Anda di halaman 1dari 42

BAB II

LANDASAN TEORI

Perencanaan elemen mesin yang digunakan di dalam peralatan


pemisah biji kopi ini dihitung berdasarkan teori-teoii yang didapat
pada perkuliahan dan buku-buku atau literatur yang ada. Dan dengan
perhitungan ini dapat diaplikasi pada peralatan yang akan dibuat
sehingga peralatan tersebut dapat memenuhi syarat kekuatan dan
keamanan.
Elemen-elemen mesin yang dihitung dalam perencanaan ini
terdiri dari flywheel, V-belt, puley, poros eksentrik, bearing dan pasak.

1. FLYWHEEL
Flywheel sering digunakan pada peralatan yang mempunyai
putaran yang tidak konstan akibat dari pembebanan yang selalu
berubah atau fluktuasi beban yang diterima poros. Dengan penggunaan

berabah atau fluktuasi beban yaiig diterima poros. Dengan penggunaan


flywheel maka putaran poros akan lebih konstan. Misalnya pada motor
bakar, mesin pres dan lain-lain.
Fungsi utama dari flywheel adalah menyimpan energi pada
waktu energi tersebut tidak digunakan, dan memberikan energi
tambahan bila diperlukan. Bentuk flywheel yang digunakan pada
peralatan ini adalah yang berbentuk solid disc.
Perhitungan

flywheel

ini

menggunakan

referensi

buku

Dynamics Of Machinery karangan A.R.Holowenko.

1.1 Koefisien Fluktuasi Kecepatan


Koefisien ini adalah untuk menentukan besar dari variasi
kecepatan yang direncanakan. Koefisien ini tergantung pada jenis
peralatan yang akan direncanakan. Koefisien fluktuasi dap at dilihat
pada tabel 2.1 di bawali ini.

10
Coefficient of Fluctuation*
Type o f Equipment
Crushing machinery
Electrical machinery
Electrical machinery, direct-driven
Engines with belt transmission
Flour-milling machinery
Gear-wheel transmission
Hammering machinery
Machine tools
Paper-making machinery
Pumping machinery
Shearing machinery
Spinning machinery
Textile machinery

Cf
0.200
0.003
0.002
0.030
0.020
0.020
0.200
0.030
0.025
0.030-0.050
0.030-0.050
0.010-0.020
0.025

F ro m K e n t's M cchnnicn/ E ngineers' H a n d b o o k, 12th cd.,


" D esign a n d P r o d u c t io n . " pp. 7 -4 0

Tabel 2.1 Koefisien fluktuasi kecepatan

Koefisien fluktuasi kecepatan dapat dirumuskan :


^ _ 1 - (D2 _ Vi - V2
C t------m---------- (2-1)

Dimana,
V

= kecepatan keliling maksimum pada titik yang diambil


pada diameter rata-rata flywheel.
k .Dn

60
Vi

= kecepatan keliling maksimum pada titik yang diambil


pada diameter rata-rata flywheel.

V2

= kecepatan keliling minimum pada titik yang diambil


pada diameter rata-rata flywheel.

11

1.2 Energi Kinetik pada Flywheel


Energi kinetik (E) =

-- ( V] - V2 )2
2. r

(2.2)

Dimana,
L =

momen inersia flywheel yang berbentuk solid disc.


W.r2
2-g

= diameter rata-rata flywheel.

Energi kinetik ( E ) =

W ,V 2.Cf

:- :
2-g

(2.3)

1.3 Beral Flywheel


Berat flywheel untuk flywheel berbentuk solid disc
W = 2' E ' S
V2.C f

(2.4)

1.4 Dimensi Flywheel


Volume flywheel ( V ) = it . ( i2luai - r ^

). t

Massa flywheel = Volume . p flywheel


Tebal flywheel sohd disc = -----------

m
2

P flywheel . 7C . ( T

2
)

2 . SISTEM TRANSMISI V-BELT

Belt drives adalah suatu elemen mesin fleksibel yang dapat


digunakan dengan mudah unluk mentransmisikan torsi dan gerakan
berputar dari suatu komponen ke satu atau beberapa komponen lain,
umumnya poros-poros pararel. Belt digunakan sebagai transmisi
langsung yang menghubungkan jarak yang jauh antara dua buah poros
dimana sebuah sabuk dibelitkan sekeliling puley pada poros.
Dalam perencanaan ini digunakan belt yang berjenis V-Belt,
msmpunyai penampang trapesium (V) dipasangkan pada puley yang
mempunyai bentuk alur yang sama dengan V-Belt dan akan
meneruskan torsi dari motor ke poros, juga dari poros satu dengan
poros yang lain.
Umumnya putaran motor dengan pularan poros berbeda
tergantung pada perbandingan kecepatan putaran (rasio transmisi)
yang diinginkan. Ratio transmisi torsi dan kecepatan putaran pada
motor penggerak dan poros yang digerakkan ditentukan oleh rasio
diameter puley. Perhitungan V-belt menggimakan referensi Design of

