JSS
OTM
BAB III
TINJAUAN SEDIAAN (OBAT TETES MATA)
3.1 BENTUK-BENTUK SEDIAAN YANG ADA DALAM PERDAGANGAN
Bentuk sediaan dengan zat aktif .. yang tersedia di pasaran
antara lain adalah:
....................
Bentuk sediaan yang dipilih dalam formulasi ini adalah obat tetes mata.
Tujuan/sasaran penggunaan:
Obat-obat yang digunakan pada produk optalmik dapat dikategorikan menjadi:
miotik, midriatik, siklopegik, anti inflamasi, anti infeksi, anti glaukoma, senyawa
diagnostik, dan anestetik lokal. (Codex hal 160)
Keuntungan:
Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavailabilitas dan
kemudahan penangananan.
Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat
memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu
terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan
efek terapinya. Dengan kata lain suspensi mampu meningkatkan waktu kontak
zat aktif dengan kornea sehingga memberi kerja lepas lambat yang lebih lama
(Ansel, 559).
Kekurangan:
Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas ( 7 L) maka
larutan yang berlebih dapat masuk ke nasal cavity lalu masuk ke jalur GI
menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan.
Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler pada
retina dan iris relatif non permeabel sehingga umumnya sediaan untuk mata
adalah efeknya lokal/ topikal.
waktu diskusi sama Kamel waktu itu, katanya dia udah
nanya sama dosen (tapi lupa siapa) yang keuntungan dan
kelebihan sediaan itu Cuma sediaan kita dibandingkan
dengan sediaan lain. Jadi, bukan semuanya.
Nah.... jadi dikembaliin ke teman2 gmn bagusnya... !
JSS
OTM
R/
Zat aktif
Bahan pembantu :
Pengawet
Pengisotonis
Anti oksidan
Pensuspensi
Surfaktan
Pembasah
Pendapar
Peningkat viskositas
untuk suspensi
PERHITUNGAN TONISITAS
Tonisitas sediaan tetes hidung perlu ditentukan untuk menghasilkan sediaan yang isotonis
sehingga dapat menghindari iritasi pada mukosa hidung.Larutan harus dibuat isotonis atau
sedikit hipertonis dengan penambahan zat pengisotonis.
Contoh perhitungan lihat TS!
1. Metode Penurunan Titik Beku
Turunnya titik beku serum darah atau cairan lakrimal sebesar -0,52C yang setara dengan
0,9% NaCl. Makin besar konsentrasi zat terlarut makin besar turunnya titik beku.
0,52 a
b
METODE I (BPC):
Keterangan :
W =Jumlah (g) bahan pembantu
isotonik dalam 100 mL larutan
a =Turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung dengan memperbanyak nilai
untuk larutan 1% b/v
= penurunan titik beku zat (1% dari TABEL) x kadar obat (%b/v)
b = Turunnya titik beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantu isotonik
jika konsentrasi tidak dinyatakan, a = 0 ( tidak ditambahkan pengisotonis)
Tb
K.m.n.1000
M.L.
METODE II :
Keterangan :
Tb = turunnya titik beku larutan terhadap pelarut murninya
K = turunnya titik beku pelarut
dalam MOLAR (konstanta Kryoskopik air = 1,86 yang
menunjukkan turunnya titik beku 1 mol zat terlarut dalam 1000 g cairan)
m = Zat yang ditimbang (g)
n = jumlah ion
M = berat molekul zat terlarut
JSS
OTM
I
C
METODE WELLS :
Keterangan :
L = turunnya titik beku MOLAL
E 17
L
M
METODE LAIN :
Keterangan :
E = ekivalensi NaCl
L = turunnya titik beku molal = Liso
M = berat molekul zat = BM
3. Metode Liso
Tf Liso
Rumus :
Tf Liso
Berat 1000
BM V
Keterangan :
Tf
= penurunan titik beku
Liso = harga tetapan; non elektrolit =1,86 ; elektrolit lemah =2 ; uni- univalen =3,4
BM
= berat molekul
V
= volume larutan dlm mL
Berat
= dalam gram zat terlarut
DAFTAR NILAI LISO:
Ion type
Lisovalue
Example
Non-electrolyte
1,9
Weak electrolyte
2,0
Divalent-divalent electrolyte
2,0
MgSO4, ZnSO4
Univalent-univalent electrolyte
3,4
NaCl, AgNO3
Univalent-divalent electrolyte
4,3
JSS
OTM
Divalent-univalent electrolyte
4,8
CaCl2, Ca-gluconate
Univalent-trivalent electrolyte
5,2
Na-citrate, K-citrate
Trivalent-univalent electrolyte
6,0
AlCl3, FeCl3
Tetraborate
7,6
Na-borate, K-borate
PERHITUNGAN DAPAR
Kapasitas dapar adalah kemampuan untuk mempertahankan pH dengan penambahan sedikit
asam atau sedikit basa.
