Anda di halaman 1dari 69

Makalah Kasus I

Post Partum
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Reproduksi II

Dosen Tutor

: Ermiati S. Kp., M. Kep., Sp. Mat.

Tutor

: 3 (Tiga)

Chair

: Tiara Nurrachmi P

Scribber 1

: Viska Ayu Nirani

Scribber 2

: Nurviana Novianti
Anggota Kelompok

Irma Tri Mulia

220110120003

Entri Aprilia

220110120096

Nurviana Novianti

220110120018

Tiara Nurrachmi P

220110120101

Viska Ayu Nirani

220110120026

Era Sucia

220110120146

Tanty Yulianti

220110120028

Widya Dahlia J

220110120154

Rika Riyanti T

220110120064

Farisa Herswandani

220110120152

Rouly Rosdiani

220110120085

Lathifani Azka220110120162

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
BAB I
TINJAUAN TEORI
1.1

Adaptasi Fisiologis Ibu Post Partum


1.1.1 Sistem reproduksi
a. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Penurunan rata-rata adalah 1 cm
setiap hari dari PP sampai keadaan seperti sebelum hamil. Perubahan
ukuran uterus tersebut yaitu:
1. Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr
2. Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat
dengan berata uterus 750 gr.
3. Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan pusat
simpisis dengan berat uterus 500 gr.
4. Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gr.
5. Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat
uterus 50g.
b. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Menurut Jones (2006), istilah lochea digunakan
untuk discharge yang keluar dari traktus genetalis setelah melahirkan
selam 3 sampai 4 hari. Lokhea terdiri darah dan sisa sisa jaringan
trofoblas, terutama dari tempat plasenta. Sifat lokhea berubah ketika
trombosis pembuluh darah di tempat itu mengalami organism. Warnanya
menjadi coklat kemerahan dan hari ke 3 sampai hari ke 12 tetapi setelah
itu, ketika kebanyakan rongga endometrium telah tertutup oleh
epithelium, lokhea menjadi berwarna kuning. Kadang -kadang trombosit

pada ujung pembuluh darah dan mengeluarkan darah sehingga lokhea


menjadi merah selama beberapa hari lagi.
Macam macam lochea menurut Varney (2008: 960) adalah:
(1) Lochea Rubra
Cairan yang keluar pada hari ke 1 sampai hari ke 3 post partum,
berwarna merah karena mengandung darah dan desidua.
(2) Lochea Sanguinolenta
Cairan yang berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung
dari hari ke 4-7.
(3) Lochea Serosa
Cairan yang keluar pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum,
berwarna merah muda, kuning, lochea serosa mengandung cairan
serosa jaringan desidua, leukosit dan eritrosit.
(4) Lochea Alba
Cairan yang keluar pada minggu ke 2 sampai minggu ke 6, warnanya
lochea alba putih cream dan terutama mengandung leukosit dan
desidua.
c. Serviks
Serviks menjadi lunak setelah ibu melahirkan. Delapan belas jam
pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat
dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus
tetap edematosa, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu
melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol ke vagina)
terlihat memar dan sedikit laserasi kecil. Muara serviks eksterna tidak
akan terbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan, tetapi terlihat
memanjang seperti suhu celah. Setelah itu serviks akan mengalami
involusi bersama-sama uterus. Pasca persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan,
serviks menutup.
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami
beberapa derajat edema dan memar serta celah pada introitus. Setelah

satu atau dua hari pertama pasca partum tonus otot vagina kembali, celah
vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema. Vagina menjadi
berdinding lunak, lebih besar dari biasanya dan umumnya longgar.
Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu
ketiga pasca partum. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada
post partum hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian
besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum
melahirkan.
f. Payudara
Laktasi di mulai pada semua wanita dengan perubahan hormone
saat melahirkan. Apakah wanita memilih menyusui atau tidak, ia dapat
mengalami konsepsi payudara selama beberapa hari pertama pasca
partum karena tubuhnya mempersiapkan untuk memberikan nutrisi
kepada bayi. Wanita yang menyusui berespon terhadap menstimulus bayi
yang disusui akan terus melepaskan hormone dan stimulus alveoli yang
memproduksi susu. Bagi wanita yang memilih memberikan makanan
formula, involusi jaringan payudara terjadi dengan menghindari
stimulasi.
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada
kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi ini. Perubahan pada
payudara dapat meliputi:
(1) Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mamae
dan lemak.
(2) Pada duktus laktiferius terdapat cairan yang kadang-kadang dapat
dilekukkan berwarna kuning (kolostrum).
(3) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari
ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.
(4) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan
hormon prolaktin setelah persalinan.

(5) Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian


dalam mamae, perubahan vena berdilatasi dan tampak dengan jelas.
Tanda ini merupakan pula salah satu tanda tidak pasti untuk
membantu diagnosis kehamilan.
(6) Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone
terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-hormon hipofisis
kembali antara lain laktogenik hormon (prolaktin) yang akan di
hasilkan pula. Mamae yang telah dipersiapkan pada masa hamil
terpengaruhi dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu. Pengaruh
oksitosin

mengakibatkan

mioepitelium

kelenjar-kelenjar

susu

berkonsentrasi sehingga air susu keluar.


(7) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses
laktasi
1.1.2

Sistem Gastrointestinal
Motilitas dan tonus otot sistem gastrointestinal biasanya kembali
normal dalam 2 minggu post partum. Setelah persalinan ibu merasa lapar
dan haus karena penggunaan energi. Pada periode awal post partum dapat
terjadi konstipasi karena penurunan motilitas usus dan tonus otot
abdomen, kehilangan cairan, rasa tidak nyaman pada perineum,
penggunaan enema kala 1 dan hemoroid.

1.1.3

Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami
kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin
dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 36 jam
sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen
yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam tempo 6 mingggu.
Menurut Hadijono (2008) dieresis terjadi pada hari kedua-kelima
postpartum. Sering terjadi pengeluaran air seni sedikit yang normal
sehingga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih akibat terjadi distensi
5

yang berlebihan, pengosongan urine yang tidak tuntas atau adanya residu
urine yang berlebihan.
1.1.4

Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi musculoskeletal ibu terjadi selama kehamilan akan
kembali seperti semula pada puerperinium, adaptasi ini termasuk relaksasi
dan mobilitas berlebihan dari tulang sendi dan perubahan dalam pusat
gravitasi ibu untuk merespon terhadap pembesaran uterus. Tulang sendi
akan kembali stabil semua dalam 6-8 minggu post partum, walaupun
seluruh tulang sendi seperti sebelum hamil tapi tidak demikian dengan
ukuran kaki ibu. Biasanya ibu mengatakan ukuran kakinya bertambah
besar (Bobak, 1993)
Pada sistem muskuloskletal, ambulasi pada umumnya dimulai 4-8
jam postpartum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah
komplikasi dan mempercepat proses involusi.

Penurunan melanin

umumnya terjadi pada sistem integumen setelah persalinan, menyebabkan


berkurangnya hyperpigmentasi kulit dan perubahan pembuluh darah yang
tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat
estrogen menurun.
1.1.5

Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin yaitu plasenta
penurunan HPL (Human Placental Lactogen) estrogen, kortisol, serta
enzim plasenta mengembalikan efek diabetic janin, menghasilkan tinggi
gula darah yang cukup pada nifas pertengahan. Tingkat penurunan
estrogen dan progesterone sangat signifikan setelah pengeluaran plasenta
yaitu terjadi satu minggu post partum. Penurunan tersebut mencapai 10%
dari nilai ketika hamil dalam 3 jam post partum. Tingkat terendah terjadi
pada hari ke-7 pada hormone pituitary keadaan prolatktin pada darah
meninggi selama kehamilan dan persalinan. Pada ibu yang tidak
menyusui prolaktin menurun sampai keadaan sebelum hamil pada waktu
2 minggu (Bobak, 1993)

1.1.6

Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah perlu diukur setelah plasenta lahir, hasilnya perlu
dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya. Perbedaan yang mencolok
dari perbandingan ini misalnya systole dari 100 menjadi 60 atau 50,
menunjukkan bahwa pekerjaan jantung kurang normal. Jika terlalu lambat
memompakan darah ke dalam arteri, dapat dianggap sebagai satu gejala
permulaan shock.
Tanda-tanda vital persalinan adalah:
1) Suhu
Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat sampai 100,4 0F
(380C) sebagai suatu akibat dari dehidrasi. Persalinan setelah 24 jam
wanita tidak boleh demam, bila demam berlangsung selama 2 hari
dapat mengindikasikan mastitis atau endometritis.
2) Nadi
Bradikardi pada 6-8 jam pertama setelah persalinan ini merupakan
suatu konsukuensi peningkatan kardiak output dan stroke volume.
Nadi kembali normal setelah persalinan 50-70 kali per menit. Bila
nadi cepat mungkin indikasi hipofalemia sekunder dan perdarahan.
3) Tekanan Darah
TD sedikit berubah biasanya terjadi hipotensi yang diindikasikan
dengan perasaan pusing/pening setelah berdiri, berkembang dalam 24
jam pertama sebagai suatu akibat ganggan daerah persarafan yang
mungkin terjadi setelah persalinan. Jika terjadi hipertensi pada periode
pertama post partum, evaluasi rutin tekanan darah bila diperlukan.
Analgetik diberikan jika tensi tinggi dan istirhat di tempat tidur.
4) Respirasi
Akan menurun sampai keadaan normal seperti sebelum hamil
dalam 6 bulan setelah persalinan. Bila terjadi peningkatan
subarachnoid (spinal) block makan akan terjadi hipoventilasi dan
hipotensi.

1.1.7

Sistem Hematologi
Pada 72 jam pertama persalinan kehilangan volume plasma dari sel
darah. Pada hari ke 3-7 setelah persalinan terjadi peningkatan keadaan
hematokrit dan HB. Masa puerpurium bukan penghancuran RBC, tetapi
tambahan-tambahan akan menghilang secara perlahan sesuai waktu hidup
RBC. Hematokrit dan HB kembali normal dalam 4-5 minggu post
partum.

Jumlah Sel Darap Putih (SDP)


Luekositosis rata-rata pada ibu hamil 12000/mm3. Selama 10-12 jam
pasca persalinan bernilai 20000 25000/mm3. Neutropil lebih banyak
dari sel darah putih mungkin sulit diinterpretasikan jika terjadi.

Faktor Pembekuan
Aktivasi ekstensif terjadi setelah persalinan secara bersamaan dengan
tidak adanya pergerakan, trauma/sepsis yang mendorong terjadinya
tromboembolisme beberapa hari sampai keadaan sebelum hamil.

