Anda di halaman 1dari 18

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

BAB III
TINJAUAN SEDIAAN (OBAT TETES MATA)
3.1 BENTUK-BENTUK SEDIAAN YANG ADA DALAM PERDAGANGAN
Bentuk sediaan dengan zat aktif .. yang tersedia di pasaran
antara lain adalah:

....................

Bentuk sediaan yang dipilih dalam formulasi ini adalah obat tetes mata.
Tujuan/sasaran penggunaan:
Obat-obat yang digunakan pada produk optalmik dapat dikategorikan menjadi:
miotik, midriatik, siklopegik, anti inflamasi, anti infeksi, anti glaukoma, senyawa
diagnostik, dan anestetik lokal. (Codex hal 160)
Keuntungan:
Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavailabilitas dan
kemudahan penangananan.
Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat
memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu
terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan
efek terapinya. Dengan kata lain suspensi mampu meningkatkan waktu kontak
zat aktif dengan kornea sehingga memberi kerja lepas lambat yang lebih lama
(Ansel, 559).
Kekurangan:
Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas ( 7 L) maka
larutan yang berlebih dapat masuk ke nasal cavity lalu masuk ke jalur GI
menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan.
Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler pada
retina dan iris relatif non permeabel sehingga umumnya sediaan untuk mata
adalah efeknya lokal/ topikal.
waktu diskusi sama Kamel waktu itu, katanya dia udah
nanya sama dosen (tapi lupa siapa) yang keuntungan dan
kelebihan sediaan itu Cuma sediaan kita dibandingkan
dengan sediaan lain. Jadi, bukan semuanya.
Nah.... jadi dikembaliin ke teman2 gmn bagusnya... !

3.2 KETERCAMPURAN ANTAR ZAT AKTIF DAN ANTAR SEDIAAN


Zat aktif .. memiliki inkompatibitas dengan zat
.
.
Sehingga sebaiknya tidak dicampurkan bersamaan.
3.3 FORMULA UMUM

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

R/

Zat aktif
Bahan pembantu :

Pengawet
Pengisotonis
Anti oksidan
Pensuspensi
Surfaktan
Pembasah

Pendapar
Peningkat viskositas

untuk suspensi

(Lihat TS untuk lebih lengkap)


Alasan pengembangan formula :
- Alasan pemilihan bentuk sediaan bisa diliat di bagian farmol (bab II)
- Alasan pemilihan bentuk zat aktif bisa diliat di bagian farmol (bab II)
- Alasan pemilihan eksipien, mengacu pada formula yg dipilih (sebutkan
fungsi2 masing2 eksipien)
- Alasan pemilihan metode pembuatan, berdasarkan data monografi zat
aktif dan eksipien

PERHITUNGAN TONISITAS
Tonisitas sediaan tetes hidung perlu ditentukan untuk menghasilkan sediaan yang isotonis
sehingga dapat menghindari iritasi pada mukosa hidung.Larutan harus dibuat isotonis atau
sedikit hipertonis dengan penambahan zat pengisotonis.
Contoh perhitungan lihat TS!
1. Metode Penurunan Titik Beku
Turunnya titik beku serum darah atau cairan lakrimal sebesar -0,52C yang setara dengan
0,9% NaCl. Makin besar konsentrasi zat terlarut makin besar turunnya titik beku.

0,52 a
b

METODE I (BPC):
Keterangan :
W =Jumlah (g) bahan pembantu
isotonik dalam 100 mL larutan

a =Turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung dengan memperbanyak nilai
untuk larutan 1% b/v
= penurunan titik beku zat (1% dari TABEL) x kadar obat (%b/v)
b = Turunnya titik beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantu isotonik
jika konsentrasi tidak dinyatakan, a = 0 ( tidak ditambahkan pengisotonis)

Tb

K.m.n.1000
M.L.

METODE II :
Keterangan :
Tb = turunnya titik beku larutan terhadap pelarut murninya
K = turunnya titik beku pelarut
dalam MOLAR (konstanta Kryoskopik air = 1,86 yang

menunjukkan turunnya titik beku 1 mol zat terlarut dalam 1000 g cairan)
m = Zat yang ditimbang (g)
n = jumlah ion
M = berat molekul zat terlarut

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

L = massa pelarut (g)


2. Ekivalensi NaCl
Didefinisikan sebagai suatu faktor yang dikonversikan terhadap sejumlah tertentu zat
terlarut terhadap jumlah NaCl yang memberikan efek osmotik yang sama. Misalnya
ekivalensi NaCl asam borat 0,55 berarti 1 g asam borat di dalam larutan memberikan
jumlah partikel yang sama dengan 0,55 g NaCl.

I
C

METODE WELLS :
Keterangan :
L = turunnya titik beku MOLAL

I = turunnya titik beku akibat zat terlarut (oC)


C = Konsentrasi molal zat terlarut
Oleh karena itu zat aktif dengan tipe ionik yang sama dapat menyebabkan turunnya titik beku
molal yang sama besar, maka Wells mengatasinya dengan menggolongkan zat-zat tersebut
menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah ion yang dihasilkan.

