NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
MISS. FADEELAH WAJI
K 100 110 123
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2015
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh
penduduk di negara berkembang, termasuk Indonesia (Radji, 2011). Infeksi merupakan
suatu keadaan terjadinya invasi dan pembiakan mikroorganisme dijaringan tubuh manusia
yang dapat menimbulkan cidera seluler lokal (Dorland, 2002). Salah satu bakteri yang
menyebabkan penyakit infeksi adalah Staphylococcus aureus.
Hampir semua orang pernah mengalami berbagai infeksi Staphylococcus aureus
selama hidupnya, maupun dari keracunan makanan yang berat atau infeksi kulit yang kecil,
sampai infeksi yang tidak bisa disembuhkan (Jawetz et al., 2001). Staphylococcus aureus
bisa juga menyebabkan pneumonia, meningitis, endokarditis, dan infeksi kulit (Jawetz et
al., 2005).
Manusia berusaha mengembangkan obat-obatan untuk mengatasi penyakit infeksi.
Salah satu obat tradisional yang mempunyai efek antibakteri adalah asam gelugur
(Garcinia atroviridis Griff. et Anders). Ekstrak etanol buah asam gelugur mempunyai
aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan menunjukan nilai konsentrasi
hambat minimal (KHM) sebesar 0,08% dan nilai konsentrsi bunuh minimal (KBM) sebesar
0,56% (Hengsa, 2014). Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan ekstrak etanol buah
asam gelugur pada kulit, maka dilakukan formulasi ekstrak buah asam gelugur dalam
sediaan krim tipe A/M. Sediaan krim merupakan sediaan transdermal yang sering
digunakan untuk pengobatan penyakit kulit, penyebarannya di kulit juga mudah, dan terdiri
dari beberapa zat tambahan yang bisa melindungi bahan aktif sehingga tidak terjadi
peruraian zat aktif dan efeknya bisa lebih maksimal.
Krim merupakan suatu cairan kental atau emulsi setengah padat. Krim biasanya
digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit (Ansel, 2005). Formulasi pada
sediaan krim akan mempengaruhi jumlah dan kecepatan zat aktif yang diabsorbsi. Zat aktif
dalam sediaan krim masuk ke dalam basis yang merupakan pembawa obat berkontak
dengan permukaan kulit. Bahan pembawa yang digunakan untuk sediaan topikal akan
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap absorbsi obat (Wyatt et al., 2001). Krim
tipe A/M mempunyai daya lekat yang lebih lama dibandingkan krim tipe M/A, semakin
lama waktu krim lekat pada kulit maka efek yang ditimbulkan juga semakin besar.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan bertujuan untuk mengetahui
aktivitas antibakteri dari formulasi sediaan krim tipe A/M ekstrak etanol buah asam
gelugur terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
METODE PENELITIAN
Kategori Penelitian dan Variasi Penelitian
1. Kategori Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental.
2. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas : perbedaan konsentrasi ekstrak etanol buah asam gelugur yaitu 4%
dan 6%.
b. Variabel tergantung : sifat fisik sediaan krim (organoleptik, viskositas, pH, daya
sebar, daya lekat, daya proteksi), diameter zona hambat.
c. Variabel terkendali : asal buah asam gelugur, suhu dan waktu inkubasi, berat krim
yang masukkan ke dalam sumuran.
Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Laminar Air Flow (LAF),
mortar, stamper, refraktometer, timbangan analitik (Lutron GM-300P), viskostester (RION
viscometer VT-04), pH meter (HANNA Instruents), alat autoklaf, alat inkubator, alat uji
daya menyebar, alat uji daya melekat, alat uji daya proteksi, piknometer, alat-alat gelas,
cawan porselen, neraca timbang, pemanas air, spreader glass, dan cork borer.
2. Bahan
Bahan yang digunakan meliputi buah asam gelugur (dari Pattani Thailand), etanol
96%, Staphylococcus aureus (dari Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Farmasi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta), media Mueller Hinton (OXOID-CM0337), media
Brain Heart Infusion (OXOID-CM1135), akuades steril, dan standar Mc. Farland (1,5x108
CFU/mL), cera alba, cetaceum, paraffin cair, Na tetraborat, dan akuades.
