LAPORAN KASUS
Indentitas Pasien
Nama
: Tn. Supangat
Usia
: 42 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Pekerjaan
: Supir
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Datang ke IGD RST dr. Soedjono pada tanggal : 21 Agustus 2015 pukul 23.10
WIB.
Subjektif
Keluhan Utama :
Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 30 menit SMRS. Sesak nafas dirasakan
terus menerus dan tidak hilang walaupun istirahat. BAB (+) normal dan BAK
(+) normal, mual (-), muntah (-)
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi : disangkal
Diabetes
: disangkal
Asma
: disangkal
RPK :
Tidak ada anggota keluarga yang pernah sakit seperti ini, serta tidak ada
anggota keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus dan asma
Riwayat Sosial :
Merokok sejak 10 tahun yang lalu sebanyak 1 bungkus sehari, dan sudah
berhenti sejak 1 tahun terakhir
Minum alkohol
: disangkal
Olahraga
: tidak rutin
Objektif
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2015 di IGD 23.10 WIB
Keadaan Umum : Sakit Berat
Kesadaran/GCS : Compos Mentis / 15
Tanda Vital :
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Respirasi
: 90/70 mmHg
: 146x/menit
: 360C
: 37x/menit
Thorax :
Cor
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler takikardi, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
Perkusi
: Datar
Auskultasi : BU (+)
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Ekstremitas :
Daftar Masalah
Dari anamnesis
1. Sesak nafas
2. Riwayat merokok
3. Olah raga tidak rutin
Dari Pemeriksaan Fisik
4. Dispneu
5. Takikardi
Hasil EKG 21 Agustus 2015 di IGD
Differential Diagnosis
IMA
Planning terapi dari IGD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Infus RL 20 tpm
ISDN 3 x 1
Arixstra 1 x 1
Dopamine 5 mikrogram
CPG 1 x 1
Ranitidin 3 x 1
Planning Diagnostik
1.
2.
3.
4.
Darah lengkap
Glukosa
SGOT SGPT
CKMB
Planning monitoring
1. Masuk ICU
2. Pasang monitor vital sign
15.3 K/uL
(4-12)
LYM#
1.6 K/uL
(1-5)
MID#
0.7 K/uL
(0.1-1)
GRA#
13.0 K/uL
(2-8)
LYM%
10.7 %
(25-50)
MID%
4.5 %
(2-10)
GRA%
84.8 %
(50-80)
RBC
5.95 M/uL
(4-6.2)
HGB
16.4 %
(11-17)
HCT
52.8 %
(35-48)
PLT
223 K/uL
(150-400)
Jenis Pemeriksaan
Gula darah puasa
Urea
Kreatinin
SGOT
SGPT
CKMB
Diagnosis
-
IMA
LBBB
DM
Hasil
159 mg/dl
36 mg/dl
1.3 mg/dl
88 U/L
37 U/L
98 U/L
Referensi
70-115
17-43
0-1.3
0-37
0-43
0-24
Follow Up
Tanggal 23 Agustus 2015
S:
-
Keadaan Umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Kesan
: Obese
Vital Sign
o Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
o Nadi
: 90 x/menit
o RR
: 24 x/menit
o Suhu
: 37,5 0C
K/L : CA -/-, SI +/+, KGB dbn, JVP dbn
Thorax
o Cor : BJ II > I regular, murmur (-), gallop(-)
o Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/Abdomen
o Bising usus (+)
o Tidak ada nyeri tekan di lapang abdomen
Ekstremitas
o Edema -/-/-/o Sianosis -/-/-/o Motorik 5/5/5/5
o Akral hangat
o Capillary refill dbn
O:
A:
-
IMA
LBBB
Sepsis dengan Febris
Obese
DM
P:
Diagnosis :
1. GDP I II
2. Thorax foto
Terapi :
1.
2.
3.
4.
Dopamin 2 ampul
Letonal 25 mg 2x1
Zibac 2x1
Pamol 5 mg 2x1
5.
6.
7.
