PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bakteri selulolitik adalah jenis bakteri yang memiliki kemampuan
untuk mendegradasi substrat yang mengandung selulosa. Bakteri selulolitik
mampu mengubah selulosa menjadi gula yang lebih sederhana untuk
digunakan sebagai sumber karbon dan energy bagi metabolisme dan
pertumbuhannya. Kemampuan ini disebabkan bakteri dapat memproduksi
enzim selulase. Enzim selulase adalah biokatalisator yang berperan
mengkatalisis proses hidrolisis selulosa menjadi rantai selulosa yang lebih
pendek atau oligosakarida yang selanjutnya akan diubah lagi menjadi
glukosa.
Selulase
merupakan
penghilangan
warna
dan
al., 2015).
kertas
peningkatan
untuk
Selulase
modifikasi
banyak
serat,
tersebut. Faktor lain seperti PH, suhu, dan pendinginan harus dikendalikan
dengan baik.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan mampu mempelajari dan mempraktekkan teknik isolasi
mikrobia selulolitik dari habitat asli
2. Praktikan mampu melakukan Enumerasi mirobia selulolitik
3. Praktikan mampu menyusun kurva pertumbuhan mikrobia
4. Praktikan mampu menyusun kurva aktivitas hidrolisis
BAB II
METODE PRAKTIKUM
Pengenceran
dilakukan
dengan
menggunakan
pengenceran
bertingkat 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6. Sampel tanah diambil kemudian
ditimbang sebanyak 5gr kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer
yang berisi 95 ml aquadest steril, kemudian diambil sebanyak 1ml
untuk dipindahkan ke tabung reaksi pertama yang berisi 9ml dilakukan
seterusnya sampai pengenceran 10-6.
2. Isolasi dengan teknik pour plate
Hasil pengenceran 10-2 sebanyak 1 ml dengan menggunakan
mikropipet dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan
medium CMC Agar yang masih cair. Cawan petri ditutup lalu dilakukan
homogenasi sampel pada medium dengan cara cawan petri dipegang lalu
digerakkan membentuk angka delapan. Setelah dianggap homogen, cawan
petri yang telah berisi medium dan inokulum diberi label lalu dibungkus
dengan kertas sampul dan diinkubasi selama satu minggu. Koloni yang
tumbuh kemudian diberi kode untuk selanjutnya diamati morfologi
koloninya. Tujuan dari dilakukannya homogenisasi dengan memutar
membentuk angka delapan adalah untuk menyebarkan media agar merata
sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh tidak hanyak tumbuh pada satu
tempat, namun tumbuh merata.
3. Purifikasi isolate pada medium Nutrient Agar (NA)
Koloni yang tumbuh dari hasil isolasi dengan teknik pour plate
dipilih untuk selanjutnya dimurnikan menggunakan metode Streak plate
pada media Nutrient agar (NA). Koloni yang telah murni dipindahkan
kedalam media NB miring dan diinkubasikan pada suhu ruang sebagai
stok bakteri. Pemilihan dari koloni yang murni dapat dilakukan dengan
memilih koloni sel tunggal pada goresan terakhir pada streak plate, hal ini
karena koloni yang terdapat pafda ujung Streak plate meisah sehingga
diharapkan tidak ada kontaminan. Media miring ini digunakan sebagai
prekultur.
4. Pembuatan prekultur
Stok bakteri pada agar miring ditumbuhkan pada media NA cair
sebagai prekultur dengan waktu inkubasi 3x24 jam. Prekultur nantinya
lag,
eksponensial,
stationer,
maupun
fase
kematian
(bila
memungkinkan).
