Dahono F.
Beberapa pihak memprediksi debat mengenai status Pluto tidak akan berakhir di sini. Alan
Stern, ketua misi pesawat ruang angkasa NASA, New Horizon, yang diluncurkan ke Pluto,
Januari lalu, mengaku merasa "malu" terhadap keputusan itu. Meski demikian, misi senilai
700 juta dollar AS dan baru akan tiba di Pluto pada 2015 itu tetap akan dilanjutkan. "Ini
benar-benar sebuah definisi yang ceroboh. It's bad science. Ini belum selesai," ujar Stern.
Wajar
Wajar saja pencopotan gelar planet dari Pluto memicu reaksi yang emosional. Pluto
selama ini memiliki tempat tersendiri di hati para astronom, baik yang profesional maupun
amatir. Pluto sering dianggap "Si Bungsu dari Tata Surya" karena jaraknya yang terjauh
dari Matahari dan ditemukan paling akhir dibandingkan delapan planet lainnya.
Orbit Pluto yang sangat lonjong dan tidak sejajar dengan bidang lintasan planet lainnya
juga membuat planet ini unik. Pluto juga sempat dianggap sebagai jawaban dari misteri
Planet X, sebuah planet hipotetis yang diduga ada di luar orbit Neptunus dan
menyebabkan gangguan pada orbit planet Uranus dan Neptunus. Meski ukuran Pluto
kemudian terbukti terlalu kecil untuk menjadi Planet X, dugaan tersebut menjadi bagian
dari legenda Pluto.
Selain itu, keputusan pencabutan Pluto dari keluarga planet Tata Surya ini juga membawa
konsekuensi perubahan seluruh buku pelajaran, kamus astronomi, buku pintar, dan
ensiklopedia di dunia yang sudah terlanjur mencantumkan Pluto sebagai planet ke-9.
Bayangkan kerepotan yang akan terjadi.
Namun, Taufiq Hidayat mengatakan, inilah konsekuensi dari perkembangan ilmu
pengetahuan. Perubahan definisi planet dan keluarnya Pluto dari keluarga planet hanyalah
sebuah pengingat bagi kita semua bahwa ilmu pengetahuan yang kita pahami dan kita
yakini kebenarannya sekarang ini bukanlah sebuah kesimpulan final. Masih banyak
kebenaran yang belum kita temukan.
Seperti yang selalu dikutip dalam serial film televisi X-Files, the truth is out there....
Sumber : Kompas (27 Agutsus 2006)
Dengan demikian, dalam sistem tata surya hanya ada delapan planet klasik, yakni
Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus, Reuters
melaporkan.
Pluto yang ditemukan tahun 1930 secara tradisional dianggap sebagai planet ke-sembilan
dan yang terjauh dari Matahari.
Namun definisi sebuah planet yang disetujui setelah perdebatan seru dalam pertemuan
Persatuan Astrotomi Internasiogal (IAU) menegaskan perbedaan antara Pluto dan delapan
planet lainnya, kecuali satelit.
Pendefinisian kembali suatu planet diperlukan, menyusul kemajuan teknologi yang
memungkinkan astronom dapat lebih dekat mengamati luar angkasa dan dapat akurat
mengukur volume benda langit di sistem tata surya. (*)
Para astronom setuju bahwa untuk disebut planet, sebuah benda langit harus punya orbit
mengitari sebuah bintang dan planet itu sendiri bukan sebuah bintang.
Planet juga harus memiliki gaya grafitasi yang cukup beasr berukuran cukup besar.
Pluto tidak memenuhi sarat sebagai planet karena orbitnya tumpang tindih dengan
Neptunus.
Definisi baru --- yang pertama diperkenalkan IAU untuk menggambarkan secara ilmiah
menganai apa itu planet -- memberikan kategori kedua yang disebut "dwarf planet" atau
planet kecil, serta kategori ketiga untuk semua objek benda lainnya lainnnya. (*)
COPYRIGHT 2006 ANTARA
25 Agustus 2006 8:15
Perlu diketahui, Pluto segera diangkat sebagai planet ke sembilan di tata surya sejak pertama kali terlihat 18
Februari 1930 oleh Clyde Tombaugh, seorang astronom muda di Observatorium Lowell. Namun apakah
Pluto layak disebut sebagai sebuah planet, hingga kini masih menjadi perdebatan.