Trombosis
Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-tanda
thrombosis yaitu nyeri hangat dan lemas, vena bengkak, kemerahan yang
dirasakan keras/padat ketika disentuh. Bila positif terdapat tanda-tanda
Hoffmans yang menyebabkan otot betis mengkonvulsi vena dan akan
nyeri.

Varises
Varises pada kaki dan sekitar anus adalah umum dalam kehamilan.
Varises pada vulva berkurang dan akan kembali setelah persalinan.

1.1.8

Sistem Neurologi
Perubahan neurologi selama puerperium merupakan kebalikan
adaptasi neurologis yang terjadi pada saat wanita hamil dan disebabkan
trauma yang dalam bagi wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa tidak

nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah


wanita melahirkan.

1.2 Adaptasi Psikologis Ibu Post Partum


Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami
ibu, masa nifas juga merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi
psikologis. Maka dari itu penting sekali rawat gabung atau rooming in pada
ibu nifas agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa kasih saying kepada
bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui, mengganti popok saja
tapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium, menimang sehingga
kasih saying ibu dapat terus terjaga. Dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut:
1.2.1 Fase Ketergantungan Taking In
Terjadi pada hari 1 - 2 setelah persalinan. Perhatian ibu hanya pada
kebutuhan dirinya sendiri, masih pasif dan sangat bergantung. Fokus
perhatian ibu masih terhadap tubuhnya, kebutuhan tidur dan nafsu makan
meningkat. Ibu masih belum menginginkan untuk kontak dengan bayinya,
tetapi ibu tak berarti tidak memperhatikannya. Dalam fase ini yang
diperlukan oleh ibu adalah informasi tentang bayinya bukan cara merawat
bayi. Pada fase ini juga ibu lebih mengenang pengalaman melahirkan
yang baru dialaminya. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
1.2.2

Fase ketergantungan dan Ketidaktergantungan Taking Hold


Berlangsung hari ketiga sampai minggu keempat atau kelima post
partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya menerima
tanggungjawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu
menjadi sangat sensitive sehingga membutuhkan bimbingan dan
dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu. Dukungan
moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi
petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk
memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang
diperlukan ibu nifas.

1.2.3

Fase Saling Ketergantungan Letting Go


Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan
bersama keluarga, ibu menerima tanggungjawab sebagai ibu dan ibu
menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari
10

kesehatan sebagai ibu. Periode menerima tanggungjawab akan peran


barunya. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga
untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan
bayinya sudah meningkat pada fase ini. Ibu akan percaya diri dalam
menjalani peran barunya.

11

1.3 Adaptasi Bayi Ekstrauterine


Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan
di dalam rahim (intrauterine) ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin).
Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting
sebagai dasar dalam memberikan asuhan. Perubahan lingkungan dari dalam
uterus ke ekstrauterin dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kimiawi,
mekanik, dan termik yang menimbulkan perubahan metabolik, pernapasan
dan sirkulasi pada bayi baru lahir normal.
1.3.1

Perubahan sistim pernapasan / respirasi


Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru
paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8
tahunsampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas
sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal
ini

disebabkan

karena

keterbatasan

permukaan

alveolus,

ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya


jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi
adalah:
Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan

luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.


Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paruparu selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke
dalam paru-paru secara mekanis. Interaksi antara system
pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.

12

Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2


meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin,
tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan

tingkat gerakan pernapasan janin.


Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak
lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru paru.
Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan
jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34
minggu kehamilan). Fungsi
tekanan

permukaan

surfaktan adalah untuk mengurangi


paru

dan

membantu

untuk

menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir


pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap
saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan
kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan
glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada
saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga
cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan
secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada
dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama.
Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan
dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan

fungsi

kardiovaskuler.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat
penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika
13

terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami


vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah
yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,
sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan
memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan
memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu
menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi
1.3.2

janin menjadi sirkulasi luar rahim.


Perubahan pada sistem peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan
oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan
diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
1. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2.Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh
mengubah

tekanan

dengan

cara

mengurangi

/meningkatkan

resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.


Pengaturan suhu tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga
akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari
dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu
dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada
lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu
meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak
coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan
energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak
dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini
akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin
lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
14

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami


hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pncegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban
1.3.3

untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.


Perubahan sistem gastrointestinal
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk
baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna
yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus,
kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru
lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat

1.3.4

bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.


Sistem kekebalan tubuh / imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana
tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa
contoh kekebalan alami:
a) perlindungan oleh kulit membran mukosa
b) fungsi saringan saluran napas
c) pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d) perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel
darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi
pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut
belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan
kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi
antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan
sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan
balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.

15

Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali


terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena
itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang
aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta
1.3.5

pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.


Perubahan fungsi ginjal
Yaitu Tubuh bayi relatif banyak air dan kadar Na lebih besar dari K. ini
menandakan bahwa ruangan ekstra selluler luas. Fungsi ginjal belum
sempurna karena :
1) Jumlah nefron belum sebanyak orang dewasa.
2) Ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proximal.
3) Renal blood flou relatif kurang bila disbanding orang dewasa
Ikterus Fisiologi
Ikterus Fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan
hari ketiga yang mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati
kadar yang membahayakan, atau mempunyai potensi menjadi kern-ikterus
dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya
menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari
pertama.

16

1.4 Perawatan Bayi


1.4.1 PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan neonatal esensial
pada saat lahir meliputi:
1. Kewaspadaan Umum (Universal Precaution)
Bayi Baru Lahir (BBL) sangat rentan terhadap infeksi yang
disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama
proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir.
Beberapa mikroorganisme harus diwaspadai karena dapat ditularkan
lewat percikan darah dan cairan tubuh adalah virus HIV, Hepatitis B
dan Hepatitis C. Sebelum menangani BBL, pastikan penolong
persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut:
1) Persiapan Diri

Sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi, cuci tangan


dengan sabun kemudian keringkan.

Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang


belum dimandikan.

2) Persiapan Alat
Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan,
terutama klem, gunting, alat-alat resusitasi dan benang tali pusat
telah di Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau sterilisasi. Gunakan
bola karet pengisap yang baru dan bersih jika akan melakukan
pengisapan lendir dengan alat tersebut. Jangan menggunakan bola
karet pengisap yang sama untuk lebih dari satu bayi. Bila
menggunakan bola karet pengisap yang dapat digunakan kembali,
pastikan alat tersebut dalam keadaan bersih dan steril. Pastikan
semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk

17

bayi, sudah dalam keadaan bersih dan hangat. Demikian pula halnya
timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda
lain yang akan bersentuhan dengan bayi, juga bersih dan hangat.
Dekontaminasi dan cuci semua alat setiap kali setelah digunakan.

3) Persiapan Tempat
Gunakan ruangan yang hangat dan terang, siapkan tempat
resusitasi yang bersih, kering, hangat, datar, rata dan cukup keras,
misalnya meja atau dipan. Sebaiknya dekat pemancar panas dan
tidak berangin, tutup jendela dan pintu. Gunakan lampu pijar 60 watt
dengan jarak 60 cm dari bayi sebagai alternatif bila pemancar panas
tidak tersedia.
4) Penilaian Awal
Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab
4 pertanyaan:
Sebelum bayi lahir:
Apakah kehamilan cukup bulan ?
Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain
bersih dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu,
segera lakukan penilaian berikut:
Apakah bayi menangis atau bernapas / tidak megap-megap ?
Apakah tonus otot bayi baik / bayi bergerak aktif ?
Dalam Bagan Alur Manajemen BBL dapat dilihat alur
penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan
serta alternatif tindakan apa yang sesuai dengan hasil penilaian
keadaan BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih

18

yang langsung menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif


cukup dilakukan manajemen BBL normal.
Jika bayi kurang bulan (< 37 minggu/259 hari) atau bayi lebih
bulan ( 42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur
mekonium dan atau tidak bernapas atau megap-megap dan atau tonus
otot tidak baik lakukan manajemen BBL dengan Asfiksia.

19

20

21

5) Pencegahan Kehilangan Panas


Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL,
belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera
dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL
dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko
tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian.

22

Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan


basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada
di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir
rendah juga sangat rentan untuk mengalami hipotermia. Walaupun
demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia (temperatur tubuh
lebih dari 37,5C)
a) Mekanisme Kehilangan Panas
BBL dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:

Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban


pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini
merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas
juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau
terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung

antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur
atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi
akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi

terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau
ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara
dingin

dari

kipas

angin,

hembusan

udara

dingin

melalui

ventilasi/pendingin ruangan.
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih


rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan
cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh
bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
b) Mencegah Kehilangan Panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut:

Ruang bersalin yang hangat

23

Suhu ruangan minimal 25C. Tutup semua pintu dan jendela.


Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan
membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah

dengan handuk atau kain yang kering.


Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke
kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan
usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi

sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.


Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan
pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan
yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika

bagian tersebut tidak tertutup.


Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit
bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah
kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian),
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat bayi dapat dinilai
dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti

dikurangi dengan berat pakaian atau selimut.


Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak
kurang dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat
menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan

BBL.
Rawat Gabung
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam.
Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan
ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi

24

tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan

mencegah paparan infeksi pada bayi.


Resusitasi dalam lingkungan yang hangat
Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan

dalam lingkungan yang hangat.


Transportasi hangat
Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama

dalam perjalanan.
Pelatihan untuk petugas kesehatan dan Konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang
hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya.

Pemotongan Dan Perawatan Tali Pusat


1. Memotong dan Mengikat Tali Pusat
Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan

oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong.


Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari
dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan
dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar
pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan

jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.


Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan
tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di

antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.
Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci

pada sisi lainnya.


Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan

2.
a)
b)

klorin 0,5%.
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini.
Nasihat Untuk Merawat Tali Pusat
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan
apapun ke puntung tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu dan

keluarganya.
c) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila
terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali
pusat basah atau lembab.

25

d) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:


Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali

pusat mengering dan terlepas sendiri.


Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan
sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain

bersih.
Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit sekitar
tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi,
nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.

Inisiasi Menyusu Dini


Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6
bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6
bulan. Pemberian ASI juga meningkatkan ikatan kasih sayang (asih), memberikan
nutrisi terbaik (asuh) dan melatih refleks dan motorik bayi (asah).
Langkah Inisiasi Menyusu Dini Dalam Asuhan Bayi Baru Lahir
1) Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan :
Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran
Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian apakah

bayi perlu resusitasi atau tidak


Jika bayi stabil dan tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi
mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa
menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan bayi.
Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2

menit sebelum tali pusat di klem.


Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada

tangan bayi membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama.
Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil

tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra muskular pada ibu.


2) Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam :
Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus
berada di antara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting.
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit satu jam.
Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan
26

bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan
bayi. Hindari membersihkan payudara ibu .
Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan Manajemen Aktif
Kala3 persalinan.
3) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu :
Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu
Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu
misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya.
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara. Sebagian besar bayi akan berhasil
menemukan puting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi tetap biarkan
kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah

menemukan puting kurang dari 1 jam.


Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi
selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru menemukan

puting setelah 1 jam.


Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum
bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan

mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.


Jika bayi belum menemukan puting ibu IMD dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit

dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.


Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan
ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan
perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1,

salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.
Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa
hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka
pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti

keduanya sampai bayi hangat kembali.


Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam
jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering
keinginannya.

Perhatikan lima urutan perilaku bayi saat menyusu pertama kali berikut ini.

27

Pedoman Menyusui(WHO/UNICEF, Breast Feeding Promotion and Support,


2005)
1)

Mulai menyusui segera setelah lahir (dalam waktu satu jam).

2)

Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air, madu,
larutan air gula atau pengganti susu ibu) kecuali diinstruksikan oleh dokter atas
alasan-alasan medis; sangat jarang ditemukan ibu yang tidak memiliki air susu yang
cukup sehingga memerlukan susu tambahan (Enkin, et al, 2000).

3)

Berikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidupnya dan baru
dianjurkan untuk memulai pemberian makanan pendamping ASI setelah periode
eksklusif tersebut.

4)

Berikan ASI pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun
malam (8-10 kali atau lebih, dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.
Pencegahan Perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka
semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan tidak tergantung apakah bayi
mendapat ASI atau susu formula atau usia kehamilan dan berat badan pada saat lahir.
Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat, berupa perdarahan pada Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi ataupun perdarahan intrakranial.
Untuk mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi
Bayi Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione) sebanyak
1 mg dosis tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri (lihat lampiran 4 cara
penyuntikan intramuskular). Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan
sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. Perlu diperhatikan dalam penggunaan

28

sediaan Vitamin K1 yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk
dipergunakan kembali.
Pencegahan Infeksi Mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah
proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan
infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%. Cara
pemberian salep mata antibiotik:

Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian keringkan
Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberianb

obat tersebut
Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling

dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata atau tetes mata.
Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi
Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak
menghapus obat-obat tersebut.

Cara memberikan salep mata antibiotik (Sumber: WHO, 2006)\


Pemberian Imunisasi
Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian
Vitamin K1 secara intramuskular.Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah
infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama pada jalur penularan ibu-bayi.
Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal
(penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan dari
orang lain). Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus
diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin.

29

Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada yang tetap membawa virus
Hepatitis B di dalam tubuhnya sebagai carrier (pembawa) hepatitis. Risiko penderita
Hepatitis B untuk menjadi carrier tergantung umur pada waktu terinfeksi. Jika
terinfeksi pada bayi baru lahir, maka risiko menjadi carrier sebesar 90%. Sementara,
seseorang yang terinfeksi Hepatitis B pada umur dewasa memiliki risiko menjadi
carrier sebesar 5-10%.
Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0 7 hari
karena:

Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B


Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu

pembawa virus
Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi Hepatitis
menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati

primer
Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi dari
penularan Hepatitis B.

Pemberian Identitas
Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda
pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari
tertukarnya bayi. Pemberian tanda pengenal (gelang) ini sebaiknya dilakukan segera
setelah IMD. Gelang pengenal berisi identitas nama ibu dan/atau ayah, tanggal, jam
lahir, dan jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan, dilakukan pula cap telapak
kaki bayi pada rekam medis kelahiran.
Pemeriksaan Fisik
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang terjadi
pada bayi untuk menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di
luar rahim.
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat
kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk
tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

30

Prinsip:

Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)

Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan


tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut

Pemeriksaan fisik yang dilakukan

o
1

Lihat postur, tonus dan aktivitas

Lihat kulit

Keadaan normal

Posisi tungkai dan lengan fleksi


Bayi sehat akan bergerak aktif
Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus
berwarna

Hitung pernapasan dan lihat tarikan

merah

muda,

tanpa

adanya

kemerahan atau bisul


Frekuensi napas normal 40-60 kali per

dinding dada bawah ketika bayi sedang menit


tidak menangis
4

Hitung

denyut

jantung

Tidak ada tarikan dinding dada bawah

yang dalam
dengan Frekuensi denyut jantung normal 120-160

meletakkan stetoskop di dada kiri setinggi kali per menit


5

apeks kordis
Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan Suhu normal adalah 36,5 37,5 C

termometer
Lihat dan raba bagian kepala

Bentuk kepala terkadang asimetris karena


penyesuaian

pada

saat

proses

persalinan,

umumnya hilang dalam 48 jam

Ubun-ubun

besar

rata

atau

tidak

membonjol, dapat sedikit membonjol saat bayi


7
8

menangis
Lihat mata
Tidak ada kotoran/sekret
Lihat bagian dalam mulut(Masukkan satu

Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak


jari yang menggunakan sarung tangan ke ada bagian yang terbelah.
dalam mulut, raba langit-langit)

Lihat

dan

Lihat tali pusat

raba

Nilai kekuatan isap bayi (Bayi akan

mengisap kuat jari pemeriksa)


perut

Perut bayi datar, teraba lemas

Tidak ada perdarahan, pembengkakan,


nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat.

31

10
11

Lihat punggung dan raba tulang belakang

Lihat ekstremitas

atau kemerahan sekitar tali pusat


Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan
benjolan pada tulang belakang
Hitung jumlah jari tangan dan kaki

Lihat apakah kaki posisinya baik atau


bengkok ke dalam atau keluar

12

Lihat lubang anus:

Hindari memasukkan alat atau jari mekonium sudah keluar.

dalam memeriksa anus

13

Lihat gerakan ekstremitas


Terlihat lubang anus dan periksa apakah
Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam

Tanyakan pada ibu apakah bayi setelah lahir


sudah buang air besar
Lihat
dan
raba

alat

kelamin

Bayi perempuan kadang terlihat cairan

luar(Tanyakan pada ibu apakah bayi vagina berwarna putih atau kemerahan.
sudah buang air kecil)

Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada


ujung penis.

14

Timbang

bayi(Timbang

bayi

Pastikan bayi sudah buang air kecil

dalam 24 jam setelah lahir.


dengan

Berat lahir 2,5-4 kg.

menggunakan selimut, hasil dikurangi

Dalam minggu pertama, berat bayi


selimut)
mungkin turun dahulu baru kemudian naik
15

Mengukur

panjang

dan

kepala bayi
16

Menilai

cara

menyusui,

kembali. Penurunan berat badan maksimal 10%.


lingkar

Panjang lahir normal 48-52 cm.

minta

ibu untuk menyusui bayinya

Lingkar kepala normal 33-37 cm.


Kepala dan badan dalam garis lurus;
wajah

bayi

menghadap

payudara;

ibu

mendekatkan bayi ke tubuhnya

Bibir

bawah

melengkung

keluar,

sebagian besar areola berada di dalam mulut bayi

Menghisap dalam dan pelan kadang


disertai berhenti sesaat

Formulir Bayi Baru Lahir

32

Catat hasil pemeriksaan di formulir bayi baru lahir. Formulir ini merupakan
catatan medik yang harus disimpan oleh petugas kesehatan. Tuliskan juga hasil
pemeriksaan di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) beberapa informasi yang
diperlukan sesuai dengan petunjuk penulisan buku KIA.
Pemulangan Bayi Lahir Normal Dan Kunjungan Ulang
Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan minimal 24 jam
setelah lahir apabila selama pengawasan tidak dijumpai kelainan. Sedangkan pada
bayi yang lahir di rumah bayi dianggap dipulangkan pada saat petugas kesehatan
meninggalkan tempat persalinan. Pada bayi yang lahir normal dan tanpa masalah,
petugas kesehatan meninggalkan tempat persalinan paling cepat 2 jam setelah lahir.
Petugas melakukan pemeriksaan lengkap (lihat bagan bayi baru lahir normal) untuk
memastikan bayi dalam keadaan baik, dan harus memberikan konseling tanda bahaya
dan perawatan bayi baru lahir serta jadwal kunjungan neonatus 1, 2 dan 3.
Tanda bahaya yang harus diperhatikan adalah:
1) Tidak mau minum atau memuntahkan semua
2) Kejang
3) Bergerak hanya jika dirangsang
4) Napas cepat ( 60 kali /menit )
5) Napas lambat ( < 30 kali /menit )
6) Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
7) Merintih
8) Teraba demam (suhu ketiak > 37,5 C)
9) Teraba dingin (suhu ketiak < 36 C )
10) Nanah yang banyak di mata ATAU
11) Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
12) Diare
13) Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki
1.4.2

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL SETELAH LAHIR


Perawatan neonatal esensial setelah bayi lahir meliputi:
Menjaga Bayi Tetap Hangat

33

1) Setelah bayi dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke ekstra
uterin, bayi harus dijaga tetap hangat. Beberapa hal yang harus
diperhatikan untuk menjaga bayi tetap hangat adalah:
2) Jelaskan kepada ibu bahwa menjaga bayi tetap hangat adalah sangat
penting untuk menjaga bayi tetap sehat
3) Bayi memakai pakaian yang lembut, hangat, kering dan bersih. Bayi
memakai tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki
4) Yakinkan bayi menggunakan baju dan diselimuti
5) Bayi harus dirawat gabung dengan ibunya sehingga ibu mudah
menjangkau bayinya
6) Apabila bayi harus dipisah dengan ibunya, yakinkan bayi menggunakan
pakaian yang hangat dan diselimuti
7) Raba telapak kaki bayi, bila teraba dingin bisa dilakukan kontak kulit ke
kulit, atau ditambah selimut dan lakukan penilaian ulang
8) Jaga ruangan tetap hangat
Pemeriksaan Setelah Lahir Menggunakan MTBS
Pada prinsipnya waktu yang sangat penting untuk melakukan pemeriksaan
setelah bayi lahir adalah:
1)

Sebelum bayi dipulangkan


Pengertian bayi dipulangkan dibagi menjadi 2, yaitu:

Apabila bayi lahir di rumah, pengertian dipulangkan berarti pada saat petugas
meninggalkan rumah tempat ibu bersalin. Petugas meninggalkan rumah
tempat bersalin minimal 2 jam setelah lahir.

