BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi
Epidemiologi
Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya
abdomen dan mempunyai fimbriae. Fimbriae penting untuk tuba menangkap telur
dan selanjutnya menyalurkan telur ke dalam tuba. Bentuk infundibulum sebagai
anemone (sejenis bintang laut).1
b. Ovarium
Terdapat dua ovarium kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium
dibagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang
lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan
tebal kira-kira 1,5 cm. Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan
mesovarium tempat ditemukannya pembuluh darah dan serabut saraf untuk
ovarium. Pinggir bawahnya bebas. 1
Ujung yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang
dekat dengan uterus dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbriae dari
infundibulum. Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus
oleh
infeksi
retrovirus
yang
disebut
sebagai
Humman
Immunodeficiency Virus (HIV). Partikel virus HIV berdiameter 0,1 mikro meter
diselubungi oleh dwilapis fosfolipid seperti halnya membran sel pada umumnya.
Struktur ini memberikan kemudahan terjadinya fusi antara kedua membran.
Selubung virus tersebut juga dilengkapi dengan tonjolan-tonjolan protein pada
seluruh permukaannya seperti jeruji. Terdapat struktur berbentuk bulat telur
seperti tombol pintu dengan sebuah cekungan disetiap ujung luar dari struktur
virus tersebut. Terdapat protein berbentuk batang menembus sampai ke bagian
dalam. Seluruh bangunan protein tersebut disebut gp160 karena berat molekulnya
sebesar 160, dan bagian berbentuk bulat telur disebut gp120 yang melanjutkan
struktur seperti batang dalam selubung menjadi gp41. Disebelah dalam selubung
luar virus dilengkapi dengan selubung protein (kapsid). Dibagian tengah virus
terdapat inti yang terdiri atas substansi genetik berbentuk 2 untaian RNA dengan
enzim reverse transcriptase.8
10
2.4
a.
Faktor Risiko
Usia
Umur merupakan faktor resiko yang penting terhadap terjadinya kehamilan
pelayanan
kesehatan
termasuk pelayanan
kebidanan
yang
merupakan salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
11
menjamin agar setiap wanita hamil dan menyusui dapat memelihara kesehatannya
sesempurna mungkin, dapat melahirkan bayi yang sehat tanpa gangguan apapun
dan dapat merawatnya dengan baik.11
e.
Tingkat pendidikan
Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan
kesehatannya selama kehamilan bila dibanding dengan ibu yang tingkat
pendidikannya lebih rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting
dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan juga keluarga. Semakin tinggi
pendidikan formal seorang ibu diharapkan semakin meningkat pengetahuan dan
kesadarannya
dalam
mengantisipasi
kesulitan
dalam
kehamilan
dan
12
kehamilan ektopik menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi
lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara
0-14.6%.26 Sebagai konsekuensinya, beberapa pasien melaporkan kehamilan
ektopik sebelumnya dan mengenal gejala-gejala sekarang yang serupa.13
i.
13
k.
gagal maupun usaha untuk memperbaiki infertilitas tuba semakin umum sebagai
faktor risiko terjadinya kehamilan ektopik.14
l.
Merokok
Merokok pada waktu terjadi konsepsi meningkatkan meningkatkan insiden
kehamilan ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan
afinitas reseptor andrenergik dalam tuba.
2.5 Patofisiologi
2.5.1 Patofisiologi KET
Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering adalah karena sel telur
yang sudah dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga
embrio sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan
tumbuh diluar rongga rahim. Adanya infeksi menyebabkan penyempitan lumen
yang menyebabkan perjalanan menuju endometrium terhalangi. Apabila kemudian
tempat nidasi tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan besarnya buah kehamilan
akan terjadi rupture dan menjadi kehamilan ektopik terganggu. Karena tuba juga
bukan tempat yang baik untuk pertumbuhan embrio, maka pertumbuhan dapat
mengalami beberapa perubahan dalam bentuk berikut :14
a.
vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadinya resorbsi total. Dalam keadaan
ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat beberapa hari. 14
14
b.
vili korealis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah
dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan
ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, bergantung pada derajat perdarahan
yang timbul. Apabila pelepasan menyeluruh , mudigah dengan selapunta
dikeluarkan ke dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah kea rah
ostium tuba pars abdominis. 14
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus,
peradarahan akan terus berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah sehingga
berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan yang berlangsung terus menerus
menyebabkan tuba membesar dan kebiruan (hematosalping) dan selanjutnya darah
mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba. Darah ini akan berkumpul di
akvum douglas dan akan membentuk hematokel retrouterina. 14
c.
Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi apabila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya, rupture pada pars interstitialis terjadi
pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan rupture ialah
penembusan vili korialis kedalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.
Ruptur dapat terjadi spontan atau karena trauma ringan seperti koitus atau
pemeriksaan vagina. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan ke rongga perut,
kadang-kadang sedikit, kadang-kadang juga banyak, sampai menimbulkan syok
dan kematian. Jika pseudokapsularis ikut pecah, maka terjadi pula perdarahan
dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba
abdominal. 14
Beberapa jenis kehamilan ektopik lain :
15
a.
Kehamilan abdominal
Kehamilan abdominal dapat terjadi akibat implantasi langsung hasil
Kehamilan servikal
Riwayat dilatasi dan kuret merupakan faktor predisposisi kehamilan serviks.
Gejala yang umum ditemukan adalah perdarahan pervaginam tanpa disertai nyeri.
Pada umumnya serviks membesar, hiperemis atau sianosis. 14
2.5.2 Patofisiologi HIV
a.
Daur hidup HIV
Virus HIV, seperti halnya virus lain hanya dapat bertahan hidup dan
memperbanyak diri dalam sebuah sel. Dengan demikian daur hidup virus
berlangsung dalam sel. Daur hidup virus HIV dapat dibedakan dalam 4 tahap,
yaitu tahap masuknya virus dalam sel, tahap transkripsi mundur dan interaksi
genom, tahap reprikasi, dan tahap perakitan dan pendewasaan virus.8
1.
16
17
kelengkapan
(organel
ribosom)
yang
dibutuhkan
untuk
18
mRNA dalam inti, yang dilanjutkan translasi pada ribosom dari rER (rough
endoplasmic reticulum) menjadi peptida, diselesaikan dalam kompleks Golgi
menuju membran sel inang.8
4.
Tahap perakitan dan pendewasaan virus
Perakitan dapat diawali ketika masih berada dalam vesikel sekresi yang
dilepaskan oleh kompleks Golgi. Perakitan komponen virus bergantung pada
protein sel inang yang disebut HBG8 yang akan mengikat protein P55 dan
mendorong pembentukan inti virus yang belum dewasa. Protein struktural lain
dari virus berkumpul di membran sel bersama 2 untaian genom RNA, reverse
transcriptase, protease, dan integrase yang segera diintegrasikan menjadi virus
yang belum dewasa. Bersamaan dengan pertunasan partikel virus baru dari
membran sel, terjadi proses proteolisis kapsid untuk pengembangan menjadi virus
dewasa.8
b.
19
20
spesifik anti-HIV. Akibatnya kadar virus dalam darah segera menurun dan terjadi
peningkatan jumlah sel TCD4+ tetapi tidak pernah mencapai jumlah normal.8
2.
Fase kronik dan fase krisis
Setelah terjadinya infeksi primer, kemudian masuk dalam fase latensi klinik
(tanpa gejala atau gejala ringan) yang tetap disertai berlanjutnya replikasi virus
HIV sementara secara gradual jumlah sel TCD4 +menurun dalam fungsi dan
jumlahnya.8
Seseorang yang terinfeksi virus HIV, dalam waktu bertahun-tahun akan
berkembang menjadi penyakit AIDS. Periode tanpa gejala secara khas
berlangsung dalam kurun waktu antara 2 hingga 15 tahun. Jumlah sel TCD4 + yang
berfungsi, akhirya menurun sampai dibawah garis ambang (sekitar 400sel/mikro
liter sehingga infeksi oportunistik akan mulai muncul. Jika jumlah sel
TCD4+merosot tajam sampai dibawah 200 sel/mikro liter, individu tersebut
dimasukan dalam penyandang AIDS.8
Mikroba oportunistik yang khas pada penderita AIDS yaitu, candida sp.,
dan Mycobacterium tuberculosis. Di kemudian hari sering menderita penyakit
akibat aktivasi virus varicella zoster yang laten berasal dari kasus cacar air
sebelumnya. Penyakit lain yang umum ditemukan pada penderita AIDS yaitu,
limfoma sel B, sarcoma Kaposi, kanker sel endotel, hepatitis C, dan pneumonia
akibat infeksi Pneumositis carinii.8
Jenis patogen yang mencolok pada tahap akhir dari penyakit AIDS adalah
infeksi Mycobacterium ovium dan cytomegalovirus. Infeksi sistem pernapasan
merupakan penyebab kematian utama pada penderita AIDS. Walaupun infeksi dan
kanker yang disebutkan diatas merupakan hal yang khas, namun tidak semua
pasien AIDS akan mengalami perkembangan penyakit tersebut.8
2.6 Diagnosa
21
22
memasukkan rongga dalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau
berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan apakah
kavum Douglas berisi cairan.1
4.
