Anda di halaman 1dari 24

ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

Pendahuluan
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua
jenis kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar
tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada
janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian
suntikan imunologlobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan di
metabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG misalnya adalah 28 hari, sedangkan
waktu paruh imunologlobulin lainnya lebih pendek. Kekebalan aktif adalah
kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti
imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung
lebih lama karena adanya memori imunologik.10
Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang, dan menghilangnya penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada
imunisasi cacar. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadii pada jenis
penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya penyakit
difteria.3,5,10

JADWAL IMUNISASI REKOMENDASI IDAI


Jadwal

Imunisasi

IDAI

secara

berkala

akan

dievaluasi

untuk

penyempumaan, berdasarkan pada hasil penelitian mengenai perubahan pola


penyakit, kebijakan Depkes/WHO, kebijakan global, dan pengadaan vaksin di
Indonesia.

Jadwal imunisasi tahun 2004 berbeda dengan jadwal vaksin terdahulu pada
interval DTP-l, 2, 3 dan polio l, 2, 3 serta interval hepatitis B ke-2 dan ke-3.
Perubahan ini dilakukan berdasarkan bukti bahwa pada interval pemberian
vaksin yang diperbaharui tersebut menghasilkan imunogenisitas yang
maksimal.

Jadwal baru ini mempermudah pada pemberian vaksin kombinasi, khususnya


vaksin kombinasi DTP dengan Hib (DTP/Hib).

Jadwal imunisasi Program Nasional Depkes tetap dapat dipergunakan bersama


jadwal imunisasi IDAI.2,8,10

Imunisasi yang diwajibkan (PPI)


Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG, polio, hepatitis B, DTP, dan
campak.
BCG(Bacillus Calmette Guerine)
Gambar
Vaksin BCG & pelarut

Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tuberkulosis.
Kontra indikasi:

Adanya penyakit kulit yang berat/menahun


seperti: eksin, furunkulosis dan sebagainya.

Mereka yang sedang menderita TBC.

Reaksi sesudah imunisasi BCG


1.Reaksi normal lokal

2 minggu

:indurasi, eritema kemudian menjadi pustula

3 - 4 minggu :pustula

pecah

menjadi

ulkus

(tidak

perlu

pengobatan)

8 - 12 minggu :ulkus menjadi scar diameter 3 - 7 mm

2.Reaksi pada kelenjar

Merupakan respon selular pertahanan tubuh

Kadang terjadidi kel.axilla dan supraklavikula

Timbul 2 - 6 bulan sesudah imunisasi

Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)

Akan mengecil 1 - 3 bulan kemudian tanpa pengobatan

Komplikasi
1. Abses ditempat suntikan

Abses bersifat tenang (cold abses) sehingga tidak perlu terapi

Abses matang aspirasi

2. Limfadenitis Supurativa

Oleh karena suntikan subkutan atau dosis tinggi

Terjadi 2 - 6 bulan sesudah imunisasi

Bila telah matang di aspirasi

Terapi tuberkulostatika mempercepat pengecilan

Reaksi pada yang pernah tertular TBC:

Koch phenomen-Reaksi lokal BCG berjalan cepat (2 - 3 hari sesudah


imunisasi),4 - 6 minggu timbul scar.

Imunisasi bayi > 2 bulan, dilakukan tes Tuberkulin (Mantoux):

Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan kuman TBC

Menyuntikkan 0,1 ml PPD didaerah flexor lengan bawah secara intrakutan

Pembacaan dilakukan setelah 48 - 72 jam penyuntikan

Diukur besarnya diameter indurasi ditempat suntikan

< 5 mm

:negatif

6 - 9 mm

:meragukan

> 10 mm

:positif

Test Mantoux (-) : Imunisasi


(+) :pemeriksaan TBC

Meragukan: Ulang 2 minggu

Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya untuk
mencapai cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi BCG,
pada umur 0-l2 bulan, tetap disetujui.

Dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml,
diberikan secara intrakutan di daerah insersio M.deltoidus kanan. WHO tetap
menganjurkan pemberian vaksin BCG di insersio M.deltoidus kanan dan tidak
di tempat lain (bokong. paha), penyuntikan secara intradermal di daerah
deltoid lebih mudah dilakukan (tidak tepat lemak subkutis yang tebal), ulkus
yang terbentuk tidak membantu struktur otot setempat (dibandingkan
pemberian di daerah gluteal lateral atau paha anterior), dan sebagai tanda baku
untuk keperluan diagnosis apabi!a diperlukan.

Vaksin BCG ulang tidak dianjurkan oleh karena menfaatnya diragukan


mengingat (1) efektivitas perlindungan hanya 40%, (2) sekitar 70% kasus
Tuberkulosis berat (meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, dan (3) kasus
dewasa dengan BTA (bakteri tahan asam) positif di Indonesia cukup tinggi
(23-36%) walaupun mereka telah mendapat BCG pada masa kanak-kanak.
Saat ini sedang dikembangkan vaksin BCG baru yang lebih efektif.

Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, mereka tidak diberikan pada pasien
munokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau
pada infeksi HIV).

Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu.2,6,10,14,20

Hepatitis B
Program vaksin hepatitis B (hepB) segera setelah lahir perlu lebih
digalakkan, mengingat vaksinasi ini merupakan upaya yang sangat efektif untuk
memutuskan rantai transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.
Gambar
Kemasan Vaksin
Hep B

Diskripsi:
Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus yang telah
diinaktivasikan dan bersifat non-infecious, berasal
dari HbsAG yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi
DNA rekombinan. (Vademecum Bio Forma Jan
2002)

Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis B.
Kontra indikasi:
Hipersensitif terhadap komponen vaksi. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,
vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat

Efek Samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembekakan disekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari.
Jadwal imunisasi hepatitis B

Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir,


mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis
dengan resiko transmisi maternal kurang lebih sebesar 45%.

Hepatitis B-2 diberikan dengan interval 1 bulan dari hep B-1 (saat
bayi berumur 1 bulan). Untuk mendapatkan respons imun optimal interval
hepB-2 dan hepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka hepB-3
diberikan 2-5 bulan setelah hepB-2 yaitu pada umur 3-6 bulan.

Jadwal pemberian hepB-l saat bayi lahir, dibuat berdasarkan status


HbsAG positif yaitu ibu dengan status HbsAG yang tidak diketahui, ibu
HbsAG positif atau ibu HbsAG negatif.

Departemen Kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin


hepB-1 monoivalen (uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin
kombinasi DTwP/HepB pada umur 2-3-4 bulan.

Hepatitis B saat bayi lahir

Baru lahir dari ibu dengan status HbsAG yang tidak diketahui,
hepB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dan dilanjutkan
pada umur 1 dan atara umur 3-6 bulan. Apabila semula status HbaAG ibu
tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa
ibu

HbsAG

positif

maka

dapat

diberikan

HBIg

(hepatitis

imunoglobulin) 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.

Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAG-B ibu positif, dalam
waktu 24-48 jam setelah lahir bersamaan dengan vaksin HepB-I diberikan
juga HBIg 0,5 ml.

Ulangan vaksinasi hepatitis B

Telah dilakukan suatu penelitian multisenter di Thailand dan


Taiwan terhadap anak dari ibu pengidap hepatitis B yang telah
memperoleh imunisasi dasar 3x pada masa bayi. Pada umur 5 tahun,
sejumlah 90,7% diantaranya masih memiliki titer antibodi anti HBs yang
protektif (titer anti HBs>10ug/ml). Mengingat pola epidemiologi hepatitis
B di Indonesia mirip dengan pola epidemiologi di Thailand, maka dapat
disimpulkan bahwa imunisasi ulang (booster) pada usia 5 tahun tidak
diperlukan. Idealnya, pada usia ini dilakukan pemeriksaan anti HBs.

Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah


memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan (catch-up
vaccination).

Ulangan imunisasi hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12


tahun. apabila titer pencegahan tercapai (catch-upimmunization).2,6,10,15,20

DTwP dan DTaP


Gambar
Vaksin DPT
Diskripsi:
Vaksin jerap DPT (DifteriPertusis Tetanus) adalah
vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus
yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah
diinaktivasi.

Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan
tetanus.

Cara pemberian dan dosis:

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu


agar suspensi menjadi homogen.

Disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml


sebanyak 3 dosis.

Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis


selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan).

Kontra indikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang
mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus
dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat
diberikan DT.
Efek Samping
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, kemerahan, pada
tempat penyuntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi,
iritabilitas, dan merancau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.
Jadwal Imunisasi

Imunisasi DTwP dan DTaP dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan
(DTwP atau DTaP tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan
interval 4-6 minggu, DTwP atau DTaP-1 diberikan pada umur 2 bulan,
DTwP atau DTaP-2 pada umur 3 bulan dan DTwP atau DTaP-3 pada umur
4 bulan. Ulangan selanjutnya (DTwP atau DTaP-4) diberikan satu tahun
setelah DTwP atau DTaP-3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DTwP atau
DTaP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun.

Vaksinasi ulangan

Pada booster umur 5 tahun dianjurkan tetap diberikan vaksin dengan


komponen partusis (DTwP atau DTaP), mengingat kejadian pertusis pada
dewasa muda penularan pada bayi dan anak.

Sejak tahun 1998, DT-5 diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah.


Ulangan DT-6 diberikan pada usia 12 tahun, mengingat masih dijumpai
kasus difteria pada umur lebih dari 10 tahun.

Sebaiknya ulangan DT-6 pada umur 12 tahun diberikan dT (adult dose),


tetapi di Indonesia dT tidak ada di pasaran.

Dosis Vaksinasi DTP

DTwP atau DTaP atau DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk
imunisasi dasar maupun ulangan.2,3,5, 10,13,20

Tetanus
Gambar
Vaksin TT

Diskripsi:
Vaksin jerap TT (TetanusToksoid) adalah vaksin
yang mengandung toxoid tetanus yang telah
dimurnikan dan teradsorbsi kedalam 3 mg/ml
aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan
sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin
mengandung

potensi

sedikitnya

40

IU.

Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi


yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS
(Wanita Usia Subur) atau ibu hamil, juga untuk
pencegahan tetanus pada ibu bayi.
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.
Cara pemberian dan dosis:

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok


terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.

Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal


terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intra muskular atau

subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu.


Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk
mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka
dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis keempat dan kelima diberikan dengan
interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ketiga dan keempat.
Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan
pada periode trimester pertama.
Kontra indikasi:
Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT.
Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas, dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang
gejala demam.
Jadwal Imunisasi

Jadwal imunisasi tetanus, sesuai dengan imunisasi difteria dalam vaksin


DTwP atau DTaP

Perkiraan lama waktu perlindungan antibodi tetanus.


Program imunisasi mengharuskan seorang anak minimal mendapat vaksin
tetanus toksoid sebanyak 5 kali untuk memberikan perlindungan seumur
hidup. Dengan demikian, pada saat wanita usia subur telah mendapat
perlindungan untuk beyi yang akan dilahirkan terhadap bahaya tetanus
neonatorum. Perlindungan tersebut dapat diperoleh dengan cara sebagai
berikut:
-

Imunisasi DTwP atau DTaP pada bayi 3 kali (3 dosis) akan


memberikan imunitas selama 1-3 tahun. Dari 3 dosis toksoid tetanus
pada bayi tersebut, diperkirakan setara dengan 2 dosis toksoid pada
anak yang lebih besar atau dewasa.

Ulangan DTP pada umur 18-24 bulan (DTP 4) akan memperpanjang


imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun, pada umur
dewasa dihitung setara dengan 3 dosis toksoid.

10

Dosis toksoid tetanus kelima (DTP/DT 5) bila diberikan pada usia


masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi yaitu pada
sampai umur dewasa dihitung setara 5 dosis toksoid.

Upaya ETN dengan target sasaran TT 5 kali juga dilakukan pada anak
sekolah.

