Anda di halaman 1dari 48

Review jurnal

A critical review on Microalgae as an


Alternative Source for Bioenergy Production: A
Promising Low Cost Substrate For Microbial Fuel
Cells

Disusun oleh:
Andang Syaifudin (01385)
Irkhas Aliyah (01404)

Latar
Belakang

MAKRO
Definisi

Alga
MIKRO

Kesimpulan

Tanya
Jawab

Teknik
BIOFUEL

Budidaya,
habitat

cadangan minyak mentah semakin menipis


Energi fosil ternyata memberi dampak polusi
secara langsung ke lingkungan sehingga
memicu global warning
Harga bahan bakar fosil semakin melambung
tinggi
Sintesis biofuel dari biomasa merupakan
salah satu sumber energi potensial yang
dapat berkontribusi sekitar 10% permintaan
energi didunia

A. Makroalga
Makroalga merupakan organisme fotoautothropik
yang mampu memproduksi senyawa karbon dari
bahan anorganik (CO2).
Makroalga biasa dijumpai melekat pada subtrat
misalnya batu, memiliki laju pertumbuhan yang
cepat, dapat mencapai ukuran hingga tinggi 60m
Berdasarkan dari pigmen dominannya alga dibagi
menjadi phaeophyta (alga coklat),
rhodophyta
(alga merah), chlorophyta (alga hijau)
Secara umum kandungfan karbohidrat alga berada
pada kisaran 25-60%, 30-60%, 30-50% berat kering
untuk makroalga hijau, merah, dan coklat.

Polisakarida utama pada alga hijau adalah Dglucuronic acid, D-xylose, L-rhamnose and
sulphate,
Polisakarida alga coklat adalah alginate, laminarin,
fucoidan, cellulose and mannitol.
Alginate merupakan bahan utama penyusun
dinding sel sekitar 40% berat kering alga coklat.
Laminarin terdiri dari 35% berat kering. Dan
tersusun dari
-1,3-glucans. Alginates dapat
dimanfaatkan sebagai bahan tekstil (50%) dan
makanan (30%) industri.
Alga merah yang terdiri dari carrageenan ( hingga
75% dry wt.) dan agar ( hingga 52% dry wt.),
Carrageenan
terdiri dari D-galactose unit
anhydrogalactos. Carrageenans murni dari alga
merah dimanfaatkan untuk membuat gel,
agar,makanan, obat dan industry biologi.

1.

Mikroalga merupakan organisme tertua yang


merupakan organisme fotosintetik berklorofil
Organisme ini dapat ditemukan di lingkungan
perairan seperti lingkungan air terbuka darat
maupun di laut.
Dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
Autotrophik, yang hanya membutuhkan senyawa
anorganikuntuk dapat tumbuh , seperti CO2,
garam (ion nitrat, phospat, dan cahaya).
Kelompok ini dapat dibagi menjadi fotoautotrof
yang menggunakan cahaya matahari sebagai
sumber energi dan khemoautotrof yang
mennngunakan senyawa organic eksternal
sebagai bahan untuk energi.

2.

Heterotrophik disebut juga fotoheterotrof


yang memiliki kemampuan menggunkan
energi matahari dan khemoheterotrof, yang
mampu mengoksidasi senyawa organic untuk
memperoleh energi,
3. Mixotrophik, beberapa spesies alga memiliki
kemampuan pemakaian sumber energi yang
berbeda yaitu mampu menyatukan sumber
energy yang berbeda dan asal karbon yang
berbeda, secara sederhana organisme ini
adalah gabungan dua sifat autotrophic dan
heterpthropik.

Sekitar

1,50,000 spesies mikroalga yang


berbeda telah diidentifikasi dari habitat yang
berbeda dan banyak lagi yang belum
diidentifikasi dan untuk dimasukkan dalam
database

Gambar

yang menunjukan persebaran alga


diberbagai benua

sejumlah

kecil
spesies
alga
yang
diidentifikasikan dibandingkan dengan benua
seperti Eropa, Amerika, Australia dan Asia.
kecil alga diidentifikasi dari
sejumlah
Antartika dan Arktik karena wilayah laut yang
tertutup es musiman yang besar (laut
menutupi 13% dari luas permukaan dunia). Di
antara spesies yang berbeda dari ganggang
laut es di wilayah Antartika, spesies umum
adalah: Phaeocystis antartika, Fragilariopsis
cylin- drus dan Fragilariopsis curta.

