Anda di halaman 1dari 9

BAB II

ISI
2.1

Peranan Ekoturisme pada Keanekaragaman Hayati dan Konservasi Padang Rumput di


Botswana
Daratan yang digunakan untuk kawasan konservasi di Botswana >17% dan merupakan

persentase tertinggi di Afrika. Lebih dari 25% lahan di negara ini digunakan untuk kawasan
konservasi. Keanekaragaman hayati di kawasan ini sangatlah tinggi. Terdapat empat padang rumput
yang menutupi seperempat permukaan bumi yang salah satunya terletak di Afrika. Padang rumput di
dunia telah mengalami penurunan besar-besaran selama lebih dari satu abad karena dipengaruhi oleh
faktor alam dan antropogenik.
Botswana merupakan salah satu negara yang hanya memiliki wilayah daratan saja dan
merupakan hamparan padang rumput. Padang Kalahari menutupi 84% wilayah negara ini. Botswana
terletak di Afrika Selatan dengan ibukota Gaborone. Luas wilayah ini 585.371 km dan didiami 1.9
juta manusia. Saat ini, pariwisata berbasis ekologi menjadi sumber pendapatan terpenting ketiga
setelah berlian dan pegawai negeri. Aspek ini fokus pada daerah Okavango/Ngamiland dan
Chobe/Kasane. Terdapat tiga area cagar alam di Botswana, yaitu Moremi, Kalahari, dan Khutse.
Selain itu, terdapat empat area taman nasional di Botswana, yaitu Chobe, Makgadikgadi dan Nxai
Pan, Mabuasehube, dan Kalahari. Pada kawasan konservasi ini terdapat 600 spesies aves, 63 reptil, 33
amfibi, 71 ikan, dan mammalia yang 12 diantaranya merupakan spesies yang dilindungi. Padang
rumput ini didominasi oleh Terminaliasericea, Lonchocarpusnelsii, Acacia erioloba, A. luederiitzii,
Boscia albitrunca, Bauhinia petersiana, dan Baphia massaiensis.
Pada tahun 1990, pemerintah Botswana menyadari pentingnya sumber daya alam dengan
dibuatnya Strategi Konservasi Nasional Botswana. Hasil dari strategi ini yaitu pembangunan
berkelanjutan dengan konservasi sumber daya alam. Selain itu, pemerintah Botswana juga mengikuti
Konvensi Keanekaragaman Hayati yang berisi tentang ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati
di Botswana. Hingga saat ini, definisi ekoturisme masih diperdebatkan. Pariwisata berbasis ekologi di
Botswana menghasilkan Strategi Ekoturisme Nasional dengan berdasarkan empat hal, yaitu
meminimalisir dampak sosial, budaya, dan lingkungan negatif, memaksimalkan keterlibatab aspek
ekonomi, pendapatan, dan reinvestasi pada aspek konservasi, serta memberikan pengalaman yang
berkualitas kepada wisatawan.
Industri ekoturisme di Botswana sangat beragam dan memiliki aktivitas tambahan selain
mengamati mammalia besar. Dengan adanya kawasan konservasi, terjadi peningkatan dalam aspek
ekonomi karena meningkatnya nilai industri ekoturisme. Pada beberapa kawasan konservasi yang
didominasi padang rumput, tidak ditemukan mamalia besar. Peternakan pada area ini memberikan
limit efisiensi produksi dan memberikan pemasukan pendapatan. Area ini memiliki luas yang
bervariasi, dari 60 km hingga 600 km dengan berbagai aspek ekoturisme seperti fotografi, budaya,

arkeologi, bertani, memancing, berburu, bersepeda, menaiki perahu, berjalan-jalan, pengamatan satwa
liar, dan lain-lain. Model ekoturisme sesungguhnya menghasilkan sedikit kerusakan pada lingkungan
yang dikelola. Ekoturisme dapat menghasilkan dukungan yang penting untuk konservasi suatu area.
2.2