Apabila bayi lahir di fasilitas kesehatan, bayi dipulangkan minimal 24 jam


setelah lahir.

Pemeriksaan ini menggunakan formulir bayi baru lahir seperti dijelaskan


pada bab sebelumnya.

2)

Pada saat kunjungan ulang


Pengertian kunjungan ulang juga terbagi menjadi 2 pengertian, yaitu:

Apabila bayi dibawa oleh keluarga ke fasilitas kesehatan karena suatu


masalah

Sesuai jadwal kunjungan neonatus

34

Pemeriksaan yang dilakukan mengacu pada Manajemen Terpadu Balita Sakit


khususnya pada kelompok umur

Pemeriksaan Neonatus Menggunakan Mtbs


Untuk mengetahui apakah seorang bayi baru lahir dalam keadaan sehat atau sakit
dapat dilakukan dengan memeriksa tanda dan gejala utama pada bayi. Pemeriksaan
tersebut menggunakan bagan bayi muda pada pedoman Manajemen Terpadu Balita
Sakit. Tanda atau gejala pada bayi muda sakit kadang merupakan suatu masalah
tersendiri atau bagian dari suatu penyakit. Untuk membantu petugas kesehatan
supaya dapat menangani masalah bayi muda dibuat suatu bagan yang dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan
diagnosis tetapi dengan klasifikasi ini petugas bisa melakukan langkah-langkah
untuk melakukan pertolongan pada bayi sakit.
Dengan bagan ini petugas kesehatan diharapkan mampu mengklasifikasikan bayi
sakit, melakukan tindakan atau pengobatan, memberikan konseling dan memberikan
pelayanan tindak lanjut. Petugas akan menulis hasil pemeriksaannya di formulir
MTBS dan menggunakan buku bagan MTBS sebagai alat bantunya
Dalam setiap kunjungan rumah petugas harus mampu :
1)

Menanyakan ke ibu masalah yang dihadapi oleh bayinya

2)

Apabila menemukan bayi sakit, harus mampu mengklasifikasikan penyakit


bayi untuk:
o

Kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri

Diare

Ikterus

Kemungkinan berat badan rendah

3)

Menangani masalah pemberian ASI

4)

Menentukan status imunisasi

5)

Menentukan masalah atau keluhan lain

6)

Menentukan tindakan dan memberikan pengobatan bila diperlukan

7)

Bila perlu, merujuk bayi muda dan memberi tindakan pra rujukan
35

8)

Melakukan konseling bagi ibu

9)

Memberikan pelayanan tindak lanjut

Keterampilan tersebut diatas secara lengkap dipelajari dalam pelatihan MTBS di


bagian Bayi Muda. Pada buku ini akan dibahas cara memberikan tatalaksana bayi
muda sakit menurut MTBS.
Perawatan Metode Kanguru (PMK)
Syarat melakukan PMK :

Bayi tidak mengalami Kesulitan Bernapas

Bayi tidak mengalami Kesulitan Minum

Bayi tidak Kejang

Bayi tidak Diare

Ibu dan keluarga bersedia, dan tidak sedang sakit

Lakukan PMK untuk menghangatkan bayi bila memenuhi syarat diatas. Metode
kanguru sangat baik dilakukan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan. Metoda
ini berguna untuk mempercepat terjadinya kestabilan suhu tubuh dan merangsang
bayi baru lahir segera mengisap puting payudara ibu.
Pelaksanaan PMK memiliki 4 komponen :
Posisi Melakukan PMK

36

Bayi telanjang dada (hanya memakai popok, topi,


kaus tangan, kaus kaki), diletakkan telungkup di dada
dengan

posisi

tegak

atau

diagonal. Tubuh

bayi

menempel/kontak langsung dengan ibu.

Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik


untuk menghindari terhalangnya jalan napas. Kepala
menoleh ke samping di bawah dagu ibu (ekstensi
ringan).

Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi


seperti posisi katak

Kemudian fiksasi dengan selendang

Ibu mengenakan pakaian/blus longgar sehingga


bayi berada dalam 1 pakaian dengan ibu. Jika perlu,
gunakan selimut.

37

Selain ibu, ayah dan anggota keluarga lain bisa


melakukan metode kanguru.

Sumber gambar: WHO & UNICEF dan Beck et al, 2004

Nutrisi
Selama pelaksanaan PMK, BBLR hanya diberikan ASI. Melalui PMK akan
mendukung dan mempromosikan pemberian ASI eksklusif, karena ibu menjadi
lebih cepat tanggap bila bayi ingin menyusu. Bayi bisa menyusu lebih lama dan
lebih sering. Bila bayi dibawa ke fasilitas kesehatan dan bayi tidak mampu
menelan ASI dapat dilakukan pemasangan Oro Gastric Tube (OGT) untuk dirujuk
ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Dukungan
Keluarga memberikan dukungan pada ibu dan bayi untuk pelaksanaan
perawatan metode kanguru. Di fasilitas kesehatan , pelaksanaan PMK akan
dibantu oleh petugas kesehatan.

Pemantauan

38

BBLR yang dirawat di fasilitas kesehatan yang dapat dipulangkan lebih cepat
(berat < 2000gram) harus dipantau untuk tumbuh kembangnya. Apabila
didapatkan tanda bahaya harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Kunjungi BBLR minimal dua kali dalam minggu pertama, dan selanjutnya
sekali dalam setiap minggu sampai berat bayi 2500 gram dengan mempergunakan
algoritma MTBM.Hal- hal yang perlu dipantau selama PMK:

Pastikan suhu aksila normal (36,5 37,5 C )

Pastikan pernapasan normal (30-60 X/menit)

Pastikan tidak ada tanda bahaya

Pastikan bayi mendapatkan ASI yang cukup (minimal menyusu tiap 2 jam)

Anjuran pemberian ASI eksklusif untuk bayi muda


Makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan adalah ASI.
Menyusui secara eksklusif berarti bayi hanya diberi ASI, tidak diberi tambahan
makanan atau cairan lain. Berikan ASI sesuai keinginan bayi paling sedikit 8 kali
sehari, pagi, siang, sore maupun malam.
Pada hari-hari pertama kelahiran apabila bayi dibiarkan menyusu sesuai
keinginannya dan tidak diberikan cairan lain maka akan dihasilkan secara bertahap
10 100 mL ASI per hari. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14. Bayi sehat
akan mengkonsumsi 700-800 mL ASI per hari (kisaran 600-1000 mL). Setelah 6
bulan pertama produksi ASI akan menurun menjadi 400-700 mL sehingga diperlukan
makanan pendamping ASI. Setelah 1 tahun, produksi ASI hanya sekitar 300-500 mL
sehingga makanan padat menjadi makanan utama.ASI per hari (kisaran 600-1000
mL). Setelah 6 bulan pertama produksi ASI akan menurun menjadi 400-700 mL
sehingga diperlukan makanan pendamping ASI. Setelah 1 tahun, produksi ASI hanya
sekitar 300-500 mL sehingga makanan padat menjadi makanan utama.
Pada bayi, terdapat 3 jenis refleks yang berhubungan dengan proses menyusu,
yaitu:
39

Refleks mencari puting susu (rooting reflex)


BBL akan menoleh ke arah pipi yang disentuh. Bayi akan membuka
mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk mengisap benda yang
disentuhkan tersebut.

Refleks mengisap (suckling reflex)


Rangsangan puting susu pada langit-langit bayi menimbulkan refleks mengisap.
Isapan ini akan menyebabkan areola dan puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan
langit-langit bayi, sehingga sinus laktiferus di bawah areola tertekan dan ASI
terpancar keluar.

Refleks menelan (swallowing reflex)


ASI di dalam mulut bayi akan didorong oleh lidah ke arah faring, sehingga
menimbulkan refleks menelan.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang manfaat kontak langsung ibu-bayi
dan anjurkan untuk menyusui bayinya sesering mungkin untuk merangsang
produksi ASI sehingga mencukupi kebutuhan bayi. Yakinkan ibu dan
keluarganya bahwa kolostrum (susu beberapa hari pertama kelahiran) adalah zat
bergizi dan mengandung zat-zat kekebalan tubuh. Minta ibu untuk memberi ASI
sesuai dengan keinginan atau tanda dari bayinya. Biarkan bayi menyusu pada
satu payudara hingga puas/ bayi melepas sendiri puting susu ibu (sekitar 15-20
menit). Berikan payudara sisi lainnya hanya bila bayi masih menunjukkan tanda
ingin menyusu. Jelaskan pada ibu bahwa membatasi lama bayi menyusu akan
mengurangi jumlah nutrisi yang diterima bayi dan akan menurunkan produksi
susunya. Anjurkan ibu untuk bertanya mengenai cara pemberian ASI dan
kemudian beri jawaban lengkap dan jelas. Pesankan untuk mencari pertolongan
bila ada masalah dengan pemberian ASI.

Cara Menyusui yang Benar


40

a)

Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar, sehingga menyusui


efektif.

b)

Menyusui minimal 8 kali sehari semalam (24 jam)

c)

Menyusui kanan-kiri secara bergantian, hanya berpindah ke sisi lain setelah


mengosongkan payudara yang sedang disusukan.

d)

Keuntungan pengosongan payudara adalah:

Mencegah pembengkakan payudara

Meningkatkan produksi ASI

Bayi mendapatkan komposisi ASI yang lengkap (ASI awal dan akhir)

Posisi Menyusui
Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI dan
mencegah lecet puting susu. Pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar. Berikan
bantuan dan dukungan jika ibu memerlukan, terutama jika ibu pertama kali menyusui
atau ibu berusia sangat muda.
Posisi ibu yang benar saat menyusui akan memberikan rasa nyaman selama ibu
menyusui bayinya dan juga akan membantu bayi melakukan isapan yang efektif.
Posisi menyusui yang benar adalah:

Jika ibu menyusui bayi dengan posisi duduk santai, punggung bersandar dan
kaki tidak menggantung.

Jika ibu menyusui sambil berbaring, maka harus dijaga agar hidung bayi
tidak tertutup.

Kemudian tunjukkan kepada ibu cara melekatkan bayi. Ibu hendaknya :

Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi.

Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedemikian rupa sehingga bibir


bawah bayi terletak di bawah puting susu.

41

Gambar. Posisi menyusui yang baik (Sumber: Lowdermilk, 2004)


Posisi menyusui yang diuraikan di atas adalah posisi dimana ibu telah
memiliki kemampuan untuk duduk dan melakukan mobilisasi secukupnya. Masih
ada beberapa posisi alternatif lain yang disesuaikan dengan kemampuan ibu setelah
melahirkan anaknya, misalnya posisi berbaring telentang, miring kiri atau miring
kanan, dan sebagainya. Posisi ibu berbaring telentang dan setengah duduk mungkin
lebih sesuai untuk pemberian ASI dini.
Posisi menyusui yang benar akan membantu bayi untuk melekat dengan baik
pada payudara ibu.