Tabel

karakteristik mikroalga yang


menjanjikan untuk biofuel

Budidaya

Mikroalga membutuhkan budaya


media kaya nutrisi dan mineral
Banyak faktor lain yang mempengaruhi,
seperti cahaya, suhu, pH atau konsentrasi
nutrisi, mempengaruhi pertumbuhan alga.
Pertumbuhan mikroalga sangat dipengaruhi
oleh periode fotosintesis. Ketika periode
fotosintesis meningkat dari 6 sampai 12 jam,
konsentrasi
rata-rata
biomassa
dapat
mencapai 180%.

Reaksi fotosintesis
Cahaya + CO2+ H2O + Nutrisi Biomass + O2
Konsentrasi tinggi CO2 juga meningkatkan
produksi biomassa, tergantung pada jenis
mikroalga.
Sistem budidaya Mikroalga dapat dibagi
menjadi perangkat terbuka dan tertutup

kolam

dangkal yang terdiri dari rangkaian


saluran paralel di mana mikroalga, air dan
nutrisi didorong oleh roda dayung untuk
mencegah sedimentasi
Terpapar cahaya- kedalaman hanya 0,2 dan
0,5 m cahaya sampai pada bagian
bawahCO2 dapat melakukan kontak
langsung

Sistem

terbuka

Gambar

terbuka

skema budidaya mikroalga sistem

Kelebihan sistem terbuka


Kesederhanaan konstruksi pembangunan
Biaya operasi rendah
Dapat terpapar cahaya matahari langsung
Dapat kontak dengan CO2 secara terbuka
Kekurangan sistem terbuka
Terkena fluktuasi cuaca langsung
Proses panen mahal
Terkontaminasi
Membutuhkan tempat yang luas

Photobioreactors

adalah
sistem
yang
memungkinkan pemerataan cahaya melalui seluruh
budidaya.
Sistem tertutup biasanya terdiri dari tabung
transparan yang terbuat dari kaca atau plastik
Sistem tertutup memungkinkan kontrol yang lebih
baik dari parameter penting seperti asupan nutrisi,
suhu, CO2 dan pH

Perangkat

ini dapat diklasifikasikan ke dalam


kelompok yang berbeda tergantung pada
bentuk mereka, berikut yang paling umum
digunakan: i) tubular; ii) plat datar; iii)
photobioreator
vertikal
atau
kolom
horizontal
Kebanyakan photobioreactors dalam skala
laboratorium menggunakan sumber buatan
cahaya seperti lampu neon untuk memasok
cahaya yang dibutuhkan oleh mikroalga.
Beberapa penelitian telah membandingkan
berbagai jenis reaktor dan telah melakukan
perbaikan untuk tubular klasik dan desain
pelat datar sistem hybrid

Hy

Kelebihan sistem tertutup


o Terhindar dari kontaminasi
o Sistem terkendali
o Pengaturan faktor pertumbuhan
Kekurangan sistem tertutup
Tabung membutuhkan cahaya dari lampu
sehingga menambah biaya operasional
Memerlukan tabung atau plat yang luas untuk
hasil panen maksimum

Ashmita

Ghosha, Saumyakanti Khanra. 2016.


Progress toward isolation of strains and
genetically engineered strains of microalgae for
production of biofuel and other value added
chemicals: A review. A. Ghosh et al. / Energy
Conversion and Management 113 (2016) 104118

Alga mengkonversi sinar matahari, air, CO2, dan nutrisi lainnya menjadi energi
dan biomassa dan melepaskan sejumlah besar oksigen ke atmosfer.

Alga secara alami mampu mereplikasi cepat dan menghasilkan minyak,


protein, alkohol, dan biomassa.

untuk produksi biofuel lipid yang tinggi, kemudahan budidaya dan


tingkat pertumbuhan yang cepat

Alga

saat ini dipromosikan sebagai generasi


biofuel ketiga karena tingkat pertumbuhan,
kemampuan fiksasi gas rumah kaca, dan
kapasitas produksi lipid yang tinggi. Mereka
juga tidak bersaing dengan tanaman pangan
atau pakan, dan dapat dikulturkan tanpa
memerlukan lahan tanah.