E 17

L
M

METODE LAIN :
Keterangan :
E = ekivalensi NaCl
L = turunnya titik beku molal = Liso
M = berat molekul zat = BM
3. Metode Liso
Tf Liso

Rumus :

Tf Liso

Berat 1000
BM V

Keterangan :
Tf
= penurunan titik beku
Liso = harga tetapan; non elektrolit =1,86 ; elektrolit lemah =2 ; uni- univalen =3,4
BM
= berat molekul
V
= volume larutan dlm mL
Berat
= dalam gram zat terlarut
DAFTAR NILAI LISO:
Ion type

Lisovalue

Example

Non-electrolyte

1,9

Sucrose, dextrose, gliserin

Weak electrolyte

2,0

Boric acid, citric acid

Divalent-divalent electrolyte

2,0

MgSO4, ZnSO4

Univalent-univalent electrolyte

3,4

NaCl, AgNO3

Univalent-divalent electrolyte

4,3

Atropin sulfate, Na2CO3

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

Divalent-univalent electrolyte

4,8

CaCl2, Ca-gluconate

Univalent-trivalent electrolyte

5,2

Na-citrate, K-citrate

Trivalent-univalent electrolyte

6,0

AlCl3, FeCl3

Tetraborate

7,6

Na-borate, K-borate

PERHITUNGAN DAPAR
Kapasitas dapar adalah kemampuan untuk mempertahankan pH dengan penambahan sedikit
asam atau sedikit basa.
Kapasitas dapar harus dihitung untuk melihat kemampuan sediaan menjaga/ mempertahankan
pH pada kondisi kestabilan zat aktif/pH yang diharapkan.
Contoh perhitungan lihat TS!
I.

Persamaan Handerson-Hasselbach (persamaan untuk buffer)

pH= pKa+ log

garam
asam

II. Persamaan Van Slyke untuk kapasitas dapar

+
H 3 O

+
H 3 O

Ka+

Ka
=2,3 C
Keterangan:

= Kapasitas dapar, = 0,01 0,1


C
= Konsentrasi total dapar (mol/L)
Ka
= Konstanta asam = antilog (-pKa)
+
[H3O ] = Konsentrasi ion Hidrogen = antilog (-pH)
EKSIPIEN
Pembawa
Pengawet

Pengisotonis
Pendapar

FUNGSI
Melarutkan zat aktif dan eksipien
Mencegah pertumbuhan atau memusnahkan
bakteri yang mungkin masuk pada waktu
wadah dibuka saat digunakan (untuk
penggunaan berulang)
Menghasilkan sediaan yang isotonis
Menjaga pH sediaan pada kondisi kestabilan
zat aktif/pH yang diharapkan

CONTOH
Aqua pro injection
Benzalkonium klorida,
Fenilmerkuri nitrat, thiomersal,
metilparaben, klorobutanol, dll
NaCl, KCl, dekstrosa, gliserol
Dapar fosfat (misal H3PO4 dan
NaH2PO4), dapar sitrat (misal
NaH2 sitrat dan Na2H sitrat)

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

Peningkat
viskositas

Antioksidan

Pengadjust pH
Suspending agent
(*) Surfaktan

Memperpanjang waktu kontak antara sediaan


dengan kornea sehingga jumlah bahan aktif
yang berpenetrasi dalam mata akan semakin
tinggi sehingga menambah efektivitas
terapinya
Melindungi zat aktif teroksidasi oleh udara/
mencegah oksidasi
Degradasi oksidatif seringkali dikatalisa oleh
adanya logam berat, maka dapat ditambahkan
pengkelat seperti Na-EDTA
Menghasilkan sediaan yang isohidris dan/atau
berada pada pH stabilitas zat aktif
Pembentuk suspensi untuk sediaan obat tetes
mata suspense
a. Sebagai antimikroba (Surfaktan golongan
kationik seperti benzalkonium klorida,
setil piridinium klorida, dll).
b. Menurunkan tegangan permukaan antara
obat mata dan kornea sehingga
meningkatkan aktivitas terapeutik zat
aktif.
c. Meningkatkan ketercampuran antara obat
tetes mata dengan cairan lakrimal,
meningkatkan kontak zat aktif dengan
kornea dan konjungtiva sehingga
meningkatkan penembusan dan
penyerapan obat.

Metilselulosa, HPMC, PVP,


PVA, gliserin, dekstran,
makrogol

Na metabisulfit, Na sulfit, asam


askorbat, asetilsistein

HCl, NaOH
Sorbitan, polisorbat, atau
surfaktan lain yang cocok (*)
Polisorbat 80 (Tween 80),
Tween 20, benzetonium
klorida, miristil-gamma
picolinium klorida, polioxil 40stearat, alkil-aril-polietil
alkohol, dioktil sodium
sulfosuksinat, dll

METODE PEMBUATAN SEDIAAN


Berisi kesimpulan sediaan yang akan dibuat meliputi : kekuatan
sediaan, volume, jumlah, metode pembuatan dan alasan pemilihan
metode, serta proses sterilisasi yang dilakukan terhadap sediaan (suhu
dan lamanya waktu sterilisasi).
Sediaan obat tetes mata.......(nama zat aktif) disterilkan dengan
cara sterilisai (awal/akhir) menggunakan..(alat) pada suhu.....
selama.......menit
ATAU
Sediaan obat tetes mata.......(nama zat aktif)dilakukan dengan
metode aseptik dan penyaringan melalui membran filtrasi 0,22m
(lihat cara pembuatan sediaan)
PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
Akan dibuat sediaan obat tetes mata(nama zat aktif),
sejumlah ...... botol @ ...... mL dengan kekuatan sediaan .......%
Jangan lupa melebihkan jumlah botol (disesuaikan dengan volume
per botol karena bisa bermacam-macam volumenya) yang akan dibuat
karena harus memperhitungkan volume untuk evaluasi!