Gambar. Perlekatan menyusui yang baik dibandingkan yang salah (Sumber:


WHO/CDR/93.5)
1. Tanda-tanda perlekatan menyusui yang baik:

Dagu bayi menempel payudara ibu

Mulut bayi terbuka lebar

42

Bibir bawah bayi membuka keluar

Areola bagian atas ibu tampak lebih banyakApabila posisi menyusu dan
perlekatan ke payudara benar maka bayi akan mengisap dengan efektif.

Tanda bayi mengisap dengan efektif adalah bayi mengisap secara dalam,
teratur yang diselingi istirahat.

Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar suara bayi menelan.

2. Cara Meningkatkan Produksi Asi

Cara untuk meningkatkan ASI adalah dengan menyusui sesering mungkin.

Menyusui lebih sering akan lebih baik karena merupakan kebutuhan bayi.

Menyusu pada payudara kiri dan kanan secara bergantian.

Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara
lainnya.

3.

Jika bayi telah tidur lebih dari 2 jam, bangunkan dan langsung disusui.

Mengatasi Masalah Pemberian ASI pada Bayi.


MASALAH
Bayi banyak

PEMECAHAN
Jelaskan bahwa hal ini tidak selalu terkait dengan gangguan pemberian

menangis atau ASI.


rewel

Bayi

Periksa popok bayi, mungkin basah.

Gendong bayi, mungkin perlu perhatian.

Susui bayi. Beberapa bayi membutuhkan lebih banyak minum daripada

bayi lainnya.
tidak

Merupakan proses alamiah, karena bayi muda perlu menyusu lebih

tidur
sepanjang

sering.

Tidurkan bayi disamping ibu dan lebih sering disusui pada malam hari.

malam
43


Bayi menolak

Jangan berikan makanan lain.


Mungkin bayi bingung puting, karena sudah diberi susu botol.

untuk

Tetap berikan hanya ASI (tunggu sampai bayi betul-betul lapar)

menetek

Berikan perhatian dan kasih sayang.

Pastikan bayi menyusu sampai air susu habis.

Bayi bingung

puting

Lihat tatalaksana dalam algoritma, kalau perlu di rujuk.


Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula tanpa indikasi medis
yang tepat.

Ajarkan ibu posisi dan cara melekat yang benar.

Secara bertahap tawarkan selalu payudara setiap kali bayi menunjukkan


keinginan untuk minum.

ASI tetap dapat diperah dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau
sendok, sampai bayi dapat kembali menyusu.

Bila ada indikasi medis dapat diberikan susu formula. Jangan

menggunakan botol , dot dan kempeng.


Bayi prematur

Berikan ASI sesering mungkin walaupun waktu menyusuinya pendekdan

pendek. BBLR minum setidaknya setiap 2 jam.

bayi

kecil

(BBLR)

Jika belum bisa menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa.
Berikan ASI dengan sendok atau cangkir.

Bayi

Untuk merangsang mengisap, sentuh langit-langit bayi dengan jari ibu

yang bersih.
kuning

Mulai menyusui segera setelah bayi lahir.

(ikterus)
Bayi sakit

Susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi. ASI membantu bayi

mengatasi kuning lebih cepat


Teruskan menyusui. Lihat tatalaksana dalam algoritma, kalau perlu
rujuk.

Bayi sumbing

Posisi bayi duduk.


Puting dan areola dipegang selagi menyusui, hal ini sangat membantu
bayi mendapat ASI cukup.

Ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.

Jika sumbing pada bibir dan langit-langit, ASI dikeluarkan dengan cara
manual ataupun pompa, kemudian diberikan dengan sendok/pipet atau botol

44

dengan dot panjang sehingga ASI dapat masuk dengan sempurna. Dengan cara
ini bayi akan belajar mengisap dan menelan ASI, menyesuaikan dengan irama
Bayi Kembar

pernapasannya.
Posisi yang mudah adalah posisi dibawah lengan (under arm).

Paling baik kedua bayi disusui secara bersamaan.

Susui lebih sering selama waktu yang diinginkan masingmasing


bayi, umumnya > 20 menit.

45

1.5 Perawatan Ibu Post Partum


1.5.1 Istirahat dan tidur
Kelelahan dan kurang tidur adalah salah satu faktor yang berpengaruh
bagi pemulihan fisik. Pastikan bahwa kebutuhan ibu akan tdiur dan istirahat
lebih diutamakan daripada tugas-tugas rumah tangga yang kurang penting.
Maanfaatkan setiap kesempatan untuk beristirahat dan tidur sejenak. Bahkan
meskipun ibu sulit tidur, hanya beristirahat saja sudah dapat memulihkan diri.
Istirahat memberikan energi kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan makan
dan perawatan bayi yang sering tidak diduga sepanjang siang dan malam hari.
Banyak orang tua yang menemukan bahwa bayi lebih dapat tidur di
siang hari daripada malam hari, sehingga menyebabkan ibu tidak cukup tidur di
malam hari, agar berhasil mendapatkan cukup tidur, ibu harus memperhatikan
kebutuhan akan tidur secara serius, diataranya dengan cara:
a. Kenali kebutuhan ibu akan istirahat dan pastikan bahwa ibu menempatkannya
sebagai prioritas yang penting (nomor dua setelah memenuhi kebutuhan
makan dan kenyamanan bayi). Tugas-tugas tangga lainnya dapat dibereskan
oleh orang lain atau ditunda sampai ibu bangun dari tidur singkat.
b. Jika ibu mengalami kesulitan tertidur, meskipun bayi telah tertidur,
istirahatlah dan cobalah relaks.
c. Ibu dapat lebih mudah tertidur jika bayi berada didekatnya. Jika bayi terletak
jauh dari ibu, ibu akan menjadi tegang karena harus mendengarkan suarasuara bayi yang akan mengganggu istirahat atau tidur ibu.
d. Beberapa wanita menemukan bahwa suara-suara bayinya meningkatkan
kecemasan serta kegelisahan. Jika hal ini terjadi, biarkan orang lain menjaga
bayi sementara ibu beristirahat.
e. Lakukan hal yang ibu butuhkan untuk beristirahat, termasuk mematikan
telepon, membatasi tamu, berjalan-jalan singkat, memanjakan diri dengan
makanan dan minuman, memijat kaki, atau meminum obat pereda nyeri jika
dibutuhkan.
f. Beristirahat dan tidur kapanpun ibu bisa. Butuh waktu untuk menyesuaikan
diri dengan pola bangun di malam hari dan tidur sejenak di siang hari.
1.5.2

Aktivitas

46

Jika persalinan dan pelahiran normal, olahraga pascamelahirkan yang


ringan dapat mulai dilakukan dalam waktu satu atau dua hari kemudian .
Atau boleh saja menunggu hingga beberapa minggu kemudian. Mulailah
perlahan-lahan dan lakukan apa yang terasa enak bagi ibu. Aktifitas dinilai
berlebihan jika olahraga tersebut membuat ibu letih, menyebabkan stress,
atau memperbanyak perdarahan. Ikuti petunjuk pemberi perawatan mengenai
olahraga dan aktivitas lain seperti mengemudi, nak tangga, dan mengangkat
barang.
1.5.3

Perawatan untuk perineum


Perawatan khusus perineum dianjurkan jika ibu mendapat jahitan untuk

menutup episiotomi atau robekan, atau jika perineum sangat lecet atau
bengkak. Tujuan dasar dari perawatan perineum adalah untuk mengurangi
nyeri, mempercepat penyembuhan, dan mencegah infeksi. Jahitan akan hilang
pada dua hingga empat minggu dan jaringan biasanya pulih dalam waktu
empat sampai enam minggu. Ketidaknyamanan selama berhubungan seksual
dapat berlangsung selama beberapa bulan. Hubungi pemberi perawatan jika
ketidaknyamanan ini tetap ada.

Untuk perawatan perinium yang dapat

dilakukan diantaranya:
a. Berikan kompres es pada perineum segera sesudah melahirkan untuk
mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Gunakan kompres es
secara berkala dalam beberapa hari. Meletakkan es yang telah
dihancurkan atau kain pembalut basah yang dibekukan dalam kantung
beresleting dan membugkusnya dengan beberapa lembar pembalut
perineum. Atau pembalut yang bersih dibasahi dengan witch hazel
(pupur cair) dan membekukannya sebelum digunakan. Pembalut
witch hazel beku memberikan peredaan nyeri pada daerah robekan,
daerah episiotomi, dan wasir.
b. Senam kontraksi dasar panggul yang dilakukan cukup sering (Kegel
dan Super Kegel) akan dapat meningkatkan sirkulasi pada perineum,
mempercepat penyembuhan, dan mengurangi pembengkakan. Juga
membantu mengembalikan kekuatan dan tonus otot pada dasar
panggul. Senam Kegel dapat dimulai segera setelah persalinan.
Jangan putus asa jika tidak dapat melakukan senam kegel sebaik

47

sebelum melahirkan. Kekuatan dasar panggul biasanya membaik


berangsur-angsur.
c. Sehabis berkemih, bersihkan diri anda dengan menyiramkan air
hangat ke daerah perineum dari depan ke arah anus. Peri Bottles
sering dijual di rumah sakit untuk tujuan ini.
d. Jangan memakai tampon sebelum pengecekan pasca melahirkan.
e. Jangan mencuci (Douching) vagina
f. Selalu usap atau keringkan dari depan ke belakang untuk mencegah
infeksi perineum akibat organisme di daerah anus.
g. Pemberi perawatan akan meresepkan atau memberikan preparat untuk
diulaskan pada perineum guna meningkatkan kenyamanan.
h. Basuh rendam dapat membantu mengurangi nyeri perineum.
Duduklah dalam baskom bersih berisi air hangat selama sepuluh
sampai dua puluh menit. Setelah basuh rendam, berbaringlah selama
lima belas menit atau lebih untuk mengurangi pembengkakan
perineum yang disebabkan oleh air hangat. Atau gunakan air dingin
untuk basuh rendam. Air dingin ini menyejukan dan tidak
memperbesar pembengkakan.
i.
Duduk di bantal berbentuk donat. Bentuk donat mengangkat
perineum dari permukaan tempat anda duduk. Bantal donat dapat
dibuat sendiri dengan menggulung handuk mandi yang panjang dan
membentuk koil gulungan dalam bentuk sepatu kuda. Duduk pada
bantal yang dirancang untuk menyusui atau menopang bayi juga
membantu meningkatkan kenyamanan.
j. Duduk kadang-kadang menimbulkan rasa sakit jika terdapat jahitan.
Beberapa wanita merasa lebih nyaman bila duduk di permukaan yang
keras dibandingkan dengan duudk dipermukaan yang lembut atau
bantal donat. Jika ibu memilih duudk dipermukaan yang keras,
duduklah pada satu sisi bokong trelebih dahulu, kemudian dengan
kedua sisi. Cara ini membantu menekan luka irisan dan tidak begitu
sakit.
k. Berbaring dan istirahat sesering mungkin pada minggu pertama atau
kedua setelah melahirkan. Gaya tarik bumi akan meningkatkan
pembengkakan pada duduk atau berdiri.
1.5.4