Jalannya Penelitian
1. Pembuatan ekstrak etanol buah asam gelugur
Buah asam gelugur yang sudah dipanen kemudian dicuci, ditiriskan, dipotong dan
dijemur panas. Sebanyak 3 kg simplisia buah asam gelugur yang telah dipotong kecil
direndam dalam etanol 96% dalam bejana maserasi yang terlindung dari cahaya matahari,
didiamkan selama 5 hari. Simplisia yang dimaserasi kemudian diaduk beberapa kali untuk
mendapatkan konsentrasi jenuh, sehingga tidak ada lagi zat aktif yang dapat disari oleh
penyari. Hasil yang didapatkan disaring dan dilakukan remaserasi. Maserat hasil maserasi
dan remaserasi diuapkan dengan rotary evaporator dilanjutkan dengan waterbath pada
suhu 60oC.
2. Uji antibakteri
a. Sterilisasi alat dan bahan
Alat-alat dan bahan yang akan digunakan harus disterikan terlebih dahulu. Alat-alat
gelas seperti cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet volume dicuci dan dibungkus,
kemudian dimasukkan ke dalam oven (pemanasan kering) dan disterilkan pada suhu 175oC
selama 2 jam. Alat dan bahan yang tidak tahan pemanasan kering seperti media, tips
dimasukkan dalam autoklaf (pemanasan basah) pada suhu 121oC selama 15 menit.
b. Pembuatan media MH
Media padat MH 9,5 g dilarutkan dalam akuades steril 250 mL dan dipanaskan
hingga melarut, kemudian disterilisasi dalam autoklaf 121oC selama 15-20 menit. Media
yang telah steril dimasukkan ke dalam cawan petri di LAF sebanyak 20 mL.
c. Pembuatan stok bakeri dan suspensi bakteri
Media yang telah mengeras diambil dan digoreskan bakteri secara streak plate, dan
diinkubasi selama 24 jam. Suspensi bakteri dibuat dengan cara mengambil beberapa koloni
tunggal yang telah dikultur 24 jam dimasukkan ke dalam 2 mL BHI cair. Setelah itu
kekeruhan disamakan dengan larutan standar Mc.Farland (1,5x108 CFU/mL), dengan
ditambah larutan NaCl 0,9 %.
d. Uji antibakteri ekstrak
Ekstrak etanol buah asam gelugur dibuat 4 seri konsentrasi yaitu 1%, 2%, 4%, dan
8%. Media yang telah diinokulasi dengan bakteri S.aureus 200 L dibuat 6 sumuran yang
masing-masing diberi 4 seri konsentrasi ekstrak 20 L, kontrol negatif (DMSO 20 L),
kontrol positif (amoksisilin 1% 20 L). Petri diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam
dan diukur diameter zona hambatnya. Konsentrasi ekstrak etanol buah asam gelugur yang
memiliki zona hambat diformulasi dalam sediaan krim.
3. Pembuatan krim ekstrak etanol buah asam gelugur.
Berdasarkan uji antibakteri ekstrak, ekstrak etanol buah asam gelugur yang dapat
menghambatkan bakteri S.aureus atau yang mempunyai zona hambat dipilih untuk
membuat formulasinya (Tabel 1).
Tabel 1. Formula krim tipe A/M
Formula Krim (gram)
Bahan
K
FI
FII
Ekstrak buah asam gelugur
4
6
Cera alba
10
10
10
Cetaceum
5
5
5
Na tetraborat
0,5
0,5
0,5
Paraffin liq
56,5
56,5
56,5
Aquadest
Sampai 100
Sampai 100
Sampai 100
Keterangan : K = kontrol basis krim
FI = sediaan krim ektrak etanol buah asam gelugur 4%
FII = sediaan krim ekstrak etanol buah asam gelugur 6%
dimasukkan dalam wadah yang cocok dan tertutup rapat (Rahmawati et al, 2010).
4. Uji antibakteri krim
Media yang
CFU/mL) dibuat 4 sumuran yaitu kontrol positif (gentamisin krim), formula 1, formula 2,
kontrol basis. Ke dalam sumuran tersebut diisi masing-masing krim 100 mg. Petri
diinkubasi pada suhu 37C selama 18-24 jam dan diukur diameter zona hambatnya (zona
radikal). Cara mengukur zona hambat diukur 2 sisi yaitu sisi vertikal dan horizontal dengan
menggunakan penggaris, kemudian dihitung reratanya.