Keanekaragaman Benthos Air Tawar Daerah Ekowisata di Kabupaten Chiang Dao,


Provinsi Chiang Mai, Thailand
Saat ini, ekowisata telah menjadi populer di banyak negara. Namun demikian sejauh ini

belum terdapat penelitian mengenai keanekaragaman benthos air tawar pada daerah ekowisata di
seluruh dunia. Hal ini juga terjadi di Thailand, dengan pengecualian dari penelitian-penelitian yang
berhubungan dengan beberapa kelompok hewan dan tumbuhan (Hvenegaard & Dearden, 1998;
Chettamart & Emphandhu, 2002; Lyndon & Yongvanit, 2005; Chayamarit & Puff, 2007a,b;
Jaroensutasinee et al., 2011; Krailas et al., 2012). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan
keanekaragaman benthos air tawar pada daerah ekowisata di Kabupaten Chiang Dao, Provinsi Chiang
Mai, terdiri dari aliran Mea Lu (ML) dan Tong Ta (TT). Selain itu, penelitian ini menyajikan laporan
pertama mengenai keanekaragaman benthos air tawar, termasuk diatom bentik dan serangga air, pada
dareah ekowisata daerah di Thailand Utara.
Sebanyak 19 famili dan 53 jenis diatom bentik dari aliran Mea Lu dan Tong Ta
diklasifikasikan menjadi 2 kelas, menurut Round et al. (1990), yaitu Coscinodiscophyceae dan
Bacillariophyceae dari Divisi Bacillariophyta. 47 jenis diatom bentik ditemukan dari aliran Mea Lu
dan 31 spesies dikumpulkan dari aliran Tong Ta. Di daerah hulu, didapatkan kelimpahan tinggi dari
jenis Navicula cryptotenella, Planothidium rostratum, dan Planothidium lanceolatum. Hal ini sesuai
dengan penelitian di Asia oleh Tien (2004), Atazadeh et al. (2007), dan Suphan & Peerapornpisal
(2010), yang menemukan spesies dominan yang sama di Sungai Erh-Jen (Cina), Sungai Gharasou
(Iran) dan Sungai Mekong beserta anak-anak sungainya. Hal ini menunjukkan bahwa jenis pada
kualitas air moderat dapat dianggap sebagai spesies mesotropik. Pada daerah hilir, Nitzschia palea dan
Mayamaea atomus menjadi jenis yang dominan, seperti dalam Jttner et al. (2003), Stenger-Kovcs
et al. (2007), Duong et al. (2007), dan Garca et al. (2008) yang melaporkan penemuan jenis ini di
daerah hilir dan menunjukkan toleransi terhadap pencemaran organik.
Sebanyak 46 famili serangga air aliran dari Mea Lu dan Tong Ta diklasifikasikan menjadi 6
ordo; Ephemeroptera, Hemiptera, Diptera, Coleoptera, Odonata dan Trichoptera. 38 famili serangga
air ditemukan dari aliran Mea Lu dan 28 famili dari aliran Tong Ta. Pada daerah hulu, kelimpahan
tinggi ditemukan pada famili Caenidae dan Elmidae, yang dikenal sensitif terhadap polusi organik dan
umumnya ditemukan di lokasi dalam kondisi oksigen terlarut yang tinggi. Selain itu di daerah hilir,
ditemukan famili Corixidae, Baetidae, Chironomidae, Simuliidae, dan Hydropsychidae, yang