Dosis vaksin DTP dan TT diberikan dengan dosis 0,5 ml secara


intrmaskular.2,3,10

Polio
Gambar
Vaksin Polio

Diskripsi:
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio
Trivalent

yang

terdiri

dari

suspensi

virus

poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain Sabin) yang


sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan
ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
(Vademecum Bio Forma Jan 2002)
Indikasi:
Untuk
(OPV)

pemberian

kekebalan

aktif

terhadap

poliomielitis.
Cara pemberian dan dosis:

Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis


adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis)
pemberian, dengan interval setiap dosis minimal
4 minggu.

(IPV)

Setiap membuka vial baru harus menggunakan


penetes (dopper) yang baru.

Kontra indikasi:
Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek yang
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan
dapat diberikan setelah sembuh.
Efek Samping

11

Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralis yang
disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.
Pada saat ini telah beredar di Indonesia IPV (Inactivated Polio Vaccine)
disamping OPV (Oral Polio Vaccine) yang telah kita kenal selama ini. Vaksin IPV
berisi antigen polio (polio 1,2, dan 3) yang telah mati, sedangkan OPV berisi virus
polio hidup. Kedua vaksin polio tersebut dapat dipakai secara bergantian. Vaksin
IPV dapat diberikan pada anak sehat, maupun yang menderita imunokompromais.
Dapat pula diberikan dalam waktu bersamaan dengan vaksin DTP.

Jadwal
-

Polio-O diberikan saat bayi lahir, karena Indonesia merupakan daerah


endemik polio maka sesuai pedoman program imunisasi nasional
untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang lebih tinggi diperlukan
tambahan imunisasi polio yang diberikan setelah lahir. Mengingat
OPV berisi virus polio hidup maka dianjurkan diberikan saat bayi
meninggalkan rumah sakit/ rumah bersalin agar tidak mencemari bayi
lain karena virus polio vaksin dapat diekskresi melalui tinja. Untuk
keperluan ini , IPV dapat menjadi alternatif.

Untuk imunisasi dasar polio (polio 2,3,4), interval diantaranya tidak


kurang dari 4 minggu.

Dosis OPV, 2 tetes per-oral sedangkan IPV dalam kemasan 0,5 ml,
intramuskular.

Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-4,


selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).2,9,19,20

Campak
Gambar
Vaksin Campak
dan Pelarut

Diskripsi:
Vaksin campak merupakan vaksin virus yang
dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung
tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain

12

CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu


kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
campak.
Cara pemberian dan dosis:

Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih


dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril
yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan
pelarut.

Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara


subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11
bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7
tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up campaign
campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1 6.

Kontra indikasi:
Individu yang mengidap penyakit Immune deficiency atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
Efek Samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8 12 hari setelah vaksinasi.

Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara


subkutan, pada umur 9 bulan.

Hasil penelitian litbangkes Depkes 2000, didapatkan bahwa titer antibodi


campak pada anak usia sekolah 10-12 tahun hanya tinggal 50%
diantaranya yang masih mempunyai antibodi campak diatas ambang
pencegahan. Sedangkan 28,3% diantara kelompok usia 5-7 tahun pernah
menderita campak walaupun sudah diimunisasi saat bayi. Berdasarkan hal
tersebut dianjurkan pemberian imunisasi campak ulang pada saat masuk

13

sekolah dasar (5-6 tahun). Namun apabila telah mendapat vaksinasi MMR
pada usia 15-18 bulan, ulangan campak umur 5 tidak diperlukan.
Imunisasi yang di anjurkan
Imunisasi yang dianjurkan kepada bayi/anak namun belum masuk ke
dalam program imunisasi nasional adalah MMR, Hib, tifoid, hepatitis A, varisela
dan influenza. 1,2,9,10,20
MMR

Virus campak Schwarz hidup dilemahkan dlm embrio ayam

Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam

Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia

Simpan 2 - 8 C,

Kontra indikasi

imunodepresi, alergi telur, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda


6 12 minggu), alergi neomisin, kanamisin.

Vaksin MMR diberikan pada umur 15-18 bulan dengan dosis satu kali 0,5
ml, secara subkutan.

MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan


imunisasi lainnya.

Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada umur 12-18
bulan imunisasi campak-2 pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan.

14

Ulangan diberikan pada umur 10-12 tahun atau 12-18 tahun. 1,2,9,10,20

Haemophilus Influenza tipe b (Hib)

Terdapat dua jenis vaksin Hib konjugasi yang beredar di Indonesia yaitu:
PRP-T dan PRP-OMP (PRP outer membrane protein complex)

Jadwal imunisasi
-

Vaksinasi PRP-T diberikan pada umur 2,4 dan 6 bulan.

Vaksin PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6


bulan) tidak diperlukan.

Vaksin Hib dapat diberikan secara bersamaan dengan DTwP atau DTaP
dalam bentuk vaksinasi kombinasi.

Dosis
-

Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuskular.

15

Tersedia vaksin kombinasi DTwP/Hib atau DTaP/Hib (vaksin


kombinasi berisi vaksin PRP-T) dalam kemasan Prefilled syringe 0,5
ml.

Ulangan
-

Vaksin Hib baik PRP-T ataupun PRP-OMP pada umur 18 bulan

Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan 1 kali.
1,2,9,10,20

Deman Tifoid

Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksin suntik (polisakarida) dan


oral. Vaksin capsular Vi polysaccharide diberikan intramuskular atau
subkutan pada umur lebih dari 2 tahun, ulangan di lakukan setiap 3 tahun.

Tifoid oral diberikan pada umur lebih dari 6 tahun, dikemas dalam 3 dosis dengan
interval selang sehari (hari 1,3, dan 5). Imunisasi ulangan dilakukan setiap 3-5
tahun. Vaksin oral pada umumnya diperlukan untuk turis yang akan berkunjung ke
daerah endemis tifoid. 1,2,9,10,20
Hepatitis A

16

Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang terpajan (under


exposure).

Jadwal imunisasi
-

Vaksin hep A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun.

Vaksin kombinasi hepB/hepA tidak diberikan pada bayi kurang dari 12


bulan. Maka vaksin kombinasi diindikasikan pada anak umur lebih
dari 12 bulan, terutama untuk catch-up immunization yaitu mengejar
imunisasi hepB sebelumnya atau vaksin hepB yang tidak lengkap.

Dosis pemberian
-

Dosis 720 U diberikan dua kali dengan interval 6 bulan, intramuskular


di daerah deltoid.

Kombinasi hepB/hepA (berisi hepB 10 mgr dan hepA 720 ) dalam kemasan
prefilled syringe 0,5 ml intramuskular. 1,2,9,10,20
Varisela

Kesepakatan Satgas Imunisasi IDAI

17

Efektif vaksin tidak diragukan lagi, namun cakupan imunisasi tinggi


oleh karena harganya masih mahal sehingga belum terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat, maka imunisasi rutin belum dapat
terlaksana.

Pada cakupan yang rendah, dapat mengubah epidemiologi penyakit


dari masa anak ke dewasa (pubertas), sehingga akibatnya angka
kejadian varisela orang dewasa akan meningkat dibandingkan anak.

Diketahui bahwa dampak penyakit varisela pada orang dewasa lebih


berat daripada anak, apalagi terjadi pada masa kehamilan dapat
mengakibatkan bayi menderita sindrom varisela konginetal dengan
angka yang tinggi.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka imunisasi varisela diberikan


pada anak yang lebih besar, namun kurang dari 13 tahun.

Jadwal imunisasi
-

Untuk menghindarkan perubahan penyakit tersebut, pada saat ini


imunisasi varisela direkomendasikan pada umur 10-12 tahun yang
belum terpajan.

Untuk anak yang mengalami kontak dengan pasien varisela, vaksinasi


dapat mencegah apabila diberikan dalam kurun 72 jam setelah kontak.

Dosis
-

Dosis 0,5 ml, subkutan, satu kali.

