Anda di halaman 1dari 18

BAB I

Metode sembur alam (Natural Flow) dan Metode pengangkatan buatan


(Artificial Lift),
Secara umum ada dua metode yang digunakan dalam teknik produksi minyak bumi,
yaitu :
1.

Metode sembur alam (Natural Flow)

Natural Flow yaitu produksi sumur minyak dan gas bumi secara alami
tanpa bantuan peralatan-peralatan buatan. Sumur produksi ini memiliki fluida yang
dapat mengalir dengan sendirinya ke permukaan melalui tubing karena memiliki
tekanan reservoir yang lebih tinggi daripada tekanan hidrostatik kolom fluida yang
berada dalam lubang sumur tersebut.
Bila tekanan reservoir cukup besar, sehingga mampu mendorong fluida reservoir
sampai ke permukaan disebut sebagai sumur sembur alam. Sumur sembur alam
dapat diproduksikan dengan atau tanpa jepitan (choke) di permukaan. Sebagian
besar sumur sembur alam menggunakan choke di permukaan dengan berbagai alasan,
antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.

Sebagai pengaman
Untuk mempertahankan produksi, sebesar yang diinginkan
Mempertahankan batas atas laju produksi, untuk mencegah masuknya pasir
Untuk memproduksikan reservoir pada laju yang paling efisien
Untuk mencegah water atau gas coning

Biasanya choke dipasang pada awal produksi (choke / bean performance), kemudian
dengan bertambahnya waktu ukuran choke akan bertambah, dan pada akhirnya choke
akan dilepaskan seluruhnya agar tetap diperoleh laju produksi yang optimum.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan laju produksi maupun
menganalisa kelakuan sumur sembur alam, yaitu:

Inflow Performance Relationship

Tubing (Vertical Flow) Performance

Sistim di permukaan

Fasilitas peralatan di permukaan

Fasilitas peralatan baawah permukaan

Semua faktor di atas berkaitan erat satu dengan yang lain, dan akan mempengaruhi
aliran minyak, gas, dan air dari reservoir sampai ke fasilitas di permukaan.
Fonseca (1972) memberikan diskusi berikut tentang fasilitas yang ada di lapangan
untuk melengkapi kontinuitas sistim dan cara control masing-masing:
a.
Antara batuan reservoir dan sumur minyak terdapat peralatan bawah
permukaan yang terdiri dari casing, tubing, packer, bridge plug, bottom-hole choke,
katup-katup, seating nipple, peralatan pengaman dan lain-lain. Semua peralatan yang
dipasang ini disebut sebagai kondisi mekanis suatu sumur dan didesain sedemikian
rupa sehingga akan terjadi hubungan antara reservoir dan sumur; dan memungkinkan
untuk melakukan control yang efektif terhadap formasi produktif, meliputi
kemungkinan workover khusus, stimulasi, dan operasi rekomplesi untuk problema
produksi.
b.
Antara sumur minyak dan sistim flowline terdapat peralatan permukaan untuk
menngontrol sumur, meliputi fasilitas pengamanan dan fasilitas untuk memungkinkan
dilakukannya operasi khusus sehubungan dengan kelakuan sumur produksi.
Komponen utama dari sistim ini adalah flowline choke yang mengontrol tekanan
aliran di permukaan (tubing dan casing), dan pada dasar lubang.
c.
Antara flowline dan fasilitas permukaan, terdapat peralatan untuk
memisahkan fasa-fasa yang berbeda (gas, minyak, dan air).