diketahui memiliki toleransi terhadap polusi organik dan biasanya ditemukan di lokasi dengan kondisi
oksigen terlarut rendah (Mustow, 2002; Sharma et al, 2005; Mary & Macrina, 2012).
Indeks keanekaragaman diatom bentik berkisar antara 1,17-2,66 dan kemerataan berkisar
antara 0,41-0,94 dan jumlah jenis bervariasi dari 6 hingga 31 jenis. Dalam TT2, dengan total 31 jenis
yang ditemukan, indeks keanekaragaman tertinggi sebesar 2,66 (kemerataan 0,78 ) tercatat pada
Januari 2013. Di lokasi pengambilan sampel lainnya, tingkat keragaman yang tinggi dilaporkan pada
bulan Januari 2013, selama musim kemarau dengan kondisi sejuk. Lokasi pengambilan sampel yang
mencerminkan tingkat indeks keanekaragaman rendah paling banyak ditemukan pada ML2. Indeks
keanekaragaman serangga air berkisar antara 0-2,14 dan kemerataan berkisar 0-0,89, sedangkan
jumlah famili bervariasi dari 1 sampai 15. Pada ML3, di mana terdapat total 11 famili yang
ditemukan, indeks keanekaragaman tertinggi sebesar 2,14 (kemerataan 0,89) tercatat pada bulan Juli
2012; pada TT1, indeks keanekaragaman tertinggi tercatat pada bulan Juli 2012 (indeks
keanekaragaman 2,06, kemerataan 0,89).
Kesimpulannya, keanekaragaman benthos di daerah ekowisata aliran Mea Lu dan Tong Ta,
mengungkapkan sedikit perbedaan dibandingkan dengan laporan keanekaragaman dari Eropa dan
Asia. Selain itu, penelitian ini mengungkapkan sensitivitas dan toleransi polusi organik pada benthos
masing-masing di daerah hulu dan hilir. Akhirnya, penelitian ini merupakan laporan pertama dari
keanekaragaman benthos air tawar, termasuk diatom bentik dan serangga air, pada daerah ekowisata
di Thailand Utara untuk menghasilkan koleksi database yang dapat digunakan untuk bidang studi
lainnya.
2.3

Dukungan Ecotourisms untuk Melestarikan Keanekaragaman Hayati dengan Cara


yang Lebih Baik di Taman Nasional Zoologi New Delhi
Konservasi keanekaragaman hayati memiliki peran penting dalam kelestrian bumi dan

keberlangsungan hidup manusia. Ekoturisme bisa dijadikan solusi untuk mempromosikan dan
mendukung konservasi dari flora dan fauna termasuk spesies terancam punah maupun habitat yang
hilang karena peradaban manusia, khususnya dalam hutan lindung negara-negara berkembang. India
adalah satu dari 17 negara dengan tingkat kenaekaragaman paling tinggi didunia, 8% dari
keanekaragaman hayati dunia terletak di India. Beberapa tahun terakhir India mengalami kemajuan
dalam ekoturisme khususnya dalam wilayah perlindungan seperti taman nasional dan suaka
margasatwa. Jurnal ini berfokus pada konservasi keanekaragaman hayati dari Taman Zoologi
Nasional, New Delhi dengan menerapkan konsep ekoturisme didalamnya dan juga menggali potensi
daerah yang bisa dikembangkan untuk ekoturisme yang bisa mengkonservasi margasatwa dan
menarik turis untuk berkunjung.