Untuk umur lebih dari 13 tahun atau dewasa, diberikan 2 kali dengan jarak 4-8
minggu. 1,2,9,10,20
Vaksin kombinasi

18

Gambar :DPaT + Hib

gambar: DPwT + Hib

(Infanrix-Hib ,Tetract-Hib )

Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib

Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib

DPwT/DPaT : dalam vial

Hib dalam PFS (prefilled syringe)

Sebelum disuntikkan, dicampur dengan menyedot DPwT/DPaT ke dalam


PFS Hib

Kontra indikasi

Sama dengan komponen masing-masing vaksin.1,20

Vaksin Pneumokokus

Mencegah IPD (Invasive Pneumococcus Diseases)

Septikemia / bakteremia

Pneumonia

Meningitis

Mencegah Non IPD :

Otitis media

Sinusitis

Konjugasi antigen dengan protein difteria

T cell dependent cell memory (+)

kekebalan bertahan lama

19

Jadwal : 2, 4, 6, 12 -15 bulan. 1,20

RINGKASAN IMUNISASI BERDASARKAN UMUR PEMBERIAN


Saat
lahir

Hepatitis B-1

Polio-O
1
bulan
0-2
Bula
n
2
bulan

4
bulan

Hepatitis
B-2
BCG
DPT-1

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan


pada umur 1 dan 6 bulan, apabila status HbsAg-B bersamaan dengan
vaksin HB-1. apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui
bahwa ibu HsbAg positif maka masih dapat diberikan HB-lg 0,5 ml
sebelum bayi berumur 7 hari
Polio-O diberikan saat kunjung pertama. Untuk bayi yang lahir di
RB/RS polio oral diberikan pada saat bayi dipulangkan (untuk
menghindari btransmisi virus vaksin kepada bayi lain).
HB-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1
bulan
BCG dapat diberikan sejak lahir. apabila BCG akan diberikan pada
umur>3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin lebih dulu dan
BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
DTP diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan
DTwP atau DTaP atau diberikan secara kombinasi.

Hib-1

Hib diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan Hib dapat
diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP.

Polio-1
DPT-2

Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1


DTP-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2.
Atau:
Dikombinasikan dengan Hib-2.

Hib-2
6
bulan

Polio-2
DTP 3
Hib 3
Polio 3

Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2


DTP 3 diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib 3 (PRPT).Apabila mempergunakan Hib OMP,Hib 3 pada umur 6 bulan tidak
perlu diberikan. Polio 3 diberikan bersamaan dengan DTP 3.

6
bulan
9

Hepatitis
B-3
Campak

HB-3 diberikan umur 3-6 bulan. Untuk mendapat respons imun


optimal interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan. Campak-2 pada SD kls 1,

20

bulan
15-18
bulan

MMR
Hib-4
DTP-4

18
bulan
2
tahun
2-3
tahun

Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).


DTP-4 (DTwP atau Dtap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3

Polio-4
Hepatitis A
Tifoid

5
tahun
6
tahun
10
tahun

umur 6 tahun. Apabila telah mendapat MMR pada umur 15 bulan,


Campak-2 tidak perlu diberikan.
Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapat imunisasi campak,
MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.

DTP-5
Polio-5
MMR
dT/TT
Varisela

Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4


Vaksin HepA direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan dua
kali dengan interval 6-12 bulan.
Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2
tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3
tahun.
DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwP/DTaP)
Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5
Diberikan untuk cath-up immunization pada anak yang belum
mendapat MMR-1
Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk
mendapat imunitas selama 25 tahun
Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

JADWAL IMUNISASI TIDAK TERATUR


Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang sudah disepakati. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk
melanjutkan imunisasi. Vaksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi
hilang manfaatnya tetapi tetap sudah menghasilkan respons imunologi
sebagaimana yang diharapkan tetapi belum mempunyai antibodi yang optimal.
Dengan perkataan lain anak belum mempunyai antibodi yang optimal karena
belum mendapat imunisasi lengkap, sehingga kadar antibodi yang dihasilkan
masih dibawah kadar ambang perlindungan untuk kurun waktu yang panjang (life
long immunity) sebagaimana bila imunisasinya lengkap. Dengan demikian kita
harus menyelesaikan jadwal imunisasi dengan melanjutkan imunisasi yang belum
selesai.10,18,19
Tabel : Rekomendasi jadwal untuk vaksinasi yang tidak teratur.2,7,9
BCG

