KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Penanganan Hasil
Perikanan dengan judul Penanganan Udang Segar ini tepat pada waktunya.
Dalam menyusun makalah ilmiah ini, kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1.
Malang,
November 2013
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Perikanan adalah suatu kegiatan perekonomian yang memanfaatkan sumberdaya alam
perikanan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan manusia dengan
mengoptimalisasikan dan memelihara produktivitas sumberdaya perikanan dan kelestarian
lingkungan. Salah satu komoditas perikanan Indonesia yang sampai sekarang masih menjadi
primadona adalah udang. Udang merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang tersedia hampir
di seluruh perairan Indonesia dan merupakan salah satu komoditas ekspor andalandari sub sector
perikanan. Setiap tahunnya, terjadi peningkatan pangsa pasar ekspor udang ke Negara-negara tujuan
ekspor seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa (Departemen Pertanian, 1999).
Udang merupakan komoditi ekspor hasil perikan anter besar Indonesia diatas komoditasi kan
tuna yang menempati urutan kedua. Dilihat dari data volume ekspor udang Indonesia kemancanegara
dari bulan Januari sampai dengan November pada tahun 2008 mencapai 158.000 ton sedangkan
volume ekspor ikan tuna hanya mencapai 111.000 ton. Volume ekspor udang ini meningkat
dibandingkan pada tahun 2007 yang hanya mencapai 154.747 ton (DJP2HP 2009). Sebagai komoditi
perdagangan ekspor maka udang senantiasa dituntut memiliki mutu yang prima. Oleh karena itu
diperlukan suatu sistem jaminan, pengendalian dan pengawasan mutu hasil perikanan.
Kendala yang sering muncul pada berbagai perusahaan pengolahan udang adalah kekurangan
bahan baku udang, kesalahan label produk, adanya embargo oleh importir karena teridentifikasinya
senyawa antibiotik, masalah sanitasi dan lain sebagainya. Maka untuk mengantisipasi masalah
tersebut perusahaan pengolahan udang diwajibkan melakukan kebijakan dalam penerapan program
manajemen mutu terpadu yang berkonsepsi pada prinsip Hazard Analysis CriticalControl
point (HACCP). HACCP merupakan manejemen khusus untuk bahanm akan antermasuk
hasilperikanan yang didasari pada pendekatan sistematika untuk megantisipasi kemungkinan terjadi
nyabahaya (Hazard) selama proses produksi serta menentukan titik kritis yang harus dilaksanakan
pengawasan secara ketat.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka diambil rumusan masalah:
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
TUJUAN
Adapun tujuan utama dari makalah ini adalah semata-mata untuk memenuhi tugas mata
kuliah Penanganan Hasil Perikanan. Akan tetapi tujuan lain dari pembuatan makalah ini :
Untuk mengetahui karakteristik udang
Untuk mengetahui komposisi kimia udang
Untuk mengetahui jenis-jenis udang yang sering dikonsumsi
Untuk mengetahui bagaimana penanganan udang pasca tangkap yang benar agar kesegaran
tetap terjaga
Untuk mengetahui bagaimana penanganan udang pasca panen yang benar agar kesegaran
tetap terjaga
Untuk mengetahui penanganan udang selama transportasi sampai ke konsumen
Untuk mengetahui bagaimana pengemasan udang segar yang benar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
KARAKTERISTIK UDANG
Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma
spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Proses pembekuan udang merupakan salah
satu cara pengawetan makanan karena dengan menurunkan suhu maka pertumbuhan
mikroorganisme dapat terhambat, mencegah reaksi kimia dan aktivitas enzim. Tujuan
pembekuan udang adalah mempertahankan sifat-sifat mutu tinggi pada udang dengan
teknik penarikan panas secara efektif dari udang agar suhu udang turun sampai suhu
rendah yang stabil dan mengawetkan udang.