Taman ZoologiNasional, New Delhi memiliki beberapa wilayah yang memiliki potensial
besar untuk dijadikan ekoturisme. Oleh karena Taman Zoologi Nasional ini memiliki jumlah
pengunjung dan keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi, maka beberapa tempat dapat
dipilih dan digunakan untuk tujuan ekoturisme.Taman ini juga sangat potensial untuk pengamatan
burung karena tingginya jumlah burung yang melakukan migrasi setiap tahunnya selama bulan
Oktober hingga Maret.
Ekoturisme, wisata yang bersifat ramah lingkungan, membutuhkan partisipasi dan kerjasama
diantara berbagai pihak didalam departemen Taman ZoologiNasional. Hal ini diperlukan untuk
merumuskan suatu rencana yang efektif dalam rangka mempromosikan ekowisata untuk melestarikan
keanekaragaman hayati dengan cara yang lebih baik. Ada beberapa cara untuk mempromosikan
ekoturisme dan kode etik pada wilayah yang digunakan untuk ekoturisme diantaranya keterlibatan
dari manajer, pihakberwenang, turis, peneliti, institusi, NGO, media, diperlukan untuk membuat
kebijakan atau rencana pengelolaan taman, seluruh fasilitas dasar harus diberikan kepada pengunjung
selama kunjungan meraka termasuk pelatihan dasar tentang konservasi margasatwa, pemandu yang
terlatih harus diangkat untuk meberikan rincian agar pengunjung tertarik terhadap bermacam-macam
komponen yang ada di taman seperti flora, fauna, keragamanburung, margasatwa, beberapa tempat
bersejarah yang berada di taman, latarbelakangsejarah, menarapengamatan, jalur, dan jejak harus
dieksplorasi dan dijelaskan kepada pengunjung, pengunjung harus mengikuti segala peraturan yang
ada di taman seperti tidak memberimakan pada hewan, tidak bersuara terlalu ribut di taman, tidak
membuang sampah sembarangan, dan lain-lain.
Jumlah turis dari hari kehari selalu bertambah. Oleh karena itu kawasan ekoturisme perlu
direncanakan di Taman Zoologi Nasional sehingga para pengunjung, peneliti dan lain-lain bisa
mendapatkan pengetahuan sebaik mungkin di wilayah tersebut dan pada saat yang sama tujuan dari
ekoturisme dapat dicapai dengan menciptakan lingkungan yang sehat diantara semua pihak terkait.
2.4

Ekowisata untuk melindungi cadangan hutan mangrove flora dan fauna di Sundarbans
Menjadi batas ekosistem (ecotone) tiga jenis organisme yang berbeda dapat ditemukan di

kawasan mangrove, seperti spesies yang khas kepiting bakau, kerang teleskop, kepiting fiddler atau
buaya muara. Mangrove di seluruh dunia menarik berbagai organisme membuat habitat yang kaya
unsur biologisnya. Keindahan tersembunyi dari Sundarbans sangat besar. Burung, lumba-lumba dan
buaya dapat terlihat di sepanjang sungai dan anak sungai di hutan tanpa gangguan. Buaya sering
terlihat di daerah ini, dan sarang penyu yang juga terlihat di sepanjang pasir tepi pantai yang baru
dibuat di Sundarbans. Keindahan hutan hijau tua di pagi hari dan malam, gerakan halus rusa minum di
kolam renang, serta pantai yang indah.

Pengamatan burung di habitat alami mereka dan menjelajahi padang gurun merupakan
bentuk populer dari ekowisata, merupakan kegiatan yang akhirnya dapat membantu pemerintah
meningkatkan manajemen sumber daya alam mereka. Pemerintah dan masyarakat setempat harus
insentif ekonomi untuk mempertahankan daerah-daerah di kondisi alam aslinya untuk memastikan
kunjungan lanjutan ekowisata. Ekowisata sedang dipromosikan sebagai alat untuk konservasi
keanekaragaman hayati dan pembangunan pedesaan. Untuk mencapai tujuan ini, manajemen dan
perencanaan yang cermat diperlukan. Sebelum mempromosikan kegiatan ekowisata, pemerintah harus
menilai dan mengurangi dampak potensial dari ekowisata.
Semua aktivitas manusia di daerah alam menyebabkan beberapa dampak. Ini bisa menjadi
positif atau negatif dan dapat bervariasi dalam skala. Penentuan dampak, penilaian penerimaan
dampak, pengelolaan dampak dan pemantauan dampak harus dilakukan menggunakan alat GIS.
Ekowisata berpotensi menimbulkan dampak lingkungan yang berbahaya. Salah satunya adalah
pelecehan satwa liar. Misalnya, memberi makan hewan dapat membuat perilaku yang tidak wajar,
yang bisa berbahaya bagi hewan. Beberapa birders dapat menarik burung dengan bersiul atau
memainkan merekam lagu tape, yang membawa mereka keluar ke tempat terbuka. Wisatawan dapat
membakar hutan, yang jika mereka kehabisan kontrol, mungkin menghancurkan vegetasi dan habitat
satwa liar. Hal-hal ini dapat menyebabkan burung dan binatang lainnya stres. Isu lainnya, wisatawan
sering berusaha mengejar burung dan hewan, dari jejak ini dapat merusak vegetasi dan tanah yang
mendasarinya.
Sebuah peningkatan wisatawan cenderung meningkatkan tekanan terhadap satwa liar di
dalam kawasan suaka. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan, diusulkan pembuatan zona
penyangga 250 meter di sekitar zona inti, berdasarkan citra penginderaan jarak jauh dan
menggunakan operator perangkat lunak GIS, IDRISI. Wisatawan dapat menggunakan perahu kecil
untuk melihat satwa liar baik di Sundarbans dan di zona inti tanpa mengganggu hewan-hewan
disekitar.
2.5