Machine Elements karangan Paul H. Black dan O. Eugene Adams, Jr,


dan katalog V-Belt merk Mitsobusi.
V-belt sudah umum digunakan pada peralatan penggerak
ataupun pada industri, karena mempunyai beberapa kelebihan antara
lain:
- Harga yang cukup murah
- Cara pemasangan yang cukup mudah
- Perawatan sederhana
- Putaran yang dapat diransimisikan cukup tinggi
- Suara yang dihasilkan tidak bising

Jenis-jenis V-Belt yang terdapat di pasaran :


a. V-Belt jenis standart
b. V-Belt high quality yang mempunyai lapisan tunggal dan
banyak
c. V-Belt penampang pendek
d. V-Belt tipe-L
e. Narrow V-Belt (tipe sempit)

f. V-Belt bersudut lebar


g. V-Belt untuk putaran variabel
h. Sabuk gigi penampang pendek
i. Double V-Belt

Macam-macam V-Belt dapat dilihat pada gambar 2.2

\/ /

Gambar 2.1 Macam-macam V-Belt

15

V-Belt terbuat dari karet dengan campuran poliester sebagai inti


nya. Penampang dan konstruksi V-Belt standar serta penggunaannya
dapat dililiat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Penampang V-Belt

2.1 Geometri pada V-Belt dan Puley


Untuk pemilihan V-belt tergantung pada

geometn^belt dan

puley, karena adanya perbedaan dimensi sepeiti diameter puley, jarak


pusat sumbu, panjang pitch V-Belt dan cara pengoperasian.

16
Perhitungan geometn untuk dua puley standar, satu puley untuk
penggerak dan satunya digerakkan adalah sebagai berikut:
Speed Ratio/Rasio kecepatan sudut (i)
n = (fy
i = 5T
n2 = Z
dp.r

(2-5)

Dimana:
nt

= putaran puley 1
= putaran puley 2

dpj

= diameter pitch puley 1

dp2 = diameter pitch puley 2


Sudut masuk belt pada puley (a)

(2.6)

d2 -di =
di (i-I)
sin a =
2C
2CV '
Dimana:

C = jarak pusat sumbu simetii poros


Sudut kontak belt pada pulley (P)
pi = 180 - 2a (radian) = 180 -

p2= 180 + 2a (radian) = 180 +

(d2-d,)0

(d2 - di) 60

(2.7)

Panjang Pitch V-Belt (Lp)


Lp = 2C + 1,57 (di + d;) +

( d, - dj)2
^

(2.8)

Dalam perencanaan diameter dj diasumsikan sebagai diameter


minimum sistem belt.

2.2 Gava-Gava pada V-Belt

Pada sistem transmisi, belt dalam keadaan tidak bergerak atau


statis, maka gaya yang teijadi adalah gaya yang disebabkan oleh
tegangan belt pada pusat sumbu simetri puley, gaya yang teijadi pada
seluruh bagian belt sama, disebut initial tension (F0). Pada gambar, bila
puley yang kecil sebagai penggerak dengan arah putaran ccw, gaya
pada bagian atas tight atau tank disebut F, dan gaya pada bagian
bawah slack atau kendur disebut F2. Perbedaan antara gaya-gaya
tersebut (Fr F2) disebut net tension. Haiga net tension inilah yang akan
menentukan besamya daya yang akan ditransmisikan. Pada V-Belt,
gesekan atau friksi tidak teijadi pada permukaan dasar alur, tetapi pada
i

bagian sisi miring alur, seperti pada gambar2.3.

Gambar 2.3 Tegangan pada V-Belt


Gaya-gaya pada bagian belt
F2 -F

(2.9)

Dimana:
F, = Gaya pada bagian tarik
F2= Gaya pada bagian kendur
Fc= Gaya Centrifugal
f = koefisien gesekan dapat dilihat pada tabel 2.2.
0 = sudut kontak

2.2.1 Gava Cetrifneal yang Terjadi (FJ

Ft = ^

'

(2.10)

Dimana:
W = Berat belt per satuan panjang ( lb/ft) lihat pada tabel 2.2.