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

Perhitungan
Jumlah yang akan dibuat :
Sediaan yang ditugaskan untuk dibuat sebanyak. (W)botol @
mL, dan ditambah dengan keperluan evaluasi sebanyak : botol
A. LARUTAN
Uji kejernihan dan warna
Uji bahan partikulat
Volume terpindahkan (tidak destruktif)

3 botol
2 botol
30

botol
Penentuan aliran dan viskositas (Hoppler utk larutan jernih)

10

botol
Penampilan dan homogenitas
1 botol
Penetapan pH dan bobot jenis
4 botol
Identifikasi
3 botol
Penetapan kadar
3 botol
Penetapan potensi antibiotika (klo zat aktifnya antibiotik)
... botol
Uji efektifitas pengawet (Klo pake Pengawet)
5 botol
Uji sterilitas
20 botol__+
Total
Z botol
ATAU

B. SUSPENSI
Homogenitas
Distribusi ukuran partikel
Penentuan bobot jenis
1
botol
Penetapan pH
Volume sedimentasi
1
botol
Kemampuan redispersi
1
botol
Penetapan viskositas dan rheologi (min 250 mL sbg kapasitas min visk
Brookfield) ... botol
Volume terpindahkan (tidak destruktif)
30
botol
Identifikasi
3 botol
Penetapan kadar
3
botol
Penetapan potensi antibiotika (klo ZA-nya antibiotik)
... botol
Uji efektifitas pengawet (Klo pake Pengawet)
5
botol
Uji sterilitas
20
botol__+
Total
Z botol
Misalnya : Z-30 = A
Karena uji volume terpindahkan bersifat non destruktif sehingga dapat
digunakan untuk uji evaluasi yang lain.

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

Jika A < 30, maka total sediaan yang dibuat adalah W botol (tugas) + 30
botol = M botol
Jika A > 30, maka total sediaan yang dibuat adalah W botol (tugas)
+ A botol = M botol
Untuk volume terpindahkan, maka volume sediaan yang dibuat
dilebihkan sesuai persyaratan pada FI IV (lihat tabel di FI IV hal. 1044)
Setelah dihitung total volume sediaan yang dilebihkan, volume
digenapkan untuk mengantisipasi kehilangan saat proses pembuatan
Volume tiap botol dilebihkan ....% atau ... mL untuk menjamin ketepatan
volume sediaan setelah dituang dari botol. Persentase penambahan
volume mengacu pada FI IV <1131>, hal 1044.
Volume tiap botol dilebihkan sesuai dengan kelebihan volume yang
dianjurkan dalam FI IV, hal. 1044
Volume yang
Kelebihan volume yang dianjurkan (mL)
tertera dalam
Untuk cairan
Untuk cairan
penandaan (mL)
encer
kental
0,5
0,10
0,12
1,0
0,10
0,15
2,0
0,15
0,25
5,0
0,30
0,50
10,0
0,50
0,70
20,0
0,60
0,90
30,0
0,80
1,20
50,0 atau lebih
2%
3%
Volume sediaan tiap botol = a mL + (... % x a mL atau ... mL) = d mL
Total volume sediaan yang akan dibuat : M botol x d mL = b mL
Perhitungan Tonisitas dan Dapar
(cara perhitungan lihat kit pendukung perhitungan tonisitas dan dapar)
Penimbangan
Formula yang akan dibuat :
Tiap a mL mengandung :
R/
Zat aktif
Zat tambahan 1
Dll

N
o.
1

(untuk mudahnya, diurutkan berdasarkan formula sediaan)


Bahan yang
Untuk
Untuk volume (jumlah
ditimbang
volume 1 botol
total) botol(misal b mL)
Zat aktif

.
2

Zat tambahan 1

Dll

.
.

