Skenario
Seorang pasien bayi dibawa orang tuanya dating ke tempet prakter dokter A,
seorang dokter anak. Ibu pasien bercerita bahwa ia adalah pasien seorang
dokter obgin B sewaktu melehirkan, dan anaknya dirawat oleh dokter C. baik
dokter b maupun C tidak pernah mengatakan bahwa anaknya menderita
penyakit atau cidera sewaktu lahr dan dirawat disana. Sepuluh hari pasca lahir
orang tua bayi menemukan benjolan dipundak kanan bayi.
Setelah diperiksa oleh dokter anak A dan pemeriksaan radologi sebagai
penunjangnya, pasien dinyatakan menderita fraktur klavikula kanan yang
sudah berbentuk kalus. Kepda dokter A mereka meminta kepastian apakah
benar terjadi patah tulang klavikula, dan kapan kira-kira terjadinya. Bila benar
pbahwa patah tulang terjadi sewaktu kelahiran, mereka akan menuntut dokter
B karena telah mengakibatkan patah tulang dan C karena lalai tidak
mendiagnosisnya. Mereka juga menduga bahwa dokter C kurang kompeten
sehingga sebaiknya ia merawat anaknya ke dokter A saja. Dokter A berfikir
apa yang sebaiknya ia katakan.
BAB I
PENDAHULUAN
Seringkali kita sebagai pasien hanya bisa menerima saja apapun yang
disampaikan oleh dokter tentang penyakit serta tindakan yang diambil untuk
penyembuhan penyakit tersebut. Namun apakah lantas dokter dan tenaga
medis lain dapat bertindak semena-mena terhadap tubuh kita? Tentu
jawabannya adalah tidak. Karena pada dasarnya dokter dalam melakukan
praktek kedokteran berada di bawah sumpah dokter dan kode etik kedokteran
yang mengharuskan mereka memberikan pelayanan yang terbaik bagi
pasiennya.1
Masyarakat sebagai konsumen dapat menyampaikan keluhannya
kepada pihak rumah sakit sebagai upaya perbaikan rumah sakit dalam
pelayanannya. Selain itu konsumen berhak untuk memilih dokter yang
diinginkan dan berhak untuk mendapatkan opini kedua (second opinion), juga
berhak untuk mendapatkan rekam medik (medical record) yang berisikan
riwayat penyakit dirinya. Hubungan dokter-pasien dianggap sebagai sebuah
kontrak, walaupun biasanya sebuah kontrak ditujukan terhadap tindakan dari
sekelompok orang yang mencari dan menawarkan nasihat dan perawatan /
perhatian. 1
Penuntutan terhadap kelalaian dokter termasuk didalamnya malpraktik
harus memenuhi 4 syarat. (1) harus terjalin adanya hubungan dokter-pasien.
(2) dokter tidak melaksanakan kewajibannya. (3) dokter tidak melaksanakan
tugasnya sesuai dengan standar profesi yang ada. (4) tindakan yang tidak
sesuai standar profesi tersebut menyebabkan terjadi kerugian/cedera yang
sebetulnya dapat dicegah. Setiap persyaratan diatas harus dapat dibuktikan
terjadi oleh pihak penuntut agar dapat memenangkan perkara. Oleh karena itu,
pembuktian adanya hubungan dokter dengan pasien yang mengalami kerugian
harus dapat dibuktikan dari setiap tindakan malpraktik.1
BAB II
PEMBAHASAN
dalam menanganinya. Praktik yang baik menuntut agar dokter itu merujuk
pasien itu ke suatu rumah sakit di mana tersedia peralatan dan asisten terlatih.
d. Tidak mendeteksi adanya infeksi
Kegagalan seorang dokter untuk mendeteksi bahwa pasien menderita
semacam infeksi, tidak selalu berarti kelalaian. Apabila tidak terdeteksinya
infeksi tersebut disebabkan karena keadaanya tidak memungkinkan untuk
melakukan pemeriksaan yang singkat pun, maka tanpa adanya justifikasi yang
dapat diterima, ia dapat dipersalahkan karena kekurangan ketelitian.
Sebaliknya apabila seorang dokter telah melakukan segala macam
pemeriksaan yang oleh para dokter lain juga akan melakukan hal yang sama
apabila berhadapan dengan pasien dengan gejala-gejala sama, maka ia tidak
dapat dianggap bertanggungjawab, apabila infeksi itu tidak ditemukan untuk
beberapa waktu.
e. Lalai tidak memberi surat rujukan.
f. Lalai karena kurang pengalaman
Kurangnya pengalaman tidak bisa dipakai sebagai pemaaf kelalaian. Hakim
banding secara tegas menolak pendapat bahwa adanya variasi dalam standar
profesi medic. Hal ini diparalelkan dengan seorang pengendara mobil yang
walaupun telah berusaha untuk mengendarai sebaik mungkin, namun ukuran
standar adalah sama seperti seorang pengendara lain yang pandai dan
berpengalaman.