Udang diklasifikasikan sebagai berikut:
Phylum
: Arthropoda
Sub Phylum
: Mandibulata
Class
: Crustaceae
Sub class
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Sub ordo
: Natantia
Famili
: Penaidae
Genus
: Penaeus
Species
: Penaeussp
Secaramorfologi, udang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kepala yang menyatu
dengan dada (cephalothorax) dan bagian badan (abdomen) yang terdapat ekor di
belakangnya. Udang memiliki tubuh yang beruas-ruas dan seluruh bagian tubuhnya tertutup
kulit khitin yang tebal dan keras. Bagian kepala beratnya lebih kurang 36-49% dari total
keseluruhan berat badan, daging 24-41% dan kulit 17-23% (Purwaningsih, 1995). Ordo
Decapoda umumnya hidup di laut, beberapa di air tawar dan sedikit didarat. udang yang
banyak terdapat di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi antara lain udang windu
(Penaeus monodon), udangputih (Penaeus marguiensis) dan udang dogol (Metapenaeus
monoceros). Sedangkan udang air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi antara lain
udang galah (Macrobranchium rosenbergii), udang kipas (Panulirus sp) dan udang karang
(Lobster).
2.2
spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih kurang 36-49%
dari total keseluruhan berat badan, daging 24-41% dan kulit 17-23%.
Tabel 1. Komposisi kimia udang
Sumber: USDA (2003)
Selain itu daging udang juga mempunyai asam amino esensial yang penting bagi
manusia, dimana asam amino tirosin, triptofan dan sistein lebih tinggi dibandingkan hewan
darat. Hal ini disebabkan tingginya protein pada udang dengan 18 jenis asam amino yang
terkandung didalamnya.
Tabel 2. Komposisi protein dan asam amino esensial pada udang.
Komposisi
Protein
Mioplasma
Myofibril
Miostroma
Asam amino esensial
Isoleusin
Leusin
Lisin
Metionon
Sistein
Fenilalanin
Tirosin
Treonin
Triptofan
Valin
Sumber : USDA (2003)
Berdasarkan kesegarannya, udang dapat dibedakan menjadi empat kelas mutu, yaitu
(Hadiwiyoto 1993):
a. Udang yang mempunyai mutu prima (prime) atau baik sekali, yaitu udangudang yang
benar-benar masih segar, belum ada perubahan warna, transparan dan tidak ada kotoran
atau noda-nodanya.
b. Udang yang mempunyai mutu baik (fancy). Udang ini mutunya dibawah prima, ditandai
dengan adanya kulit udang yang sudah tampak pecah-pecah atau retak-retak, tubuh udang
lunak tetapi warnanya masih baik dan tidak terdapat kotoran atau noda-nodanya.
c. Udang bermutu sedang (medium, black dan spot). Pecah-pecah pada kulit udang lebih
banyak daripada udang yang bermutu baik. Udang sudah tidak utuh lagi, kakinya patah,
ekornya hilang atau sebagian tubuhnya putus. Daging udang sudah tidak lentur lagi, pada
permukaan tubuhnya sudah tampak banyak noda berwarna hitam atau merah gelap.
d. Udang yang bermutu rendah (jelek dan rusak). Kulit udang banyak yang pecah atau
mengelupas, ruas-ruas tubuh sudah banyak yang putus dan udang sudah tidak utuh lagi.
2.3
JENIS UDANG
Daerah
tambak
yang
baik
adalah
daerah
yang
dijangkau
oleh
pasang
surut denganketinggian 2 meter. Daerah yang baik untuk pemeliharaan udang tambak,
khususnyaudang jerbung White dan udang dogol ialah perairan dengan salinitas lebih dari
15 %.Sedangkan daerah yang memperoleh aliran air tawar, dengan salinitas kurang dari 15
%lebih baik untuk pemeliharaan udang windu. Jenis udang yang sering dikonsumsi
dandiolah yaitu :
Udang Jerbung (Penaeus merguiensis)
Udang jerbung disebut juga udang putih White Shrimp , ciri-cirinya antara lain :
kulitnya tipis dan licin, warna putih kekuningan dengan bintik hijau dan ada yang
berwarna kuning kemerahan. Udang ini mempunyai jenis-jenis lain seperti : Udang Peci,
warna kulitnya lebih gelap dan berbintik hitam dengan nama dagang White Shrimp. Udang
Bambu,
warna
kulitnya
kuning
berbercak
merah
seperti
bambu
dengan
nama dagangBamboo Shrimp. Udang Banana, warna kulitnya kuning seperti kulit pisang
kemerahan. Corak warnanya seperti bunga dengan nama dagang Flower Shrimp.