Kapasitas dapar harus dihitung untuk melihat kemampuan sediaan menjaga/ mempertahankan
pH pada kondisi kestabilan zat aktif/pH yang diharapkan.
Contoh perhitungan lihat TS!
I.
garam
asam
+
H 3 O
+
H 3 O
Ka+
Ka
=2,3 C
Keterangan:
Pengisotonis
Pendapar
FUNGSI
Melarutkan zat aktif dan eksipien
Mencegah pertumbuhan atau memusnahkan
bakteri yang mungkin masuk pada waktu
wadah dibuka saat digunakan (untuk
penggunaan berulang)
Menghasilkan sediaan yang isotonis
Menjaga pH sediaan pada kondisi kestabilan
zat aktif/pH yang diharapkan
CONTOH
Aqua pro injection
Benzalkonium klorida,
Fenilmerkuri nitrat, thiomersal,
metilparaben, klorobutanol, dll
NaCl, KCl, dekstrosa, gliserol
Dapar fosfat (misal H3PO4 dan
NaH2PO4), dapar sitrat (misal
NaH2 sitrat dan Na2H sitrat)
JSS
OTM
Peningkat
viskositas
Antioksidan
Pengadjust pH
Suspending agent
(*) Surfaktan
HCl, NaOH
Sorbitan, polisorbat, atau
surfaktan lain yang cocok (*)
Polisorbat 80 (Tween 80),
Tween 20, benzetonium
klorida, miristil-gamma
picolinium klorida, polioxil 40stearat, alkil-aril-polietil
alkohol, dioktil sodium
sulfosuksinat, dll
JSS
OTM
Perhitungan
Jumlah yang akan dibuat :
Sediaan yang ditugaskan untuk dibuat sebanyak. (W)botol @
mL, dan ditambah dengan keperluan evaluasi sebanyak : botol
A. LARUTAN
Uji kejernihan dan warna
Uji bahan partikulat
Volume terpindahkan (tidak destruktif)
3 botol
2 botol
30
botol
Penentuan aliran dan viskositas (Hoppler utk larutan jernih)
10
botol
Penampilan dan homogenitas
1 botol
Penetapan pH dan bobot jenis
4 botol
Identifikasi
3 botol
Penetapan kadar
3 botol
Penetapan potensi antibiotika (klo zat aktifnya antibiotik)
... botol
Uji efektifitas pengawet (Klo pake Pengawet)
5 botol
Uji sterilitas
20 botol__+
Total
Z botol
ATAU
B. SUSPENSI
Homogenitas
Distribusi ukuran partikel
Penentuan bobot jenis
1
botol
Penetapan pH
Volume sedimentasi
1
botol
Kemampuan redispersi
1
botol
Penetapan viskositas dan rheologi (min 250 mL sbg kapasitas min visk
Brookfield) ... botol
Volume terpindahkan (tidak destruktif)
30
botol
Identifikasi
3 botol
Penetapan kadar
3
botol
Penetapan potensi antibiotika (klo ZA-nya antibiotik)
... botol
Uji efektifitas pengawet (Klo pake Pengawet)
5
botol
Uji sterilitas
20
botol__+
Total
Z botol
Misalnya : Z-30 = A
Karena uji volume terpindahkan bersifat non destruktif sehingga dapat
digunakan untuk uji evaluasi yang lain.