8.
9.
Lovenox 2x1
ISDN 5 mg 3x1
Ranitidin 2x1
Simvastatin 2x1
Metformin 2x1
Keadaan Umum
: Sakit sedang, lemah
Kesadaran
: Compos Mentis
Kesan
: Obese
GDP I
: 116 mg/dl
GDP II
: 138 mg/dl
Lapor dr. Bambang, Sp.JP advice OK
Vital Sign
o Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
o Nadi
: 90 x/menit
o RR
: 24 x/menit
o Suhu
: 37,5 0C
K/L : CA -/-, SI +/+, KGB dbn, JVP dbn
Thorax
o Cor : BJ II > I regular, murmur (-), gallop(-)
o Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/Abdomen
o Bising usus (+)
o Tidak ada nyeri tekan di lapang abdomen
Ekstremitas
o Edema -/-/-/o Sianosis -/-/-/o Motorik 5/5/5/5
o Akral hangat
o Capillary refill dbn
O:
Thorax foto
Kesan :
o Cardiomegali
A:
-
IMA
LBBB
LHF
Sepsis dengan Febris
Obese
DM
Cardiomegali
P:
Terapi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Dopamin 2 ampul
Letonal 25 mg 2x1
Zibac 2x1
Pamol 5 mg 2x1
Lovenox 2x1
ISDN 5 mg 3x1
Ranitidin 2x1
Simvastatin 2x1
Metformin 2x1
Keadaan Umum
: Sakit sedang, lemah
Kesadaran
: Compos Mentis
Kesan
: Obese
Vital Sign
o Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
o Nadi
: 90 x/menit
o RR
: 24 x/menit
o Suhu
: 37 0C
K/L : CA -/-, SI +/+, KGB dbn, JVP dbn
Thorax
o Cor : BJ II > I regular, murmur (-), gallop(-)
o Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/Abdomen
o Bising usus (+)
o Tidak ada nyeri tekan di lapang abdomen
Ekstremitas
o Edema -/-/-/o Sianosis -/-/-/o Motorik 5/5/5/5
o Akral hangat
o Capillary refill dbn
O:
A:
-
IMA
LBBB
LHF
Sepsis dengan Febris
Obese
DM
Cardiomegali
P:
Terapi :
1.
2.
3.
4.
5.
Dopamin 2 ampul
Letonal 25 mg 2x1
Zibac 2x1
Pamol 5 mg 2x1
Lovenox 2x1
6. ISDN 5 mg 3x1
7. Ranitidin 2x1
8. Simvastatin 2x1
9. Metformin 2x1
10. Lasix 3x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. PENYAKIT JANTUNG KORONER
II. 1. 1. Definisi
Penyakit jantung koroner adalah keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan
antara kebutuhan miokardium atas oksigen dengan penyediaan yang diberikan
oleh pembuluh darah koroner.
Terdapat 4 faktor yang menentukan besarnya kebutuhan oksigen
miokardium : frekuensi denyut jantung, daya kontraksi, masa otot dan tegangan
dinding ventrikel. Bila kebutuhan miokardium meningkat, otomatis kebutuhan
oksigen juga meningkat. Untuk meningkatkan penyediaan oksigen dalam jumlah
yang memadai, aliran pembuluh darah harus di tingkatkan. Rangsangan yang
paling kuat untuk mendilatasi arteri koroner dan meningkatkan aliran koroner
adalah hipoksia jaringan lokal. Pembuluh darah koroner dapat mendilatasi 5-6 kali
dari normal. Namun, hal itu sulit terjadi apabila terjadi stenosis atau sumbatan.
