Anda di halaman 1dari 7

Bagaimana Mengajak 35 Orang Dalam 2 Minggu Untuk

Memberikan Donasi Beasiswa Kakak Asuh

A good head and good heart are always a formidable combination. But when you add to that
a literate tongue or pen, then you have something very special. Nelson Mandela
Sekitar 3 minggu yang lalu, saya menyaksikan sebuah TEDx talk yang sangat
inspiratif, dimana sang pembicara berhasil mengumpulkan donasi untuk membuat sebuah
sekolah di Afrika dalam waktu 3 jam.
Link video : https://youtu.be/aC02SmuOxYI

TEDx talk tersebut sangat menginspirasi hingga saya penasaran untuk mencoba apa
yang dilakukan oleh sang pembicara, yakni Taylor Conroy. Sesuatu yang sangat
menginspirasi bukan hanya mengubah cara kita berpikir, namun juga memberikan suatu
keinginan untuk bertindak, kira-kira itu yang terjadi pada saya.
Saya sudah memiliki suatu tema besar untuk ditawarkan kepada orang lain mengenai
donasi pendidikan, yakni pemberian beasiswa kakak asuh di almamater saya yaitu SMAN 2
Cimahi. Donasi ini dicetuskan oleh Ikatan Alumni SMAN 2 Cimahi, dimana para alumni
(kakak asuh) mengumpulkan donasi untuk membiayai siswa/i (adik asuh) yang memiliki
keterbatasan ekonomi namun berprestasi di SMAN 2 Cimahi.

Sebelum saya mencoba mengajak teman-teman saya, saya sendiri harus sudah
menjadi kakak asuh. Puji Tuhan, saya mendaftarkan diri sebagai kakak asuh untuk
membiayai biaya pendidikan penuh seorang adik asuh yang saat ini duduk di kelas X.
Menurut saya, tindakan ini sangatlah penting. Saya sebetulnya sudah mengetahui pemberian
beasiswa ini sejak bulan September 2011. Namun, saya masih belum mengajak teman-teman
saya, karna ya saya berpikir :
kalau saya sendiri tidak memulai menjadi kakak asuh, bagaimana logikanya saya bisa
mengajak teman untuk mengikuti kegiatan yang saya sendiri belum berpartisipasi ?
And you know what? Setelah menjadi kakak asuh dan memberikan donasi, perasaan
yang saya peroleh sangatlah berbeda, perasaan puas dan damai This is the feeling that
money cant buy.

Setelah saya sudah resmi menjadi kakak asuh, saya lalu memiliki keinginan mengajak
teman-teman lain dengan menerapkan cara-cara dari video di atas.
Ada keragu-raguan dalam diri ketika hendak mencoba, tapi saya tidak akan tahu hasilnya
kalau tidak berani mencoba.
So, I give it a try

Dua posting di dua grup Facebook

Saya mencari komunitas yang saya ikuti dan memiliki keterikatan dengan almamater.
Ada dua grup yang saya jadikan target, yaitu grup angkatan saya, SMAN 2 Cimahi 2004 dan
grup anak-anak alumni SMAN 2 Cimahi yang berkuliah di ITB, Ganesha 2 Cimahi. Isi dari
posting saya hanya terdiri dari 4 kalimat berita dan 1 kalimat tanya:

Saya dan sekitar 100 alumni SMAN 2 Cimahi dari berbagai angkatan sedang membiayai 10
siswa/siswi kurang mampu di SMAN 2 Cimahi untuk membiayai SPP mereka. (Masih ada
puluhan siswa/siswi yang menunggu untuk dibantu). 10 orang saja yang komit dari grup
Ganesha 2/SMAN 2 Cimahi 2004 ini untuk mengumpulkan Rp. 22.500 / bulan bisa
membiayai seorang anak tidak mampu di SMAN 2 Cimahi (jumlah ini bisa kita dapatkan
dari potongan Rp. 1.000/hari untuk kebutuhan kita seperti makan, beli baju, pulsa, gadget,
rokok). Menyisihkan Rp. 1.000,- / hari rasanya tidak berat untuk kita dan bisa memberikan
senyuman pada adik-adik yang tidak mampu kita di SMAN 2 Cimahi.
So, siapa 10 orang pertama dari grup ini yang ingin ikut dalam program kakak asuh ini ?