19
v = kecepatan linier belt (ft/s)
g = gravitasi
= 32,2 ft/s2

T a b le 14-7

Hell
section

Weight,
lb per Jl

Pilch diameter,
sm all sheave

Groove
angle ft, deg

Coefficient
of frictio n

0.0G

0 .1 0 0

0 .2 0

0.40

0.60

Un der 3
3-5
Over .0
Under 5 .4
.5.4 to 8
Over 8
Under 9
0-12
Over 12
Under 13
13-10
Over 16
U n d e r 2 1 .6
2 1 . 6 to 21

30
34
38
30
34
38
30
34
38
30
34
38
30
34

0.50
0 .4 5
0.40
0.50
0.45
0.40
0.50
0 .4 5
0.40
0.50
0 .4 5
0.40
0.50
0 .4 5

Tabel 2.2 Karaktenstik V-Belt Standar

Initial Tensison (F0)


IJFo
Net tension ( Fr )

( 2. 11)

2.3 Perencanaan V-Belt

Langkah - langkah perencanaan sistem V-Belt sebagai berikut


a. Perhitungan Daya Rencana (Nd)

Na =N,t . Fs

(2.13)

Dimana:

Nt = Daya transmisi
F. = Service faktor
Harga service faktor tergantung jenis aplikasi peralatan yang
direncanakan dapat dilihat pada tabel 2.3.
Table 2.

Suggested Service Factors fo r V-belt Drives


TYPES OF D R IV IN G UN ITS

TYPES OF DR IVEN
M ACHINES

A C M oto r* ; H igh T o r q u e , H igh S lip .


A C M o to r* ; N o rm a l T o rq u e . Squirte> R e p u ls io n -ln d u c tio n , S in g le P h a se.
S e rie s W o u n d a n d S lip R ing
C age, S y n c h ro n o u s a n d S p lit P h a se .
O C M o to rs; S e rie s W o u n d a n d
O C M o to r* ; S h u n t W o u n d . M ultip le
C y lin d e r In te rn a l C o m b u s tio n E ngine* C o m p o u n d W o u n d . S in g le C y lin d e r
I n te rn e t C o m b u s tio n Engine*.
L in e S h aft* . C lu tc h e* .
I n te r m i tte n t N o rm a l
C o n tin u o u s in te rm itte n t
N o rm a l
C o n tln u o u *
S erv ice <3-5 S erv ice <8- S ervice (16- S erv ice (3 -6 S erv ice <8- S erv ice <16H o u rs O a l'y 1 0 Hour*
2 4 Hour*
H our* O ally 1 0 H our* . 2 4 H our*
o r S e a so n a l)
O ally)
O atly)
o r Seasonal!
O elty)
D aily)

A g ita to n f o r L iq u ld t
Blow*** e n d E x h a m tM i
C e n trifu g a l P um p* a n d C om p re aso s
f ( M u p TO 1 0 HP
c
L ig h t O u tv C o n v e y er*

1 .0

1.1

1.2

1.1

1 .2

1 .3

B e lt C o n v ey o r* F o r S a n d . G e in .e tc .
O o u g h M i n
F an* O v er 1 0 HP
G e n e ra to r*
L in e S h aft*
L a u n d ry M ac h in e ry
M e ch in e T o o ts
P u n c h e s P ris*-Sheef
P r lp tln g M a ch in ery
P o sitiv e D isp la c e m e n t R o ta ry P u m p *
R evolving a n d V ib ra tin g S creen*

1.1

12

1 .3

1.2

1 .3

1.4

B rick M a ch in e ry
B u c k e t E levator*
E x c iter*
P is to n C om preeaor*
C o n v ey o r* (O rag-P en S c re w )
H a m m e r Mill*
P a p e r Mill fleeter*
H lito n P um p*
P o sitiv e D isp la c e m e n t 8 low er*
P ulverizer*
S e w Mill a n d W o o d w o rk in g M a c h in e ry
TextM e M a ch in e ry
C rusher* ( G y ra to r y J a w R oll)
M ill* (S e ll-R o d -T u b e )
H o ists
R u b b e r C alender*-Extrvder*-M U t*

e>

1 .2

1.3

1.4

1 .3

1 .4

1 .5

1 .5

15

1 .5

1 .6

13

Tabel 2.3 Service Faktor untuk V-Belt

b. Pemilihan Tipe Penampang Belt


Pemilihan tipe penampang belt yang akan digunakan, yaitu tipe
A, B, C, D, E, yang biasanya ukuran penampang tersebut sudah
distandarkan. Untuk pemilihan ini dapat dilihat pada lampiran 2.1.
Sumbu vertikal menyatakan harga kecepatan sudut pada poros (yang
tercepat) dalam rpm. Pada sumbu horisontal menyatakan harga daya
rencana atau design horsepower. Harga-harga tersebut diplotkan,
sehingga didapatkan penampang yang digunakan.

c. Perhitungan Speed Ratio (i)


Perhitungan rasio kecepatan sudut atau speed ratio yaitu
perbandingan kecepatan putar antara poros penggerak dengan poros
yang digerakkan.

d. Menentukan Diameter Minimum Puley


Jika perencanaan tidak ada data besar diameter puley maka
dapat ditentukan diameter minimum puley, pada kecepatan putar poros
(rpm) paling besar. Harga diameter minimum puley dapat dilihat pada
tabel 2.4.