media
dengan
NB
yang
konsentrasi
diperkaya
selulosa
dengan
g/ml,
selulosa
kemudian
Penambahan
Volume Aquades
diinginkan
Larutan Standar
yang
(mg/ml)
Glukosa (ml)
ditambahkan
0
0,2
0,4
0.6
0,8
1.0
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1.0
(ml)
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0
Total Volume
(ml)
1
1
1
1
1
1
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Pengukuran berat kering tanah
Hari
10/10/2016
11/10/2016
12/10/2016
13/10/2016
Berat tanah
2 gram
1,54 gram
1,51 gram
1,51 gram
2. Enumerasi
Kontrol
Pengenceran 10-2
Pengenceran 10-3
Pengenceran 10-4
Pengenceran 10-5
Pengenceran 10-4
Pengenceran
10-2
10-3
10-4
10-5
10-6
Jumlah Koloni
154
54
18
1
0
Jumla h koloni
faktor pengenceran
CFU/gr basah
154
=1,5 x 10 4 CFU/gr basah
2
10
N x 100
berat kering =
1,5 x 10 x 100
=1,95 x 104 CFU/gr
75,5
kering
Hasil pemurnian dengan metode streak plate
10
11
Kurva Standar
Konsentrasi Glukosa
mg/ml
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
Absorbansi
0.000
0.302
0.469
0.674
0.794
0.914
12
Absorbansi
1.000
f(x) = 0.89x + 0.08
R = 0.97
0.800
Absorbansi
0.600
Linear (Absorbansi )
0.400
0.200
0.000
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
13
Kode Isolat
B2
0,400
0,458
0,542
0,562
C2
0,349
0,376
0,223
0,219
G2
0,367
0,277
0,237
0,467
14
0.4
Konsentrasi Gula Reduksi
0.3
0.2
0.1
0
24
48
72
Waktu (jam)
15
16
Kode isolat
B2
C2
0,007
0,011
0,090
0,013
0,072
0,208
0,130
0,402
0,178
0,775
0,183
0,564
0,262
0,588
0,642
0,614
0,714
0,628
G2
0,010
0,011
0,245
0,494
1,180
0,794
0,825
0,895
0,930
17
Kode Isolat B2
0.800
Kode Isolat C2
Absorbansi 0.600
Kode Isolat G2
0.400
0.200
0.000
24 30 48 54 72 78
Waktu (jam)
B. PEMBAHASAN
1. Enumerasi mikrobia selulolitik
Teknik penghitungan mikrobia dimulai dengan proses isolasi terlebih
dahulu mikrobia selulolitik yang diperoleh dari tanah kebun di belakang
laboratorium mikrobiologi. Terdapat dua macam teknik penghitungan yaitu
teknik langsung dan teknik tidak langsung, untuk melakukan teknik tidak
langsung maka perlu dilakukan isolasi mikrobia dari habitat asli untuk
dikulturkan pada media buatan sehingga dapat dilakukan penghitungan
tidak langsung. Pembiakan mikrobia di laboratorium memerlukan media
yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi
mikroba.
Media
adalah
suatu
bahan
yang
digunakan
untuk
menumbuhkan mikroba yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat zat
makanan. Selain untuk menumbuhkan mikroba, media dapat juga digunakan
untuk
isolasi,
memperbanyak,
pengujian
sifat-sifat fisiologis
dan
18
berat kering
1,51
x 100 =
x 100 =75,5
berat basah
2
Jumlah koloni
faktor pengenceran
CFU/gr basah
154
4
=1,5 x 10 CFU/gr basah
2
10
N x 100
berat kering =
1,5 x 10 4 x 100
=1,95 x 104
75,5
CFU/gr kering
Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan hingga berat
menjadi konstan selama tiga hari, kemudian dimasukkan ke rumus diatas
sehingga diperoleh jumlah sel/g basah adalah
4
sedangkan jumlah sel/g kering sebanyak 1,95 x 10 CFU/gr kering
19
20
sulit dihitung)
(Collins dkk. 2004: 146148; Tortora dkk. 2010: 174175; Madigan dkk.
2012: 129130).
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan teknik pour plate
dimana masing-masing hasil pengenceran pada pengenceran bertingkat
diambil 1ml kemudian dimasukkan ke cawan petri, yang sebelumnya telah
diisi dengan medium NA pada suhu 45 oC yang dituang ke cawan petri
kemudian didiamkan agar dingin. Setelah dingin, barulah hasil pengenceran
sebanyak 1ml ditambahkan lalu diputar membentuk angka delapan untuk
mencampur isinya dan dibiarkan memadat. Setelah mengental, maka setelah
diinkubasi selama 2X24 jam akan nampaklah koloni yang tertanam pada
agar tersebut.
yaitu pada
21
plate
spesifik untuk diteliti lebih lanjut, Selanjutnya hasil koloni pada pour plate
digunakan untuk membuat pemurnian dengan metode streak plate, setelah
diperoleh data morfologi dari pour plate sampel kemudian dipilih untuk
dilakukan penghitungan sel mikrobia dengan cara Streak plate atau goresan.