2. Metode pengangkatan buatan (Artificial Lift)

Pengertian Artificial Lift


Artificial lift merupakan sebuah mekanisme untuk mengangkat hidrokarbon,
umumnya minyak bumi, dari dalam sumur keatas permukaan. Ini biasanya
dikarenakan tekanan reservoirnya tidak cukup mampu tinggi untuk mendorong
minyak sampai ke atas permukaan maupun tidak ekonomis jika mengalir secara
alami. Artificial lift terdiri dari dua kelompok komponen : fasilitas dipermukaan
( surface facilities ) dan dalam sumur ( down hole facilities ).
Surface production facility
Peralatan produksi permukaan merupakan peralatan yang berfungsi sebagai media
pengangkut, pemisah dan penimbun. Terdiri dari : Well Header, Gathering System,
Manifold System, Separator, Treating Facilities, Oil Storage, Pump.
Down hole production facility
Peralatan bawah tanah terdiri dari, rangkaian pipa produksi penyekat (packers) dan
peralatan pengontrol aliran. Termasuk : casing, tubing, liner, packer, down hole
choke, sliding side door, down hole safety valve, pompa dan lain sebagainya.
Jenis-jenis Artificial Lift :
Umumnya artificial lift terdiri dari lima macam yang digolongkan menurut jenis
peralatannya :
Electric Submersible Pump
Gas Lifting
Sucker Rod Pumping
Electric Submersible Pump
Jenis ini menggunakan pompa sentrifugal bertingkat yang digerakan oleh motor
listrik dan dipasang jauh didalam sumur. Mulai intensif digunakan didunia
perminyakan karena mampu mengangkat minyak dengan rate yang besar. Prinsip
mengangkat fluida dengan energi motor yang ditransfer ke subsurface pump yang
semuanya diletakkan di dalam sumur.
Ciri ciri ESP :

Diameter kecil, sesuai dengan lubang sumur yang terbatas.


Panjang, untuk mengimbangi diameter yang kecil untuk menghasilkan daya angkat
yang mencukupi.
Jumlah stage sangat mudah diatur. Pompa dan motor bisa ditandem untuk
menghasilkan daya angkat hidrolika untuk mengatasi kedalaman sumur dan tekanan
pipa alir produksi.
umumnya terdiri dari :
1. Motor listrik
2. Protector
3. Multistage centrifugal pump
4. Separator gas
5. Lain lain seperti : electric cable, surface switchboard, Junction box

Mekanisme kerja :
Pemindahan rongga-rongga yang terbentuk antara rotor dan strator saat berputar
dengan arah ke atas sehingga fluida mengalir kepermukaan

Gambar 1.1 Electric Submarsible Pump


Gas Lifting
Salah satu bentuk sistem pengangkatan buatan (artificial lift) yang lazim digunakan
untuk memproduksikan fluida dari sumur-sumur minyak bumi. Sistem ini bekerja
dengan cara menginjeksikan gas bertekanan tinggi kedalam annulus (ruang antara
tubing dan casing), dan kemudian kedalam tubing produksi sehingga terjadi proses
aerasi (aeration) yang mengakibatkan berkurangnya berat kolom fluida dalam tubing.
Sehingga tekanan reservoir mampu mangalirkan fluida dari lubang sumur menuju
fasilitas produksi dipermukaan. Dibandingkan dengan sistem pengangkatan buatan
lainnya seperti ESP (electric submersible pump), PCP (progressive cavity pump),
SRP (sucker rod pump), dan Hydraulic Pump; dapat dikatakan bahwa gas lift
memiliki tingkat fleksibilitas yang lebih tinggi. Sistem gas lift juga lebih dapat
mengakomodasi faktor kesalahan desain, dimana suatu sistem gas lift yang didesain
secara kurang baik pada umumnya masih dapat mengangkat fluida dari dalam sumur.
Performa sebuah sumur gas lift sangat dipengaruhi oleh dua parameter penting yaitu
kedalaman titik injeksi (injection depth) dan laju aliran gas yang diinjeksikan
(injection rate). Kedua parameter tersebut pada umumnya merupakan hasil
perhitungan dari desainer dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti

performa reservoir, ketersediaan gas injeksi, tekanan kerja gas injeksi, kemiringan
sumur, dan lain sebagainya.
Kelebihan Gas Lift
Biaya peralatan awal buntuk instalasi gas-lift biasanya lebih rendah, terutama sekali
untuk pengangkatan sumur dalam
Pasir yang ikut terproduksi tidak merusak kebanyakan instalasi gas-lift
Gas-lift tidak tergantung/dipengaruhi oleh desain sumur
Umur peralatan lebih lama
Biaya operasi biasanya lebih kecil, terutama sekali untuk deep-lift
Ideal untuk sumur-sumur dengan GOR tinggi atau yang memproduksikan buih gas
Keterbatasan Metode Gas-Lift
Gas harus tersedia
Sentralisasi kompresor sulit untuk sumur-sumur dengan jarak terlalu jauh
Gas injeksi yang tersedia sangat korosif, kecuali diolah sebelum digunakan

Gambar 1.2 Gas-lift


Sucker Rod Pumping
Menggunakan pompa elektrikal-mekanikal yang dipasang dipermukaan.
Menggunakan prinsip katup searah ( chech velve ), pompa ini akan mengangkat
fluida formasi kepermukaan. Karena pergerakannya naik turun seperti mengangguk,
pompa ini terkenal juga dengan julukan pompa angguk. Umum digunakan didunia
perminyakan karena relative murah dan mudah pengoperasiannya. Prinsip
mengangkat fluida dengan energi dari prime mover permukaan yang ditransfer ke
subsurface pump yang diletakkan di dalam sumur.
KOMPONEN SUCKER ROD PUMP :
a. MESIN, merupakan penggerak mula dengan jenis mesin gas, diesel, dan listrik.
b. PERALATAN PERMUKAAN, meneruskan energi dari mesin ke alat bawah
permukaan, yaitu merubah gerak putar menjadi gerak naik-turun pada rod, dan
kecepatan RPM mesin harus disesuaikan dengan kecepatan pompa menggunakan
gear reducer.

Peralatan permukaan antara lain :


1. Horse head
2. Walking beam
3. Gear Reducer
4. Prime Mover
5. Polished rod
c. PERALATAN BAWAH PERMUKAAN, pada gerak plunger ke bawah standing
valve tertutup, travelling valve terbuka, fluida masuk dari barrel ke plunger. Pada
gerak ke atas standing valve terbuka karena efek isap, dan travelling valve tertutup
akibat beban fluida diatasnya.
Ada 2 macam pompa, yaitu :
a. Tubing Pump, working barrel melekat pada tubing dan harus dipasang dengan
tubing.
b. Rod Pump, working barrel dan plunger dapat diangkat dari rod-nya saja tanpa
mengangkat tubing
Keuntungan penggunaan sucker rod pump adalah :
1. Efisien dan mudah dalam pengoperasian di lapangan
2. Masih bisa digunakan untuk mengangkat fluida pada sumur yang mengandung
pasir
3. Dapat digunakan untuk sumur yang memiliki tekanan rendah
4. Fleksibel karena kecepatan pompa dan stroke length dapat disesuaikan
5. Dapat digunakan pada berbagai ukuran tubing
6. Dapat menggunakan gas atau listrik sebagai sumber tenaga penggerak