22

Belt Cross Section

Standard Diameter

Minimum Diameter

95 mm

65 mm

145 mm

115 mm

225 mm

175 mm

350 mm

300 mm

550 mm

450 mm

Tabel 2.4 Diameter Puley yang Dianjurkan

e. Perhitungan Panjang V-Belt Standart

Perhitungan panjang V-Belt seperti yang telah dibahas pada


sub-bab sebelumnya. Panjang belt telah distandarkan, yaitu panjang
pitch (Lp). Panjang dalam ( Inside Length ) dapat dicari dengan
mengurangi panjang pitch dengan panjang yang ada pada tabel 2.5.

23

Table 5

Length Difference by Measuring Position

Belt Section

A
mm

B
mm

Pitch length > 1nside length

33

46

C
mm
74

D
mm
84

E
mm
114

Tabel 2.5 Panjang Dalam yang Distandarkan

f. Penentuan Pemakaian Daya yang Diijinkan Per Belt

Langkah awal mencari daya dasar atau Basic Horsepower


dengan menggunakan lampiran 2.2. Kemudian mencari harga daya
/

tambahan karena pengaruh perbandingan kecepatan atau Additional


Horse Po wer dengan mempergunakan lampiran 2.2.
Daya ijin atau Rated Horsepowerpcibdt dapat dihitung dengan
menjumlahkan Basic Horsepower dengan AdditionalHorse Power.

g. Penentuan Faktor Koreksi Panjang , Sudut Kontak dan Daya

Faktor koreksi untuk panjang V-Belt dapat dicari dengan


menggunakan tabel 2.4.

24

Arc ot Contaa
on Small Sheave
(Degrees)

0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90

1:00
1.10
1.20
1.30
1.40
1.50

180
174
169
163
157
151
145
139
133
127
120
113
106
99
91
83

Correction
Factor

j
j

1.00
0.99
0.97
0.96
0.94
0.93
0.91
0.89
0.87
0.85
0.82
0.80
0.77
0.73
0.70
0.65

Tabel 2.6 Faktor Koreksi Sudut Kontak


Faktor koreksi daya dapat dihitung dengan mengalikan faktor
koreksi sudut kontak dengan faktor koreksi panjang.

h. Mencntukan Daya Per Belt


Daya per belt didapat dari mengalikan Rated Horse Power per
belt dengan faktor koreksi daya.

i. Penentuan Jumlah Belt


Jumlah belt adalah daya disam dibagi dengan daya per b elt.

25

3.1 Penentuan Dimensi Puley


Dimensi-dimensi puley pada umimmya telah ditandarkan oleh
pabrik. Ukuraii staiidar tersebut adalah. dimensi dari groove atau
alur-V, pich diameter, sudut alui seperti pada tabel 2.7 dan gambar
2.4. Perhitungan diameter puley berdasarkan referensi Machine Design
Theory and Practice karangan Aaron D. Deutschman , Walter J.
Michels, and Charles E. Wilson.

Cross
Section

Pitch Diameter
Min.Reco
Range
mmended
mm
mm

*b g
mm

Se
mm

34
38

1 + q ^
12,8 1 ~u- J

12.4

3.2

15.9

95

_0

115

115 to 180
Over 180

34
38

^6-2 1 +
16.5 I

^2

14.7

4.4

19.0

12.7

+^08

175

175 to 200
201 to 305
Over 305

34
36
38

22.3
22.5 +0.18
22.7 1

19.8

5.1

25.4

17.5

300

300 to 330
331 to 430
Over 430

34
36
38

32.0 ,
32.3 0.18
32.6 1

26.7

'450

450 to 610
Over 610

36
38

3- ! +o 25
39.2 1

33.0

65

B
C

020'

Standard Groove Dimensions


**Sg
hg
a
0.8
0.8
mm
mm
mm

65 to 140
Over 140

Groove
Angle

+3.8
-0
+6.4
7.6

36.5

22.2
-0

10.2

Tabel 2.7 Dimensi Alur atau Groove

44.5

.28.6

+ ^ 04

26

Fig-2 Standard Groove Dimensions


File break All

V
a

Groove-^,

Sharp Corners

/ / X l - H

w
Hi J5
TD O JC 0)
23 .5
e o b(0
0 .0 Q. M

Gambar 2.4 Standar Alur atau Groove


Untuk penentuan diameter puley yang digunakan dengan
menggunakan perhitungan perbandingan kecepatan putar atau speed
ratio (i), seperd yang telah dibahas pada sub-bab terdahulu.

4. POROS
Poros yang digunakan pada perencanaan ini adalah jenis poros
eksentrik, yang pada ujungnya mempunyai simpangan sumbu dari
sumbu utama sebesar harga eksentrisitasnya.
Pada dasamya perhitungan poros eksentrik sama dengan poros
biasa hanya ssya akan terdapat gaya tangensial yang timbul pada ujung
poros eksentrik yaitu gaya berat dari sanngan.
Dasar teori perhitungan poros adalah kekuatan poros yang
menerima beban puntir/torsi dan beban lentur/bending. Dalam
perencanaan pada mesin sortir kopi ini, poros dikenai beban bending,
karena berat pulley dan gaya-gaya yang teijadi pada puley akibat
tegangan belt dan berat poros. Poros dikenai beban puntir karena
adanya torsi pada poros.