.. mg
.. %

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN


a. Sterilisasi ruangan dan meja kerja
- Ruangan kerja disterilkanDengan sinar UV selama 24 jam
- Meja kerja disemprot dengan alkohol lalu dilap sebelum digunakan
b. Pakaian kerja, dimasukkan plastik tahan panas kemudian diautoklaf.
Masker, sarung tangan, dan alas kaki dibeli yang sudah steril (ada
di pasaran).
Perhatikan perbedaan ruangan pada metode yang berbeda!!
A. LARUTAN
A.1 Pembuatan OTM dengan Metode Sterilisasi Akhir
No Prosedur Pembuatan
.
1.
Sterilisasi peralatan dan wadah yang akan
digunakan sesuai dengan cara sterilisasi masingmasing, lalu dimasukkan ke dalam transfer box.
2.
Timbang semua bahan. Bahan serbuk ditimbang
dengan kaca arloji, bahan cair ditimbang dengan
cawan penguap, lalu tutup dengan aluminium foil.
(tulis nama bahan, jumlah, serta jenis
timbangannya mg atau gram)
3.
Larutkan masing-masing bahan, baik zat aktif
maupun eksipien di gelas kimia yang berbeda,
sesuai dengan kelarutan zat tersebut.
4.
Campur semua bahan (zat aktif, eksipien) yang
telah terlarut ke dalam gelas kimia yang telah
ditara, aduk homogen.
5.
Tambahkan aqua pro injection hingga 90% dari
volume akhir.
6.
Lakukan IPC. Jika diperlukan adjust pH dengan
HCl/NaOH 0,1 N hingga dicapai pH target sediaan.
7.
Tambahkan aqua pro injection hingga batas tara.
8.
Saring dengan membran filter 0,45 m.
9.
Cara autoklaf : Masukkan larutan ke dalam flakon,
tutup flakon dengan penutup karet.Ikat dengan
simpul champagne, lalu dikeluarkan melalui transfer
box.
10. Cara autoklaf : Sterilisasi dengan autoklaf. Transfer
larutan steril ke ruang LAF
11. Bilas buret dengan larutan yang telah disterilkan.
Larutan yang telah disterilkan dimasukkan ke dalam
buret dan diisikan ke dalam botol OTM, lalu botol
ditutup dan dikeluarkan melalui transfer box.
12. Botol dikemas dalam dos dan diberi etiket luar.
13. Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan.

Ruangan
R. Sterilisasi
(Grey area)
R. Penimbangan
(Grey area)

R. Pencampuran
(Grey area/kelas C)

R. Sterilisasi
(Grey area)
LAF (Laminar Air
Flow)
(White area/kelas A)
R. Evaluasi
(Grey area)

A.2 Pembuatan OTM dengan Metode Aseptik(filtrasi membran bakteri)

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

No.
1.

2.

Prosedur Pembuatan
Sterilisasi peralatan dan wadah sesuai dengan cara
sterilisasi masing-masing, lalu dimasukkan ke dalam
transfer box.
Timbang semua bahan. Bahan serbuk ditimbang
dengan kaca arloji, bahan cair ditimbang dengan
cawan penguap, lalu tutup dengan aluminium foil.
(tulis nama bahan, jumlah, serta jenis timbangannya
mg atau gram)
Sterilisasi masing-masing bahan dengan cara yang
sesuai (pilih metode sterilisasi yang sesuai dengan
kestabilannya).
- Bahan yang akan disterilisasi awal dengan UV,
diratakan di atas cawan petri lalu dimasukkan ke
dalam transfer box di ruang penimbangan.
Sterilisasi dengan UV selama 30 menit. (cek
lagi benar atau tidak!!)

Ruangan
R. Sterilisasi
(Grey area)
R. Penimbangan
(Grey area)

R. Sterilisasi
(Grey area)

- Untuk bahan yang akan disterilisasi awal dengan


autoklaf, dilarutkan dengan sejumlah air yang
dibutuhkan, dimasukkan ke dalam flakon lalu
ditutup rapat.

4.

5.

6.
7.
8.
9.
10.
10.

11.
12.

Bahan yang telah steril kemudian dimasukkan ke


dalam transfer box.
Larutkan masing-masing bahan, baik zat aktif
maupun eksipien, di gelas kimia yang berbeda,
sesuai dengan kelarutan zat tersebut.
Campur semua bahan (zat aktif, eksipien) yang
telah terlarut, ke dalam gelas kimia yang telah
ditara, aduk homogen.
Tambahkan aqua pro injection hingga 90% dari
volume akhir.
Lakukan IPC. Jika diperlukan adjust pH hingga
dicapai pH target sediaan.
Tambahkan aqua pro injection hingga batas tara.
Saring dengan membran filter 0,45 m.
Saring kembali menggunakan membran filter 0,22
m
Bilas buret dengan larutan. Larutan kemudian
dimasukkan ke dalam buret dan diisikan ke dalam
botol OTM, lalu botol ditutup dan dikeluarkan
melalui transfer box.
Botol dikemas dalam dos dan diberi etiket luar.
Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan.

LAF (Laminar Air


Flow)
(White area/kelas
A)

R. Evaluasi
(Grey area)

B. SUSPENSI (sediaan suspensi OTM harus menggunakan metode


sterilisasi awal, tidak boleh dengan metode sterilisasi akhir!),
tidak boleh juga dilakukan sterilisasi dengan membran filter

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

No.
1.