koloni ini diambil dari streak yang paling akhir karena adanya koloni
pada ujung streak terakhir dianggap merupakan koloni murni yang
merupakan satu sel tunggal yang tidak mengalami kontaminasi. Selanjutrnya
dari koloni tadi dipindahkan ke media miring sebagai stok kultur. Stok
kultur berfungsi sebagai cara agar lebih efisien saat dilakukan penelitian, hal
ini karena dengan melakukan prekultur bakteri tidak perlu lagi beradaptasi
dengan media yang baru. Srehingga meminimalkan fase lag dan aktivitas
mikrobia bisa langsung diamati karena metabolism sel berlangsung lebih
cepat.
Keuntungan penghitungan jumlah sel mikroorganisme menggunakan
viable count, yakni jumlah sel mikroorganisme yang didapat lebih akurat,
penghitungan sel mikroorganisme lebih mudah, sel mikroorganisme yang
dihitung merupakan sel mikroorganisme yang viable, dan penghitungan sel
mikroorganisme
lebih
sensitif.
Akan
tetapi
penghitungan
sel
22
Kode isolat
B2
C2
0,007
0,011
0,090
0,013
0,072
0,208
0,130
0,402
0,183
0,564
0,262
0,588
0,642
0,614
0,714
0,628
G2
0,010
0,011
0,245
0,494
0,794
0,825
0,895
0,930
Kode Isolat B2
0.600
Kode Isolat C2
Absorbansi 0.400
Kode Isolat G2
0.200
0.000
0 1 6 24 48 54 72 78
Waktu (jam)
23
Pada percobaan ini kurva pertumbuhan hanya terdiri atas fase lag,
dan
fase
eksponensial
(log).
Ketika
bakteri
bakteri
selulolitik
karena
itu,
bakteri
selulolitik
yang
sebelumnya
terbiasa
24
cepat, selain aktif membelah, jumlahnya pun sudah banyk sehingga laju
pertumbuhan cepat) (Madigan dkk. 2012:126; Tortora dkk. 2010: 173).
Pada eksperimen ini tidak ditemui adanya fase stasioner dimana
fase ini ditandai dengan pertumbuhan ynag relatif tetap karena
pertumbuhan sel memiliki rasio yang sama dengan kematian sel akibat
berkurangnya media tumbuh. Eksperimen hanya dilakukan sampai
mendapatkan fase log, apabila eksperimen diteruskan sampai fase
stasioner, tingkat kekeruhan medium akan tetap sama. Hal tersebut
disebabkan karena tidak ada pertambahan jumlah sel. Sel-sel yang
mengalami kematian juga tidak memengaruhi perubahan kekeruhan,
karena sel mati tersebut tetap terlarut pada medium. Oleh karena itu,
eksperimen hanya dilakukan hingga mendapatkan fase stasioner. Apabila
eksperimen tetap dilanjutkan, hasil OD tidak akan berubah dan kurva yang
terbentuk hanya akan menggambarkan garis lurus dari fase stasioner yang
panjang (Madigan dkk. 2012:126; Tortora dkk. 2010: 174).
3. Pembuatan Kurva Standar
Setiap bakteri memiliki kurva standar pertumbuhan bakteri.
Metode perhitungan jumlah sel yang digunakan dalam pembuatan kurva
standar pada penelitian ini, adalah dengan menggunakan metode Total
Plate Count (TPC), dan yang
kedua
dengan
menggunakan
Absorbansi
0.000
25
0.2
0.4
0.6
0.8
1
Hasil
0.302
0.469
0.674
0.794
0.914
pengukuran
turbidometer
(OD)
suatu
kultur
sel
mikroorganisme
menganalisis
regresi
yang
linear,
ditumbuhkan.