5. Uji sifat fisik krim
a. Uji organoleptis
Uji organoleptis dilakukukan dengan menggunakan 20 orang panelis yang tidak
terlatih diminta untuk menilai bentuk, bau, warna, kemudahan dioles untuk mengetahui
mengandung atau tidak mengandung butiran dari krim tipe A/M melalui lembar kuisioner
yang telah disediakan. Pengujian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap
krim tipe A/M ekstrak etanol buah asam gelugur.
b.
Uji viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Viskotester VT-04
RION CO. LTD. Viskotester dipasang pada klem dengan arah horizontal atau tegak lurus
dengan arah klem. Rotor dipasang pada viskotester dengan menguncinya berlawanan arah
jarum jam. Mangkuk diisi dengan 100 gram krim. Rotor ditempatkan tepat berada tengahtengah mangkuk yang telah berisi krim, kemudian alat dihidupkan. Ketika rotor mulai
berputar jarum penunjuk viskositas secara otomatis akan bergerak menuju ke kanan,
setelah penunjuk stabil. Viskositas dibaca pada skala rotor. Satuan yang digunakan
menurut JLS 28809 standart viskositas yang telah dikalibrasi untuk VT-04 adalah
desipaskal-second (dPa-s).
c. Uji pH
Pengujian pH krim menggunakan alat pH-meter. Alat dikalibrasi dengan larutan
dapar standar pH 4 dan pH 7. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling dan
4
Gambar
G
1. Hassil pengecatan
n gram bakterri Staphylococccus aureus
Uji biokim
miawi mengggunakan meddia agar garaam manitol (Manitol Saalt Agar) yanng
merup
pakan mediaa selektif diffferensial terrhadap Staphhylococcus aureus (Fanng dan Hediin,
2003).. Warna meedia MSA berubah
b
dari merah men
njadi kuningg (Gambar 4).
4 Perubahaan
warnaa ini disebabkkan Staphyloococcus aurreus dapat memfermenta
m
asi manitol dalam
d
keadaaan
2
anaeroob (Singh daan Prakash, 2008).
Gamba
ar 2. Hasil uji biokimiawi S.aureus terjjadi perubahaan warna media MSA oleh
h S.aureus daari
merah menjadi kuniing
Uji Ak
ktivitas Anttibakteri ek
kstrak dan k
krim
Buah asam
m gelugur yang
y
sudahh dikeringkaan diekstrakksi dengan menggunakaan
metodde maserasi yang
y
meruppakan metodde yang sedeerhana dan m
mudah dilak
kukan. Pelarrut
yang digunakan adalah
a
etanool 96 %. H
Hasil yang diperoleh
d
addalah ekstrakk kental yanng
berwaarna coklat tua
t sebanyaak 485,25 gram dari maserasi
m
simpplisia keringg 3000 gram
m,
sehinggga rendemen yang diperroleh sebesaar 16,17 %b//b.
Uji aktivittas antibakteeri ekstrak eetanol buah asam geluguur (Gambarr 5) dilakukaan
untuk mengetahuii daya ham
mbat ekstrak tersebut. Uji
U antibakteeri menggunnakan metodde
difusi sumuran deengan mengggunakan bebberapa seri konsentrasi
k
yyaitu 1%, 2%
%, 4% dan 8%
dengan
n volume 20 L tiap
p sumuran (Loading ekstrak 2000, 400, 800 dan 1.6000
g/sum
muran). Hannya ekstrak dengan konnsentrasi 4%
% dan 8% yaang memperrlihatkan zonna
hambaat terhadap S. aureus berturut-turu
b
ut sebesar 9,331,40
9
m
mm dan 11,160,76 mm
m.
6
Uji aktivitas antibakteri krim ekstrak etanol buah asam gelugur bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah asam gelugur terhadap bakteri
Staphylococcus aureus setelah diformulasi dalam sediaaan krim. Pada penelitian ini
dilakukan dengan metode difusi sumuran sebanyak 4 sumuran.