ProsedurPembuatan
Ruangan
Sterilisasi alat-alat dan wadah sesuai dengan cara
R. Sterilisasi
sterilisasi masing-masing, lalu dimasukkan ke
(Grey area)
dalam transfer box.
2.
Timbang semua bahan. Bahan serbuk ditimbang
R. Penimbangan
dengan kaca arloji, bahan cair ditimbang dengan
(Grey area)
cawan penguap, lalu tutup dengan aluminium foil.
(tulis nama bahan, jumlah, serta jenis
timbangannya mg atau gram)
3.
Sterilisasi zat berkhasiat (bahan aktif) dan eksipien R. Sterilisasi
dengan cara yang sesuai (pilih metode sterilisasi
(Grey area)
yang sesuai dengan kestabilannya).
4.
Campurkanwetting agent, bahan pengawet, dan
LAF (Laminar Air
bahan pembantu lainnya, dan tambahkan aqua
Flow)
proinjection secukupnya hingga larut, kemudian
(White
ditambahkan zat berkhasiat yang telah digerus
area/kelas A)
sebelumnya dalam mortar steril. Campuran
tersebut dicampurkan ke suspending agent yang
telah dikembangkan sebelumnya.
5.
Tuang suspensi ke dalam gelas kimia yang telah
ditara.
6.
Tambahkan aqua pro injectionhingga 90% dari
volume akhir.
7.
Lakukan IPC. Jika diperlukan adjust pH hingga
dicapai pH target sediaan.
8.
Tambahkan aqua pro injectionhingga batas tara.
9.
Bilas buret dengan larutan yang telah disterilkan.
Larutan yang telah disterilkan dimasukkan ke
dalam buret dan diisikan ke dalam botol OTM, lalu
botol ditutup dan dikeluarkan melalui transfer box.
10.
Botol dikemas dalam dos dan diberi etiket luar.
R. Evaluasi
11.
Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan.
(Grey area)
CATATAN :
PEMBUATAN SUSPENSI OBAT MATA (MIKRONISASI) : SUSPENSI OBAT MATA
DIBUAT SECARA ASEPTIKPENANDAAN PADA ETIKET HARUS TERTERA
TIDAK BOLEH DIGUNAKAN LEBIH DARI 30 HARI SETELAH TUTUP DIBUKA
PENGAWASANDALAM PROSES (IPC/IN PROCESS CONTROL) ga
wajib ada kalo mau ditulis boleh aja
UNTUK OTM BENTUK LARUTAN
1. Pemeriksaan pH(FI IV <1071>, hal 1039-1040) (Suplemen I FI IV
<1071>, hal 1572-1573)
Tujuan : mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk
mengetahui kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
Alat : pH meter.

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang


telah dikalibrasi.
Prosedur :
- Larutan dapar dibuat untuk pembakuan pH meter. Larutan dapar
baku yang dipilih ada dua, di mana pH larutan uji diperkirakan
berada diantara kedua larutan dapar baku tersebut dan
mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dengan pH
larutan uji.
- Sel diisi dengan salah satu larutan dapar, kendali suhu dipasang
pada suhu larutan dan kontrol kalibrasi diatur sehingga pH larutan
dapar baku identik dengan pH yang seharusnya.
- Elektroda dan sel dibilas beberapa kali dengan larutan dapar untuk
pembakuan yang kedua, kemudian sel diisi dengan larutan dapar
kedua, pH dikalibrasi sesuai dengan pH larutan dapar kedua.
- Jika pH dari kedua larutan dapar baku tersebut telah sesuai, maka
pH larutan uji dapat diukur.
- Suhu pengukuran larutan dapar baku dan larutan uji harus sama
sesuai dengan suhu larutan uji yang akan diukur.
- Pada semua pengukuran pH, diperlukan waktu yang cukup untuk
mencapai kestabilan.
- Jika hanya diperlukan harga pH perkiraan dapat digunakan
indikator dan kertas indikator.
2. Uji kejernihan dan warna (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral hal
201-202)
Tujuan: untuk memeriksa bahwa setiap larutan OTM harus jernih dan
bebas dari kotoran.
Prosedur : wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu
dengan menyinari wadah dari samping dengan latar belakang sehelai
papan yang separuhnya dicat berwarna hitam dan separuh lagi dicat
berwarna putih. Latar belakang hitam dipakai untuk menyelidiki
kotoran yang berwarna muda, sedangkan berlatar putih untuk
kotoran-kotoran berwarna gelap.
Penafsiran : memenuhi syarat jika tidak ditemukan kotoran dalam
larutan.
3. Viskositas larutan(Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika 2006, 9-10)
(tidak ada di TS kak titi)
Tujuan : menjamin harga viskositas ruahan sesuai dengan spesifikasi
dari produk yang telah ditentukan.
Alat : viskometer Hoppler
Prinsip : mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung
pada suhu tetap.
Penafsiran hasil : viskositas dihitung dengan rumus : = (1 - 2)t
Dimana :
= viskositas cairan
= konstanta bola
1= bobot jenis bola
2 = bobot jenis cairan
t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak
tertentu
4. Keseragaman sediaan

