Disusun oleh :
Sari Kurnia Wati 21080113120002
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan
maupun dalam bentuk gas. Buangan cair yang berasal dari masyarakat
yang di kenal sebagai air buangan atau air limbah adalah bekas air
pemakaian, baik pemakaian rumah tangga maupun pemakaian dalam
proses industri. Cemaran atau timbulan air limbah domestik (rumah
tangga) yang dominan umumnya bersifat organo-mikrobiologis dan
umumnya berasal dari rumah tinggal, kantor-kantor institusi, fasilitas
hotel, tempat hiburan, daerah komersil dan fasilitas umum lainnya yang
digunakan masyarakat untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Di sisi lain,
jika tingkat kontaminasi air limbah domestik ini tidak memenuhi
persyaratan baku mutu badan air, maka diperlukan adanya penanganan
yang berupa pengolahan yang optimal sebelum dialirkan ke badan air.
Pada umumnya, pengolahan yang optimal sebelum dialirkan ke badan air.
Pada umumnya, pengolahan dilakukan secara optimal di suatu tempat
yang disebut sebagai Bangunan Pengolahan Air Buangan (BPAB). Dan
untuk mengalirkan timbulan air buangan menuju ke BPAB diperlukan
suatu saluran air buangan. Dengan kata lain, sistem perencanaan
penyaluran air buangan bertujuan untuk mengalir air buangan dari suatu
pemukiman secara cepat ke suatu tempat atau BPAB yang tidak akan
menimbulkan bahaya atau kerusakan bagi manusia dan lingkungan.
Prinsip penyaluran air buangan adalah membuat suatu sistem penyaluran
yang mengalirkan air buangan dari sumber ke Bangunan Pengolah Air
Buangan melalui jarak yang sependek-pendeknya agar waktu penyaluran
yang dibutuhkan singkat. Masalah yang ditimbulkan dari keadaan ini
adalah pengaturan penyediaan energi potensial untuk mengalirkan air
limbah secara gravitasi. Meskipun sebenarnya dapat diatasi dengan
penggunaan pompa, namun hal itu akan menyebabkan biaya investasi
yang mahal. Oleh karena itu teknologi yang akan diterapkan harus efisien
dalam penggunaan energi potensial secara gravitasi. Namun pada beberapa
kasus tertentu penggunaan pompa untuk menambah tekanan bagi aliran air
buangan tidak dapat dihindarkan. Pada pemilihan pompa pun di harapkan
pompa yang dipilih memiliki kualitas yang baik, biaya terjangkau, dan
perawatannya mudah.
Adanya peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan gedunggedung atau perumahan maka kebutuhan akan air semakin besar dan hasil
dari penggunaan air tersebut pun akan semakin besar pula dengan kualitas
air limbah yang sangat buruk dikarenakan adanya penggunaan zat-zat
kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan disekitarnya,
sehingga diperlukan pengaturan yang baik dalam pendistribusian air
tersebut. Kebutuhan air yang semakin besar merupakan faktor utama
meningkatnya debit. Dalam perencanaan wilayah pemukiman banyak
dijumpai kesalahan perencanaan saluran-saluran pembuangan yang
mengakibatkan saluran yang direncanakan tidak dapat menampung debit
puncak air buangan dari pemukiman tersebut. Hal ini disebabkan oleh
karena adanya salah perhitungan besar debit puncak per rumah tangga dan
data curah hujan serta diabaikannya faktor-faktor koefisien perhitungan
kemungkinan akan berkembangnya lokasi pemukiman atau wilayah yang
direncanakan. Kemudian dalam pengolahannya pun masih kurang
direncanakan dengan baik dan hanya dilakukan dengan pengolahan
sederhana yang dapat menghasilkan kualitas air limbah yang sangat buruk
bagi lingkungan disekitarnya. Sistem saluran pembuangan air limbah
domestik ini adalah saluran tertutup yang mengarah ke sungai induk.
Kondisi eksisting di komplek perumahan ini menggunakan sarana
pembuangan limbah domestik yang ada berupa pemakaian septik tank
(yang masih kurang optimal dalam peruntukkannya), komplek perumahan
ini masih belum memiliki suatu instalasi Pengolahan Air Limbah
Domestik sebagai sarana sanitasi masyarakat secara terpusat, dengan
direncanakannya
suatu
sistem
penyaluran
air
buangan
domestik
diharapkan dapat:
a. Mencegah penyebaran penyakit melalui media air buangan.
b. Mencegah pencemaran terhadap lingkungan.
c. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Dengan
tercapainya hal-hal tersebut di atas maka dapat menunjang tercipta
lingkungan masyarakat yang sehat dan produktif
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perhitungan debit air buangan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Perhitungan Debit Air Buangan
BAB II
ISI
PERHITUNGAN DEBIT AIR BUANGAN
pek
qx
qr
pek
qx
qr
Fab
Fab
Qam
c.
fp
18 p 2.5
4 p 0.5
= fp. Qab
Dimana :
Qmd
Fp
= faktor peak
Qab
d.