Biofuel

Biofuel umumnya disebut bahan bakar atau


sumber energi berupa padat, cair, atau gas
yang berasal dari bahan organik

jurnal

kedua
Third generation biofuel from Algae oleh
Firoz Alam et al. pada tahun 2015.

peran alga sebagai biofuel

Biofuel

generasi pertama memiliki pengaruh


terhadap nilai ekonomi, lingkungan, dan
politik yang dikenal sebagai masa produksi
biofuel yang membutuhkan lahan pertanian
yang lebih subur, sehingga tanah berkurang
untuk produksi makanan manusia dan hewan.
Biofuel generasi kedua proses produksi
memerlukan teknologi yang mahal dan
canggih, produksi biofuel dari generasi kedua
ini tidak menguntungkan untuk produksi
komersial.
Now focus on biofuel generasi ketiga

Biodisel, bioetanol, biohidrogen, metana, dan sebagai


microbial fuel cells yang menghasilkan listrik

Tabel 1. potensi besar mikroalga dibandingkan dengan biomassa lainnya.

Tabel 2. menunjukkan minyak dari berbagai


mikroalga dan kaitannya dengan berat
kering.

Pertumbuhan mikroalga fotosintetik needs cahaya, CO2,


air dan garam aorganik, dengan kontrol suhu yang ketat.
Suhu optimum umumya 20-30oC.
Unsur penting yang harus tersedia adalah nitrogen (N),
fosfor (P), zat besi (Fe) dan dalam beberapa kasus silikon
(Si).
Mikroalga tumbuh di berbagai lingkungan air, seperti air
tawar dan laut, perairan sampah kota, limbah industri
perairan dan air limbah hewan selama ada jumlah yang
cukup karbon (organik atau anorganik), N (urea, amonium
atau nitrat), dan P serta unsur lainnya yang hadir.

raceway ponds (a) kolam terbuka


dan dangkal dengan roda dayung
untuk memberikan sirkulasi nutrisi
dan ganggang

Tubular photobioreactors adalah


satu-satunya jenis sistem tertutup
digunakan pada produksi alga skala
besar. Sistem fotoreaktor bisa disubklasifikasikan sebagai:
a) fotoreaktor vertikal,
b) fotoreaktor datar atau horisontal,
dan
c) fotoreaktor heliks.

flokulasi

kimia sering dilakukan sebagai pretreatment untuk meningkatkan ukuran


partikel dari ganggang
proses sentrifugasi, digunakan untuk
memulihkan alga yang disuspensikan.
Dalam metode berbasis listrik, sifat muatan
negatif dari sel-sel alga digunakan untuk
memisahkan sel.

Sejumlah cara yang dapat mengkonversi biomassa mikroalga menjadi sumber energi

Gambar 3. Proses Produksi Biodisel dan Bioetanol dari Mikroalga

Hidrogen dikenal sebagai bahan bakar masa


depan karena kepadatan energi yang tinggi per
satuan berat, 122 kJ/g yang lebih tinggi dari
bahan bakar karbon hidrogen dan karena
penggunaannya hanya menghasilkan air sebagai
produk samping.
Hidrogen, seperti listrik, adalah pembawa energi
daripada sumber energi.
Hidrogen sebagai bahan bakar alternatif adalah
karena kemampuannya sebagai bahan bakar sel
didalam kendaraan listrik dengan nol-emisi,
berpotensi untuk produksi domestik, dan
berpotensi sebagai bahan bakar sel dengan
efisiensi yang tinggi.

Optimization

of Photosynthetic Hydrogen
Gas Production by Green Alga in Sulfur
Deprived Condition.

faktor

nutrient yang berpengaruh terhadap


produksi gas hydrogen dari alga

A. Metodologi
1. Bahan

Chlamydomonas reinhardtii C137 (+) (20ml)

Medium pertumbuhan yang digunakan adalah media TAP. Media


TAP secara luas digunakan dalam penelitian karena dapat
memberikan sumber karbon tambahan yang memungkinkan selsel Chlamydomonas untuk berkembang dengan cepat.