II. 1. 2 Faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner
1. Hipertensi
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi esensial biasanya akibat
perubahan struktur arteri dan arterial sistemik, terutama terjadi pada kasus-kasus
yang tidak diobati. Mula-mula akan terjadi hipertropi dari tunika media diikuti
dengan hialinisasi setempat dan penebalan fibrosis dari tunika intima dan akhirnya
akan terjadi penyempitan pembuluh darah. Tempat yang paling berbahaya adalah
bila mengenai miokardium, arteri dan arterial sistemik, arteri koroner dan serebral
serta pembuluh darah ginjal. Komplikasi terhadap jantung Hipertensi yang paling
sering adalah Kegagalan Ventrikel Kiri, PJK seperti angina Pektoris dan Miokard
Infark. Dari penelitian 50% penderita miokard infark menderita Hipertensi dan
75% kegagalan Ventrikel kiri akibat Hipertensi. Perubahan hipertensi khususnya
pada jantung disebabkan karena :
terhadap
arteri
koronaria,
sehingga
2. Hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup panting karena
termasuk faktor resiko utama PJK di samping Hipertensi dan merokok. Kadar
Kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari yang masuk
dalam tubuh (diet). Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol
darah disamping diet adalah Keturunan, umur, dan jenis kelamin, obesitas, stress,
alkohol, exercise. Beberapa parameter yang dipakai untuk mengetahui adanya
resiko PJK dan hubungannya dengan kadar kolesterol darah:
a. Kolesterol Total.
Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah ( 200 mg/dl, bila > 200 mg/dl
berarti resiko untuk terjadinya PJK meningkat . Kadar kolesterol Total
normal
Agak
tinggi Tinggi
< 200 mg/dl
(Pertengahan)
2-239 mg/dl
>240 mg/dl
b. LDL Kolesterol.
LDL (Low Density Lipoprotein) kontrol merupakan jenis kolesterol yang
bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol) : karena kadar LDL yang
meninggi akan rnenyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL
kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK dari pada
kolesterol total.
Normal
(Pertengahan)
130-159 mg/dl
>160 mg/dl
c. HDL Koleserol :
HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis kolesterol yang
bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) : karena mengangkut
kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk di buang sehingga
mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses
arterosklerosis.
Normal
< 45 mg/dl
(Pertengahan)
35-45 mg/dl
>35 mg/dl
Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan terjadinya
PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan,
menambah exercise dan berhenti merokok.
d. Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol
Rasio kolesterol total: HDL kolesterol sebaiknya (4.5 pada laki-laki dan
4.0 pada perempuan). makin tinggi rasio kolesterol total : HDL kolesterol makin
meningkat resiko PJK.
e. Kadar Trigliserida.
Trigliserid didalam yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu Lemak jenuh,
Lemak tidak tunggal dan Lemak jenuh ganda. Kadar triglisarid yang tinggi
merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK.
Kadar Trigliserid
Normal
Agak tinggi
Tinggi
Sangat Sedang
< 150 mg/dl
150 250 mg/dl
250-500 mg/dl
>500 mg/dl
Kadar trigliserid perlu diperiksa pada keadaan sbb : Bila kadar kolesterol
total > 200 mg/dl, PJK, ada keluarga yang menderita PJK < 55 tahun, ada riwayat
keluarga dengan kadar trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM & pankreas.
3. Merokok.
Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko
utama PJK disamping hipertensi dan hiperkolesterolami. orang yang merokok >
20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama
resiko lainnya.
Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat PJK pada
laki-laki perokok 10X lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan
perokok 4.5X lebih dari pada bukan perokok. Efek rokok adalah Menyebabkan
beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya
komsumsi 02 akibat inhalasi co atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan
orang jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan Califfornia . Hal ini
menunjukkan faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya dari pada genetik.
4. Ras
Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun
bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi . Di Amerika serikat
perbedaan ras perbedaan antara ras caucasia dengan non caucasia ( tidak termasuk
Negro) didapatkan resiko PJK pada non caucasia kira-kira separuhnya.
5. Diet.
Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di
dalam susunan makanan sehari-hari (diet). Makanan orang Amerika rata-rata
mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol cendrung
tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi dan sayur-sayuran dan ikan
sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterol rendah dan didapatkan resiko
PJK yang lebih rendah dari pada Amerika. Beberapa peetunjuk diet untuk
menurunkan kolesterol :
Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar lemak jenuh
tinggi.