JSS
OTM
Jika A < 30, maka total sediaan yang dibuat adalah W botol (tugas) + 30
botol = M botol
Jika A > 30, maka total sediaan yang dibuat adalah W botol (tugas)
+ A botol = M botol
Untuk volume terpindahkan, maka volume sediaan yang dibuat
dilebihkan sesuai persyaratan pada FI IV (lihat tabel di FI IV hal. 1044)
Setelah dihitung total volume sediaan yang dilebihkan, volume
digenapkan untuk mengantisipasi kehilangan saat proses pembuatan
Volume tiap botol dilebihkan ....% atau ... mL untuk menjamin ketepatan
volume sediaan setelah dituang dari botol. Persentase penambahan
volume mengacu pada FI IV <1131>, hal 1044.
Volume tiap botol dilebihkan sesuai dengan kelebihan volume yang
dianjurkan dalam FI IV, hal. 1044
Volume yang
Kelebihan volume yang dianjurkan (mL)
tertera dalam
Untuk cairan
Untuk cairan
penandaan (mL)
encer
kental
0,5
0,10
0,12
1,0
0,10
0,15
2,0
0,15
0,25
5,0
0,30
0,50
10,0
0,50
0,70
20,0
0,60
0,90
30,0
0,80
1,20
50,0 atau lebih
2%
3%
Volume sediaan tiap botol = a mL + (... % x a mL atau ... mL) = d mL
Total volume sediaan yang akan dibuat : M botol x d mL = b mL
Perhitungan Tonisitas dan Dapar
(cara perhitungan lihat kit pendukung perhitungan tonisitas dan dapar)
Penimbangan
Formula yang akan dibuat :
Tiap a mL mengandung :
R/
Zat aktif
Zat tambahan 1
Dll
N
o.
1
.
2
Zat tambahan 1
Dll
.
.
.. mg
.. %
JSS
OTM
Ruangan
R. Sterilisasi
(Grey area)
R. Penimbangan
(Grey area)
R. Pencampuran
(Grey area/kelas C)
R. Sterilisasi
(Grey area)
LAF (Laminar Air
Flow)
(White area/kelas A)
R. Evaluasi
(Grey area)
JSS
OTM
No.
1.
2.
Prosedur Pembuatan
Sterilisasi peralatan dan wadah sesuai dengan cara
sterilisasi masing-masing, lalu dimasukkan ke dalam
transfer box.
Timbang semua bahan. Bahan serbuk ditimbang
dengan kaca arloji, bahan cair ditimbang dengan
cawan penguap, lalu tutup dengan aluminium foil.
(tulis nama bahan, jumlah, serta jenis timbangannya
mg atau gram)
Sterilisasi masing-masing bahan dengan cara yang
sesuai (pilih metode sterilisasi yang sesuai dengan
kestabilannya).
- Bahan yang akan disterilisasi awal dengan UV,
diratakan di atas cawan petri lalu dimasukkan ke
dalam transfer box di ruang penimbangan.
Sterilisasi dengan UV selama 30 menit. (cek
lagi benar atau tidak!!)
Ruangan
R. Sterilisasi
(Grey area)
R. Penimbangan
(Grey area)
R. Sterilisasi
(Grey area)
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
10.
11.
12.
R. Evaluasi
(Grey area)
JSS
OTM
No.
1.
ProsedurPembuatan
Ruangan
Sterilisasi alat-alat dan wadah sesuai dengan cara
R. Sterilisasi
sterilisasi masing-masing, lalu dimasukkan ke
(Grey area)
dalam transfer box.
2.
Timbang semua bahan. Bahan serbuk ditimbang
R. Penimbangan
dengan kaca arloji, bahan cair ditimbang dengan
(Grey area)
cawan penguap, lalu tutup dengan aluminium foil.
(tulis nama bahan, jumlah, serta jenis
timbangannya mg atau gram)
3.
Sterilisasi zat berkhasiat (bahan aktif) dan eksipien R. Sterilisasi
dengan cara yang sesuai (pilih metode sterilisasi
(Grey area)
yang sesuai dengan kestabilannya).
4.