TAP medium 2,42 g Tris, 25 mL TAP salt, 0.375 mL larutan


fosfat, 1,0 mL Hutners Trace Elemen dan 1,0 ml asam asetat
glasial dicampur di ~ 600 ml air RO (Reverse Osmosis

TAP bebas sulfur (dikenal sebagai TAP-S) MgSO4.7H2O diganti


dengan MgCl2.H2O. Sedangkan dalam Hutners trace element,
ZnSO4.7H2O diganti dengan ZnCl2 (1.0 g), CuSO4.5H2O
digantikan dengan CuCl2.2H2O (0.1 g) and FeSO4.7H2O
digantikan dengan FeCl2.4H2O (0.36 g).

Kultivasi Mikroalga
C. reinhardtii dibudidayakan di media pertumbuhan TAP
yang disiapkan sebelumnya. Sel-sel yang tersisa untuk
dibudidayakan selama 4 hari pada suhu antara 25 sampai
28oC.
Kultur alga diterangi terus dari atas menggunakan lampu
fluorescent putih dingin cahaya dengan intensitas 2.500 lux
diukur menggunakan lux meter.
Kultur mikroalga yang dishaker dengan tangan sekali atau
dua kali sehari untuk menghindari menempelnya mikroalga
pada sisi botol kultur.
Densitas sel diukur setiap hari selama 6 hari) pada panjang
gelombang 750 nm.

Pengaruh Sulfur pada Pertumbuhan Mikroalga


Alga telah dibudidayakan masing-masing di media TAP dan
TAP-S. Prosedur kultur serupa dengan prosedur dalam
kultur mikroalga. Untuk kultivasi alga di media TAP-S,
suspensi alga terlebih dahulu disentrifus (Hettich Rotofix
32 bench top centrifuge-Germany) pada 2000 rpm selama
20 menit untuk memisahkan dengan medium TAP. Pellet
ganggang kemudian kembali disuspensikan dengan medium
TAP-S. Sel-sel ganggang yang terus diterangi oleh lampu
fluorescent dingin cahaya putih pada rata-rata 2.500 lux di
bawah suhu kamar. Seperti sebelumnya, kepadatan sel
diukur setiap hari selama enam hari berturut-turut.

Hasil Pertumbuhan Mikroalga di TAP dan TAP-S medium


Gambar. 1 C. reinhardtii telah di kultivasi didalam TAP dan TAP-S
medium. OD 750 nm menunjukkan perbedaan interval waktu dan
biomassa berat kering yang diestimasikan dengan kurva standar OD 750
nm vs biomassa kering.

Optimasi Hasil Biohydrogen di bawah Kondisi Kehilangan Sulfur


Tabel 1 menunjukkan hasil optimasi untuk hasil maksimum bio-hidrogen
dalam kondisi variasi konsentrasi amonium, konsentrasi fosfat dan pH
dalam media kultur TAP-S.

Kesimpulan

penelitian
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa ganggang hijau,
Chlamydomonas reinhardtii yang terbaik
ditanam di media yang kaya sulfur. Alga
ditumbuhkan dalam medium kurang sulfur
mengkonsumsi lebih banyak nutrisi yang
mengarah ke fase kematian dini karena
keterbatasan nutrisi. Namun, pengurangan
sulfur di media diperlukan untuk produksi
bio-hidrogen.

Referensi
Firoz Alam, Saleh Mobin and Harun Chowdhury. 2015. Third
Generation Biofuel from Algae. Procedia Engineering 105
(2015) 763 768.
N. Saifuddin, M.Y. Ong and P. Priatharsini. 2016.
Optimization of Photosynthetic Hydrogen Gas Production
by Green Alga in Sulfur Deprived Condition. Indian Journal
of Science and Technology, Vol 9(40), DOI:
10.17485/ijst/2016/v9i40/93390, October 2016.

Naya:

bagaimana sintesis senyawa organik


mixotrotrop, apakah semua mikroalgae dapat
digunakan untuk semua sistem kultivasi?
Sutrisno: Kenapa jumlah algae di eropa lebih
banyak, adaptasi yg dilakukan algae di
daerah artic?
Rizky: kriteria untuk mikroalgae digunakan
sebagai biofuel
Gani:lipid yang muncul apakah dari intrasel
ataupun hasil metabolik sekunder/ cad
makanan?

Anda mungkin juga menyukai