Fungsi Buang Air Besar dan Berkemih

48

a. Pada mulanya ibu sulit berkemih karena tonus perut yang kendur atau
nyeri dna bengkan disekitar saluran kemih, yang disebabkan oleh
lecet selama kelahiran atau pemasangan kateter di kandung kemih.
Jika ibu mendapat kesulitan , relaks, minum banyak cairan, menyiram
perineum dengan air hangat, dapat membantu memulai aliran air
kemih , atau cobalah berkemih di bak mandi atau shower. Jika tetap
tidak berkemih, ibu perlu kateterisasi yang akan dipasang oleh
perawat untuk mengosongkan kandung kemih.
b. Sembelit mungkin terjadi setelah melahirkan karena otot perut kendur
atau nyeri pada perineum, episiotomi atau wasir.suplemen zat besi
atau obat pereda nyeri golongan narkotik juga dapat menyebabkan
sembelit. Sambelit dapat dihindari dengan memakan buah-buahan
segar maupun kering, sayur, sereal utuh dan minum banyak cairan .
Berjalan-jalan, senam otot perut, dan segera kebelakang jika anda
merasakan dorongan untuk buang air besar ketimbang menundanya
akan membantu mengembalikan fungsi buang air yang normal.
c. Mendukung perineum secara lembut dengan mengenakan tisu toilet
pada daerah jahitan akan membantu mengurangi nyeri sewaktu
mengejan untuk buang air besar . Penggunaan pendukung semacam
itu juga dapat membantu menghilangakan melukai diri sendiri saat
mengerang.

1.5.5

Wasir
Wasir umum terjadi selama kehamilan dan bahkan lebih umum lagi

pada awal pasca melahirkan . Wasir hampir selalu hilang dalam waktu satu
bulan atau lebih setelah melahirkan . Ada beberapa cara untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat wasir dan mempercepat penyembuhan .

Hindari sembelit
Cobalah latihan kontraksi dasar panggul , atau kegel, dengan

penekanan pada otot-otot disekitar anus


Modifikasi beberapa prosedur rumah sakit yang membantu anda
untuk penggunaan di rumah, seperti witch lazel dan basuh rendam.
49

1.5.6

Nutrisi
Tetaplah mengkonsumsi makanan sehat seperti yang anda lakukan

selama kehamilan
Untuk menurunkan beberapa kilogram ekstra yang tetap ada sesudah
melahirkan , jangan melakukan diet yang ekstrem . Sebagian besar
wanita yang baru melahirkan akan kehilangan berat badannya secara
perlahan-lahan dalam periode beberap bulan tanpa perlu upaya
khusus. Jika anda memilih menurunkannya secara sengaja, penurunan
berat 0,5-1 kg per minggu adalah batas maksimal yang disarankan

untuk sebagian besar wanita.


Pastikan diet anda mengandung banyak serat sehingga anda tidak

mengalami sembelit.
Dianjurkan untuk tetap mengkonsumsi vitamin dan suplemen zat besi
seperti sebelum hamil.

1.5.7

Bantuan Praktis
Menerima bantuan yang ditawarkan akan mempercepat pemulihan

karena memberikan kesempatan kepada ibu untuk lebih banyak beristirahat


dan tidur. Karena mendapat istirahat yang cukup merupakan kebutuhan ,
tetapi juga sulit diperoleh pada saat ini, pikirkan cara-cara kreatif untuk
meminimalkan tugas-tugas rumah tangga. Terima semua tawaran bantuan
yang nyaman dan menyenangkan serta arahkan untuk memenuhi kebutuhan
ibu. Jika teman atau kerabat membuat ibu lelah katakan pada mereka bahwa
ibu kelelahan, mintalah maaf dan biarkan ibu beristirahat. Batasi tamu yang
datang jika ibu lelah.

50

1.6 ASI Ekslusif


1.6.1 ANATOMI PAYUDARA
Payudara (mammae,susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,
diatas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat kira-kira 200gr, yang
kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara
membesar, mencapai 600gr dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800gr.
Payudara atau mammae

adalah

struktur

kulit yang dimodifikasi,

berglandular pada anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsur untuk


mensekresi susu untuk nutrisi bayi. Anatomi payudara dibagi dalam struktur
makroskopis dan mikroskopis.
1.

Struktur makroskopis

a.

corpus
corpus adalah bagian yang besar. Corpus terdiri dari jaringan parenkim dan
stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari Duktus Laktiferus
(duktus), Duktulus (duktulli), Lobus , Alveolus. Sedangkan bagian stroma dari
payudara tersusun dari bagian-bagian , jaringan ikat , jaringan lemak , pembuluh
darah , saraf dan pembuluh limpa.

b.

Areola
Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan
mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira
2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanitayang berkulit coklat, dan
warna tersebut menjadi lebih gelap waktu hamil.

c.

Papilla Mammae
Papilla Mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) keempat.
Papilla mamae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 cm,
tersusun atas jaringan erktil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat
peka. Permukaan Papilla Mammae berlubang-lubang berupa ostium papillarre
kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer.

2.

Struktur Mikroskopis
51

Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung


sejumlah jarinagn lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi
menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh
lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Setiap lobus tersusun atas bangun sebagai
berikut :
a.

Alveoli
Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi
oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini yang mengekstraksi faktorfaktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling
alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang disebut sel keranjang, apabila sel
ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke
dalam ductus lactifer.

b.

Tubulus Lactifer
Tubulus Lactifer merupakan saluran kecil yang berhubungan dengn alveoli.

c.

Ductus Lactifer
Ductus Lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus
lactifer.

d.

Ampulla
Ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan
tempat penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.

1.6.2

FISIOLOGI LAKTASI
Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi

menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli
melalui saluran susu menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang areola, lalu ke
dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan,
dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI
dalam sistem payudara.
Puting susu dan areola adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan areola terdapat ujung-ujung
52

syaraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu
mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusui.
Dengan cakupan bibir bayi yang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar
dengan lancar.
Pada ujung puting susu terdapar 15-20 muara lobus (duktus laktiferus),
didalam lobus terdapat 20-40 lubulus , didalam lubulus terdapat 10-100 buah alveoli,
didalam alveoli terdapat sel acinin yang mengandung ASI, masing masing alveoli
dihubungkan duktus alveoli kemudian membentuk alveolus, sedangkan areola
mengandung sejumlah kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar puting tetap
lunak dan lentur.

1.6.3

ASI

53

UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian ASI ekslusif sampai bayi


berumur enam bulan. Setelah itu anak boleh diberi makanan padat dan semi padat
sebagai makanan tambahan selain ASI. ASI ekslusif dianjurkan beberapa bulan
pertama kehidupan karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi
yang diperlukan pada umur tersebut.

Pengenalan dini terhadap makanan yang

rendah energi dan gizi atau yang disiapkan dalam kondisi tidak higienis dapat
menyebabkan anak mengalami kurang gizi dan terinfeksi organisme asig, sehingga
mempunyai daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit di antara anak-anak.
Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status
gizi bayi. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi
bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran
pernafasan akut bagian bawah. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali
lebih banyak dari susu matang (matur).
Menurut Kemenkes (2014), pola menyusui dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu menyusui ekslusif, menyusui predominan, dan menyusui parsial.
1. Menyusui ekslusif
Menyusui ekslusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain
termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan vitamin atau
mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan).
2. Menyusui predominan
Menyusui predominan adalah menyusui bayi tetapi pernah memberikan
sedikit

air

atau

minuman

berbasis

air,

misalnya

teh,

sebagai

makanan/minuman pralakteal sebelum ASI keluar.


3. Menyusui parsial
Menyusui parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan buatan
selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi
berumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun diberikan
sebagai makan pralakteal.

54

Menurut Bahiyatun (2009), manfaat ASI di antaranya:


a. Bagi Bayi
Pemberian ASI membantu bayi untuk memulai kehidupannya dengan baik.
Kolostrum/susu jolong atau susu pertama mengandung antibody yang kuat
untuk mencegah infeksi dan membuat bayi lebih kuat. Penting sekali untuk
segera memberi ASI pada bayi dalam jam pertama sesudah lahir dan
kemudian setiap 2 atau 3 jam. ASI mengandung campuran yang tepat dari
berbagai bahan makanan baik untuk bayi.
b. Bagi Ibu
Pemberian ASI membantu ibu memulihkan diri dari proses persalinannya.
Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi
dengan cepat dan memperlambar perdarahan (isapan pada puting susu
merangsang dikeluarkannya oksitosin alami yang akan membantu kontraksi
rahim). Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih atau turun
berar badannya ke berat badan sebelum kehamilan. Ibu yang menyusui dan
haidnya belum muncul kembali, akan kecil kemungkinannya untuk menjadi
hamil (kadar prolaktin yang tinggi menekan FSH dan ovulasi). Pemberian
ASI adalah cara yang penting bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya
pada bayi dan membuat bayi merasa nyaman.
c. Bagi semua orang
ASI selalu bersih dan bebas dari hama yang menyebabkan infeksi.
Pemberian ASI tidak menuntut persiapan khusus. ASI selalu tersedia dan
gratis. Ibu menyusui yang siklus menstruasinya belum pulih kembali akan
memperoleh perlindungan sepernuhnya dari kenungkinan hamil.

