Anda di halaman 1dari 25

STENOSIS

MITRAL
SJAMSU UMAR
Subdevisi Geriatri Bagian/ SMF FK
Unsyiah/ RSUZA

Stenosis mitral Merupakan suatu


keadaan dimana terjadi gangguan
aliran darah dari atrium kiri
melalui katup mitral oleh karena
obstruksi pada level katup mitral.
Kelainan
struktur
mitral
ini
menyebabkan
gangguan
pembukaan
sehingga
timbul
gangguan pengisian ventrikel kiri
pada saat diastol.

ETIOLOGI
Penyebab tersering adalah
endokarditis reumatika, akibat
reaksi yang progresif dari demam
reumatik oleh infeksi
streptokokus.

Penyabab lain walaupun jarang:


Stenosis mitral kongenital
Deformitas parasut mitral
Vegetasi systemic lupus eruthematosus
(SLE)
Karsinosis sistemik
Deposit amiloid akibat obat fenfluramin
Rhematoid arthritis (RA)
Kalsifikasi annulus meupun daun katup
pada usia lanjut akibat proses
degeneratif

PATOLOGI
Pada stenosis mitral akibat demam
reumatik akan terjadi proses
peradangan (valvulitis) dan
pembentukan nodul tipis disepanjang
garis penutupan katup. Proses ini akan
menimbulkan fibrosis dan penebalan
daun katup, kalsifikasi, fusi komisura,
fusi serta pemendekan korda atau
kombinasi dari proses tersebut.

Keadaan ini akan menimbulkan


distorsi dari aparatus mitral yang
normal, mengecilnya area katup
mitral menjadi seperti mulut ikan
(fish mouth) dan lubang kecil
(button hole).

Pada endokarditis reumatika, daun


katup dan khorda akan mengalami
sikatrik dan kontraktur bersamaan
denagn pemendekan korda sehingg
menimbulkan penarikan daun katup
menjadi bentuk funnel shaped.
Proses perubahan patologi sampai
terkadinya gejala klinis (periode laten)
biasanya sampai waktu bertahuntahun (10-20 tahun)

MANIFESTASI KLINIS
Pada stenosis mitral yang bermakna dapat
mengalami sesak nafas pada aktivitas seharihari, paroksismal nokturnal dispnea, ortopnea
atau edema paru yang tegas.
Hal ini dapat dicetuskan oleh berbagai keadaan
meningkatnya aliran darah melalui mitral atau
menurunnya waktu pengisian diastol termasuk
latihan, emosi, infeksi respirasi, demam,
aktivitas seksual, kehamilan serta fibrilasi
atrium dengan respons vebtrikel cepat.

Fatig juga merupakan keluhan


umum pada stenosis mitral. Wood
menyatakan bahwa pada kenaikan
resistensi vaskular paru lebuih
jarang mengalami paroksismal
nokturnal dispnea atau ortopnea.
Oleh karena itu simtom kongesti
paru akan tergantikan oleh keluhan
fatig akibat rendahnya curah jantung
pada aktivitas dan edema perifer.

Hemoptisis yang menurut Wood dapat


terjadi karena:
1. Apopleksi pulmonal akibat rupturnya
vena bronkial yang melebar
2. Sputum dengan bercak darah pada
saat serangan paroksismal nokturnal
dispnea
3. Sputum seperti karat (pink frothy)
karena edema paru yang jelas
4. Infark paru
5. Bronkhitis kronis

Manifestasik klinis dapat berupa


komplikasi stenosis mitral seperti:
Tromboemboli
Infeksi endokarditis atau simtom karena
kompresi akibat besarnya atrium kiri
seperti disfagia dan suara serak
Emboli sistemik terjadi pada 10-20%
dengan stenosis mitral. Risiko embolisasi
tergantung umur dan ada tidaknya
fibrilasi atrium.

Sepertiga dari kejadian emboli


terjadi dalam 3 bulan dari fibrilasi
atrium, sedangkan 2/3 terjadi dalam
1 tahun. Jika embolisasi terjadi pada
pasien dengan irama sinus, harus
dipertimbangkan suatu endokarditis
infektif. Kejadian emboli tidak
tergantung pada berat ringannya
stenosis, curah jantung, ukuran
atrium kiri serta ada tidaknya gagal
jantung.

DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisis
Temuan klasik pada stenosis mitral
adalah opening snap dan bising diastol
kasar (diastolic rumble) pada daerah
mitral. Tetapi sering pada pemeriksaan
rutin sulit ditemukan rumbel diastol
dengan nada rendah apalagi bila
dilakukan dengan tidak hati-hati.

Pada kasus ringan harus dicurigai stenosis


mitral ini bila teraba dan terdengar S1 yang
keras. S1 mengeras karena pengisian yang
lama membuat tekanan ventrikel kiri
meningkat dan menutup katup sebelum
katup itu kembali ke posisinya. Di apeks
rumbel diastol ini dapat teraba sebagai
thrill.
Bising diastol pada stenosis mitral
dipengaruhi oleh:
Obesitas
PPOM
Edema paru
Status curah jantung yang rendah.

Pemeriksaan foto toraks


Gambaran klasik pada foto toraks adalah
pembesaran
atrium
kiri
serta
pembesaran arteri pulmonalis. Terdapat
hubungan
yang
bermakna
antara
besarnya ukuran pembuluh darah dan
resistensi vaskular pulmonal.
Edema intertisial
berupa garis kerley
terdapat pada 30% pasien dengan
tekanan atrium kiri <20 mmHg dan pada
70% bila tekanan atrium kiri >20 mmHg.

Ekokardiografi Doppler
Dengan ekokardiografi dapat dilakukan
evaluasi:
struktur dari katup,
pliabilitas dari daun katup,
ukuran dari area katup dengan
planimetri (mitral valve area),
struktur dari aparatus subvalvular
menentukan fungsi ventrikel.

Derajat ringan beratnya stenosis


mitral berdasarkan eko doppler
ditentukan oleh:
Gradien transmitral
Area katup mitral
Besarnya tekanan pulmonal.

Ekokardiografi Transesofageal
Merupakan pemeriksaan
ekokardiografi dengan
menggunakan transuder endoskop
terutama untuk melihat katup,
atrium kiri dan appendika atrium.
Ekokardiografi Transesofageal lebih
sensitif dalam deteksi trombus pada
atrium kiri atau terutama sekali
apendiks atrium kiri

Kateterisasi
Saat ini kateterisasi digunakan
secara primer untuk suatu
prosedur
pengobatan
intervensi non bedah yaitu
valvutomi dengan balon.

PENATALAKSANAAN
Beberapa
obat-obatan
seperti
antibiotik
golongan
penisilin,
eritromisin, sulfa, sefalosporin untuk
demam reumatik atau pencegahan
ekdokarditis sering dipakai.
Obat-obat inotropik negatif: -blocker
atau Ca-blocker dapat memberi
manfaat pada irama sinus yang
memberi keluhan pada saat frekuensi

Pada stenosis mitral dengan irama


sinus, digitalis tidak bermanfaat
kecuali terdapat disfungsi ventrikel
kiri atau kanan. Latihan fisik tidak
dianjurkan, kecuali ringan saja
untuk menjaga kebugaran. Karena
latihan fisik meningkatkan
frekuensi jantung dan
memperpendek fase diastol.

Fibrilasi atrium
Pada keadaan ini digitalis merupakan
indikasi, dapat dikombinasikan dengan
penyekat beta atau antagonis kalsium.
Penyekat beta atau anti aritmia juga
dapat
dipakai
untuk
mengontrol
frekuensi
jantung
atau
untuk
mencegah terjadinya fibrilasi atrial
paroksismal.

Pencegahan embolisasi
sistemik
Antikoagulan warfarin sebaiknya
dipakai pada stenosis mitral
dengan fibrilasi atrium atau irama
sinus dengan kecenderungan
pembentukan trombus untuk
mencegah fenomena
tromboemboli

Intervensi bedah, reparasi dan ganti


katup
Komisurotomi dilakukan secra terbuka
dengan adanya mesin jantung paru.
Dengan cara ini katup terlihat lebih jelas,
pemisahan komisura atau korda, otot
papilaris sreta pembersihan kalsifikasi.
Operassi bersifat reparasi mungkin
diupayakan karena kana timbul resiko
antikoagulasi, trombosis katup jantung,
infeksi endokarditis, malfungsi protesa
sarta kejadian trombo emboli.

Anda mungkin juga menyukai