Gambar 1.3 Sucker Rod Pump

BAB II

Kegunaan Logging dan Interprestasinya


Pengertian Logging
Merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data bawah permukaan dengan
menggunakan alat ukur yang dimasukkan kedalam lubang sumur, untuk evaluasi
formasi dan identifikasi ciri-ciri batuan di bawah permukaan (Schlumberger, 1958).
Tujuan dari well logging adalah untuk mendapatkan informasi litologi, pengukuran
porositas, pengukuran resistivitas, dan kejenuhan hidrokarbon. Sedangkan tujuan
utama dari penggunaan log ini adalah untuk menentukan zona, dan memperkirakan
kuantitas minyak dan gas bumi dalam suatu reservoir. Pelaksanaan wireline
logging merupakan kegiatan yang dilakukan dari memasukkan alat yang disebut
sonde ke dalam lubang pemboran sampai ke dasar lubang. Pencacatan dilakukan
dengan menarik sonde tersebut dari dasar lubang sampai ke kedalaman yang
diinginkan dengan kecepatan yang tetap dan menerus. Kegiatan ini dilakukan segera
setelah pekerjaan pengeboran selesai. Hasil pengukuran atau pencatatan tersebut
disajikan dalam kurva log vertikal yang sebanding dengan kedalamannya dengan
menggunakan skala tertentu sesuai keperluan pemakainya.Tampilan data hasil metode
tersebut adalah dalam bentuk log yaitu grafik kedalaman dari satu set kurva yang
menunjukkan parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah
sumur (Harsono,1997). Dari hasil kurva-kurva yang menunjukkan parameter tersebut
dapat di interpretasikan jenis-jenis dan urutan-urutan litologi serta ada tidaknya
Komposisi hidrokarbon pada suatu formasi di daerah penelitian. Dengan kata lain
metode well logging merupakan suatu metode yang dapat memberikan data yang
diperlukan untuk mengevaluasi secara kualitatif dan kuantitatif adanya Komposisi
hidrokarbon.
Dalam pelaksanaan well logging truk logging diatur segaris dengan kepala
sumur, kabel logging dimasukkan melalui dua buah roda-katrol. Roda katrol atas

diikat pada sebuah alat pengukur tegangan kabel. Didalam kabin logging atau truk
logging terdapat alat penunjuk beban yang menunjukkan tegangan kabel atau berat
total alat. Roda katrol bawah diikat pada struktur menara bor dekat dengan mulut
sumur. Setelah alat-alat logging disambungkan menjadi satu diadakan serangkaian
pemeriksaan ulang dan kalibrasi sekali lagi dilakukan supaya yakin bahwa alat
berfungsi dengan baik dan tidak terpengaruh oleh suhu tinggi atau lumpur. Alat
logging kemudian ditarik dengan kecepatan tetap, maka dimulailah proses perekaman
data. Untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan, seringkali diadakan
beberapa kali perekaman dengan kombinasi alat yang berbeda (Harsono,1997).
Sistem pengiriman data di lapangan dapat menggunakan jasa satelit atau telepon,
sehingga data log dari lapangan dapat langsung dikirim ke pusat komputer untuk
diolah lebih lanjut perbedaan elektro kimia antara air di dalam formasi dan lumpur
pemboran, akibat adanya perbedaan salinitas antara lumpur dan Komposisi dalam
batuan maka akan menimbulkan defleksi positif atau atau negatif darikurva ini
(Bassiouni,1994). Potensial ini diukur dalam milivolts (mV) dalam skala yang relatif
yang disebabkan nilai mutlaknya (absolute value) bergantung pada sifat-sifat dari
lumpur pemboran. Dibagian yang shaly , defleksi SP maksimum ke arah kanan yang
dapat menentukan suatu garis dasar shale. Defleksidari bentuk log shale baseline
menunjukan zona batuan permeabel yang mengandung fluida dengan salinitas yang
berbeda dari lumpur pemboran (Russell, 1951). Log SP hanya dapat menunjukkan
lapisan permeabel, namun tidak dapat mengukur harga absolut dari permeabilitas
maupun porositas darisuatu formasi. Log SP sangat dipengaruhi oleh beberapa
parameter seperti resistivitas formasi, air lumpur pemboran, ketebalan formasi dan
parameter lain. Jadi pada dasarnya jika salinitas Komposisi dalam lapisanlebih besar
dari salinitas lumpur maka kurva SP akan berkembang negatif dan jika salinitas
Komposisi dalam lapisan lebih kecil dari salinitas lumpur maka kurva SP akan
berkembang positif. Dan bilamana salinitas Komposisi dalam lapisan sama dengan
salinitas lumpur maka defleksikurva SP akan merupakan garis lurus sebagaimana
pada shale (Doveton,1986).Kurva log SP tidak mampu secara tepat mengukur

ketebalan lapisan karena sifatnya yang lentur. Perubahan dari posisi garis dasar serpih
(Shale BaseLine) ke garis permeabel tidak tajam melainkan halus sehingga garis
batas

antara

lapisan

tidak

mudah

ditentukan.Kegunaan

Log SP adalah

untuk (Exploration Logging, 1979) :