Komponen Unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi bayi dari
berbagai penyakit:

55

56

1.7 Pengaruh Budaya


1.7.1 JAMU BERSALIN
Jamu bersalin biasanya dibagi menjadi 3 bagian, yakni yang diminum
10 hari pertama, 10 hari kedua dan 10 hari ketiga. Manfaatnya antara lain
mengencangkan otot-otot perut yang kendur, mengembalikan stamina,
memperlancar ASI, membersihkan darah kotor dalam rahim, membantu
pemulihan luka, dan membantu proses pengerutan rahim ke ukuran semula.
a. Apakah ibu yang baru melahirkan boleh mengonsumsi jamu bersalin?
Pada prinsipnya, ibu yang baru melahirkan boleh mengonsumsi jamu
bersalin. Namun, bagi yang memiliki gangguan fungsi hati, misalnya
hepatitis B positif atau pernah mengalami sakit kuning, sebaiknya tidak
mengonsumsi jamu, mengingat jamu dimetabolisme di hati. Atau yang
mengalami komplikasi saat persalinan, misalnya rahim robek, jamu bisa
membuat kontraksi rahim berlebihan.
b. Sejauh mana ibuhamil dapat meraih manfaat jamu bersalin tersebut? Jamu
bisa membantu agar proses nifas berlangsung tepat waktu, yakni kurang
lebih 40 hari.
c. Bagaimana jika ada obat-obatan dari dokter yang harus diminum ibu?
Sebaiknya, tanyakan dulu pada dokter apakah boleh mengonsumsi jamu
bersalin atau tidak. Jika boleh, jangan konsumsi jamu bersama-sama
dengan obat dokter. Mungkin, perlu diberi jeda waktu 1-2 jam.
d. Adakah hal-hal yang perlu diwaspadai pada bayi? Pada bayi, walaupun
sedikit, jamu pasti keluar di ASI. Jika bayi menjadi diare, misalnya, maka
berarti ia tidak toleran terhadap jamu bersalin yang diminum ibunya.
1.7.2

PILIS.
Digunakan dengan cara mengoleskannya memanjang menutupi dahi.

Manfaatnya antara lain untuk menghilangkan rasa pening, menjaga kesehatan


mata, mengobati sakit kepala, dan mencegah naiknya darah putih ke kepala.
a. Sejauh mana ibuhamil dapat meraih manfaat dari pilis? Sebenarnya, dari
segi kesehatan, manfaatnya agak meragukan. Pening yang dirasakan ibu
yang baru melahirkan, misalnya, mungkin karena ia kurang tidur. Obatnya
ya tidur. Istilah darah putih naik ke kepala juga tidak ada.
b. Risiko gangguan mata apa yang mungkin dialami oleh ibu yang baru
melahirkan? Gangguan mata, seperti pandangan jadi kabur, bisa saja

57

terjadi. Khususnya pada ibu yang mengalami tekanan darah tinggi atau
bengkak. Cara mencegahnya dengan mengurangi konsumsi garam dan
cukup tidur.
1.7.3

PARAM.
Digunakan dengan cara mengoleskannya ke seluruh tubuh, kecuali

daerah payudara dan perut. Tujuannya antara lain untuk

mengatasi

pembengkakan yang dialami oleh ibu yang baru melahirkan.


a. Apakah semua ibu yang baru melahirkan boleh menggunakan param? Ya,
sejauh kulitnya tidak sensitif dan paramnya tidak terlalu kental. Param
punya efek menghangatkan. Jika terlalu hangat, bisa membakar kulit.
Jadi, perhatikan cara memakainya.
b. Sejauh mana ibuhamil dapat meraih manfaat dari param? Param bisa
membantu mengurangi rasa pegal pada otot-otot tangan dan kaki ibu yang
baru melahirkan, karena bisa mengatasi bengkak yang terjadi di sana.
Hindari daerah payudara dan perut, karena kedua daerah ini mayoritas
jaringannya lemah. Param bekerja pada otot.
1.7.4

TAPEL.
Dicampur dengan kapur sirih dan air jeruk nipis, dibalurkan pada perut

sebelum ibu mengenakan bengkung/stagen. Tujuannya antara lain untuk


mengurangi rasa sakit-sakit di perut, mengempiskan perut serta memulihkan
kondisi kulit perut.
a. Apakah semua ibu yang baru melahirkan boleh memakai tapel? Ya, jika
ibu bersalin secara alami. Jika ibu bersalin lewat operasi, tapel tidak boleh
digunakan sampai luka operasinya dinyatakan baik oleh dokter, atau kirakira sampai 2 minggu setelah melahirkan. Namun pemakaian tapel ini
sebaiknya tidak kena daerah yang ada luka operasinya.
b. Sejauh mana efektifitas penggunaan tapel? Tapel menghangatkan perut
yang membuat usus bekerja atau berkontraksi lebih cepat sehingga angin
yang berada di dalamnya bisa keluar dengan mudah, sendawa lebih mudah
dan perut terasa kempis. Air kapur sirih dan jeruk nipis memiliki sifat anti
selulit. Hanya saja, kalau kulitnya sensitif, atau terlalu banyak kapur
sirihnya, maka bisa timbul luka bakar. Tapel sifatnya membantu proses
pembakaran lemak bawah kulit. Kalau lemaknya berkurang, kulit yang
tadinya meregang juga lebih cepat bertemu.
58

1.7.5

BENGKUNG/STAGEN.
Alat ini umumnya terbuat dari kain. Ukurannya beragam. Kini sudah

ada bentuk yang lebih praktis dan mudah digunakan. Manfaatnya untuk
membantu mengempiskan perut dan membuang angin dalam rongga perut.
a. Apakah semua ibu yang baru melahirkan boleh memakai bengkung?
Boleh, asal cara memakainya benar, terutama untuk ibu yang bersalin
lewat operasi.

Bengkung sebaiknya dimulai dari bagian bawah luka

operasi (setinggi panggul) sampai sedikit di atas pusar. Jangan terlalu


tinggi, karena di situ ada lambung dan paru-paru. Luka operasi yang
tertekan bengkung efeknya sama dengan tulang patah yang digips. Luka
jadi diam dan rapat sehingga cepat menutup. Untuk ibu yang bersalin
normal, gerak geriknya jadi perlahan, dan duduk juga tidak mengangkang.
Hal ini baik untuk pemulihan luka.
b. Sejauh mana efektivitas penggunaan bengkung dalam membantu
mengempiskan perut? Cara paling efektif untuk mengempiskan perut
adalah dengan senam nifas untuk melatih otot perut, dan mengurangi
konsumsi lemak. Pemakaian bengkung bisa membuat kita tertipu karena
kita merasa perut sudah kempis. Bengkung sifatnya hanya membuat perut
terasa lebih nyaman. Selain itu, bengkung juga membantu penyerapan
tapel sehingga efek pembakar lemaknya bekerja lebih efektif. Sama
seperti orang habis creambath yang kepalanya ditutup handuk.
c. Apakah bengkung harus dipakai sepanjang hari? Sebaiknya tidak karena
kulit perlu bernapas. Jadi, malam hari sebaiknya dibuka saja. Untuk hasil
optimal, bengkung dipakai sampai 3 bulan.

59

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Subjektif :
a. Identitas pasien :
1) Nama
: Ny. A
2) Umur
: 29 tahun
3) Jenis kelamin
: Perempuan
4) Status
:5) Pendidikan
:6) Agama
:7) Pekerjaan
:8) No Med. Rec
:9) Diagnosa Medis
: P2A0
10) Alamat
:11) Tanggal Masuk : b. Identitas penanggung jawab
1) Nama
:2) Umur
:3) Jenis kelamin
:4) Agama
:5) Pekerjaan
:6) Alamat
:7) Hubungan dengan pasien : c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada perineum dan takut jahitannya akan terbuka
jika berkemih. Sampai saat ini ibu tidak mau minum karena setelah 2 hari
melahirkan ibu belum berkemih.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien masih merasa nyeri dan ASI belum keluar. Klien tidak mau minum
dan belum berkemih setelah 2 hari melahirkan. Namun selalu diberi
3)
4)
5)
6)

jamu-jamuan yang menurut budaya sang ibu bisa menurunkan BB.


Riwayat kesehatan dahulu
Tidak Terkaji
Riwayat kesehatan keluarga
Tidak Terkaji
Riwayat kehamilan dan persalinan
a) GPA
: P2 A0
b) Riwayat persalinan
: persalinan pervaginam
Riwayat kehamilan/persalinan dahulu

60

No
1
2

Tahun

Usia

Usia

ibu

kehamilan

Lahir di Tindakan
persalinan
Normal
Normal

Kondisi bayi
PB
BB

Patologis

7) Data Bayi
Bayi laki-laki BB 3200 gram, Panjang Badan 50cm, Apgar score 9,
Reflek (+) (rooting,sucking, moro).
d. Data Biologis
1) Pola Kehidupan Sehari-hari
Nutrisi (Tidak Terkaji)
a) Cairan dan elektrolit : Klien tidak mau minum dan belum berkemih
setelah 2 hari melahirkan. Namun selalu diberi jamu-jamuan yang
menurut budaya sang ibu bisa menurunkan BB.
b) Eliminasi (Tidak Terkaji)
c) Istirahatdan Tidur (Tidak Terkaji)
d) Personal Hygiene (Tidak Terkaji)
2) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
b) Vital sign
TD
: 100/60 mmHg
Nadi
: 100 x/ menit
Suhu
: 37,80 C
RR
: 25 x/ menit
c) Pemeriksaan menyeluruh
(1) Kepala dan Leher (Tidak terkaji)
(a) Bentuk
(b) Rambut
(c) Mata
(d) Hidung
(e) Telinga
(f) Mulut dan gigi
(g) Leher
(2) Dada
(a) Inspeksi
: payudara simetris kanan dan kiri, puting
inverted, hiperpigmentasi pada areola mammae
(b) Palpasi
: pengeluaran kolostrum (-)
(c) Perkusi
:
(d) Auskultasi :
(3) Abdomen
(a) Inspeksi
: tidak ada luka, tampak striae
(b) Palpasi
: TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi (-),
diastasis rektus abdominis 2 jari

61

(c) Perkusi
(d) Auskultasi
(4) Genitalia
(a) Inspeksi

:
:
:
: Lochea lubra, 1 pembalut penuh setelah 1 jam,

jahitan, ruptur perineum grade 2


(5) Eksteremitas
: edema -/-, varises -/-, reflek patela +/+, homan
sign -/e. Data Psikologis
Ibu merasa senang dengan kelahiran anak pertama ini, namun masih merasa
bingung juga karena belum tahu cara merawat bayi karena anak pertama
dulu semua urusan bayi neneknya yang urus dan cara menurunkan berat
badan namun tetap ingin menyusui.
f. Data Sosial, Budaya dan Spiritual
Nenek bayi mengoleskan madu dibibir bayi dengan keyakinan bayi kelak
akan pandai berbicara dan disukai bila diolesi madu.
g. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
(Tidak terkaji)
h. Pengelompokan Data
1) Data Subjektif
Klien mengeluh nyeri pada perineum dan takut jahitannya akan terbuka
jika berkemih. Sehingga sampai saat ini ibu tidak mau minum karena
setelah 2 hari melahirkan ibu belum berkemih
2) Data Objektif
- Tampak jahitan dan rupture perineum grade 2
- Klien belum berkemih selama 2 hari dan kontraksi (-)
- Pembalut penuh dengan lochea rubra setiap 1 jam