4.1 Poros dengan Beban Puntir dan Beban Lentur

Puley dan flywheel dan tumpuan berat saringan, terdapat pada


poros dalam berbagai berat dan lokasi. Untuk menentukan diameter
dari poros, hams diketahui momen bending dan torsi yang terjadi pada

poros tersebut. Dari gaya-gaya dan beban yang ada poros dapat
dihitung dan digambarkan diagram geser dan diagram momen, sangat
diperlukan untuk menentukan momen maksimum. Gaya-gaya yang
bekeija pada poros dibagi menjadi dua bagian, yaitu : bidang vertikal
dan bidang horisontal.
Tegangan geser maksimum dari poros yang mengalami beban
bending dan torsi adalah :
(2.14)
^mn

" o b"

1/2

+ %2

. 2 .

(2.15)
_ _ 32.M
---TC^7
.D

(2.16)
7C.D

Dimana:
a

= tegangan bending

= tegangan geser

= momen bending maksimum

= diameter poros

29
' T

= momen puntir

Dengan menggunakan kelelahan (fatique) tegangan geser


maksimum dan dapatkan persamaan sebagai berikut:
^max

_ 0,58 Syp
N

(2.17)

Dimana:
'tmax = tegangan geser maksimum
Syp = kekuatan yield/luluh daripada material
N

= angka keamanan
..

4.2 Perencanaan. Poros

Untuk merencanakan poros pada suatu tingkat keamanan


tertentu, maka perencanaan poros mengacu pada dasar teori distorsi
energi.
(2.18)
0,58-s yp _ 16

rcD3 L

(2.19)
2

Dimana:

30
D

= diameter minimum poros

Syp = kekuatan luluh material


Ssyp = kekuatan luluh material untuk tegangan geser
V
Mm - momen bending rata-rata
Mr = range momen bending
Tm = torsi rata-rata
Tr

= range torsi

Se

= edurance limit

Ses edurance limit untuk geser

4.2.1 Edurance Limit

Edurance limit atau Fatique Limit adalah tegangan maksimum


daripada material untuk menahan tegangan dengan asumsi material
tidak akan luluh dengan jumlah siklus teitentu (pada umumnya jumlah
siklus adalah 10.000.000 siklus). Kemudian dilanjutkan perhitungan
endurance limit geser.

4.2.2 Perhitunpan Edurance Limit (Sc)


(2.20)
Se =

K-f

CRCSC FCW Sn

Dimana:

Sn'

= Edurance Limit material


= 0,5 Su

CR

(lihat ref.3, sec 3-24, P. 106)

= Faktor kepercayaan
= 1 - 0,08 (D.M.F) harga D.M.F lihat pada tabel 2.8
\

Cs

= Faktor koreksi ukuran


= 0,70

CF

(lihat ref. 3, sec. 3-26, P. 110)

= Faktor koreksi pengerj aan permukaan


(lihat pada gambar 2.21)

Cw

= Faktor koreksi pengelasan


(lihat pada tabel2.9)

Kf

= Faktor koreksi konsentrasi tegangan


(lihat pada tabel 2.10)

^Table3-2 Reliability Levels


Survr.'jl

Rjic,

LVvbnou mtiltspfcca'tiMl ^ i - i ll> M F.i

9 0.0 0

95.00

l.M

9 8 .0 0

2.05

99,0 0

:..u

9<>.90

3.0ti

99.9 9

.V62

Tabel 2.8 Tingkatan Faktor Kepercayaan (D.M.F)


nrO*u.Sf\A
120

160

2C0

240

230

320

360

400

440

480

520

Gambar 2.4a Surface Faktor Cf


T able 3 -3

Endurance strength reduction


factor Cw for welds

Type and Location o f Weld

cw

Reinforced b u ll weld

0.833

Toe o f transverse f ilM w tfd

0.66?

End o f parallel fille t wcid

0.370

T b u tt jo in t w ith sharp corner*

0 .500

SOUKCt

C. H. ienmnp<. V t U m g D n if n . T ra m . A S M t . V o l. 3*. pp.

497-509. I9 J6 .