Ekowisata Merupakan Kunci untuk Melindungi Keanekaragaman hayati di


Maharashtra
Maharashtra memiliki hingga 15.732 km persegi hutan dilindungi yaitu sekitar 5,02 persen

dari Negara "s wilayah geografis. Maharashtra kaya dengan keanekaragaman hayati yang bervariasi
mulai dari hutan, lahan basah, padang rumput dan hutan ke pantai cemara. Situs alam, Kaas di
Western Ghats telah dimasukkan dalam daftar Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.Keragaman yang
unik dari Maharashtra mencerminkan melalui kaleidoskop ras, bahasa, adat dan tradisi.
Ekowisata berkelanjutan adalah pariwisata berbasis alam yang membantu untuk melestarikan
keanekaragaman hayati.Keanekaragaman hayati dari Maharashtra terus terancam oleh pertumbuhan

populasi manusia yang tidak hanya menempatkan tekanan padasumber daya hayati tetapi juga
dampak perubahan keseluruhan dalam pola musim.
Ekowisata berfokus mengunjungi daerah alam yang menampilkan rapuh, lingkungan murni
dan masih belum terganggu. Ekowisata meliputi perjalanan di mana flora, fauna dan warisan budaya
adalah atraksi utama. Hal ini bertujuan untuk menawarkan wawasan terhadap manusia yang memiliki
dampak terhadap lingkungan dan juga untuk menumbuhkan apresiasi yang lebih besar dari habitat
alami bersama dengan mendidik wisatawan untuk menyediakan dana untuk konservasi ekologi.
The World Conservation Union (IUCN) mendefinisikan ekowisata sebagai "perjalanan
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan kunjungan ke daerah alami yang masih belum terganggu,
untuk menghargai alam (setiap fitur budaya yang menyertainya - baik dulu dan sekarang) yang
mempromosikan konservasi, memiliki dampak negatif yang rendah; dan menyediakan untuk
keterlibatan sosial-ekonomi menguntungkan aktif penduduk lokal "(IUCN, 1996).
Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), sebuah badan puncak untuk pengembangan
pariwisata di dunia, mendefinisikan ekowisata sebagai pariwisata yang melibatkan bepergian ke
daerah alam yang masih belum terganggu dengan tujuan tertentu belajar, mengagumi dan menikmati
pemandangan dan tumbuhan dan hewan liar, serta aspek budaya yang ada (baik masa lalu dan masa
kini) yang ditemukan di daerah ini.
Menurut UNWTO, Ekowisata dianggap sebagai pasar yang paling cepat berkembang. Secara
keseluruhan pariwisata telah berkembang pada tingkat tahunan sebesar 4%; wisata alam meningkat
pada tingkat tahunan antara 10% dan 30%. Menurut World Travel dan Pariwisata Council sekitar 7%
dari penjualan pariwisata internasional yang menghabiskan pada wisata alam. (Richards & Hall 2000,
Holden 2000).
Ekowisata menjelaskan hubungan timbal balik didirikan antara wisatawan, lingkungan dan
budaya yang membawa manfaat penting bagi perekonomian lokal dan memastikan kondisi untuk
pembangunan jangka panjang dan kepuasan rekreasi maksimum untuk para wisatawan. (Hodur,
Leistritz dan Wolfe, 2005).
Tujuan utama dari ekowisata adalah untuk menciptakan pariwisata yang berkualitas tinggi
sekaligus melindungi lingkungan dan merangsang pembangunan daerah tahan lama. Aspek kunci
untuk ekowisata adalah keterlibatan masyarakat setempat, aktivasi sumber pembiayaan dan menyadari
sumber daya lingkungan. Berbagai aspek yang perlu diperhatikan di tingkat operasional untuk
manajemen berkelanjutan dari ekowisata adalah penilaian kapasitas membawa, manajemen
transportasi yang lebih baik, konservasi dan adaptasi, desain dan kontrol perkembangan, efek
pemasaran selaras dengan konsep keberlanjutan, keterlibatan masyarakat setempat ketika
merencanakan eko wisata tujuan (Cater, 1993).
Jika proyek ekowisata tidak direncanakan dan dikelola, dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan alam. Selain itu, menyebar efek akan terbatas pada masyarakat langsung seputar tujuan
wisata yang mengakibatkan pulau kemakmuran di lautan kemiskinan (Diaz, 1997). Di sisi lain,