5. Hubungan Dokter dengan Dokter (Rekan Sejawat)
Kewajiban dokter terhadap teman sejawat:
Pasal
14:
Setiap
dokter
memperlakukan
teman
sejawatnya
Pasal 15: Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman
sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang
etis.
6. Informed Consent
Informed consent adalah suatu proses menunjukkan komunikasi efektif
antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan
dan apa yang tidak dilakukan terhadap pasien. Informed consent daris egi
hukum bukanlah perjanjian maliankan ke arah persetujuan sepihak atas
layanan yang ditawarkan. Informed consent memiliki 3 elemen yaitu :
1. Threshold element
Dari aspek ini, diketahui bahwa pemberi consent haruslah seseorang yang
kompeten. Kompeten di sini dapat diartikan sebagai cakap/mampu membuat
keputusan. Ini merupakan suatu kontinuum dari tidak bisa membuat keputusan
sehingga
bisa
membuat
keputusan.
Secara
hukum,
seseorang
itu
cakap/kompeten bila telah dewasa, sadar dan berada dalam keadaan mental
yang tidak di bawah pengampunan. Dewasa diartikan sebagai individu telah
mencapai 21 tahun atau pernah menikah. Keadaan mental yang tidak
kompeten adalah kepada yang memiliki penyakit mental sedemikian rupa atau
perkembangan mentalnya terbelakang sehingga menganggu kemampuan untuk
membuat keputusan.
2. Information elements
Elemen ini terdiri dari 2 yaitu disclosure dan understanding. Pengertian
berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa kepada konsekuensi tensgs
kesehatan memberi informasi yang selengkapnya sehingga pasien dapat
mengerti dan membuat keputusan. Dalam konteks ini, diperlukan 3 standar
yaitu : 1
a. Standar praktek profesi
Kewajiban memberi informasi ditentukan oleh komunitas tenaga kesehatan
(Faden dan Beauchamp, 1986). Standar ini mengacu kepada nilai-nilai yang
ada dalam komunitas kedokteran tapi ada juga kemungkinan tidak sesua
dengan nilai-nilai sosial setempat.
b. Standar subjektif
a. Expressed
Secara lisan atau tertulis. Untuk pernyataan tertulis, umumnya tindakan invasif
atau beresiko mempengaruhi kesehatan secara bermakna. Permenkes tentang
persetujuan tindakan medik meletakkan semua jenis tindakan operatif harus
memperoleh persetujuan tertulis.
b. Implied
Pasien tidak menyatakan baik secara tertulis maupun lisan tapi gerakan
menunjukkan jawabannya. Consent inilah yang paling banyak dilakukan
dalam praktek sehari-hari. Proxy-consent adalah consent yang diberikan oleh
orang lain dengan syarat pasien tidak mampu memberi consent secara pribadi.
Jenis consent ini hanya bisa dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan
ketat. Doktrin informed consent tidak berlaku pada (a) keadaan gawat darurat
medik (b) ancaman terhadap kesehatan masyarakat (c) pelepasan hak
memberikan consent (d) clinical privelege dan (e) pasien yang tidak kompeten
memberikan consent. Contextual consent seringkali menghantui dokter di
mana seorang yang dianggap pikun, pasien dengan penyakit terminal atau
orang yang memiliki mental lemah seringkali tidak diberitahu mengenai
diagnosis sebenar/keadaan sakitnya. 1,3
Hal-hal yang perlu disampaikan dalam informed consent ialah: 2
10
lampau yang ditulis oleb para praktisi kesehatan dalam upaya mereka
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
3. Waters dan Murphy :
Kompendium (ikhtisar) yang berisi informasi tentang keadaan pasien selama
perawatan atau selama pemeliharaan kesehatan.
4. IDI :
Sebagai rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan
yang diberikan oleh pemberi pelayanan medik/kesehatan kepada seorang
pasien.
Isi Rekam Medis
Isi Rekam Medis merupakan catatan keadaan tubuh dan kesehatan,
termasuk data tentang identitas dan data medis seorang pasien. Secara umum
isi Rekam Medis dapat dibagi dalam dua kelompok data yaitu:
1. Data medis atau data klinis: Yang termasuk data medis adalah segala data tentang
riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis, pengobatan serta basilnya,
laporan dokter, perawat, hasil pemeriksaan laboratorium, ronsen dsb. Data-data ini
merupakan data yang bersifat rabasia (confidential) sebingga tidak dapat dibuka
kepada pibak ketiga tanpa izin dari pasien yang bersangkutan kecuali jika ada
alasan lain berdasarkan peraturan atau perundang-undangan yang memaksa
dibukanya informasi tersebut.
2. Data sosiologis atau data non-medis:
Yang termasuk data ini adalah segala data lain yang tidak berkaitan langsung
dengan data medis, seperti data identitas, data sosial ekonomi, alamat dsb. Data ini
oleh sebagian orang dianggap bukan rahasia, tetapi menurut sebagian lainnya
merupakan data yang juga bersifat rahasia (confidensial).