Udang Windu / Pacet / Tiger (Penaeus monodon)
Udang ini kulitnya tebal dan keras, berwarna hijau kebiruan dengan garis melintang yang
lebih gelap, ada juga yang berwarna kemerah-merahan dengan garis melintang coklat
kemerahan. Nama dagang Tiger Shrimp.
ini
kulitnya
Namadagangnya
tebal
dan
kasar,
adalah Pink
berwana
Shrimp,
merah
ada
muda
yang
agak
kekuningan.
berwarna
kuning
hitam
dan
udang
dogol
yang
warna
kulitnya
merah
kecoklatan.
sampai di atas kapal, kepala udang dipisahkan. Sementara itu udang yang berukuran kecil
dan ikan yang tercampur bersama sama dipisahkan juga. Udang tanpa kepala lalu dicuci
beberapa kali dengan air laut atau tawar yang bersih dan dingin dengan jalan
menambahkan bongkahan es kedalam air pencuci. Pencucian dilakukan sampai air pencuci
tidak keruh lagi.
Secepatnya udang lalu di-es dengan es hancuran yang cukup halus supaya es itu
tidak melukai badan udang, atau udang tanpa kepala diaduk dengan es sehingga seluruh
badan diliputi es. Cara lain untuk meng-es udang adalah dengan jalan berlapis antara udang
dan es, yaitu lapisan pertama es lalu lapisan udang, lapisan es lagi dan seterusnya.
Udang yang sudah di-es lalu disimpan dalam palka, atau bila pembekuan dapat dilakukan di
atas kapal, udang langsung dibekukan segera selesai dicuci. Selama dalam palka harus
selalu dijaga agar udang yang di-es di dalam peti atau keranjang jangan sampai kekurangan
es. Udang segar itu harus selalu tertutup oleh lapisan es.
Penanganan udang utuh dilakukan segera setelah udang sampai di atas kapal, lalu
dipilih untuk memisahkan udang yang berukuran besar dari campuran ikan dan udang kecil.
Disamping itu pemilihan juga dilakukan untuk mengumpulkan jenis udang yang sama.
Pemilihan ini antara lain dimaksudkan untuk memisahkan udang yang sudah rusak dari
udang-udang yang utuh.
Udang utuh itu lalu dicuci bersih beberapa kali, kemudian dimasukkan ke dalam
wadah kedap air (misalnya drum plastik) yang sudah berisi air laut atau air tawar yang diberi
bongkahan es. Drum-drum berisi udang itu lalu disimpan ditempat yang teduh atau di dalam
palka. Selama kapal berlayar bila air didalam drum sudah terlihat keruh, lalu diganti dengan
air yang masih bersih dan ditambah es. Udang di dalam drum harus selalu dijaga dalam
keadaan dingin dengan air yang bersih sampai udang itu sampai ke darat atau dijual.
Menurut Hadiwiyoto (1993), proses pembekuan berdasarkan system pindah panas
dari alat yang digunakan atau cara yang dikerjakan, proses pembekuan terdiri atas:
Pembekuan konvensional, jika cara pembekuannya menggunakan alat pendinginan
sederhana yang tradisional atau konvensional sifatnya.
Blast freezing, pada metode ini bahan ditempatkan pada suatu ruang pembekuan
dengan udara bersuhu rendah dihembuskan. Beberapa cara metode ini adalah pembekuan
dalam alat berbentuk terowongan (tunnel freezing), air blast freezing dan flow freezing.
Contact plate freezing, pada metode ini bahan dibekukan dengan alat pelat-pelat
pembekuan yang ditempatkan pada bahan.
