BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
dipasang atau dilekatkan secara mekanis atau dengan aman ditahan oleh gigi asli,
akar gigi, dan atau abutmen implan gigi yang memberikan dukungan utama untuk
protesa gigi (The Glossary of Prosthodontics Term, 2005). Gigi tiruan tetap
konvensional adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan satu atau
lebih gigi yang tidak dapat dilepas oleh pasien. Preparasi gigi diperlukan untuk
gigi tiruan tetap konvensional (Smith dan Howe, 2007). Dalam melakukan
preparasi harus memperhatikan kesejajaran dari gigi penyangga (Barclay dan
Walmsley, 2001). GTT dilekatkan pada gigi abutment dengan menggunakan
bantuan semen kedokteran gigi (luting cement). Semen bertujuan untuk mengisi
celah mikroskopik tersebut agar tertutup (Annusavice, 2003).
Beberapa istilah yang digunakan untuk GTT yang juga digunakan pada
gigi tiruan sebagian (partial denture) antara lain : (Smith dan Howe, 2007)
a. Abutment
adalah gigi yang digunakan untuk melekatkan gigi tiruan jembatan.
b. Retainer
adalah mahkota atau restorasi lain yang disemen pada abutment.
c. Pontic
adalah gigi tiruan/buatan yang merupakan bagian dari gigi tiruan
jembatan.
SKRIPSI
d. Connector
menghubungkan pontic dan retainer atau menghungkan antara retainer
satu dengan yang lain. Connector dapat menyatu dengan pontic dan
retainer
atau
dapat
sedikit
digerakkan
antara
komponen
dan
penghubungnya.
2.1.1 Prinsip preparasi gigi
Preparasi gigi penyangga merupakan tindakan yang penting dalam
perawatan gigi tiruan tetap. Gigi penyangga diharapkan dapat bertahan lama
dalam fungsi kunyah. Kekuatan dari suatu GTT tersebut tergantung dari kekuatan
tiga komponen penyusunnya. Kekuatan ini bergantung pada material yang
digunakan, dimensi dan metode yang digunakan untuk menghubungan tiap
komponen, dan jaringan pendukung (Walmsley et al, 2007).
Prinsip dari preparasi gigi meliputi tiga aspek, yaitu : aspek biologi,
mekanik, dan estetik. Aspek biologi terdiri dari konservasi gigi, supragingival
margins, kontur yang tepat, dan perlindungan gigi dari fraktur. Aspek mekanik
terdiri dari retensi, dan resistensi terhadap deformasi. Aspek estetik terdiri dari
ketebalan porselen yang cukup di daerah bukal atau oklusal dan pemakaian logam
hanya sedikit atau bahkan logam tidak tampak sama sekali saat dipakai pasien.
Preparasi gigi penyangga harus sesuai dengan desain retainer yang akan dibuat.
Preparasi dengan pengambilam jaringan yang berlebihan pada gigi penyangga
dapat menyebabkan bentuk gigi menjadi kerucut sehingga dapat menurunkan
resistensinya, gigi juga menjadi lebih sensitif terhadap suhu karena dentin terbuka
bahkan dapat mengakibatkan kematian pulpa. Retensi yang baik memenuhi
kriteria derajat kemiringan dari dinding aksial tidak lebih dari 6, pemulasan tidak
SKRIPSI
perlu terlalu halus dan perlu dibuatkan axial groove, box, dan pin hole pada gigi
penyangga (Walmsley et al, 2007).
Beberapa kerusakan pada prosesus odontoblas akan memberikan efek
yang merugikan pada inti sel pada dentin-pulp interface. Oleh karena itu,
banyaknya dentin yang dihilangkan perlu diperhatikan untuk memperkirakan
respon terhadap pulpa; ketelitian diperlukan saat preparasi gigi vital untuk semua
restorasi (Rosenstiel et al, 2001).