Tabel 2.9 Faktor Pengelasan Cw

33
KEYWAYS

SLED-RUNNER

r*-

I I

I T

i
P R O F IL E
BEND IN G TO R S IO N

S LEO -R U N N ER
BEND IN G
TO R S IO N

ANNEALED

1.6

1J3

1.3

13

QU ENCHED
&
D RAW N

2.0

1.6

1.6

IjG

Tabel 2.10 Factor Kosehtrasi Tegangan Ky

4.2.3 Perhitungan Endurance Limit Geser


1 CR Cs Cf Cw Sns
Endurance limit geser: Ses =
Kf
Dimana
Sns' = Endurance limit geser material
= 0,29 Su

(lihatref.3, sec 3-24, p. 107)

(2.23)

5. BANT ALAN GELINDING (BEARING)

Dalam perencanaan peralatan ini, digunakan satu macam


bearing, yaitu Deep groove ball bearing yang digunakan sebagai
penumpu poros.
Pembahasan di sini akan ditujukan pada cara pemilihan bearing
tersebut dan perhitungan faktor umur berdasarkan gaya-gaya radial
yang teijadi. Sedangkan untuk gaya-gaya aksial tidak ada, karena
bearing tidak menerima beban arah aksial.
Perhitungan bearing yang digunakan adalah gaya radial yang
terbesar antara dua buah tumpuan.
Data-data mengenai masing-masing bearing tersebut dapat
dilihat pada lampiran mengenai data-data bearing dari "SKF General
Catalogue". Perhitungan bering menggunakan referensi Design of
Machine Element karangan M. F. Spotts.

5.1 Kapasiias Beban Bearing

Ukuran bearing yang akan digunakan dipilih berdasarkan


kapasitas beban yang mampu diterimanya, faktor umur serta faktor
kepercayaan.
Nilai-mlai

yang

digunakan

dalam

perhitungan

untuk

menunjukkan kapasitas beban dinamakan basic load rating (kapasitas


nominal), yang terbagi atas basic dynamic load rating (kapasitas
nominal dinamis spesifik) dan basic static load rating (kapasitas
nominal statik spesifik).
Basic dynamic load mting digunakan untuk perhitungan perhitungan yang menyangkut tegangan dinamis bearing, misalnya
untuk memilih bearing yang berputar pada beban tertentu. Maka nilai
ini akan menunjukkan kapasitas beban pada bearing, sehingga dapat
dihitung basic rating life (umur nominal bearing) daripada bearing per
1.000.000 putaran. Dengan kata lain basic dynamic load ini
menunjukkan beban maksimal yang mampu diterima bearing, sehingga
bearing tersebut mampu melakukan 1.000.000 putaran (atau 33.3 rpm
selama 500 jam) dengan asumsi 90% dari jumlah bearing tidak

36
mengalami kerusakan. Basic dinamic load rating (C) di dapat dari
lampiran 2.3 untuk deep groove ball bearing.
Basic static load rating digunakan dalam perhitungan ketika
bearing berputar sangat pelan atau diberi beban tetap untuk suatu
periode waktu tertentu dan pada titik kontak yang menerima tegangan
maksimum, maka beban tersebut dinamakan basic static load rating,
C0 dapat dilihat pada lampiran 2.3 untuk deep grove ball bearing.

S.2 Umur Bearing

Umur bearing didefinisikan sebagai jumlah putaran (atau jumlah


jam operasi untuk suatu kecepatan yang konstan) yang mampu
dilakukan bearing sebelum teijadinya tanda-tanda kelelahan terlihat
pada cincin atau elemen gelindingnya.
Hubungan antara basic rating life, basic dynamic load rating,
dan beban bearing ditunjukkan persamaan berikut:
1
atau p = L 10 b
Dimana
L10

= basic rating life dalam jutaan putaran

(2.24)

37.
C

= basic dynamic load rating, N

= beban bearing dinamik ekuivalen

= pangkat daripada persamaan umur di atas


= 3 untuk ball bearing
= 10/3 untuk roller bearing

Untuk bearing yang beroperasi pada kecepatan konstan,


persamaan di bawah menunjukkan umur bearing dalam jam
operasinya.
Lin

1.000.000
60 n

(2.25)

Dimana
L,0= basic rating life dalam jam operasi
n = kecepatan putaran, rpm
5.3 Beban Bearing Dinamik Ekuivalen
Beban bearing dinamik ekuivalen (P) untuk deep groove ball
bearing dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
P = v.F.C,
Dimana

(2.26)

38
Ff

= Gaya radial yang teijadi pada bearing,

=1 ring dalam yang berputar (lihat ref 4, chap 9.2, p429)

= 1,2 ring luar yang berputar

Cj

= Impact faktor dari tabel 2.10a

TABLE 9-3

Shock and Impact Factors

Type o f Load

c,

C onstant or steady
Light shocks M oderate shocks
Heavy shocks

1.0
1.5
2.0
3.0 and up

Tabel 2.10a Shock dan Impact Faktor

5.4 Beban Bearing Statik Ekuivalen

Beban bearing statik ekuivalen untuk deep groove ball bearing


ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini :
P = 0,6.F +0,5.Fa
bilamana Po< Ff , gunakan Po= 3Ff

(2.27)

39
6. PASAK

Pasak merupakan elemen mesin yang sering dipakai untuk


mengunci bagian-bagian mesin pada poros seperti roda gigi, puley,
flywheel, kopling dan elemen mesin lainnya.
Pasak terdiri dari beberapa macam antara lain pasak pelana,
pasak rata, pasak benam, dan pasak singgung yang berbentuk
segiempat, pasak tembereng dan pasak jarum. Perhitungan pasak
menggunakan referensi Machine Design Theory and Practice Aaron D.
Deutschman, Whalter J. Michels and Charles E. Wilson.