Mengganti susunan makanan dengan yang mengandung lemak tak jenuh.
Makanan harus mengandung rendah kolesterol.
Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung dan Berserat
Makanan mengandung sedikit kalori bila berat badan akan diturunkan padta
obesitas dan memperbanyak exercise.
6. Obesitas.
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh >19% pada laki-laki dan
>21% pada perempuan. Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan
hipertensi, DM, dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol dan LDL kolesterol . Resiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai
melebihi 20 % dari BB ideal. penderita yang gemuk dengan kadar kolesterol yang
II. 1. 5. Kalsifikasi
Terdapat 4 klasifikasi penyakit jantung koroner:
1. Asimtomatik (silent myocardial ischemia)
Tidak mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik saat istirahat maupun
beraktivitas. Ketika menjalani EKG akan menunjukan depresi segmen
ST, pemeriksaan fisik dan vitas sign dalam batas normal
2. Angina pektoris
a. Angina pektoris stabil
Terdapat nyeri dada saat melakukan aktivitas 1-5menit dan hilang
saat istirahat. Nyeri dada bersifat kronik (>2bulan). Nyeri terutama
di retrosternal, terasa seperti tekanan benda berat atau terasa panas
dan menjalar ke lengan kiri, leher, maksila, dagu, punggung, dan
jarang menjalar pada lengan kanan. Pada EKG di dapatkan depresi
segmen ST
b. Angina pektoris nonstabil
Sama seperti angina pektoris stabil namun nyeri lebih progresif dan
ferkuensi meningkat dan sering terjadi saat istirahat. Pada EKG
biasanya didapatkan deviasi segmen ST.
3. Infark Miokard akut
Sering di dahului dada terasa tidak enak (chest discomfort). Nyeri dada
seperti tertekan, teremas, tercekik, berat, tajam dan terasa panas.
Berlangsung >30menit bahkan sampai berjam-jam. Pemeriksaan pasien
tampak ketakutan, gelisah, tegang, nadi sering menurun. EKG
menunjukan elevasi segmen ST
berupa campuran dari leukosit, debris, sel busa, dan lipid bebas yang
nantinya membentuk inti nekrotik
4. Komplikata plak ateromatosa, dimana trombosis terjadi dari perlekatan
trombosit ke tepian ateroma yang kasar
II. 1. 7 Patofisiologi
Berkurangnya kadar oksigen miokardium mengubah metabolisme pada selsel miokardium dari aerob menjadi anaerob. Hasil akhir metabolisme anaerob
yaitu asam laktat yang akan tertimbun dan dapat mengurangi dan dapat
menurunkan pH sel. Berkurangnya energi yang tersedia dan keadaan asidosis
dapat mengganggu fungsi ventrikel dalam memompa darah, sehingga miokardium
yang mengalami iskemia kekuatannya berkurang, serabut memendek dan daya
serta kecepatan memompa darahnyanya berkurang. Selain itu dinding segmen
yang mengalami iskemia menjadi abnormal sbagian tersebut akan menonjol
keluar setiap kali ventrikel berkontraksi
Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung menyebabkan
perubahan hemodinamika yang bervariasi sesuai tingkat keparahan iskemi dari
miokard. Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung
dengan berkurangnya volume sekuncup. Akibatnya tekanan jantung kiri akan
meningkat sehingga terjadi peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung
sebelum timbul nyeri. Iskemia miokardium biasanya disertai dengan 2 perubahan
EKG akibat perubahan elektrofisiologi sel, yaitu gelombang T terbalik dan depresi
segmen ST
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan mengakibatkan
kerusakan sel ireversibel serta nekrosis miokard. Miokard yang mengalami infark
atau nekrosi akan berhenti berkontraksi secara permanen. Terdaoat 2 jenis infark,