peneliti pada ekowisata telah berpendapat bahwa partisipasi masyarakat setempat adalah untuk
dipastikan dalam proses perencanaan seperti yang diasumsikan memiliki pengetahuan yang lebih
besar dalam penggunaan dan manajemen yang efektif dari sumber daya melalui penerapan praktekpraktek tradisional dan adat.
Ekowisata adalah aspek yang paling penting karena yang bersangkutan dengan perlindungan
lingkungan. Eko-pariwisata berkembang pesat di Maharashtra. Hal ini menarik banyak wisatawan
dalam dan luar negeri. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, ekowisata dianggap sebagai salah
satu sumber utama untuk menghasilkan pendapatan. Jika ekowisata tumbuh pesat melampaui batas,
maka akan mengakibatkan beberapa masalah lingkungan, sosial dan budaya. Peningkatan jumlah
wisatawan di luar daya dukung mungkin mengakibatkan memburuknya daerah ekowisata karena
peningkatan unit akomodasi, pusat perbelanjaan dan fasilitas rekreasi lain di daerah ekosistem. Hal ini
memiliki setiap ancaman untuk menghapus spesies tanaman dan satwa liar dan lebih lanjut dapat
menyebabkan menggantikan ekosistem alam denganlanskap buatan.
Keanekaragaman hayati mengacu pada variasi dan kekayaan semua tumbuhan dan hewan
spesies di suatu daerah. Ini memiliki hubungan langsung dengan geografi, iklim dan pola vegetasi dan
itu terlihat dalam ekosistem seperti hutan, padang rumput, danau, sungai, lahan basah, gunung dan
bukit. Maharashtra memiliki keragaman yang sangat kaya flora dan fauna akuatik dan teritorial.
Pesisir Maharashtra bertindak sebagai pembibitan ikan alami. Hutan mangrove mengurangi
kemarahan pasang badai siklon dan mencegah erosi karena aksi pasang surut. Jutaan orang tergantung
pada berbagai bentuk keanekaragaman hayati untuk mata pencaharian mereka seperti memancing,
koleksi madu, kayu bakar dan kayu dan hasil hutan lainnya.
Lokasi geografis dari Maharashtra membuat rumah bagi kekayaan ekosistem yang perlu
dilindungi. Ekosistem yang mewakili keanekaragaman hayati telah menjadi sumber daya utama untuk
ekowisata.
Ancaman terhadap keanekaragaman hayati adalah situs tertentu di alam dan terkait dengan
sumber daya alam, pola eksploitasi dan profil sosial ekonomi daerah. Ada kebutuhan dari pendekatan
konservasi yang tepat untuk melindungi keanekaragaman hayati yang kaya Maharashtra.
Pertumbuhan populasi adalah ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati sebagai mata
pencaharian penduduk tergantung padanya.
Untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati pemerintah, pusat dan negara
bersama dengan Non Organisasi Pemerintah telah mengadopsi beberapa pendekatan seperti Kawasan
lindung berupa Taman Nasional, tempat-tempat suci kehidupan liar dan cadangan harimau, yang
fungsinya antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Dorongan untuk mata pencaharian alternatif