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

UNTUK OTM BENTUK SUSPENSI


1. Homogenitas(tidak ada di TS kak titi)
Tujuan : menjamin homogenitas dalam pencampuran bahan-bahan.
Prinsip :menetapkan kadar zat aktif dengan cara melakukan sampling
padabeberapa titik (atas, tengah, bawah) wadah/pencampur (untuk
yangtidak berwarna).Melihat distribusi bahan setelah pcampuran
secara visual (untuk berwarna).
Penafsiran hasil : Campuran dikatakan homogen bila kadar zat aktif
padaberbagai titik relatif sama (simpangan baku relatif tidak >2%)
2. Pemeriksaan pH(FI IV <1071>, hal 1039-1040) (Suplemen I FI IV
<1071>, hal 1572-1573)
Tujuan : mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk
mengetahui kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
Alat : pH meter.
Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang
telah dikalibrasi.
Prosedur :
- Larutan dapar dibuat untuk pembakuan pH meter. Larutan dapar
baku yang dipilih ada dua, di mana pH larutan uji diperkirakan
berada diantara kedua larutan dapar baku tersebut dan
mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dengan pH
larutan uji.
- Sel diisi dengan salah satu larutan dapar, kendali suhu dipasang
pada suhu larutan dan kontrol kalibrasi diatur sehingga pH larutan
dapar baku identik dengan pH yang seharusnya.
- Elektroda dan sel dibilas beberapa kali dengan larutan dapar untuk
pembakuan yang kedua, kemudian sel diisi dengan larutan dapar
kedua, pH dikalibrasi sesuai dengan pH larutan dapar kedua.
- Jika pH dari kedua larutan dapar baku tersebut telah sesuai, maka
pH larutan uji dapat diukur.
- Suhu pengukuran larutan dapar baku dan larutan uji harus sama
sesuai dengan suhu larutan uji yang akan diukur.
- Pada semua pengukuran pH, diperlukan waktu yang cukup untuk
mencapai kestabilan.
- Jika hanya diperlukan harga pH perkiraan dapat digunakan
indikator dan kertas indikator.
3.
Viskositas suspensi (Modul Praktikum Farmasi Fisik 2002, hlm
17-18)(tidak ada di TS kak titi)
Alat : Viskosimeter Brookfield
Prinsip : merupakan viskosimeter rotasi yang dapat digunakan untuk
mengukur viskositas dan sifat aliran dari sediaan. Untuk
mengetahui sifat aliran dilakukan dengan memplot kurva
ppm dengan usaha yang digunakan untuk memutar spindel.
Viskositas suspensi relatif kecil maka digunakan viskosimeter
brookfield jenis RV. Karena pada proses pemakaian suspensi

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

terjadi penuangan maka selain mengukur viskositas juga


diukur sifat aliran.
Prosedur :
1. Penyiapan sampel
Sampel yang akan diukur ditempatkan pada gelas piala dengan
permukaan rata (sedapat mungkin penuh) dan tidak boleh ada
gelembung udara didalamnya.
2. Orientasi spindel
Jenis spindel : TA, TB, TC, TD, TE, TF (diurut dari yang besar
sampai yang kecil). Semakin kental sampel yang akan diuji,
gunakan spindel yang semakin kecil. Salah satu spindel dipilih,
dicoba pada 4 kecepatan (rpm) yaitu 0.5 ; 1; 2.5; dan 5 RPM. Jika
masing-masing RPM memberikan harga diantara 30-80 maka
spindel dapat digunakan, jika diluar rentang harga tersebut maka
spindel diganti dengan yang lain.
3. Pengukuran
- Dilakukan pada suhu kamar.
- Pembacaan skala dilakukan pada rentang waktu tertentu,
misalnya 2 menit. Setiap formula dapat dilakukan 2-3 x
pengukuran. Pembacaan dilakukan dengan menyatakan jenis
spindel dan kecepatan putarnya
4. Cara kerja :
- Kocok suspensi lalu masukkan ke dalam beker gelas sebanyak
+ 400-500 mL.
- Pasang spindel pada gantungan spindel.
- Turunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel
tercelup ke dalam cairan yang akan diukur viskositasnya.
- Pasang stop kontak.
- Nyalakan motor sambil menekan tombol.
- Biarkan spindel berputar dan lihatlah jarum merah pada skala.
- Bacalah angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk
menghitung viskositas, maka angka pembacaan tersebut
dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dilihat pada tabel
yang terdapat pada brosur alat.
- Dengan mengubah-ubah RPM, maka didapat viskositas pada
berbagai RPM.
- Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara RPM dan
usaha yang dibutuhkan untuk memutar spindel. Usaha dapat
dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala
dengan 7,187 dyne cm (untuk viskometer Brookfield tipe RV).
4. Keseragaman sediaan

3.4 EVALUASI MUTU FARMASETIK SEDIAAN


(untuk evaluasi obat tetes mengacu kepada evaluasi injeksi volume kecil)