Tabel 2.Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak sediaan krim ekstrak etanol buah asam gelugur
(Garcinia atroviridis Griff.et Andres).
Formula
Kadar ekstrak
Diameter zona
Ekstrak
Diameter zona
dalam krim (%)
hambatSD (mm)
(%)
hambatSD
(mm)
1
K+
27,60 0,26
2
Kontrol basis
6,00 + 0,00
4
9,33+ 1,40
Formula 1
4
9,73 0,11
Formula 2
6
13,36 0,41
8
11,16 + 0,76
Keterangan :
Kontrol basis = sediaan krim tanpa ekstrak etanol buah asam gelugur
Formula 1
= sediaan krim ektrak etanol buah asam gelugur 4%
Formula 2
= sediaan krim ekstrak etanol buah asam gelugur 6%
K+
= krim antibakteri yang dipasarkan (Gentamisin krim)
Diameter zona hambat termasuk diameter sumuran (6 mm)
Berdasarkan Tabel 2, konsentrasi ekstrak etanol buah asam gelugur yang memiliki
zona hambat adalah pada konsentrasi 4% dan 8 %. Pada konsentrasi 8% apabila
diformulasi menghasilkan krim yang cair dan pemisahan antara fase air dan fase minyak,
maka diturunkan konsentrasi menjadi 6%. Jadi konsentrasi yang digunakan dalam sediaan
krim adalah 4% dan 6%. Pada kontrol basis tidak mempunyai zona hambat. Sedangkan
formula 1 dan 2 dengan adanya ekstrak etanol buah asam gelugur menunjukkan zona
hambat. Formula 2 dengan penambahan ekstrak etanol buah asam gelugur 6% mempunyai
aktivitas antibakteri lebih besar daripada formula 1 dengan penambahan ekstrak etanol
buah asam gelugur 4%. Semakin besar konsentrasi ektrak etanol buah asam gelugur maka
semakin besar juga daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
7
Hasil uji aktivitas antibakteri krim menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah asam
gelugur dalam sediaan krim memiliki aktivitas antibakteri lebih baik dibandingkan dengan
ekstrak etanol buah asam gelugur yang tidak diformulasi dalam sediaan. Hal ini
dikarenakan pada sediaan krim yang ada pada sumuran mengandung jumlah ekstrak yang
lebih besar (konsentrasi 4% = 4 mg/sumuran) dibanding ekstrak yang tidak diformulasikan
(konsentrasi 4% = 800 g/sumuran).
Evaluasi Fisik Sediaan Krim
1. Uji Organoleptis
Tujuan dari uji organoleptis adalah untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap krim
ekstrak etanol buah asam gelugur. Penelitian ini menggunakan 20 orang panelis yang tidak
terlatih yang diminta untuk menilai bentuk, bau, warna, mudah dioles dan tidak
NilaiKesukaan
Kontrolbasis
Formula1
Formula2
Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa hasil uji organoleptik yang meliputi bentuk,
bau, warna, mudah dioles dan tidak mengandung butiran terhadap 20 panelis yang diuji
menunjukkan bahwa rata-rata para panelis lebih menyukai Kontrol basis yaitu krim tanpa
ekstrak etanol buah asam gelugur. Untuk krim dengan penambahan ekstrak etanol buah
asam gelugur, para penelis lebih suka krim ekstrak etanol buah asam gelugur 4%
disbanding krim ekstrak etanol buah asam gelugur 6%.
2. Uji Viskositas
Uji viskositas krim bertujuan untuk mengetahui viskositas krim ekstrak etanol buah
asam gelugur. Viskositas merupakan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin
8
besar tahanannya maka viskositas juga semakin besar. Hasil uji viskositas dapat dilihat
dalam Tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji viskositas krim ekstrak etanol buah asam gelugur
Formula
Kontrol basis
Formula 1
Formula 2
Viskositas (dPa-s)
377,50 20,61
295,00 19,14
257,50 15,00
Keterangan:
Kontrol basis = sediaan krim tanpa ekstrak etanol buah asam gelugur
Formula 2 = sediaan krim ektrak etanol buah asam gelugur 4%
Formula 3 = sediaan krim ekstrak etanol buah asam gelugur 6%
kontrol basis, formula 1, dan formula 2. Krim tanpa ekstrak etanol buah asam gelugur
memiliki viskositas yang lebih besar daripada krim dengan penambahan ekstrak etanol
buah asam gelugur.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan viskositas antara krim ekstrak etanol
buah asam gelugur dengan konsentrasi 4% dan 6% maka dilakukan uji anova satu jalan,
dan hasil yang diperoleh signifikan (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang bermakna, artinya dengan ada penambahan ekstrak etanol buah asam gelugur
berpengaruh terhadap viskositasnya. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol buah asam
gelugur akan menurunkan nilai viskositas krim.