Hasilnya luar biasa, banyak tanggapan positif yang saya peroleh dari teman-teman.
Dalam 2 hari, terkumpul sekitar 20-an alumni yang mau berkomitmen untuk menjadi kakak
asuh. Saya lalu membagi grup yang berisi 5 orang kakak asuh dengan donasi Rp. 50.000 /
bulan dan ada juga yang berisi 10 orang kakak asuh dengan donasi Rp. 22.500,Berikut beberapa komentar mereka :

Yang membuat saya heran adalah tidak ada yang bertanya lebih lanjut mengenai
kebenaran program ini kepada saya. Artinya mereka yang menyatakan diri ikut percaya 100%
pada apa yang saya katakan. Saya rasa hal ini bisa terjadi karena adanya rasa saling percaya
dan semasa sekolah dulu, saya mengenal baik beberapa diantara mereka dan saya cukup
memiliki reputasi yang baik di mata mereka. So, thats called trustworthiness.
Hari-hari berikutnya makin banyak teman-teman yang ingin memberikan donasi,
bahkan ada yang sempat protes ketika saya lupa memasukan update nama-nama kakak asuh.
Dari sini saya belajar bahwa
Setiap orang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, mereka hanya perlu diinspirasi. Perlu
satu orang saja yang berani berdiri, memulai dari diri sendiri lalu mengajak orang-orang
itu.
Hal ini bukannya tidak beralasan, banyak dari teman-teman yang mungkin sudah
mengetahui mengenai program ini tapi belum menyumbang karena memang angkatan 2000-

an ke bawah belum ada yang memulai, dari sinilah saya belajar bahwa setiap orang
memerlukan seorang pemimpin yang bisa mengajak mereka untuk berkontribusi.

So, what are the secrets?


Saya baru menceritakan pengalaman saya yang luar biasa. Luar biasa karena baru
pertama kali saya seolah-olah berperan sebagai tenaga marketing namun dalam kegerakan
sosial, luar biasa karena saya mencoba secara langsung cara-cara yang saya pelajari dari
sebuah TEDx Talk.
Di video itu terdapat 5 kriteria untuk menjadikan pesan kemanusiaan kita didengar
oleh orang dan orang tersebut bertindak secara nyata untuk mendukung misi kemanusiaan
yang kita suarakan.

Lima kriteria itu adalah :


1.

Group Mentality
Kita sebagai manusia senang dan bersemangat ketika berada dalam suatu grup dengan
manusia lain. Hal ini juga berlaku untuk grup misi kemanusiaan dalam hal ini
memberikan beasiswa pada siswa/i di SMAN 2 Cimahi. Dalam pesan saya, hal ini
terlihat di awal kalimat, yaitu :
Saya dan sekitar 100 alumni SMAN 2 Cimahi dari berbagai angkatan

2.

Tangible Outcome (Hasil yang nyata)


Orang-orang yang memberikan donasi secara sadar atau tidak sadar menginginkan
representasi visual/nyata dari apa yang mereka bantu. Mereka perlu memiliki gambaran
di benak mereka bahwa sejumlah uang/barang yang mereka donasikan benar-benar
menjadi suatu manfaat yang nyata dan dapat menjadikan dunia (minimal seseorang)
menjadi sedikit lebih baik. Di pesan saya :
mengumpulkan Rp. 22.500 / bulan bisa membiayai seorang anak tidak mampu
di SMAN 2 Cimahi

3.

Micro Giving (Pemberian kecil)


Orang-orang perlu diberikan suatu gambaran konkrit tentang betapa ringannya
memberikan sesuatu, Informasi harus diberikan se-nalar mungkin dan selogis mungkin.
Info seperti ini memberikan suatu gambaran di benak mereka bahwa semakin kecil
donasi yang diberikan, semakin tidak terasa pula efeknya pada kehidupan pribadi
mereka. Di pesan saya :

10 orang saja yang komit dari grup Ganesha 2/SMAN 2 Cimahi 2004 ini untuk
mengumpulkan Rp. 22.500 / bulan (jumlah ini bisa kita dapatkan dari potongan
Rp. 1.000/hari untuk kebutuhan kita seperti makan, beli baju, pulsa, gadget,
rokok).
Donasi per-10 orang untuk 1 orang siswa terlihat sangat ringan dan memberikan pula
efek Group Mentality. Rp. 22.500,- / bulan saya nalarkan ke dalam Rp. 1000,-/hari
(yang sebetulnya sudah lebih dari cukup), kalimat selanjutnya memberikan gambaran
tentang dari bagian kehidupan yang mana, mereka bisa memotong Rp.1000,- per-hari.
Dan kalau diperhatikan, item yang saya sebutkan adalah hal logis yang bisa masuk ke
dalam nalar sederhana, akan menjadi blunder bagi saya kalau saya menyebutkan: susu
anak, pembelian obat dsb (karena hal yang ini adalah hal yang pokok).
4.