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

1. Organoleptik (diktat kuliah Teknologi Barmasi Sediaan Likuida dan Semisolida,


hal. 127)
Tujuan : menjamin OTM ... yang dibuat tidak mengalami perubahan warna dan bau.
Prinsip :mengamati perubahan penampilan dari segi warna dan bau. Dilakukan
pengamatan terhadap penampilan sediaan seperti bau, rasa dan warna.
Hasil
: OTM memenuhi syarat jika tidak terjadi perubahan warna dan bau.
2. Penentuan Bahan Partikulat(FI IV hal 981) dan (suplemen FI IV hal 1533)
Tujuan : menghitung partikel asing subvisibel dalam rentang ukuran tertentu.
Prinsip : dengan cara memanfaatkan sensor penghamburan cahaya dan pengumpan
sampel, jika tidak memenuhi batas yang ditetapkan, maka dilakukan
pengujian mikroskopik. Pengujian mikroskopik ini menghitung bahan
partikulat subvisibel setelah dikumpulkan pada penyaring membran
mikropori.
Hasil
: Penghamburan cahaya: hasil perhitungan jumlah total butiran baku yang
terkumpul pada penyaring harus berada dalam batas 20% dari hasil
perhitungan partikel kumulatif rata-rata per ml.
Mikroskopik: injeksi memenuhi syarat, jika partikel yang ada (nyata atau
menurut perhitungan) dalam tiap unit tertentu diuji tidak melebihi nilai
yang sesuai dengan yang tertera pada FI
3. Penetapan pH (FI IV hal 1039) dan (suplemen FI IV hal 1572)
Alat
: pH meter
Tujuan : mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan potensiometri (pH meter) yang
telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga
pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka,
elektrode kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai.
Hasil
:pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan yang ditargetkan.
4. Uji Kejernihan dan Warna (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral hal 201-203)
Tujuan : memastikan bahwa setiap larutan jernih, terbebas dari pengotor dan
partikel asing visibel
Prinsip : wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan menyinari
wadah dari samping dengan latar belakang hitam untuk menyelidiki
pengotor berwarna putih dan latar belakang putih untuk menyelidiki
pengotor berwarna
Hasil
:memenuhi syarat bila larutan jernih dan tidak ditemukan pengotor

5. Uji Kebocoran (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral, hal 191-192)


Tujuan : memeriksa keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas & volume serta
kstabilan sediaan.
Prinsip : untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran tunggal yang masih
panas setelah selesai disterilkan, dimasukkan ke dalam larutan metilen
biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen biru akan
masuk ke dalam karena perubahan tekanan di luar dan di dalam wadah
tersebut sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru.

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

Hasil

Untuk cairan yang berwarna (b) lakukan dengan posisi terbalik, wadah
takaran tunggal ditempatkan diatas kertas saring atau kapas. Jika terjadi
kebocoran, maka kertas saring atau kapas akan basah.
: sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru
(prosedur a) dan kertas saring atau kapas tidak basah (prosedur b).

6. Penentuan Volume Terpindahkan(keseragaman volume) (FI IV hal 1089)


Tujuan : Menjamin bahwa sediaan, yang dikemas dalam wadah dosis ganda dengan
volume yang tertera di etiket tidak lebih dari 250 ml, jika dipindahkan dari
wadah asli, akan memberikan volume seperti yang tertera pada etiket.
Prinsip : Melihat kesesuaian volume sediaan, jika dipindahkan dari wadah asli,
dengan volume yang tertera pada etiket, dengan menggunakan gelas ukur.
Hasil : Volume dinyatakan seragam apabila:
a. Volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%,
dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang
dinyatakan pada etiket.
b. Jika kondisi A (volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak ada satu
wadah pun volume kurang dari 95%, dari yang tertera di etiket) dan B
(tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang
dari 90%, dari yang tertera di etiket) terjadi, maka dilakukan uji
tambahan terhadap 20 wadah tambahan, dengan persyaratan:
volume rata-rata yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100%
dari yang tertera di etiket, dan tidak lebih dari 1 dari 30 wadah volume
kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90% dari yang tertera di etiket.
7. Penentuan Viskositas dan AliranLarutan (Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika
2006, 9-10)
Alat

: Viskometer Hoppler

Tujuan : Menjamin harga viskositas ruahan sesuai dengan spesifikasi dari produk
yang telah ditentukan.
Prinsip : Mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap
Hasil : Viskositas cairan dapat dihitung dengan rumus:
= B (1 2 ) t
ket :
= viskositas cairan
B = konstanta bola
1= bobot jenis bola
2= bobot jenis cairan
t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tertentu
8. Penentuan Bobot Jenis(FI IV, hal 1030)
Tujuan : Menjamin bobot jenis sediaan sesuai dengan spesifikasi dari produk yang
telah ditentukan.