3. Uji pH
Uji pH bertujuan untuk mengetahui keamanan dalam pemakaian sediaan krim pada
kulit. pH kulit yaitu antara 4,5-6,5. Agar aman dan cocok dengan kulit, maka sediaan harus
berada pada rentang pH tersebut agar tidak terjadi iritasi pada kilit. Hasil uji pH dapat
dilihat dalam tabel 4.
Tabel 4. Hasil uji pH krim ekstrak etanol buah asam gelugur
Formula
Kontrol basis
Formula 1
Formula 2
pH
9,33 0,04
3,05 0,08
2,71 0,09
Keterangan:
Kontrol basis = sediaan krim tanpa ekstrak etanol buah asam gelugur
Formula 1 = sediaan krim ektrak etanol buah asam gelugur 4%
Formula 2 = sediaan krim ekstrak etanol buah asam gelugur 6%
Pada Tabel 4, krim ekstrak etanol buah asam gelugur memiliki nilai pH terlalu kecil
atau sangat asam. pH sediaan (2,5-3) lebih kecil daripada pH kulit yaitu 4,5-6,5, sehingga
tidak aman digunakan karena akan mengiritasi kulit. Semakin kecil nilai pH atau semakin
asam sediaan akan mudah mengiritasi kulit (Ardiyanto, 2009) maka perlu menyesuaikan
dengan pH kulit supaya meminimalkan iritasi pada kulit.
9
Formula 2
2,2130,111
2,600,191
2,9250,210
3,2500,204
3,4500,178
3,600,158
3,600,158
Keterangan :
Kontrol basis = sediaan krim tanpa ekstrak etanol buah asam gelugur
Formula 1 = sediaan krim ektrak etanol buah asam gelugur 4%
Formula 2 = sediaan krim ekstrak etanol buah asam gelugur 6%
Berat cawan petri yang digunakan 34,91 gram
Berat krim yang digunakan 0,5 gram
Pada Tabel 5, terlihat bahwa dengan adanya ekstrak etanol buah asam gelugur
dapat meningkatkan luas penyebaran krim. Sediaan krim yang bagus adalah sediaan krim
yang jika dioleskan akan menyebar dengan mudah (Juwita, 2013) tanpa menggunakan
tekanan.
Dari data uji daya sebar yang diperoleh, dilakukan uji anova satu jalan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan antara krim ekstrak etanol 4% dan 6%, hasil yang
diperoleh signifikan
signifikan atau perbedaan yang bermakna antara krim ekstrak etanol 4% dan 6% yaitu
semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol buah asam gelugur maka semakin luas
penyebaran krim.
5. Uji daya lekat
Uji daya melekat untuk mengetahui lama waktu kontak krim dengan kulit, semakin
lama maka semakin maksimal absorbsi ke dalam kulit. Hasil uji daya lekat dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 6. Hasil uji daya lekat krim ekstrak etanol buah asam gelugur
Formula
Kontrol basis
Formula 1
Formula 2
Daya lekat
1,07 0,16
0,83 0,07
0,50 0,09
Keterangan:
Kontrol basis = sediaan krim tanpa ekstrak etanol buah asam gelugur
Formula 1 = sediaan krim ektrak etanol buah asam gelugur 4%
Formula 2 = sediaan krim ekstrak etanol buah asam gelugur 6%
10
Dari Tabel 6, dapat dilihat bahwa kontrol basis memiliki daya melekat yang lebih
lama daripada formula 1 dan formula 2 dan dari hal tersebut dapat dilihat bahwa adanya
ekstrak etanol buah asam gelugur dapat menurunkan daya melekat krim. Hal ini
dipengaruhi oleh viskositas dan karakteristik dari krim tersebut. Semakin besar viskositas
krim maka waktu melekat krim pada kulit juga semakin lama.