2.1.2
Kekuatan geser
Kekuatan geser adalah kekuatan maksimum yang dapat diterima suatu
material sebelum terpisah (Craig dkk, 2004). Kekuatan perlekatan geser perlu
diperhatikan dalam membuat suatu GTT karena gaya geser merupakan salah satu
unsur tekanan yang menunjang terwujudnya tekanan kunyah yang diterima GTT
di dalam rongga mulut (Leonita & Iskandar, 2005).
Kekuatan geser dapat dihitung dengan rumus : (Craigh et al, 2004)
=
Keterangan :
= kekuatan geser (shear strength), satuan : N/m2
F = gaya yang diterima (force), satuan : N
A = luas permukaan yang menerima gaya (area), satuan m2
2.2
Dentin
Dentin terdiri dari 70% bahan inorganik (hidroksi apatit), 20% bahan
organik, dan 10% air serta bahan-bahan lainnya. Bahan organik dari dentin 90%
terdiri dari serat kolagen, yang paling dominan adalah kolagen tipe I sedangkan
tipe V dalam jumlah sedikit. Bahan organik lain selain kolagen adalah
SKRIPSI
SKRIPSI
2.2.1
SKRIPSI
2.3
Prinsip adesi
Adesi adalah perlekatan antara perlekatan dua bahan melalui kekuatan
SKRIPSI
Pada bidang kedokteran gigi, mekanisme perlekatan resin pada struktur gigi, yaitu
: (Sturdevant, 2006)
a. Mekanik melalui penetrasi resin dan formasi resin tags pada permukaan
gigi.
b. Adsorpsi melalui ikatan kimia pada komponen inorganik (hidroksiapatit)
atau komponen organik (tipe I kolagen) pada struktur gigi.
c. Difusi melalui presipitasi substansi yang terdapat pada permukaan gigi
sehingga monomer resin dapat berikatan secara mekanik atau kimia.
d. Kombinasi dari ketiga mekanisme yang tersebut di atas.
2.4
Semen luting
Semen luting adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengisi celah atau
SKRIPSI
berbahan dasar resin (resin-based cement) terdiri dari esthetic resin cement,
adhesive resin cement, self-adhesive resin cement, compomer dan temporary resin
(Powers & Wataha, 2008).
2.4.1
Semen Resin
Klasifikasi semen resin terdiri dari esthetic resin cement, adhesive resin
cement, self-adhesive resin cement, compomer dan temporary resin (Powers &
Wataha, 2008). Klasifikasi lain menyatakan semen resin terdiri dari resin modified
zinc oxide eugenol, resin modified GIC, dan semen resin akrilik (Bhat, 2007).
2.4.1.1 Esthetic Resin Cement (Semen resin estetik)
Semen resin estetik adalah resin yang tersedia dalam warna serupa gigi
dan translusen serta untuk melekatkan restorasi all ceramic dan komposit tidak
langsung. Semen ini membutuhkan bahan bonding untuk melekat pada gigi dan
bahan primer untuk melekat pada substrat keramik. Komposisinya terdiri dari
resin dimetakrilat dan glass filler seperti material komposit. Tersedia dalam light
atau dual cured, tergantung aplikasi. Semen ini memiliki kekuatan dari medium
hingga tinggi dan film thickness rendah. Penelitian terbaru menunjukkan semen
resin microfilled lebih resisten daripada semen resin microhybrid. Kekuatan
perlekatan semen ini pada gigi dan substrat kemarik cukup tinggi ketika
permukaannya
diaplikasikan
bahan
bonding
atau
primer
yang
tepat.
SKRIPSI
SKRIPSI
sempurna, tidak terjadi dekalsifikasi dan infiltrasi pada dentin, tidak terbentuk
hybrid layer atau resin tags (Tonial et al, 2010).
2.4.1.4 Temporary Resin Cements
Semen ini digunakan untuk penyemenan sementara dari mahkota dan
GTT. Komposisinya terdiri dari resin dimethacrylate dan radiopaque glass filler.