infark transmural (mengenai seluruh tebal miokard yang bersangkutan dan infark
subendokardial (terbatas pada separuh bagian dalam endokardium)
II. 1. 8. Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5. Ruptur jantung
6. Aneurisma ventrikel
7. Tromboembolisme
8. Perikarditis
9. Sindrom dressler
10. Disritmia
II. 1. 9. Penatalaksanaan
1. Pencegahan primer
a. Membatasi akses produksi tembakau dengan meningkatkan pajak dan
menegaskan larangan merokok
b. Mengurangi penggunaan garam dalam makanan
c. Mengurangi konsumsi gula dan lemak
d. Meningkatkan aktivitas olahraga
2. Pengobatan
Dapat menggunakan teknik CABG (coronary artery bypass graft) dan
teknik PTCA (percutaneous transluminal coronary angioplasty)
Obat-obat dapat diberikan:
a. Analgetik, biasanya morfin diberikan secara intravena dengan
pengenceran dan diberikan pelan-pelan. Dosisnya awal 2,0-2,5mg
dapat diulangi jika perlu
b. Nitrat, efek dilatasi pada arteri koroner sehingga akan meningkatkan
suplai oksigen
c. Aspirin, sebagai antitrombotik
d. Trombolitik terapi, sebagai perbaikan aliran darah koroner secepat
mungkin (reperfusi). Revaskulasi dilakukan denga obat antitrombolitik
seperti streptokinase, r-TPA, urokinase, ASPAC atau Scu-Pa. Sangat
berguna apabila diberikan pada sejam pertama dari serangan infark.
Masih bermanfaat jika diberikan sampai 12jam dari onset serangan
infark.
e. Betablocker, untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga akan
menurunkan kebutuhan oksigen miokard
II. 2. INFARK MIOKARD AKUT
Biasanya muncul setelah latihan fisik, stress, dan operasi
II. 2. 1. Gejala Klinis
1. Nyeri, nyeri dalam dan viseral. Rasanya seperti berat, diperas, ditusuk, dan
rasa panas, berlangsung lama dari angina pektoris. Lokasi nyeri pada dada
bagian tengah-kiri, epigastrium, dapat menyebar ke tangan bahu dan
punggung. Nyeri berkurang dengan istirahat
2. Lemah, berkeringat, mual, muntah, dan gelisah
II. 2. 2. Temuan fisik
1. Pucat dan keringat dingin pada ekstremitas
2. Nyeri dada substernal >30 menit dan berkeringat
3. 1 jam pertama tekanan darah dan nadi normal pada infark anterior, 1-4
jam kemudian terjadi simpatis hiperaktif pasien menjadi hipertensi dan
takikardi pada infark posterior, 1-4 jam kemudian terjadi parasimpatis
hiperaktif pasien menjadi hipotensi dan bradikardia
4. Pulsasi apeks sulit diraba dan bunyi jantung pertama dan kedua lemah,
sering terdengar suara bising jantung yang disebabkan oleh regurgitasi
melalui katup mitral, akibat disfungsi muskulus papilaris atau sekunder
karena dilatasi ventrikel kiri.
II. 2. 3. Diagnosis
Pada kebanyakan kasus, diagnosis didasarkan atas karakter, lokasi dan
lamanya sakit dada. Sakit dada yang lebih dari 20 menit dan tak ada hubungannya
dengan aktivitas atau latihan, serta tidak hilang dengan nitrat biasanya dipakai
untuk membedakannya dengan angina pektoris.
Adanya perubahan EKG dan didukung oleh tingkat serum enzim yang
abnormal memperkuat diagnosis infark miokard. Diagnosis infark miokard dapat
ditegakkan bila memenuhi 2 dari 3 kriteria: nyeri dada khas infark, peningkatan
serum enzim lebih dari 1 kali nilai normal, dan terdapat evolusi EKG khas
infark.
1. Elektrokardiogram
Gambaran yang khas yaitu timbulnya gelombang Q yang besar, elevasi
segmen ST dan inversi gelombang T. Walaupun mekanisme pasti dari perubahan
EKG ini belum diketahui, diduga perubahan gelombang Q disebabkan oleh
jaringan yang mati, kelainan segmen ST karena injuri otot dan kelainan
gelombang T karena iskemia.