Pada uji anova satu jalan terdapat perbedaan yang signifikan (p< 0,05) antara krim
ekstrak etanol buah asam gelugur 4% dan 6%. Penambahan ekstrak etanol buah asam
gelugur memperlama waktu lekat krim di kulit. Semakin besar daya lekat krim maka
semakin lama krim melekat pada kulit dan semakin banyak zat aktif yang terlepas dari
sediaan.
6. Uji daya proteksi
Uji daya proteksi bertujuan untuk mengetahui kemampuan krim dalam melindungi
kulit dari pengaruh luar seperti asam, basa, debu, dan sinar matahari. Hasil uji daya
proteksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 7. Hasil uji daya proteksi krim ekstrak etanol buah asam gelugur
Formula
15 detik
30 detik
45 detik
60 detik
3 menit
Kontrol basis
M
M
M
M
M
Formula 1
M
M
M
M
M
Formula 2
M
M
M
M
M
Keterangan : M = noda merah
Kontrol basis = sediaan krim tanpa ekstrak etanol buah asam gelugur
Formula 1 = sediaan krim ektrak etanol buah asam gelugur 4%
Formula 2 = sediaan krim ekstrak etanol buah asam gelugur 6%
5 menit
M
M
M
Dari Tabel 7, terdapat noda merah pada semua formula yang dapat menunjukkan
bahwa KOH dengan indikator fenolftalein dapat menembus lapisan krim yang dioleskan
pada kertas saring. Noda merah yang timbul akibat reaksi antara KOH dengan indikator
fenolftalein sebagai indikator basa. Apabila krim tidak mempunyai proteksi maka KOH
akan berpenetrasi menembus lapisan krim dan bereaksi dengan indikator fenolftalein
membentuk warna merah muda. Hal tersebut menunjukkan bahwa krim tipe A/M tidak
dapat memberikan proteksi atau perlindungan dari pengaruh luar terhadap kulit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Ekstrak etanol buah asam gelugur setelah diformulasi dalam sediaan krim
mempunyai daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus yaitu pada formula krim
ekstrak etanol buah asam gelugur 4% adalah 9,730,11mm dan formula krim ekstrak
etanol buah asam gelugur 6% adalah 13,360,41mm.
11
Sediaan krim ekstrak etanol buah asam gelugur mempunyai pH yang relatif rendah,
maka perlu menyesuaikan dengan pH kulit supaya meminimalkan iritasi pada kulit.
DAFTAR ACUAN
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Ardiyanto, D., 2009, Uji Aktivitas Krim Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia
(TEN.) Steenis) Sebagai Penyembuh Luka Bakar pada Kulit Punggung Kelinci,
Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29, EGC : Jakarta.
Hengsa, S., 2014, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Asam Gelugur (Garcinia
atroviridis Griff. et Anders) terhadap Staphylococcus aureus dan Shigella
dysenteriae serta
Bioautografinya, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Jawetz, E., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A., 2001. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi
XXII, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Jawetz, E., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A., 2005. Mikrobiologi Kedokteran, Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.
Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Rahmawati, D., Sukmawati, A., Indrayudha, P., 2010, Formulasi Krim Minyak Atsiri
Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana Val & Ziip) : Uji sifat fisik dan daya
antijamur terhadap Candida albicans secara in vitro, Majalah Obat Tradisional,
15(2), 56 63.
Singh, P., dan Prakash, A., 2008, Isolation of Escherichia coli, Staphylococcus aureus and
Listeria monocytogenes from Milk Products Sold Under Market Conditions at Agra
Region, Acta agriculturae Slovenica, 1, 8388.
Wyatt, E., Sutter, S.H., Drake, L.A., 2001, Dermatologi Pharmacology, in Goodman and
Gilmans The Pharmacological Basis of Therapeutics, J.G., Limbird, L.E., Gilman,
A.G., (Editor), 10th edition, 1801-1803, McGraw- Hill, New York.
12