5.
23
Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku;
darah berasal dari arteri atau vena yang tertusuk;
Darah tua berwarna cokelat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang
berupa bekuan kecil kecil; darah ini menunjukan adanya hematokel
retrouterina.1
Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk
KET apabila hasil penilaian prosedur diagnostik lain meragukan. Secara
sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglasi, dan
ligamentum latum.1
2.6.2
Diagnosa HIV
24
2.7
Terapi
kemampuan
teknologi
fertilisasi
invitro
setempat.
Hasil
25
reanastomosis tuba. Apabila keadaan buruk lebih baik salpingektomi untuk terapi
yang akan dilakukan saat pembedahan.1
Pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah
dicoba penanganan dengan kemoterapi untuk menghindari pembedahan. Kriteria
kasus yang diobati dengan cara ini yaitu, kehamilan di pars ampularis tiba belum
pecah, diameter kantong gestasi 4 cm, perdarahan dalam rongga abdomen 100
ml, dan tanda vital dan stabil. Obat yang digunakan ialah metotreksat 1 mg/kg I.V
dan faktor sitrovorum 0,1 mg/kg I.M berseling seling setiap hari selama 8 hari.1
2.7.2 Terapi HIV
Begitu banyak celah kekosongana dalam pengertian kita mengenai infeksi
HIV dan AIDS diverminkan oleh belum tersediannya kemoterapi dan imunoterapi
yang efektif untuk mengobati AIDS dan belum adanya vaksin yang efektif untuk
mencegah AIDS. Namun demikian usaha pengobatan dan pencegahannya telah
dimulai walaupun belum begitu menonjol hasilnya.8
Obat pertama yang diberikan terhadap AIDS adalah azidothymidine (AZT)
yang mula mula dikembangkan untuk obat anti kanker. AZT yang bekerja
menghambat reverse transcriptase sangat toksik khususnya untuk sumsum tulang.
Untuk mengurangi toksisitasnya, telah dicoba diberikan bersama sama dengan
obat lain. Obat lain yang kurang toksik, dideoxyinosine (DDI). Kini terdapat
empat kelas obat obatan yang memiliki sasaran pada 3 tahap dalam daur hidup
retrovirus yaitu, kelas inhibitor transkripsi mundur, kelas inhibitor protease virus,
dan kelas inhibitor fusi pertama.8
26
Komplikasi
Keadaan keadaan yang mungkin terjadi pada KET yang sering disebabkan
yaitu anemia. Keadaan ini terjadi karena perdarahan berada di dalam abdomen
sehingga tidak diketahui jumlah darah yang sudah keluar. Perdarahan yang terjadi
tidak sebanding dengan keadaan umum penderita yang bisa menyebabkan syok
hipovolemik.1
Komplikasi lain yang mungkin terjadi pada pengobatan konservatif, yaitu
bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi
perdarahan ulang, ini merupakan indikasi operasi, infeksi, sterilitas, pecahnya tuba
falopi, komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio.1
2.9
Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu tergantung dari diagnosis
dini, semakin cepat didiagnosis semakin turun angka kematian. Pada umumnya
kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Angka
kehamilan ektopik berulang dilaporkan 0 14,6 %. Perempuan yang sudah cukup
anak sebaiknya dilakukan salpingektomi bilateralis.1