Umur <12 bulan, boleh diberikan kapan saja. Umur >12 bulan, imunisasi kapan

21

DTwP atau
DTaP

Polio oral
Campak
MMR
Hepatitis B

Hib

saja namun sebaiknya dilakukan terlebih dahulu uji tuberkulin apabila negatif
berikan BCG dengan dosis 0,1 ml intrakutan
Bila dimulai dengan DTwp boleh dilanjutkan dengan DTaP. Berikan dT pada
anak >7 tahun, jangan DTwP atau DTaP apabila vaksin tersedia. Bila terlambat,
jangan mengulang pemberian dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi
seperti jadwal, tidak peduli berapapun jarak waktu /interval keterlambatan dari
pemberian sebelumnya. Bila belum pernah imunisasi dasar usia <12 bulan,
imunisasi diberikan sesuai imunitas dasar baik jumlah maupun intervalnya. Bila
pemberian ke-4 sebelum ulang tahun ke-4, maka pemberian ke-5 secepatnya 6
bulan sesudahnya. Bila pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun, maka pemberian
ke-5 tidak perlu lagi
Bila terlambat, jangan mengulang pemberian dari awal tetapi lanjutkan dan
lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak perduli berapapun jarak wawktu/interval
keterlambatan dari pemberian sebelumnya.
Umur antara 9-12 bulan, berikan kapan saja saat bertemu
Umur anak 1 tahun/lebih, berikan MMR
Bila sampai dengan umur 12 bulan belum dapat vaksin campak, MMR bisa
diberikan kapan saja setelah berumur 1 tahun
Bila terlambat, jangan mengulang pemberian dari awal, tetapi lanjutkan dan
lengakapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapapun jarak/interval dan
pemberian sebelumnya. Anak dan remaja yang belum pernah imunisasi hepatitis
B pada masa bayi, bisa mendapatkan serial imunisasi hepatitis B kapan saja saat
berkunjung.
Usia saat ini
Riwayat imunisasi
Rekomendasi imunisasi
(bulan)
6 11
1 dosis
1x umur 6-11 bulan
Ulangan 1x setelah 2 bulan
Atau 12-15 bulan
12 14

2 dosis sebelum umur 12


bulan

12 14

1 dosis sebelum umur 12


bulan
Jadwal tidak lengkap

15 59

Berikan 1 dosis
Berikan 2 dosis interval 2
bulan
Berikan 1 dosis

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Damayanti dian. 2008. Imunisasi Non PPI. Jember: FK UNEJ
2. Departemen Kesehatan R.I. 2006. Modul Materi Dasar 1
Kebijakan Program Imunisasi.Jakarta
3. Ganardi. 2000.Imunisasi. Jakarta: Media dika
4. http--vinadanvani_files_wordpress_comalat_suntik_imunisasi_html
5.

IDAI.2008.Tentang imunisasi.html
6. Nurida. 2008. Program Imunisasi di Puskesmas. Jember: RSUD
Soebandi
7. Notoatmodjo. 2003Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.
8. Pusponegoro.2004.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Jakarta: IDAI
9. Prasetyo R. 2008. Pedoman Imunisasi Puskesmas. Jember:FK
UNEJ
10. Ranuh et al.2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia edisi
kedua.Jakarta:IDAI
11. World Health Organization.2004.Imunization in
Practice.Geneva, Switzerland.
12. www.medicine.ukm. /wiki/ /Imuniti
13. www.mentorhealthcare.com
14. www. Medicine Tuberkulosis pada Anak.html
15. www.pijar/IMUNISASI.html
16.www.moh.gov/panduan Hib.html
17. www.wikipedia/ensiklopedia/jadwal imunisasi.html
18. Untoro.2008.Siapa yang tidak boleh imunisasi.Jakarta
19. www. Paradigma public health/Isu mutakhir Imunisasi.com
20. www.Biofarma/vaksin.com

23

24

Anda mungkin juga menyukai