Pasak bcnam

Pasak singgung

Pasak pelana

Pasak tembcreng

Gambar 2.5 Macam-macam Pasak

Yang paling umum dipakai adalah pasak benam yang dapat


meneruskan momen yang besar.
6.1 Perhitungan Pasak

Perhitungan panjang pasak berdasarkan tegangan geser dan


tegangan kompresi yang teijadi pada pasak.

6.1.1 Berdasarkan Tegangan Geser


(2.28)

Dimana
A

= luasan permukaan geser


= W xL

Tegangan geser yang timbul hams lebih kecil daripada tegangan


geser ijin, m aka:
Ts < ----------------------------

Angka keamanan

6.1.2 Berdasarkan Tegangan Kompresi


(2.29)

Dimana

41
%c

= tegangan kompresi

Ft

= gaya tangensial

= luasan pasak yang mengalamai tegangan kompresi


(W/2) x L

Gambar 2.6 Pasak Akibat Tegangan Geser dan Kompresi

6.2 Dimensi Pasak

Dalam menentukah dimensi pasak dapat dilihat pada tabel 2.11


dan tergantung pada diameter dari poros.

S u f i OiM iekr
(in d ia w )

M inan
v id th .

KogM
X
.

H '

* /g

' / j - 9/ |6

T o fc rw a.

Ffa< Type

S q m Type

Widtfc.
W '

*/g

H e*t
M
U r |t
E4.

Stock L e n g th , L

Advanc
o
W id*

O.

Mmi
mum

u>.
HM

'/ 2

'/ 4

3 /4

3 /8

H '

! /g

3 /3 2

- 0 .0 0 2 0

+ 0 .0 0 2 0

- 0 .0 0 2 0

+ 0 .0 0 2 0

e'S by
( n o tm cti o f

3/

J/.6

J / 6

*/g

'/ 4

/4

'/ 4

3/.6

- 0 .0 0 2 0

+ 0 .0 0 2 0

'/ 2

1 5/ | 6 <3/g

S/ , 6

J /.6

5/ , 6

'/ 4

- 0 .0 0 2 0

+ 0 .0 0 2 0

" /4

S '/ 4

5/g '

7/ | 6 - ' ^ 4

3 /g

3 /8

3fe

/4

- 0 .0 0 2 0

+ 0 .0 0 2 0

l '/ 2

1 * ~ J ib -2 l U

/:

/2

*/2

3 /8

- 0 .0 9 2 5

+ 0 .0 0 2 5

5/g

S/8

S/g ~ 7/g
,S / t 6 - l l U

} / l6 -!} U

'

7/ l 6

3 /4
1

- 0 .0 0 2 S

+ 0 .0 0 2 5

2 '/ 2

10

l '/ 4

+ 0 .0 0 2 5

12

> '/ 2

7/g - 3 ' U

3 /4

3 /4

3 /4

* /2

- 0 .0 0 2 5

3 / 8 - 3 3/

7/8

7/

7/8

5 /8

- 0 .0 0 3 0

+ 0 .0 0 3 0

3'/2

14

l J /4

7/ g - 4 ' / 2

3 /4

- 0 .0 0 3 0

+ 0 .0 0 3 0

16

< J /4 - s ' / :

> '/ 4

> /4

'/ 4

s 3/4 -6

i '/ :

l '/ r

'* / 2

7 /8
1

- 0 .0 0 3 0

+ 0 .0 0 3 0

20

2'/j

- 0 .0 0 3 0

+ 0 .0 0 3 0

24

Tabel 2.9 Dimensi Standar Flat dan Square Keys

7. PEGAS
Pegas dapat digolongkan berdasarkan jenis beban yang diterima
pegas, antara lain:
a. Pegas tekan atau kompresi
b. Pegas tank
c. Pegas puntir
d. Pegas volut
e. Pegas daun
f. Pegas piling
g. Pegas cincin
h. Pegas batang puntir
Pegas umumnya dapat berfungsi sebagai pelunak guncangan
pada pegas kendaraan bermotor, sebagai penyimpan energi pada jam,
dan untuk pengukur pada timbangan. Macam-macam pegas dapat
dilihat pada gambar 2.7.
Jenis pegas yang digunakan pada perencanaan ini adalah pegas
tekan atau compresion spring. Perhitungan pegas menggunakan

44

referensi Das ax Perencanaan dan Pemililian Elemen Mesin karangan


Ir. Sularso, MSME dan Kiyokatsu Suga.