Pengembangan ekowisata
Reboisasi
Dorongan untuk akomodasi ramah lingkungan dan fasilitas lainnya
Pembentukan pusat interpretasi

Kegiatan pengembangan ekowisata dilakukan dengan berkoordinasi dengan departemen


kehutanan .Dalam negara-negara berkembang seperti India di mana sejumlah besar wisatawan
melakukan perjalanan ke hutan lebih kuat konservasi kebijakan, strategi dan hukum yang diperlukan.
Ekowisata memainkan peran penting dalam konservasi. Hal ini perjalanan ke tujuan mana
flora, fauna dan warisan budaya adalah daya tarik utama .Ini berfokus pada budaya lokal, hutan
belantara, petualangan, dan relawan pertumbuhan pribadi dan untuk mengetahui cara-cara baru untuk
hidup tanpa merugikan sumber daya alam. Pariwisata berkelanjutan melibatkan kegiatan yang
meminimalkan efek samping dari pariwisata tradisional di lingkungan alam untuk meningkatkan
integritas budaya masyarakat setempat. Bentuk bertanggung jawab ini pariwisata mendorong kembali
ke daerah alam membuat sangat sedikit membahayakan alam dan mendorong perlindungan satwa liar
dan habitat.
Kegiatan ekowisata seperti pariwisata satwa liar, burung, trekking yang membantu
pemerintah untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya alam. Pemerintah daerah dan masyarakat
dapat memanfaatkan insentif tersebut untuk menjaga daerah dalam kondisi alami untuk memastikan
lanjutan kunjungan oleh eko-wisata .Jika daya dukung melebihi karena peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan ke ekosistem akan menyebabkan kehancuran spesies langka dan terancam
punah karena tramping, membunuh, mengganggu keseimbangan kebiasaan peternakan. Faktor
penting lainnya yang perlu dikendalikan adalah pengembangan rute transportasi, pembangunan unit
akomodasi yang akan memberikan tekanan pada ekosistem dengan cara polusi suara, polusi air, emisi
kendaraan dan limbah yang tidak diobati. Program penilaian dampak lingkungan harus dilaksanakan
untuk mempelajari pengaruh tumbuh pariwisata.
Dalam mengembangkan dan mempromosikan ekowisata, perhatian harus diberikan pada
pengelolaan limbah padat dan pengolahan air limbah. Kesadaran masyarakat adalah alat yang efektif
untuk konservasi, organisasi berbagai kampanye di sekitar situs penting ekologis sangat diperlukan
untuk menanamkan kesadaran lingkungan di antara orang-orang. Untuk mengurangi kerusakan dan
kehancuran cara-cara alternatif ekosistem pendapatan harus didorong dan dipromosikan untuk
menjaga keseimbangan antara sumber daya alam.
Promosi ekowisata di Maharashtra dengan tujuan untuk melindungi keanekaragaman hayati
dan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat yang kehidupannya tergantung pada alam, konservasi
tambahan pendekatan untuk menciptakan kesadaran ekowisata berkelanjutan
1.

Program pendidikan untuk menghasilkan pendidikan massa tentang keanekaragaman hayati

terancam di berbagai tingkatan menyoroti kebutuhan untuk perlindungan kehidupan liar


2. Pengenalan Lingkungan sebagai subjek membantu dalam menciptakan kesadaran di benak
anak-anak, masa depan negeri ini.
3. Analisis data statistik dan dokumentasi untuk merekam status sekarang dari keanekaragaman
hayati.
4. Survei Reguler dan analisis parameter ekowisata oleh pemerintah dan LSM.

5. Ketaatan tindakan yang disarankan oleh departemen kehutanan untuk mengurangi konflik
manusia-hewan.

Anda mungkin juga menyukai