1. Identifikasi lapisan-lapisan permeabel.
2. Mencari

batas-batas

lapisan

permeabel dan

korelasi antar

sumur berdasarkan batasan lapisan tersebut.


3. Menentukan nilai resistivitas air-formasi (Rw).4. Memberikan indikasi
kualitatif lapisan serpih.
Dari berbagai kondisi batuan dan Komposisi yang ada di dalamnya,bentuk-bentuk
kurva SP adalah sebagai berikut :
Pada lapisan shale, kurva SP berbentuk garis lurus. Pada lapisan permeabel
mengandung air asin, defleksi kurvanyaakan berkembang negatif (ke arah kiri dari
garis shale). Pada lapisan permeabel mengandung hidrokarbon, defleksi SPakan
berkembang negatif.Pada lapisan permeabel mengandung air tawar, defleksi SP
akanberkembang positif.

Log Resistivitas
Resistivitas atau tahanan jenis suatu batuan adalah suatu kemampuan batuan
untuk menghambat jalannya arus listrik yang mengalir melalui batuan tersebut
(Thomeer, 1948). Resistivitas rendah apabilabatuan mudah untuk mengalirkan arus
listrik dan resistivitas tinggi apabila batuan sulit untuk mengalirkan arus listrik.
Resistivitas kebalikan dari konduktivitas, satuan dari resisitivitas adalah ohmmeter
(meter). Besarnya harga resisitivitas (tinggi atau rendah) suatu batuan tergantung
pada sifat karakter dari batuan tersebut. Nilai resistivitas pada suatu formasi
bergantung dari (Chapman, 1976) :

Salinitas air formasi yang dikandungnya.


Jumlah air formasi yang ada.

Struktur geometri pori-pori.Sifat atau karakter batuan diantaranya adalah porositas,


salinitas dan jenis batuan, hal ini dapat dianalisis sebagai berikut:
Pada lapisan permeabel yang mengandung air tawar, harga resistivitasnya tinggi,
karena air tawar mempunyai salinitas rendahbahkan lebih rendah dari air filtrasi
sehingga konduktivitasnya rendah.
Pada lapisan permeabel yang mengandung air asin, harga resistivitasnya rendah
karena air asin mempunyai salinitas yang tinggi sehingga konduktivitasnya tinggi.
Pada lapisan yang mengandung hidrokarbon resistivitasnya tinggi. Pada lapisan yang
mengandung sisipan shale, harga resistivitasnya menunjukkan penurunan yang
selaras dengan persentase sisipantersebut. Pada lapisan kompak harga resistivitas
tinggi, karena lapisan kompak mempunyai porositas mendekati nol sehingga celah
antar butir yang menjadi media penghantar arus listrik relatif kecil.
Ketika suatu formasi di bor, air lumpur pemboran akan masuk kedalam formasi
sehingga membentuk 3 zona yang terinvasi, yaitu :
a. Flushed Zone
Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling dekat dengan lubangbor serta terisi
oleh air filtrat lumpur yang mendesak Komposisisemula (gas, minyak ataupun air
tawar). Meskipun demikianmungkin saja tidak seluruh Komposisi semula terdesak ke
dalamzona yang lebih dalam.
b. Transition Zone
Merupakan zona infiltrasi yang lebih dalam keterangan zona iniditempati oleh
campuran dari air filtrat lumpur dengan Komposisisemula.
c. Uninvaded Zone
Merupakan zona yang tidak mengalami infiltrasi dan terletak paling jauh dari
lubang bor, serta seluruh pori-pori batuan terisi olehKomposisi semula.