7.1 Bahan Pegas


Bahan pegas dan harga modulus geser pada pegas dapat dilihat
pada tabel 2.12a dan 1.12b.

Tabel 7.11

Hahan pegas sUlndrta mcnunit pem akaitnnya.

Pcmakqian -

IM u itt

1Cgilfi hlilkll (dlbehtuk pamis)


Pegas biasa (dibentuk dingin)
Pegas lum(iuan kcndaraan
Pegas untuk kalup keamanan kctcl
Pegas untuk governor kcoepatan
Ieps utiluk kalup
Pegas untuk pemutar tclpon, pegas uitfuk
pcnutup (shutter) kamcra
Pegas untuk dudukan, pegas untuk mainan
Pegas yang dialiri arus listrik
Pegas anti magnit
I'cgas tahan panas
Pegas (altan kafesi

SUN ,
SUP 7, SUP', S U P 10,
SUPI1
SW. SWP, SUS, BsW, NSWS, PBW,
BeCuW, Kawat ditcmpe.f dengan rainyak
SUP4, SUP6, SUP7, SUP$, SUPM
SWP, SUP6, SUP7V SUP9, SUPtO
SWP, SUP4, SUP6, SUP?,
dilcmpsf dengan mirtygk
SWPV, tCawae dliempsf cfcnpn mlnynk
untuk pegas katup
SWP
SW
BsW NSWS, PBW, BcCuW
SUS, BsW, NSWS, PBW, BcCuW
SUS
su, aw, n s w s , p b w ; BoCuW

Tabel 2.12a Bahan Pegas

Tabel 7.12 (Urge modulus geser <7.


Harp,a G
(kg/mm2)

Lambang

Bahan
Uaja pegas
Kawat baja kcras
Kawat piano
Kawat ditempcr dengan minyat:
Kawat baja tahan karat
(SUS 27, 32, 40)
Kawat l:unin(;an
Kawat ficrak nikd
Kawat pcrunggu fosfor
Kawat tcmbaga bcrilium

SUP
SWP

SUS

8 x !0 J
8 x I0J
8 >: 10s
S >: t0 l .
7,5 k 10'

BsW
NSWS
PBW
BcCuW

4 k 103
4 K 10*
4,5 x 10J
5 >; 10-

sw

Tabel 2.12b Modulus Geser G


tbl.

UJ

(h i

SlKESi"
(Ul IVju* *olu<

<n

[Z*1

<M rc* Kung punlir

<c) IVfu> tiaun

Gambar 2.7 Macam-macam Pegas

46
7.2 Menehitnnp Faktor Tepanpan Wahl

Faktor tegangan Wahl merupakan fungsi dari indeks pegas (C)


yang merupakan perbandingan diameter lingkaran pegas dengan
diameter kawat pegas dan dapat dihitung menurut persamaan Wahl
atau dengan menggunakan gambar 2.8.

Fig. 10-4

Wahl stress factor for helical springs.

Gambar 2.8 Faktor Tegangan Wahl

Atau dengan persamaan:


K - 4 C - 1 , 0,615
4C-4
Dimana
C

Indeks pegas

= D
...... d-...........................-......
D

= Diameter lilitan rala-rata

(2.30)

47
= Diameter kawat

7.3 Tegangan Geser vang Terjadi pada Kawat Pepas


Tegangan geser dapat dihitung dari persamaan :
*=

(2-31)

kd

Dimana
W

= Beban yang diterima pegas

Tegangan geser ijin :


ip , = K ^ 2 - ^
jed

(2.32)

Syarat agar perhitungan pegas aman, maka x <

7. 4 Defleksi atau Lendutan Pegas


Perhitungan lendutan pada pegas tekan didapat dari persamaan :
5

(2. 33)

d G
Dimana
N#

= Jumlah lilitan aktif


= Lihtan total ( N ^ ) - 2 untuk ujung pegas yang
berbentuk squared and ground.

48
-

- 1,5 untuk ujung pegas square (Gambar 2.9 )

(a)Squared and ground (o r forged) ends.

(c) Plain ends.

FIGURE 4-6

(b) Squared or dosed ends. Not ground.

(d j Plain ends ground.

Types o f end turns used for compression springs.

Gambar 2.9 Bentuk Ujung Pegas Tekan

7.5 Konstanta Pegas


Konstanta pegas:
v _ W _ G . d4
8 8nD3

(2.34)

7-6_ Tinggi Pegas

Tinggi pegas terdiri dari tinggi bebas dan tinggi mampat pegas.
Tinggi pegas dapat dilihat pada gambar 2.10.

so lid

(a)
Fig. 10-2

(h)

(c)

Hclical compression spring.

Gambar 2.10 Tinggi Pegas

Tinggi bebas ( )

= Hs + 5S

Dimana
Hs

5S

Tinggi mampat pegas

N^-.

Defleksi mampat pegas

Anda mungkin juga menyukai