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

Prinsip : Membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot air dengan volume
dan suhu yang sama dengan menggunakan piknometer (kecuali dinyatakan
lain dalam monografi, pengukuran ditetapkan pada suhu 25).
Hasil
: Sesuai dengan yang tertera pada monografi.
Untuk tetes hidung suspensi
Evaluasi tetes hidung suspensi sama dengan tetes hidung larutan, kecuali penentuan
bahan partikulat (khusus larutan) dan viskositas (mengikuti bentuk sediaan). Ada
tambahan evaluasi sediaan sbb:
1. Volume Sedimentasi(Disperse System Vol. II, 303)(Lihat sediaan suspensi)
Tujuan : Melihat kestabilan suspensi yang dihasilkan.
Prinsip : Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo)
sebelum terjadi pengendapan.
Hasil : Volume sedimentasi dapat dihitung dengan rumus:
F = Vu/Vo x 100
di mana, semakin tinggi nilai F, sediaan semakin baik.
Semakin besar nilai Vu atau nilai F=1 atau mendekati 1, semakin baik
suspendibilitasnya dan kurva yang terbentuk antara F terhadap waktu
membentuk garis yang horizontal atau sedikit curam. Bila F>1 terjadi flok
sangat longgar dan halus maka perlu zat tambahan.
2. Kemampuan Redispersi(Disperse System Vol. II, 304)(Lihat sediaan suspensi)
Tujuan : Mengamati kemampuan redispersi sediaan,untuk memperkirakan
penerimaan pasien terhadap suatu suspensi, di mana endapan yang
terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan
sedang agar menghasilkan sistem yang homogen.
Prinsip : 100 mL Suspensi yang telah tersedimentasi dimasukkan ke dalam tabung
silinder, lalu dirotasikan 360 pada 20 rpm.
Hasil : Kemampuan redispersi baik bila dasar silinder bebas dari sedimentasi, atau
suspensi telah terdispersi sempurna.
3. Penentuan Homogenitas(Goeswin Agus, Tekno farmasi liquida dan semisolida,
127)(Lihat sediaan suspensi)
Tujuan : Menjamin ke-homogenitas-an sediaan
Prinsip : Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun
distribusi ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai
tempat menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat atau jika sulit
dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat
ditentukan secara visual
Hasil : Suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran
partikel yang relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel.
4. Penentuan Distribusi Ukuran Partikel(Farmasi Fisika hal 430-431)(Lihat
sediaan suspensi)
Tujuan : Menentukan distribusi ukuran partikel sediaan suspensi

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

Prinsip : Menghitung frekuensi ukuran partikel dengan menggunakan mikroskop dan


membuat plot antara frekuensi ukuran terhadap rentang ukuran partikel.
Hasil : Distribusi ukuran yang baik adalah yang menghasilkan kurva distribusi
normal.
5. Penentuan Viskositas dan Aliran Suspensi (Petunjuk Praktikum Farmasi
Fisika 2006, 13-14)
Alat
: Viskometer Brookfield
Tujuan : Menjamin harga viskositas ruahan sesuai dengan spesifikasi dari produk
yang telah ditentukan.
Prinsip : Pengukuran dilakukan pada beberapa kecepatan geser.
Hasil : Viskositas dihitung dengan mengalikan angka pembacaan dengan suatu
faktor yang dapat dikutip dari tabel yang terdapat pada brosur alat.Untuk
mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara ppm dengan usaha yang
dibutuhkan untuk memutar spindle.

Evaluasi kimia
Prosedur evaluasi kimia harus mengacu terlebih dahulu pada data monografi sediaan
(dibuku FI IV atau buku resmi lainnya)
1. Identifikasi
2. Penetapan Kadar

Evaluasi biologi
1. Uji Sterilitas(Lihat sediaan injeksi) (FI IV hal 855) dan (suplemen FI IV hal 1512)
Tujuan : menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan
dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi.
Prinsip : Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan
mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung atau
filtrasi secara aseptik. Media yang digunakan adalah Tioglikonat cairdan
Soybean Casein Digest
Hasil : memenuhi syarat jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba setelah inkubasi
selama 14 hari. Jika dapat dipertimbangkan tidak absah maka dapat
dilakukan uji ulang dengan jumlah bahan yang sama dengan uji aslinya.
2. Uji Efektivitas Pengawet Mikroba (FI IV hal 854)
Tujuan : Menunjukkan efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada
sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair.
Prinsip : Pengurangan jumlah mikroba yang diinokulasikan ke dalam sediaan yang
mengandung pengawet dalam selang waktu tertentu. Mikroba yang
digunakan adalah Candida albicans, Aspergillus niger, Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus, dalam media
Soybean-Casein Digest Agar pada suhu 20-25C selama 28 hari.
Hasil : Suatu pengawet dinyatakan efektif bila:
a. Jumlah bakteri viabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari
0,1 % dari jumlah awal.
b. Jumlah kapang dan khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap
atau kurang dari jumlah awal.

APT ITB MAR2011/2012

JSS
OTM

c. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian
adalah tetap atau kurang dari bilangan yang disebut pada a dan b.Jumlah
bakteri viabel pada hari ke 14 berkurang. Jumlah kapang dan khamir
viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang. Jumlah tiap
mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau
kurang.
3. Penentuan Potensi Antibiotik (khusus jika zat aktif antibiotik)(FI IV hal 892)
dan (suplemen FI IV hal 1519)
Tujuan : Untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama
prosespembuatan larutan dan menunjukkan daya hambat antibiotik
terhadap mikroba.
Prinsip : Penetapan dengan lempeng silider atau cawan dan penetapan dengan cara
tabung atau turbidimetri.
Hasil : Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus
transformasi log dengan prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan uji
linieritas.

3.7 Kesimpulan
Formula dasar untuk membuat obat tetes mata . (sebutkan zat aktifnya) adalah
Zat aktif
Jenis Eksipien 1
Jenis Eksipien 2
Dst

Anda mungkin juga menyukai