Pembekuan celup (immersion freezing), pada metode ini bahan yang akan
dibekukan dicelupkan dalam cairan yang sangat dingin, misalnya larutan garam (NaCl)
dingin, campuran gliserol dan alkohol atau larutan gula dingin.
Pembekuan dengan cara penyemprotan bahan pendingin berbentuk cairan (spray
freezing)
Kombinasi pembekuan celup dengan blast freezing (the blend process)
Cryogenic freezing, merupakan metode pembekuan dengan menggunakan gas
nitrogen yang dicairkan atau karbondioksida cair.
2.5
Pembersihan, dilakukan
ketika
udang
hasil
panen
dikumpulkan dalam
keranjang
berlubang. Di dalam keranjang itu, udang disemprot dengan air sumur atau air laut yang
bersih. Tujuannya agar seluruh kotoran terlepas dari kulit udang, sekaligus menurunkan
populasi bakteri.
Pendinginan, dilakukan dengan memberi es di dalam wadah plastik atau tray yang tidak
berlubang dengan ukuran minimum 15 kg. Caranya, bagian bawah tray diberi es yang
sudah dihancurkan, kemudian udang disusun di dalam tray dan bagian atasnya ditutup lagi
dengan es dengan perbandingan 1 : 1 (satu bagian es : satu bagian udang). Tray sebaiknya
diberi label yang berisi tanggal panen, ukuran, dan berat udang.
Transportasi, udang yang sudah diberi es dapat dikirim ke tempat pengolahan dengan
boks berinsulasi (boks berpendingin dan kedap udara) kemudian dinaikkan ke truk
berinsulasi. Jika truk berinsulasi tidak tersedia, selama transportasi truk ditutup dengan
terpal.
Pembuangan kepala (deheading), kepala udang harus segera dipotong karena 75%
larutan
natrium
bisulfit
1%
untuk
mencegah terjadinyablack
spot (bercak
hitam) kemudian ditiriskan. Setelah melalui tahap pencucian, udang dikemas berdasarkan
pemberian es, cara ini sering dilakukan saat pemanenan di tambak atau di kapal
Waktu/lamanya pemberian es
bila esnya bongkahan besar harus diberi air, agar semua udang tersentuh dingin
Sebaiknya digunakan es curah yang tidak tajam karena akan melukai udang
2.6
transportasi
udang
hidup
jarak
jauh
(terutama
cukup
keadaan
besar.
Dalam
transportasi sistem
metabolisme, respirasi,
dan
aktivitas
kering
udang
rendah.
Dengan
kondisi tersebut, udang memiliki kemampuan tinggi untuk bertahan hidup di luar
konsisi habitat hidupnya. Salah satu metode untuk imotilisasi adalah dengan menggunakan
suhu rendah. Cara dan peralatan yang digunakan sederhana sehingga mudah diterapkan
oleh siapa saja.
Bahan yang diperlukan untuk transportasi udang hidup dengan system kering
adalah:
-
a)
Sistem Penampungan
Peralatan imotilisasi
Peralatan ini digunakan untuk mengimotilkan udang sehingga tenang denganmetabolisme,
respirasi, dan aktivitas rendah. Peralatan imotilisasi tersiri dari :
-
Bak air dingin berinsulasi untuk menampung air laut dingin dan es air laut.
Bak untuk mengimotilkan udang yang dilengkapi sistem aerasi dan sirkulasi air.
Peralatan tersebut disusun dengan bak penampung air laut pada posisi lebih tinggi dari bak
imotilisasi sehingga air laut dingin dapat mengalir ke bak imotilisasi untuk mendinginkan air
dalam bak imotilisasi. Kecepatan penurunan suhu air dalam bak imotilisasi dapat diatur
dengan mengatur jumlah air dingin yang mengalir ke bak imotilisasi dengan mengatur
bukaan keran. Bak imotilisasi dilengkapi dengan sistem aerasi untuk memasok oksigen dan
sirkulasi air.