Infark anteroseptal menimbulkan perubahan pada sandapan V1-V3, infark
anterolateral menimbulkan perubahan pada sandapan V4-V6, sandapan I dan aVL.
Infark anterior pada sandapan V1-V4 atau bahkan V6, sandapan I dan aVL. Infark
inferior bila ada perubahan pada sandapan II, III dan aVF.
2. Serum Kreatinin Fosfokinase (CKMB)
Kreatinin fosfokinase terdapat dalam otot jantung, otot skelet dan otak,
meningkat dalam 6 jam setelah infark, mencapai puncaknya dalam 18 sampai 24
jam dan kembali normal setelah 72 jam. Selain pada infark miokard, tingkat
abnormal tinggi terdapat pada penyakit otot, kerusakan serebrovaskular, setelah
latihan otot dan dengan suntikan intramuskular.
3. Serum Glutamic Oxalo-acetic Transaminase (SGOT)
Terutama terdapat di otot jantung, otot skelet, otak, hati dan ginjal.
Sesudah infark, SGOT meningkat dalam waktu 12 jam dan mencapai puncaknya
dalam 24 sampai 36 jam, kembali normal pada hari ke 3 atau ke 5.
4. Serum Lactate Dehydrogenase (LDH)
Enzim ini terdapat di jantung, dan juga di sel darah merah. Meningkat
relatif lambat setelah infark, mencapai puncaknya dalam 24 sampai 48 jam
kemudian, dan tetap abnormal 1 sampai 3 minggu.
5. Troponin
Troponin jantung adalah protein miofibril dari serat otot lintang yang
bersifat kardioselektif. Pada saat terjadi kerusakan miokard akibat iskemi,
troponin dalam sitoplasma dilepaskan ke dalam darah. Troponin ini berlangsung
30-90 jam dan setelah itu menurun.
II. 2. 4. Penatalaksanaan
Tatalaksana umum:
1. Oksigen
BAB III
ANALISIS KASUS
1.
Infark
Anamnesa
miokard merupakan
nekrosis
miokard
yang disebabkan
oleh
tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut arteri koroner. Keluhan
utama adalah sesak nafas. Sesak nafas adalah suatu perasaan tidak nyaman yang
diakibatkan tubuh kekurangan oksigen. Hal ini biasanya timbul bias timbul akibat
adanya kelainan di jantung, paru, atau bagian muskluskeletal di bagian dada.
Sesak nafas yang dirasakan sejak 30 menit SMRS, terus-menerus, dan dirasakan
saat tidur
Sesak nafas ataupun nyeri dada pada infark miokard biasanya > 30 menit, dan
pasien ini mengeluhkan bahwa keluhan yang dirasakan berlangsung selama 30
menit. Faktor-faktor resiko terjadi infark miokard juga di dapatkan dari RPD
pasien yaitu memiliki riwayat merokok sejak 10 tahun yang lalu sebanyak 1
bungkus sehari, dan sudah berhenti sejak 1 tahun terakhir
Temuan :
Dari anamnesis
1. Sesak nafas
2. Riwayat merokok
3. Olah raga tidak rutin
Dari Pemeriksaan Fisik
4. Dispneu
5. Takikardi
2. Pemeriksaan penunjang
EKG:
Kesan :
Infark Miokard Akut
Hasil lab darah lengkap 22 Agustus 2015
Lab :
WBC
15.3 K/uL
(4-12)
LYM#
1.6 K/uL
(1-5)
MID#
0.7 K/uL
(0.1-1)
GRA#
13.0 K/uL
(2-8)
LYM%
10.7 %
(25-50)
MID%
4.5 %
(2-10)
GRA%
84.8 %
(50-80)
RBC
5.95 M/uL
(4-6.2)
HGB
16.4 %
(11-17)
HCT
52.8 %
(35-48)
PLT
223 K/uL
(150-400)
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Referensi