Qabr
e.
Besarnya debit inflow berdasarkan luas daerah pelayanan menurut ASCE dan WPCF
adalah 400 200000 gpd/acre.
Debit infiltrasi akibat air tanah akibat kebocoran pipa dan sambungan tidak di
perhitungkan karena :
Dalam perencanaan dipilih bahan yang relatif kuat dan kedap air (PVC dan
HDPE)
Tipe sambungan yang di gunakan kedap air seperti fleksible rubber ring joint.
(Okun, D.A. dan G ponghis, Community Waste Water Collection and Disposal,
1975)
Persamaan untuk menghitung debit infiltrasi yaitu
Qinf = Fa x Qab
Keterangan :
Qinf = Debit infiltrasi (l/detik)
Fa
= faktor infiltrasi
Qab
= debit rata-rata air buangan (l/detik)
(Moduto, 2000)
f.
Qmd
Cr
qr
qinf
Debit puncak didapat dari hasil perkalian antara faktor puncak dengan debit ratarata. Untuk menghitung faktor puncak dari beberapa literatur diketahui sebagai berikut:
Persamaan Babbit
Fp = 5/JPT 0.2
Fp = 14/(4+JPT 0.5)
Persamaan Fair & Geyer Water Supply & Waste Waste water Disposal
Fp = (18+(JPT)0.5)/(4+JPT)0.5)
Fp = (2.25+(15106)/JPT1.414)1/6
Keterangan :
Fp = Faktor puncak
JPT = Jumlah penduduk terlayani (jiwa)
Untuk mencari debit puncak, persamaan yang digunakan adalah:
Qpeak = Fp x Qab
Keterangan:
Fp = Faktor puncak
Penentuan total air bersih yang digunakan, perlu diketahui kebutuhan air
domestik serta kebutuhan air non-domestik. Kebutuhan non-domestik sendiri contohnya
berasal dari kebutuhan air dari pasar, industri, sarana peribadatan, kantor, rumah makan,
dan lain sebagainya. Contoh perhitungan pada pipa lateral terakhir pada kota X :
Berdasarkan perhitungan proyeksi pada tahun 2031 di Kecamatan Selopampang,
Kabupaten Temanggung, jumlah orang pada pipa 1 yang dilayani adalah sebesar 28,076
Ha.
Penggunaan air/org/hari = 130 L/org/hari
1. Q total (l/s)
Qtotal
= Qdom + Qnon-dom
Qtotal
Qtotal = 3.874L/detik
= 0,2 x
[ JPT ]
0,2
[ 2342 ]
x Qabr
0,2
x 69,168 L/detik
= 2.925L/detik
5. Q Infiltrasi
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Fakor yang mempengaruhi kuantitas air buangan dan menjadi pertimbangan
dalam perhitungan, yaitu:
o sumber atau asal air buangan
o besar atau prosentase air buangan dari air minum
o besarnya curah hujan
Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka dalam perencanaan saluran air buangan
ada beberapa jenis debit air buangan yang menjadi dasar penentuan, yaitu:
o Debit air buangan non domestik (Qx) adalah debit air buangan yang berasal
dari bangunan komersial, bangunan industri, bangunan umum/institusi, dan
bangunan pemerintahan.
o Debit rata-rata air (Qr) buangan adalah debit air buangan yang berasal dari
rumah tangga, bangunan umum, bangunan komersial, dan bangunan
industri.
o Debit hari maksimum (Qmd) adalah debit air buangan pada keadaan
pemakaian air maksimum.
o Debit minimum (Qmin) adalah debit air buangan pada saat pemakaian air
minimum. Debit minimum ini digunakan dalam penentuan kedalaman
minimum, untuk menentukan apakah saluran harus digelontor atau tidak.
o Debit infiltrasi (Qinf) adalah debit air yang masuk saluran air buangan yang
o
berasal dari air hujan, infiltrasi air tanah, dan air permukaan.
Debit puncak (Qpeak) adalah debit air buangan yang dipergunakan dalam
menghitung dimensi saluran.