Log Radioaktif
Log ini menyelidiki intensitas radioaktif mineral yang mengandung radioaktif dalam
suatu lapisan batuan dengan menggunakan suatu radioaktif tertentu.

LogG amma Ray


Menurut Bassiouni (1994), log ini digunakan untuk mengukur intensitas
radioaktif yang dipancarkan dari batuan yang didasarkan bahwa setiap batuan
memiliki komposisi komponen radioaktif yang berbeda-beda. Unsurunsur radioaktif
itu adalah Uranium(U),Thorium(Th), danPottasium(K). Log sinar gamma mengukur
intensitas sinar gamma alami yang dipancarkan oleh formasi. Sinar gamma ini berasal
dari peluruhan unsur-unsur radio aktif yang berada dalam batuan. Batupasir dan batu
gamping hampir tidak mengandung unsur-unsur radioaktif. Serpih mempunyai
komposisi radioaktif yang tinggi yaitu rata-rata 6 ppm Uranium, 12 ppm Thorium dan
2% Potassium (Schlumberger,1958). Berdasarkan hal ini maka log sinar gamma dapat
digunakan untuk mengetahui komposisi serpih pada suatu formasi. Pada lapisan
permeabel yang bersih (clean), kurva gamma ray menunjukkan intensitas radioaktif
yang sangat rendah, terkecuali jika mempunyai komposisi mineral-mineral tertentu
yang bersifat radioaktif. Sedangkan pada lapisan yang kotor (shally ), kurva gamma
ray akan menunjukkan intensitas radioaktif yang tinggi. Batubara oleh log sinar
gamma ditunjukkan dengan nilai yang sangat rendah. Hal ini disebabkanbatubara
berasal dari material organik sehingga tidak mempunyai komposisi unsur
radioaktif.Log ini umumnya berada disebelah kiri kolom kedalaman dengan satuan
API unit ( American Petroleum Institute). Log sinar gamma terutama digunakan
untuk membedakan antara batuan reservoir dan non reservoir.Selain itu juga penting
didalam pekerjaan korelasi dan evaluasi komposisi serpih di dalam suatu formasi.
Log Densitas (RHOB)
Log ini menunjukkan besarnya densitas dari batuan yang ditembus lubang bor. Dari
besaran ini sangat berguna dalam penentuan besaran porositas. Selain itu juga dapat
mendeteksi adanya indikasi hidrokarbon atau air bersama-sama dengan log neutron.
Prinsip dasar dari log densitas ini adalah menggunakan energy yang berasal dari sinar
gamma. Pada saat sinar gamma bertabrakan dengan elektron dalam batuan akan
mengalami pengurangan energi.Energi yang kembali sesudah mengalami benturan
akan diterima oleh detektor yang berjarak tertentu dengan sumbernya (makin lemah
energiyang kembali menunjukkan makin banyaknya elektron-elektron dalambatuan,
yang berarti makin padat butiran/mineral penyusun batuanpersatuan volume (Dewan,
1983). Dalam log densitas besarnya nilai kurva dinyatakan dalam satuan gram/cc.
Menurut Sonnenberg (1991), kegunaan log densitas adalah untuk : Mengukur nilai
porositas, Korelasi antar sumur pemboran, Mengenali komposisi atau indikasi fluida
dari formasi.