data-data
tersebut
Selanjutnya,
untuk
kemudian
diolah
26
Absorbansi
1.000
Absorbansi
0.500
Linear
(Absorbansi )
0.000
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Kurva diatas diperoleh dari data table Optic density glukosa dengan
perbandingan konsentrasi dan absorbansi. Untuk menemukan jumlah
pastinya maka perlu dilakukan konversi nilai hidrolisi selulosa melalui
kurva hidrolisis (mg/ml) dengan cara medium CMC dan NB di
spektrofotometer untuk mengetahui OD kemudian nilai OD tersebut
masukkan ke rumus yang diperoleh dari table standar, sehingga nantinya
diperoleh table dan kurva berikut sebagai berikut:
Waktu
0 jam
24 jam
48 jam
72 jam
Aborbansi
B2
0.400
0.458
0.542
0.562
C2
0.349
0.376
0.223
0.219
B2
0.359
0.424
0.518
0.541
Selulosa
C2
0.302
0.333
0.161
0.157
Degan
G2
0.323
0.222
0.177
0.434
Metode
27
B2
0.359
0.424
0.518
0.541
C2
0.302
0.333
0.161
0.157
G2
0.323
0.222
0.177
0.434
0.6
0.5
0.4
Konsentrasi Gula
Reduksi pada tiap Isolat
C2
0 244872
Konsentrasi Gula
Reduksi pada tiap Isolat
G2
Waktu (jam)
28
selulosa yang sangat signifikan, hal ini bisa terjadi karena kemungkinan isoalt
tersebut baru saja masuk ke fase eksponensial sehingga jumlah sel sangat
banyak dan mampu membentuk enzim yang cukup untuk menghidrolisis
selulosa.
29
BAB III
KESIMPULAN
Telah didapatkan hasil isolate bakteri pengurai selulosa atau selulolitik
yang diperoleh dari tanah kebun dengan menggunakan isolasi pour plate dan
streak plate, hasil penghitungan mikrobia menggunakan cara langsung (direct
count)
diperoleh
hasil
1,95 x 10
CFU/gr
berat
kering.
Sedaangkan
penghitungan jumlah sel dengan tidak langsung (indirect count) diperoleh hasil
pada konsentrasi pengenceran 10-2 terdapat 154 koloni, pengenceran 10-3 terdapat
54 koloni, pengenceran 10-4 terdapat 18 koloni, pengenceran 10-5 terdapat 1 kolini,
pengenceran 10-6 tidak ditemui lagi adanya koloni bakteri.
kurva pertumbuhan bakteri pengurai selulosa pada medium NB yang
terdiri atas fase lag,dan fase log pada inkubasi 78 jam. Fase lag terjadi selama 1
jam setelah inkubasi. Fase log terjadi pada awal jam ke-6 hingga jam ke-78. Fase
stasioner tidak ditemui karena dalam percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
adanya bakteri selulolitik. Jumlah sel Eschericia coli NBRC 3301 dapat diprediksi
dari hasil regresi linear dengan rumus y = 0.893x + 0.079 (R = 0.971)
30
DAFTAR PUSTAKA
Ajit Varma. 2007. Advanced Techniques in soil microbiology. Springer. Berlin
Heiderlberg Newyork
Albert G, Moat. 2002. Physiology Microbial. Willey-Liss, Inc
Azhari. 2000. Pengaruh Penggunaan Mikroorganisme Selulolitik
Terhadap Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Lehninger, A. L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia jilid 1. Erlangga: Jakarta
Madigan, M., J. Martinko, D. Stahl, D. Clark. 2012. Brock: biology of
microorganisms. 13th Ed. Pearson Education Inc., San Francisco:
xxviii + 1043 + A-13 + G-16 + P-3 + I-41 hlm.
Mulyasari, Widanarni. 2015. Seleksi Dan Identifikasi Bakteri Selulolitik
Pendegradasi Daun Singkong (Manihot Esculenta) Yang Diisolasi
Dari Saluran Pencernaan Ikan Gurame (Osphronemus Gouramy).
JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 10 No. 2 Tahun 2015: 111121
Paulson, D.S. 2008. Biostatistics and microbiology: a survival manual. Springer
Science + Business Media, New York: ix + 216 hLm
Tameswari, N.L.2013. Kurva Pertumbuhan Dan Penghitungan Konsentrasi Sel
Eschericia Coli Nbrc 3301. Departemen Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia Oktober 2013
Tortora, G. J., B. R. Funke, C. L. Case. 2010. Microbiology an introduction. 10th
Ed. Pearson Education Inc., San Francisco: xxxi + 812 + AN-22 + AP22 + G-17 + C-3 + I-52 hlm.
31