Campurkanwetting agent, bahan pengawet, dan
LAF (Laminar Air
bahan pembantu lainnya, dan tambahkan aqua
Flow)
proinjection secukupnya hingga larut, kemudian
(White
ditambahkan zat berkhasiat yang telah digerus
area/kelas A)
sebelumnya dalam mortar steril. Campuran
tersebut dicampurkan ke suspending agent yang
telah dikembangkan sebelumnya.
5.
Tuang suspensi ke dalam gelas kimia yang telah
ditara.
6.
Tambahkan aqua pro injectionhingga 90% dari
volume akhir.
7.
Lakukan IPC. Jika diperlukan adjust pH hingga
dicapai pH target sediaan.
8.
Tambahkan aqua pro injectionhingga batas tara.
9.
Bilas buret dengan larutan yang telah disterilkan.
Larutan yang telah disterilkan dimasukkan ke
dalam buret dan diisikan ke dalam botol OTM, lalu
botol ditutup dan dikeluarkan melalui transfer box.
10.
Botol dikemas dalam dos dan diberi etiket luar.
R. Evaluasi
11.
Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan.
(Grey area)
CATATAN :
PEMBUATAN SUSPENSI OBAT MATA (MIKRONISASI) : SUSPENSI OBAT MATA
DIBUAT SECARA ASEPTIKPENANDAAN PADA ETIKET HARUS TERTERA
TIDAK BOLEH DIGUNAKAN LEBIH DARI 30 HARI SETELAH TUTUP DIBUKA
PENGAWASANDALAM PROSES (IPC/IN PROCESS CONTROL) ga
wajib ada kalo mau ditulis boleh aja
UNTUK OTM BENTUK LARUTAN
1. Pemeriksaan pH(FI IV <1071>, hal 1039-1040) (Suplemen I FI IV
<1071>, hal 1572-1573)
Tujuan : mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk
mengetahui kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
Alat : pH meter.
JSS
OTM
JSS
OTM
JSS
OTM
JSS
OTM
JSS
OTM
Hasil
Untuk cairan yang berwarna (b) lakukan dengan posisi terbalik, wadah
takaran tunggal ditempatkan diatas kertas saring atau kapas. Jika terjadi
kebocoran, maka kertas saring atau kapas akan basah.
: sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak menjadi biru
(prosedur a) dan kertas saring atau kapas tidak basah (prosedur b).
: Viskometer Hoppler
Tujuan : Menjamin harga viskositas ruahan sesuai dengan spesifikasi dari produk
yang telah ditentukan.
Prinsip : Mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung pada suhu tetap
Hasil : Viskositas cairan dapat dihitung dengan rumus:
= B (1 2 ) t
ket :
= viskositas cairan
B = konstanta bola
1= bobot jenis bola
2= bobot jenis cairan
t = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tertentu
8. Penentuan Bobot Jenis(FI IV, hal 1030)
Tujuan : Menjamin bobot jenis sediaan sesuai dengan spesifikasi dari produk yang
telah ditentukan.
JSS
OTM
Prinsip : Membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot air dengan volume
dan suhu yang sama dengan menggunakan piknometer (kecuali dinyatakan
lain dalam monografi, pengukuran ditetapkan pada suhu 25).
Hasil
: Sesuai dengan yang tertera pada monografi.
Untuk tetes hidung suspensi
Evaluasi tetes hidung suspensi sama dengan tetes hidung larutan, kecuali penentuan
bahan partikulat (khusus larutan) dan viskositas (mengikuti bentuk sediaan). Ada
tambahan evaluasi sediaan sbb:
1. Volume Sedimentasi(Disperse System Vol. II, 303)(Lihat sediaan suspensi)
Tujuan : Melihat kestabilan suspensi yang dihasilkan.
Prinsip : Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume asal (Vo)
sebelum terjadi pengendapan.
Hasil : Volume sedimentasi dapat dihitung dengan rumus:
F = Vu/Vo x 100
di mana, semakin tinggi nilai F, sediaan semakin baik.
Semakin besar nilai Vu atau nilai F=1 atau mendekati 1, semakin baik
suspendibilitasnya dan kurva yang terbentuk antara F terhadap waktu
membentuk garis yang horizontal atau sedikit curam. Bila F>1 terjadi flok
sangat longgar dan halus maka perlu zat tambahan.