Compressive strength dari rendah sampai medium. Tersedia dalam bentuk selfcured dan pasta-pasta, aplikasinya tanpa menggunakan bahan bonding (Powers &
Wataha, 2008).
2.4.1.5 Compomer
Compomer diindikasikan untuk penyemenan mahkota tuang logam dan
restorasi metal-keramik. Kontraindikasi untuk penyemenan mahkota keramik
secara tradisional, inlays, onlays dan veneers. Semen ini sebaiknya tidak
digunakan untuk tumpatan atau core. Komposisi bubuknya strontium aluminium
fluorosilicate glass, sodium fluoride dan inisiator self dan light-cured. Cairan
mengandung polimerisasi monomer methacrylate-carboxylic acid, monomer
multifungsi acrylate-phosphate, monomer diacrylate dan air. Grup carboxylic
acid berperan sebagai bahan adesif. Semen ini memiliki kelarutan yang rendah,
mengeluarkan fluoride dan dapat diisi fluoride kembali dengan berbagai macam
treatment fluoride. Tersedia dalam bentuk pasta serta bubuk dan cairan. Pasta
dicampur dan dibagi dalam alat automixing. Gigi yang disemen harus kering.
Bubuk harus diaduk dulu sebelum dibagi. Perbandingan bubuk:cairan yaitu 2:2.
Pencampuran memerlukan waktu 30 detik dan harus cepat. Campuran semen
diaplikasikan hanya pada mahkota lalu mahkota dipasang (Powers & Wataha,
2008).
SKRIPSI
mahkota
Semen
tuang Semen
resin
adesif
(dual-cured),
basis
zirconia, Semen
resin
adesif
(dual-cured),
resin
self-adhesive,
zinc
Penyemenan
bridge
penyemenan
noneugenol,
temporary
sementara
Basis high strength
Tumpatan sementara
SKRIPSI
2.5
CPP-ACP
dapat
mengurangi
proses
demineralisasi
dan
meningkatkan remineralisasi pada gigi sapi dan dentin manusia. (Adebayo et al,
2008). Bahan dengan kandungan CPP-ACP dapat membentuk ikatan dengan
hydroxyapatite gigi, dan jaringan lunak, sehingga dapat membantu melokalisasi
SKRIPSI
ketersediaan kalsium dan ion fosfat yang dapat menutup tubuli dentin sehingga
dapat mengurangi sensitivitas gigi (Gugnani et al, 2008).
Tindakan pencegahan atau menghilangkan nyeri dari dentin yang sensitif
dapat dilakukan dengan cara menutup ujung luar dari tubulus dentin,
membekukan protoplasma tubular dengan pengobatan kimia, memberikan ion
kimia yang mengendapkan cairan protoplasma di tubulus dan menciptakan sebuah
plug berbentuk tabung, menutup tubulus pada ujung pulpa, biasanya dengan
merangsang pembentukan dentin sekunder, dan anastesi ujung saraf di
persimpangan pulpa-dentin oleh bahan yang dapat menembus tubulus dan
menyediakan bahan yang dapat menembus tubulus dentin dan menekan saraf
pulpa (Aruna, 2010).
Penelitian tentang bahan desensitisasi alami dengan efek jangka panjang
telah mengawali pengamatan tentang mineral kalsium fosfat yang dapat menutup
tubulus dentin seperti proses alami sclerosis. Hal ini dapat terjadi pada permukaan
gigi dengan aplikasi sekuensial kalsium klorida dan larutan kalium fosfat yang
membentuk amorphous calcium phosphate (ACP) dan blok tubulus dentin.
Kombinasi ACP-CPP terlokalisir dalam plak dalam bentuk Nanocluster dan
mengakibatkan remineralisasi enamel pada tingkat yang jauh lebih cepat daripada
bila menggunakan ACP saja (Aruna, 2010).
SKRIPSI