62

2. Analisa Data
No
1

Data

Etiologi
Persalinan

DO :
-

Pembalut

penuh

dengan lochea rubra


setiap 1 jam

Masalah Keperawatan
Risiko syok hipovolemik

Pembuluh darah rusak

TD 100/60 mmHg

Nadi 100x/menit

RR 25x/menit

Katung kemih penuh

Atonia uteri

Perdarahan

DS : Klien mengeluh

Risiko syok hipovolemik


Persalinan

nyeri pada perineum dan

takut

jahitannya

akan

terbuka jika berkemih

Nyeri

Episiotomi

Terputusnya kontinuitas

DO : Luka episiotomi,
tampak

jahitan

dan

rupture perineum grade 2


3

DS

Klien

merasa

jaringan

Nyeri
Persalinan

bingung karena belum

tahu cara merawat bayi,

Ibu kurang informasi

mengkonsumsi

jamu-

jamuan dan mengoleskan

Kurang pengetahuan

Kurang pengetahuan

madu di bibir bayi


2. 1

Rencana Keperawatan
2.2.1 Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan atonia uteri
63

Tujuan keperawatan: untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya syok


hipovolemik.
Intervensi
Monitor keadaan umum pasien dan pantau

Rasional
Upaya deteksi dini defisit cairan

kehilangan darah serta kondisi kontraksi uterus

memungkinkan dilakukannya intervensi

Pantau tanda dan gejala syok berupa:

untuk mencegah syok


Peningkatan dan penurunan tanda dan gejala

Peningkatan frekuensi nadi


Penurunan tekanan darah (sistolik < 90

mmHg)
Pernafasan cepat
Haluaran urine sedikit (< 30 ml/jam)
Kulit dingin, pucat, lembab, atau sianotik
Penurunan saturasi oksigen (SaO,

resiko syok terjadi karena respon kompensasi


terhadap penurunan volume sirkulasi di
jaringan perifer

SVO), tekanan arteri pulmoner


- Penurunan hemoglobin/hematocrit
Pertahankan ibu tetap hangat tetapi tidak

Membantu meningkatkan suplai darah ke

membuat kepanasan
Batasi gerakan dan aktivitas klien
Lanjutkan memantau tanda-tanda vital setiap 15

pusat tubuh yang vital


Kebutuhan oksigen jaringan dapat dikurangi
Perubahan perfusi jaringan mempengaruhi

menit dan kehilangan darah.


Pasang kateter urine serta pantau asupan cairan

perubahan tanda-tanda vital


Jumlah asupan cairan tang kurang dapat

dan haluaran urine


memengaruhi jumlah haluaran urine
Melakukan massasge uterus jika kontraksi masih Massage di bagian perut membantu
(-) maka kolaborasikan untuk pemberian

meningkatkan kontraksi uterus

oksitosin
Kolaborasi:

Aliran infus yang lebih cepat membantu

Pasang jalur IV line misalnya salin atau Ringer

meningkatkan perfusi jaringan yang optimal

laktat dengan aliran infus yang lebih cepat


Kolaborasi:

Mengetahui kondisi dan jumlah darah yang

Pemeriksaan lab (Hb, Ht, BUN)

hilang untuk menjadi acuan melakukan

Pantau konsisi ibu secara ketat

tindakan lebih lanjut


Diperlukan pemantauan berkala untuk
mencegah terjadinya syok hipovolemik

2.2.2 Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan


Tujuan keperawatan: Nyeri hilang dalam waktu 2x 24 jam, kebutuhan rasa
nyaman terpenuhi.
64

Intervensi
Penyuluhan Klien
-

Jelaskan tentang afterpain pada ibu.


Anjurkan untuk mengerutkan otot
gluteus saat duduk, dan duduk di kursi

dengan bantalan keras, bukan empuk.


Anjurkan untuk berbaring miring.

Ajarkan penggunaan teknik manajemen


nyeri (latihan napas dalam, imajinasi
visual, aktivitas dipersional)

Rasional
-Untuk menambah pemahaman ibu
tentang penyebab ketidaknyamanan.
-Untuk menghindari tekanan langsung
pada perineum.
-Untuk menghindari tekanan pada
episiotomy.
-Mengalihkan perhatian terhadap nyeri,
meningkatkan control terhadap nyeri
yang mungkin berlangsung lama.

Tindakan Kolaborasi
-

Anjurkan pemberian krim atau

-Untuk memberi anastesia local.

semprotan anestesia pada perineum,


secara tipis tiga hingga empat kali tiap
-

hari.
Dorong penggunaan pembalut dengan
hamamelis setelah berkemih atau

-Untuk memberikan efek astringen yang


menyejukkan.

defekasi.
Lain-lain
-

Setelah 24 jam pertama, hentikan

-Es tidak efektif untuk mencegah edema

kompreses pada perineum dan anjurkan

setelah 24 jam. Pada periode ini,

untuk berendam dalam air hangat atau

sebaiknya gunakan kompres hangat

sitz bath.

untuk menghasilkan vasodilatasi lokal


dan meningkatkan aliran darah serta
limfe yang melalui area tersebut guna
membantu mengurangi edema yang

Untuk afterpain,dorong ibu untuk


berbaring telungkup dan gunakan botol

air panas atau bantalan yang hangat.


Berikan NSAID (mis, naproksen
natrium [Anaprox]) minimal 30 menit

timbul.
-Untuk meningkatkan rasa hangat dan
membantu relaksasi otot abdomen;
untuk memberi stimulus bersaing.
-Isapan bayi menyebabkan pelepasan
oksitoksin pada pituitary posterior,
yang menstimulasi kontraksi uterus
65

sebelum ibu menyusui.

dan memperparah afterpain. NSAID


menghalangi sintesis prostaglandin,
yang mengganggu kontraktilitas
uterus; NSAID juga bekerja di perifer
sebagai analgesia untuk mengurangi
nyeri.
-Meningkatkan sirkulasi umum,

Lakukan tindakan untuk meningkatkan


kenyamanan (masase, perubahan posisi)

menurunkan area tekanan lokal dan


kelelahan otot.

2.2.3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak ada pengalaman


atau terpajan sebelumnya dengan situasi
Tujuan Keperawatan: Berpartisipasi dalam perawatan diri dan bayi secara
efektif.
Intervensi
Kaji pengetahuan, tingkat pendidikan, dan

Rasional
Penting untuk mengkaji minat klien daripada

kesediaan ibu saat ini untuk belajar

membuat asumsi tentang topik penyuluhan

Berikan panduan antisipasi untuk perawatan

yang penting.
Klien biasanya termotivasi untuk belajar

diri selama periode kehamilan dan pasca

tentang tubuh mereka dan bayinya serta

partum

perilaku yang sehat yang membutuhkan


panduan untuk belajar mengenai perawatan diri

Sediakan lingkungan yang tenang dan nyaman

dan bayi.
Memudahkan pembelajaran

saat memberikan penyuluhan


Libatkan keluarga dan individu pendukung

Keluarga dan teman dapat menguatkan

dalam penyuluhan
Ajarkan ibu dan keluarga tentang semua

informasi yang diberikan


Persiapan psikologis dan informasi yang

prosedur perawatan diri dan bayi pasca

adekuat bagi ibu dan keluarga diperlukan untuk

kelahiran

mencegah adanya kebingungan dan stress post


partum

66

Diskusikan mengenai pentingnya mempelajari

Dengan diskusi, klien dan keluarga lebih cepat

materi dan apa yag belum diketahui ibu serta

menerima pembelajaran ataupun informasi.

keluarga pasca persalinan bagi ibu dan bayi


Tetap bersikap terbuka menyangkut budaya

Jika klien merasa diterima, rasa percaya dapat

dan spiritual klien serta keluarga

berkembang dan pembelajaran dapat


meningkat

2. 2

67

DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Bobak, I. M., & Jensen, M. D. 1993. Maternity and Ginecologic Care: The Nurse
and The Family. 5th edition. St. Louis: Mosby-year book, Inc.
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. 2005. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas (Maria A. Wijayarini & Peter Anugerah, Penerjemah). Jakarta:
EGC.
Bobak, Lowdermill. Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis.
Jakarta: EGC.
FatmawatiI, Novi Indra, dan D. E. A. Suwijiyo Pramono. Kajian Hubungan Khasiat
dan Komposisi Ramuan Obat Tradisional Serta Perawatan Pasca Lahir
Pada Bayi di Wilayah Kabupaten Sleman Bagian Barat. Diss. Universitas
Gadjah Mada, 2014.
Green, Carol J. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan: Maternal & Bayi Baru Lahir.
Jakarta: EGC.
Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Henderson, C., Jones K. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta:EGC.
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Kelahiran/Gizi+dan+Kesehatan/amankah.peraw
atan.tradisional.pasca.persalinan/001/001/1527/2 diakses pada Minggu, 19
April 2015 Pukul 22.15
http://www.edukia.org/web/kbbayi/start2/ diakses pada Sabtu, 18 April 2015 Pukul
20.42
https://www.academia.edu/9246587/BENDUNGAN
ASI_BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA
diakses pada Sabtu, 18 April 2015 Pukul 21.35
Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis ASI EKSLUSIF dalam Info DATIN Pusat
Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI

68

Lowdermilk, Deitra Leonard. 2013. Buku Keperawatan Maternitas Edisi 8. Jakarta:


Salemba Medika.
Paryono, Paryono, and Ari Kurniarum. "Kebiasaan Konsumsi Jamu Untuk Menjaga
Kesehatan Tubuh Pada Saat Hamil dan Setelah Melahirkan di Desa Kajoran
Klaten Selatan." Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan 3.1 (2014).
Penny, Janet.dkk. 2008.Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan & Bayi. Jakarta :
EGC.
Prawiroharjo. S .1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Solehati, Tetti. 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan Maternitas.
Bandung : Refika Aditama
Suryawati, Chriswardani. "Faktor sosial budaya dalam praktik perawatan kehamilan,
persalinan, dan pasca persalinan (studi di Kecamatan Bangsri Kabupaten
Jepara)." Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia 2.1 (2007): 21-31.
Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol.2 Ed.4. Jakarta: EGC.
Yulianti, Devi. 2005. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan.
Jakarta: EGC.

69

Anda mungkin juga menyukai