah tersebut memicu adanya masalah baru yaitu masalah sosial antara Freeport dengan penduduk di sekitar area pertambangan. Freeport telah melakukan kegiatan pertambangan di Papua sejak tahun 1967 atas dasar Kontrak Karya I yang telah ditandatangani antara Freeport dengan pemerintah Indonesia. Kontrak Karya I tersebut menjadi dasar penyusunan Undang-Undang Pertambangan Nomor 11/1967 yang disahkan pada Desember 1967. Dalam Kontrak Karya tersebut terdapat banyak kelemahan dan menguntungkan pihak Freeport. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain di dalam kontrak tidak ada kewajiban mengenai lingkungan hidup, pengaturan perpajakan sama sekali tidak sesuai dengan pengaturan dalam UU Perpajakan yang berlaku, tidak ada kewajiban bagi Freeport untuk melakukan pembangunan, dan Freeport diberikan kebebasan dalam pengaturan manajemen dan operasi, serta kebebasan dalam transaksi dalam devisa asing.

Pada Maret 1973, Freeport memulai pertambangan terbuka di Ertsberg, kawasan yang selesai ditambang pada tahun 1988 dan menyisakan lubang sedalam 360 meter. Pada tahun 1988, Freeport mulai menambang di wilayah lain, Grasberg (masih berlangsung saat ini). Pada bulan Juli 2005, lubang tambang Grasberg telah mencapai diameter 2,4 kilometer pada daerah seluas 499 ha dengan kedalaman 800 m. Masalah lingkungan yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan penambangan Freeport di Ertsberg dan Grasberg, di antaranya rusaknya bentang alam Pegunungan Ertsberg dan Grasberg yaitu berupa lubang seperti yang telah disebutkan di atas. Kerusakan bentang alam seluas 166 km2 di Daerah Aliran Sungai Ajkwa juga merupakan dampak dari kegiatan penambangan yang dilakukan oleh Freeport. Selama menambang di bumi Papua sejak tahun 1967, Freeport baru mengakui secara resmi menambang emas pada tahun 1995. Sebelumnya, 1967-1994, Freeport mengaku hanya menambang tembaga. Freeport mengaku emas yang dihasilkan hanya by product yang pada akhirnya menjadi hasil utama Freeport dan dijual tanpa kontrol pemerintah. Bayangkan Ertsberg sudah selesai ditambang pada tahun 1988! Freeport selama periode itu! Dinas Pertambangan Papua menyebutkan cadangan Ertsberg sebanyak 35 juta ton, dengan kadar Cu 2,5%. Jika harga rata-rata tembaga selama sekitar 20 tahun periode Bayangkan berapa emas yang dihasilkan oleh

penambangan di Ertsberg adalah US$ 2000/ton, pendapatan yang dapat diraih dari seluruh potensi mineral tambang Ertsberg adalah (35 juta ton x 2000 US$ /ton) = US$ 70 miliar. Proses peleburan dilakukan di Amerika dan Jepang membuat pemerintah tidak mengetahui hasil lain dari penambangan tembaga yang dilakukan oleh Freeport. Bayangkan berapa penerimaan negara yang telah dirugikan oleh Freeport! Keuntungan besar yang diraih Freeport, membuat Freeport memperpanjang Kontrak Karya I menjadi Kontrak Karya II. Kontrak Karya ini diperpanjang pada tahun 1991, padahal Kontrak Karya I baru berakhir pada tahun 1997. Selama 43 tahun periode tambang (1967-2010) bangsa Indonesia tidak mendapatkan hasil yang optimal dan sebanding dari potensi tambang Papua. Ketidakadilan ini tercermin pada penerimaan negara yang kecil dibanding keuntungan yang diperoleh Freeport dan ketimpangan yang terus berlangsung di sekitar wilayah operasi.

Dari tahun ke tahun Freeport terus menikmati keuntungan melimpah, dan jika tidak ada perubahan Kontrak Karya, akan terus mengeruk keuntungan dari tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia hingga tahun 2041.

Untuk perusahaan tambang sebesar Freeport, seharusnya dapat menyejahterakan penduduk sekitar wilayah pertambangan. Kepala Biro Pusat Statistik Propinsi Papua, JA Djarot Soesanto, merelease data kemiskinan tahun 2006, bahwa setengah penduduk Papua miskin (47,99 %). Hampir seluruh penduduk miskin Papua adalah warga asli Papua. Jadi penduduk asli Papua yang miskin adalah lebih dari 66% dan umumnya tinggal di pegunungan tengah, wilayah Kontrak Karya Freeport. Penduduk di sekitar wilayah pertambangan hanya dapat mengais emas yang tersisa dari limbah tambang Freeport. Freeport juga masih menyisakan persoalan pelanggaran HAM yang terkait dengan tindakan aparat keamanan Indonesia di masa lalu dan kini. Hampir seluruh kasus pelanggaran HAM terkait tambang Freeport tidak jelas penyelesaiannya. Para pelaku kejahatan HAM ini umumnya tidak ditemukan atau mendapat perlindungan sehingga lolos dari jerat hukum.

Keadilan bagi korban pelanggaran HAM kasus-kasus Freeport tampaknya memang suatu hal yang mustahil. Hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk meminimalisasi kerugian akibat Kontrak Karya Freeport dengan Pemerintah Indonesia antara lain melakukan perubahan Kontrak Karya Freeport (yang lebih menguntungkan bagi negara pada umumnya dan bagi rakyat Papua pada khususnya), melakukan evaluasi terhadap seluruh aspek pertambangan Freeport mulai dari pengelolaan lingkungan hidup, pengolahan hasil tambang, pelanggaran HAM serta sosial ekonomi, dan meningkatkan pemilikan saham pemerintah di Freeport.

Sumber : http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/tambang-emas-freeport-kekayaannegara-yang-terampas-2.htm http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/tambang-emas-freeport-kekayaannegara-yang-terampas-1.htm http://www.papuabaratnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id= 1218:sejarah-kelam-tambang-freeport-bagian-1&catid=73:opini&Itemid=417

Anda mungkin juga menyukai