Penyelenggaraan Rekam Medis
Secara garis besar penyelenggaraan Rekam Medis dalam Permenkes
tersebut diatur sebagai berikut:
1. Rekam Medis harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien
menerima pelayanan (pasal 4). Hal ini dimaksudkan agar data yang dicatat masih
original dan tidak ada yang terlupakan karena adanya tenggang waktu.
11
2. Setiap pencatatan Rekam Medis harus dibubuhi nama dan tanda tangan petugas
pelayanan kesehatan. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sistim pertanggungjawaban atas pencatatan tersebut (pasal 5).
3. Jika terdapat kesalahan pencatatan, maka pembetulan catatan yang salah harus
dilakukan pada tulisan yang salah dan diparaf oleh petugas yang bersangkutan
(pasal 6 ayat 1). Secara lebih tegas ayat 2 dari pasal yang sama menyatakan bahwa
penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan.
Pada saat seorang pasien berobat ke dokter, sebenamya telah terjadi
suatu hubungan kontrak terapeutik antara pasien dan dokter. Hubungan
tersebut didasarkan atas kepercayaan pasien bahwa dokter tersebut mampu
mengobatinya,
semua
rahasia
pasien
yang
mempelajari
perkembangan
kesehatan
masyarakat
dan
untuk
Rekam medis dapat digunakan sebagai salah satu alat bukti tertulis di
pengadilan. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran wajib menyimpan kerahasiaan yang menyangkut riwayat penyakit
pasien yang tertuang dalam rekam medis. Rahasia kedokteran tersebut dapat
dibuka hanya untuk kepentingan pasien untuk memenuhi permintaan aparat
penegak hukum (hakim majelis), permintaan pasien sendiri atau berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana, rahasia kedokteran (isi rekam medis) baru
dapat dibuka bila diminta oleh hakim majelis di hadapan sidang majelis.
Dokter dan dokter gigi bertanggung jawab atas kerahasiaan rekam medis
sedangkan kepala sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab menyimpan
rekam medis. Dalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur
bahwa setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat
rekam medis dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
Selain tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat
rekam medis juga dapat dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan
dokter
gigi
tidak
melakukan
yang
seharusnya
dilakukan
(ingkar
kelalaian
berperan
medik
sebagai
upaya
apabila
dilakukan
menjaga
mutu
dengan
pelayanan
15
pemakaian,
pemanfaatan
barang
dan/atau
jasa
yang
diperdagangkan.
memberi kompensasi, gantirugi dan/atau pengantian apabila barang dan/atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Pasal 1370 KUH Perdata :Dalam halnya suatu kematian dengan sengaja atau
karena kurang hati-hatinya seorang, maka suami atau isteri yang ditinggalkan,
anak atau orang tua si korban yang lazimnya mendapat nafkah dari pekerjaan
si korban mempunyai hak menuntut suatu gantirugi, yang harus dinilai
menurut kedudukan dan kekayaan kedua belah pihak, serta menurut keadaan.
Pasal 1371 KUH Perdata : Penyebab luka atau cacatnya sesuatu anggota badan
dengan sengaja atau kurang hati-hati memberikan hak kepada si korban untuk
selain menggantikan biaya-biaya penyembuhan, menuntut penggantian
kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat tersebut. Juga penggantian
kerugian ini dinilai menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak
dan menurut keadaaan.
16
Pasal 1372 KUH Perdata : Tuntutan perdata tentang hal penghinaan adalah
bertujuan mendapatkan penggantian kerugian serta pemulihan kehormatan dan
nama baik.
Pasal 359 KUHP : Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya)
menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
Pasal 360 KUHP : (1) Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya)
menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana
paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun. (2)
Barangsiapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain
luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan
paling lama enam bulan atau pidana denda paling ringgi empat ribu lima ratus
rupiah.
Pasal 361 KUHP : JIka kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan
dalam menjalankan suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditambah
dengan sepertiga dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan
pencarian dalam mana dilakukan kejahatan, dan hakim dapat memerintahkan
supaya putusannya diumumkan.8
Seorang dokter yang telah memiliki kewenangan formil dapat melakukan
tindakan medik di suatu sarana kesehatan sesuai dengan surat penugasannya di
bawah supervise pimpinan sarana kesehatan tersebut.
17
setelah
teraba
adanya
pembentukan
kalus.
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan adanya malpraktek atau bukan dilihat dari hasil tindakan medis
pada pasien melainkan di tinjau dari bagaimana proses tindakan madis tersebut
dilaksanakan.
20
Daftar Pustaka
Anda
berhak
tahu
semuanya.
Diunduh
dari
21
Diunduh
dari:
URL:
Hyperlink
dengan
Fraktur
Klavicula.
Di
unduh
dari
http://www.bascommetro.com/2011/10/bayi-dengan-fraktur-klavicula.html.
Pada tanggal 15 januari 2013.
22