Log Neutron (NPHI)


Menurut Schlumberger (1958), log neutron berguna untuk penentuan
besarnya porositas batuan. Prinsip dasar dari alat ini adalah memancarkan neutron
secara terus menerus dan konstan pada lapisan(keterangan massa neutron netral dan
hampir sama dengan massa atomhidrogen). Partikel-partikel neutron memancar
menembus formasi dan bertumbukan dengan material-material dari formasi tersebut.
Akibatnya
neutron mengalami sedikit hilang, besar kecilnya energi yang hilangtergantung dari
perbedaan massa neutron dengan massa material pembentuk batuan/formasi
(Doveton, 1986). Hilangnya energi yang paling besar adalah bila neutron
bertumbukan dengan suatu atom yang mempunyai massa yang samaatau hampir
sama, seperti halnya atom hidrogen. Peristiwa ini dalam microsecond ditangkap oleh
detektor alat pengukur. Bila konsentrasi hidrogen di dalam formasi besar, maka
hampir semua neutron mengalami penurunan energi serta tidak tertangkap jauh dari
sumber radioaktifnya. Sebaliknya bila konsentrasi hidrogen kecil, partikel-partikel
neutron
akanmemancar
lebih jauh
menembus formasi
sebelum
tertangkap (Russell,1951). Dengan demikian kecepatan menghitung detektor akan
meningkatsesuai dengan konsentrasi hidrogen yang semakin menurun.

Interpretasi Log
a) Log Resistivity
(LLD, LLS, MSFL)
-Litologi batugamping menunjukkan Resistivitas yang besar
-Litologi batugamping menunjukkan Resistivitas yang kecil
-Air resistivitasnya kecil
-Hidrokarbon resistivitasnya besar
b) Log Porositas (NPHI, RHOB)
-Batuamping (NPHI) : kecil(RHOB) : besar
-Pasir (diantara batugamping dan batulempung)

-Batulempung (NPHI) : besar (RHOB) : kecil

Interpretasi Porositas
Apabila kurva densitas (RHOB) lapisan tersebut berada di sebelahkiri kurva neutron
(NPHI) maka lapisan tersebut menunjukkan komposisifluida.
Air : - Reisitivitas kecil (LLD, LLS, MSFL = kecil)
-NPHI kecil
-RHOB kecil
Hidrokarbon : - Reisitivitas besar (LLD, LLS, MSFL = besar)
-NPHI kecil
-RHOB besar

Log Akustik/Log Soni


Log akustik ini yaitu log sonik dapat juga berfungsi dalam penentuan besarnya harga
porositas dari batuan. Pada log ini terdapat transmitter yang mengirimkan gelombang
suara ke dalam formasi yang diterima oleh penerima yang terdapat dalam log ini.
Waktu yang diperlukan gelombang suara setelah mencapai formasi untuk kembali
terdeteksi oleh penerima dinamakan transit time. makin lama waktu tempuhnya maka
porositas
batuannya
tinggi
(batuan
tidak
kompak)
dansebaliknya
Kecepatan sonik pada material tertentu (Schlumberger, 1958)

Log Caliper
Log ini merupakan log penunjang keterangan log ini digunakan untuk mengetahui
perubahan diameter dari lubang bor yang bervariasi akibat adanya berbagai jenis
batuan yang ditembus mata bor. Pada lapisan shale Atau clay yang permeabilitasnya
hampir mendekati nol, tidak terjadi kerak lumpur sehingga terjadi keruntuhan dinding
sumur bor (washed out ) sehingga dinding sumur bor mengalami perbesaran diameter.
Sedangkan pada lapisan permeabel terjadi pengecilan lubang sumur bor karena terjadi

endapan lumpur pada dindingnya yang disebut kerak lumpur (mud cake). Pada
dinding sumur yang tidak mengalami proses penebalan dinding sumur, diameter
lubang bor akan tetap. Log ini berguna untuk mencari ada atau tidaknya lapisan
permeabel

http://sangfuehrer.blogspot.com/2012/04/metode-produksi-migas.html
http://bellampuspita.blogspot.com/2012/03/tahapan-produksi-metode-produksi.html
http://achmadn-indrawan.blogspot.com/2010/12/rangkuman-pengantar-teknikperminyakan.html
http://gede-siddiarta.blogspot.com/2011/11/analisa-well-logging-untukpenentuan.html

Anda mungkin juga menyukai