"Objek ini adalah planet yang berperilaku aneh bila Anda menganggapnya sebuah planet," ujar Neil
deGrasse Tyson, direktur Planetarium Hayden di American Museum of Natural History, New York. Tyson
sendiri lebih suka menganggap Pluto sebagai salah satu dari ribuan objek yang mengelilingi Matahari di
tepian tata surya.
Pluto ditemukan dalam suatu pencarian planet ke sembilan. Ketika itu Tombaugh yang berusia 26 tahun
ditugaskan untuk ikut mencari. Bila tidak cermat, tentulah ia tidak bakal menemukan Pluto saat berulangulang meneliti foto-foto langit malam di Arizona. Nah, begitu Tombaugh muda melihat objek tak dikenal, ia
langsung yakin itu adalah planet ke sembilan yang kelak disebut Pluto.
Untung baginya, keyakinan itu diterima dunia yang memang sedang berlomba menemukan planet lain di
tata surya. Maka jadilah Pluto sebagai planet yang dinanti itu.
Hingga kini semua anak-anak sekolah terbiasa dengan susunan tata surya yang memasukkan Pluto
sebagai salah satu planet. Namun sebenarnya setelah Tombaugh wafat tahun 1997, beberapa astronom
menyarankan agar International Astronomical Union - badan yang mengurusi penamaan dan penggolongan
benda langit - menurunkan pangkat Pluto bukan lagi sebagai planet.
Planet atau bukan?
Pada saat ditemukan, Pluto adalah satu-satunya objek di luar
Neptunus yang diketahui. Lalu ketika bulan yang mengelilinginya,
Charon, terlihat, maka hal itu justru makin menguatkan status
Pluto sebagai planet.
Akan tetapi, para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000
objek kecil lain di luar Neptunus yang juga mengelilingi Matahari.
Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal
sebagai objek Sabuk Kuiper, kata Bob Millis, direktur
Observatorium Lowell.
Pluto sendiri, dengan orbit memanjangnya yang aneh, memiliki
perilaku lebih mirip objek Sabuk Kuiper dibanding sebuah planet,
demikian anggapan beberapa astronom. Mereka juga
menegaskan bahwa Pluto berukuran amat kecil, bahkan lebih
kecil dari Bulan kita, sehingga terlalu kecil untuk disebut planet.
Clyde Tombaugh berpose bersama teleskop
yang dipakai menemukan Pluto
"Bila Anda mempelajari lebih jauh, Anda akan melihat Pluto lebih
cocok dimasukkan dalam golongan objek Sabuk Kuiper," kata Hal
Weaver, ilmuwan proyek pada misi New Horizons, yang akan meluncurkan sebuah wahana menuju Pluto
tahun depan, dan diperkirakan akan mencapainya tahun 2015.
Namun mengubah pengertian bahwa Pluto bukan sebuah planet adalah sesuatu yang tidak mudah. Nama
yang juga digunakan dalam salah satu karakter anjing Disney (kebetulan muncul tahun 1930) ini beserta
posisi dan predikatnya sebagai planet terkecil sudah terlanjur populer di kalangan anak sekolah.
Selain itu beberapa astronom juga sudah menerima Pluto sebagai sebuah planet. Alasannya, Pluto memiliki
bentuk bundar seperti planet, sedangkan komet dan asteroid cenderung berbentuk tak beraturan. Pluto juga
mempunyai atmosfer dan musim layaknya planet.
"Bila kita tidak menyebutnya sebuah planet, maka bagaimana kita akan menyebutnya," kata Kevin
Schindler, supervisor senior di Lowell.
Yang makin meramaikan debat tersebut adalah tidak adanya definisi resmi mengenai apa itu planet.
Pembuatan standar ciri-ciri planet, misalnya mengenai batas ukuran atau pola orbitnya, justru berpotensi
menjadikan objek lain sebagai planet dan malahan mengeluarkan Pluto dari golongan ini.
"Kontroversi mengenai apakah ia planet atau objek Sabuk Kuiper terbesar sepertinya masih akan berlanjut,"
kata Millis. "Tapi bagi saya lebih penting mengetahui seperti apakah Pluto sebenarnya daripada apakah
Pluto itu." (AP/cnn.com/wsn)
Updated: Kompas (Sain dan teknologi) Senin, 14 Februari 2005, 18:19 WIB