2. Kemampuan Redispersi(Disperse System Vol. II, 304)(Lihat sediaan suspensi)
Tujuan : Mengamati kemampuan redispersi sediaan,untuk memperkirakan
penerimaan pasien terhadap suatu suspensi, di mana endapan yang
terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan
sedang agar menghasilkan sistem yang homogen.
Prinsip : 100 mL Suspensi yang telah tersedimentasi dimasukkan ke dalam tabung
silinder, lalu dirotasikan 360 pada 20 rpm.
Hasil : Kemampuan redispersi baik bila dasar silinder bebas dari sedimentasi, atau
suspensi telah terdispersi sempurna.
3. Penentuan Homogenitas(Goeswin Agus, Tekno farmasi liquida dan semisolida,
127)(Lihat sediaan suspensi)
Tujuan : Menjamin ke-homogenitas-an sediaan
Prinsip : Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun
distribusi ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai
tempat menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat atau jika sulit
dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat
ditentukan secara visual
Hasil : Suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran
partikel yang relatif hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel.
4. Penentuan Distribusi Ukuran Partikel(Farmasi Fisika hal 430-431)(Lihat
sediaan suspensi)
Tujuan : Menentukan distribusi ukuran partikel sediaan suspensi
JSS
OTM
Evaluasi kimia
Prosedur evaluasi kimia harus mengacu terlebih dahulu pada data monografi sediaan
(dibuku FI IV atau buku resmi lainnya)
1. Identifikasi
2. Penetapan Kadar
Evaluasi biologi
1. Uji Sterilitas(Lihat sediaan injeksi) (FI IV hal 855) dan (suplemen FI IV hal 1512)
Tujuan : menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan
dengan uji sterilitas seperti tertera pada masing-masing monografi.
Prinsip : Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan
mikroba pada inkubasi bahan uji menggunakan cara inokulasi langsung atau
filtrasi secara aseptik. Media yang digunakan adalah Tioglikonat cairdan
Soybean Casein Digest
Hasil : memenuhi syarat jika tidak terjadi pertumbuhan mikroba setelah inkubasi
selama 14 hari. Jika dapat dipertimbangkan tidak absah maka dapat
dilakukan uji ulang dengan jumlah bahan yang sama dengan uji aslinya.
2. Uji Efektivitas Pengawet Mikroba (FI IV hal 854)
Tujuan : Menunjukkan efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada
sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair.
Prinsip : Pengurangan jumlah mikroba yang diinokulasikan ke dalam sediaan yang
mengandung pengawet dalam selang waktu tertentu. Mikroba yang
digunakan adalah Candida albicans, Aspergillus niger, Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus, dalam media
Soybean-Casein Digest Agar pada suhu 20-25C selama 28 hari.
Hasil : Suatu pengawet dinyatakan efektif bila:
a. Jumlah bakteri viabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari
0,1 % dari jumlah awal.
b. Jumlah kapang dan khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap
atau kurang dari jumlah awal.
JSS
OTM
c. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian
adalah tetap atau kurang dari bilangan yang disebut pada a dan b.Jumlah
bakteri viabel pada hari ke 14 berkurang. Jumlah kapang dan khamir
viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang. Jumlah tiap
mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau
kurang.
3. Penentuan Potensi Antibiotik (khusus jika zat aktif antibiotik)(FI IV hal 892)
dan (suplemen FI IV hal 1519)
Tujuan : Untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama
prosespembuatan larutan dan menunjukkan daya hambat antibiotik
terhadap mikroba.
Prinsip : Penetapan dengan lempeng silider atau cawan dan penetapan dengan cara
tabung atau turbidimetri.
Hasil : Potensi antibiotik ditentukan dengan menggunakan metode garis lurus
transformasi log dengan prosedur penyesuaian kuadrat terkecil dan uji
linieritas.
3.7 Kesimpulan
Formula dasar untuk membuat obat tetes mata . (sebutkan zat aktifnya) adalah
Zat aktif
Jenis Eksipien 1
Jenis Eksipien 2
Dst