Ada
dua
metoda
imotilisasi
dengan
suhu
rendah,
yaitu
imotilisasi
pada
Udang langsung dimasukkan ke dalam air (salinitas diatur sama dengan salinitas air
penampungan) dingin suhu 170-190C dan dipertahankan selama 5-20 menit atau sampai
udang imotil.
Udang
imotil
diangkat
untuk
dikemas
di
dalam
media
sergaji
suhu
14 C.
2.7
PENGEMASAN
Pengemasan untuk transportasi udang hidup dengan sistem kering dilakukan
sebagai berikut.
-
Disiapkan kotak stirofom dan ke dalamnya dimasukkan hancuran es (0,5 kg) yang
dibungkus kantong plastik, kemudian ditutup kertas koran untuk mencegah rembesan air
dari es. Di atas koran dimasukkan selapis sergaji (140C) sekitar setebal 10 cm.
Es ditutup kertas koran untuk mencegah rembesan air es, dan diatas koran dimasukkan
selapis sergaji setebal 15 cm.
Udang dimasukkan dan disusun satu lapis berseling seling dengan posisi tubuh telungkap.
Di atas udang dimasukkan selapis sergaji lembab dingin setebal 5-10cm. Demikian
seterusnya, udang dan sergaji lembab dingin disusun lapis demi lapis secara berseling
seling sampai kemasan penuh. Lapisan paling atas diisi sergaji sedikit lebih tebal (10-15
cm).
Kemasan diitutup rapat dan direkat dengan flasband. Kotak stirofon dapat dimasukkan ke
dalam kotak kardus untuk melindungi stirofom dari kerusakan fisik.
ruangan
transportasi
tingkat
sangat
ketahanan
bersuhu
sejuk
disarankan
hidup
udang
(suhu
untuk
lebih
ruang
menekan
tinggi
sekitar
170-190C)
perubahan
dan
daya
suhu
jangkau
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
karbohidrat; 16,72% protein; 161% kalsium; 292% fosfor; 2,2% besi; 418% natrium.
Daging udang mempunyai asam amino esensial yang penting bagi manusia, dimana asam
amino tirosin, triptofan dan sistein lebih tinggi dibandingkan hewan darat disebabkan
tingginya protein pada udang dengan 18 jenis asam amino yang terkandung didalamnya.
Pengolahan harus memperhatikan mutu udang sebagai bahan baku yang akan
(medium, black and spot), dan udang dengan mutu rendah (jelek dan rusak).
untuk penanganan ikan mulai dari penyiapan deck dan peralatan yang higienis, penyortiran
atau pemisahan ikan perjenis, pemilahan ikan yang rusak, pembersihan dan pencucian,
perlindungan dari sengatan matahari dan suhu tinggi, penyimpanan dalam ruang suhu
dingin (chilling room) termasuk di dalamnya pemalkahan, peng-es-an, perendaman dengan
air laut yang didinginkan (iced sea water, refrigerated sea water dan lain sebagainya).
Pada prinsipnya pembekuan udang merupakan salah satu cara memperlambat terjadinya
proses penurunan mutu, baik secara autolisis, bakteriologis dan oksidasi dengan suhu
rendah. Walaupun dapat memperlambat pertumbuhan mikroorganisme serta memperlambat
reaksi kimia dan aktivitas enzim, pembekuan bukanlah cara untuk mensterilkan udang.
Proses pembekuan berdasarkan system pindah panas dari alat yang digunakan atau cara
yang dikerjakan, proses pembekuan terdiri atas pembekuan konvensional, blast freezing,
contact plate freezing, pembekuan celup, spray freezig, kombinasi pembekuan celup
dengan blast freezing, dan cryogenic freezing.
3.2
SARAN
Dalam makalah Penanganan Hasil Perikanan Pada Udang Segar agar pembaca
khususnya masyarakat dan nelayan lebih memahami dan menangani udang segar agar
kesegarannya tetap dipertahankan dengan baik serta memperhatikan sanitasi dan
kehigienisannya.
DAFTAR PUSTAKA