Personal Connection (hubungan pribadi)


Rasanya hal ini adalah hal yang terpenting. Adanya hubungan pribadi dari saya sebagai
yang mengajak berpartisipasi dengan teman-teman yang saya ajak menjadi dasar yang
membuat mereka percaya pada hal yang saya bicarakan. Reputasi di sini sangatlah
penting. Sulit bagi kita untuk mengajak berpartisipasi apabila kita memiliki reputasi
buruk di depan orang lain.
Note : Taylor Conroy berargumen bahwa hal ini yang menyebabkan kegagalan dalam
pencarian dana untuk kemanusiaan. Di mana seorang/sebuah badan yang mencari dana
kemanusiaan tidak mendapat cukup banyak respon dari banyak orang, walaupun mereka
beriklan sangat hebat (seperti mencantumkan sebuah gambar/foto yang membuat kita
iba/merasa kasihan). Sebagai gambaran :berapa banyak dari kita yang menghindar saat
didatangi para aktifis kemanusiaan?
My Important Note : Faktanya dari kegiatan kakak asuh ini, ada 2350 anggota di grup
Ikatan Alumni SMAN 2 Cimahi, tapi toh tidak semua yang berpartisipasi. Kalau semua
berpartisipasi, alangkah indahnya dunia ini (setidaknya di SMAN 2 Cimahi). Hal yang
menurut saya kurang adalah hubungan pribadi antar angkatan dan ditambah tidak ada
seseorang yang berani memulai di angkatannya, berani mengajak teman-temannya yang
lain.
5.
Recognition (Pengakuan)
Hanya hal ini yang kurang dalam pesan saya. Pengakuan bagi teman-teman yang
memberikan donasi, (baru/hanya) berupa penulisan nama di setiap update informasi
mengenai kakak asuh ini. Saya berencana membuat suatu iklan singkat mengenai kakak
asuh ini dimana iklan ini juga menjadi suatu bentuk pengakuan bagi mereka yang
membantu.
Dont get me wrong, pengakuan di sini bukan berarti saya dan teman-teman gila hormat,
namun sebagai sebuah penghargaan bagi apa yang sudah para kakak asuh lakukan. Suatu
penghargaan yang tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang sudah mereka berikan.
Do you want to give it a try?

Di posting ini saya berbagi pengalaman mengenai cara untuk mencari donasi
kemanusiaan untuk suatu persoalan yang kita bawa. Lima kriteria di atas ditambah dengan
integritas kita dapat membuat kita didengar oleh orang-orang di sekitar serta dapat
memancing tindakan nyata. Apa yang sudah saya dan teman-teman lain lakukan dalam
memberikan donasi memberikan suatu perasaan puas dalam hati.
A feeling that money cant buy.
Saya kira, perasaan puas ini muncul karena memang pada dasarnya kita sebagai
manusia diciptakan untuk saling membantu. Sudah terlalu banyak ajakan orang lain kepada
saya (mungkin kepada anda) untuk berbisnis dan diiming-imingi keuntungan berlipat dalam
waktu singkat. Investasi dan bisnis seperti ini hanyalah mengenai diri sendiri. Pencapaian
pribadi berbeda dengan kontribusi. Pencapaian pribadi adalah soal diri sendiri saya, saya
dan saya. Tapi kontribusi adalah bagi orang lain. Terkadang sebuah pertanyaan muncul di
benak saya:
Apa untungnya buat saya saat saya membantu adik-adik asuh itu?
Tapi hati dan pikiran saya menjawab dengan cepat:
Saya tidak mendapat untung secara materi, tapi saya tahu, saya sedang membiayai seorang
adik yang mungkin menjadi orang sukses dan orang yang memberi dampak baik nantinya.
Apakah saya bisa melihat si adik ini sukses? Saya tidak tahu, tapi yang saya tahu Saya
meringankan bebannya sebagai anak sekolah, sehingga ia bisa belajar dengan tenang tanpa
memikirkan biaya.
Toh, saya juga hidup dari uang negara, kenapa saya harus menggunakan semua uang ini
untuk saya, saya dan saya. Setiap hari belakangan ini, saya merenung ketika melihat lemari
pakaian, saya berkata dalam hati, saya sudah punya cukup pakaian. Ketika berangkat ke
kampus saya punya 2 pilihan tas dan 2 pilihan sepatu, saya berkata dalam hati, saya sudah
punya cukup tas dan sepatu. Ketika melihat gadget di toko elektronik, saya meraba saku
celana dan saya berkata dalam hati, saya sudah punya cukup handphone.
So, maukah anda mencoba cara ini untuk membawa misi kemanusiaan yang anda percayai?
Thousands of candles can be lit from a single candle, and the life of the candle will not be
shortened. Happiness never decreases by being shared. Budha
be blessed
Chris. 2011. My Ph.D Life. Bagaimana mengajak 35 orang dalam 2 minggu untuk
memberikan donasi beasiswa kakak asuh. [Online] 23 12 2011. [Cited: 8 9 2015.]
https://chrisphdlife.wordpress.com/2011/12/23/bagaimana-mengajak-35-orang-dalam-2minggu-untuk-memberikan-donasi-beasiswa-kakak-asuh/.

Anda mungkin juga menyukai