Anda di halaman 1dari 11

Bagian nomor 6

Tetapkan teknologi apa yang bisa ditawarkan, bagaimana dan dimana teknologi
tersebut sebaiknya diterapkan guna mencapai sasaran hasil tanaman (atau
usaha lain) yang optimal dan berkualitas dengan memberikan dampak
lingkungan positif yang tinggi dan dampak negatif yang rendah,
2.3 Pedoman budidaya apel
2.3.1 Penyediaan bibit apel
Perbanyakan tanaman apel yang baik adalah secara vegetatif karena
perbanyakan secara generatif selain banyak memakan waktu, sifatnya seringkali
menyimpan dari induknya. Teknik perbanyakan vegetatif yang biasa digunakan
adalah penempelan (okulasi) dan sambungan (grafting).
1.

Persiapan batang bawah

Sumber batang bawah bibit apel diambil dari varietas apel liar atau apel alas.
Apel liar dipilih sebagai batang bawah karena mempunyai system perakaran
yang luas dan kuat, pohonnya kokoh, dan mempunyai daya adaptasi tinggi
terhadap lingkungan. Bahan tanaman dapat diperoleh dari tanaman induk apel
liar atau dari anakan yang tumbuh di pangkal batang yang mata tunasnya keluar
dari permukaan tanah, dari tanaman produktif yang ada.
2.

Perbanyakan dan pesemaian batang bawah

a.

Anakan atau siwilan

Anakan adalah perbanyakan tanaman apel yang tumbuh pada pangkal batang
bawah tanaman produktif setelah pangkal/akarnya terluka.
Pengambilan anakan ini dilakukan dengan menggali lubang disekitar tanaman,
kemudian dicabut secara hati hati dengan mengikutsertakan akar akarnya.
Anakan tersebut diambil setelah tinggi batang minimal 30cm, dengan diameter
sebesar pensil dan kulit batangnya berwarna kecoklat coklatan. Selanjutnya
daun dirompes seluruhnya dan cabang cabangnya dipotong. Setalah itu buat
bedengan yang tanahnya digemburkan dan diberi pupuk kandang secukupnya.
Tiap bedengan dibuat untuk 2 baris tanaman dengan jarak tanam 30cm x 25cm.
setelah 5 bulan tanam dengan diameter batang 1cm dan perakaran cukup kuat,
batang bawah siap untuk diokulasi. Penanaman batanag bawah dilakukan musim
hujan, sedangkan pelaksanaan okulasi pada musim kemarau.
b.

Rundukan

Anakan dari pohon induk apel liar yang agak panjang direbahkan melekat tanah,
kemudian cabang tersebut dijepit kayu dan ditimbun tanah. Penimbunan tanah
dilakukan pada tiap 2 mata sehingga akar akar tunas samping tumbuh. Bila
sudah cukup kuat, tunas dapat dipisahkan dengan cara memotong cabangnya.

Perundukan batang bawah dapat juga dilakukan pada waktu tempelan dibuka
yaitu dengan memotong 2/3 bagian penampang batang bawah sekitar 2cm
diatas tempelan. Bagian atas keratan di benamkan dalam tanah, kemudian
ditekuk lagi ke atas. Pada ketukan yang ada dipermukaan tanah diberi penjepit
kayu/bamboo.
Setelah berumur sekitar 4 bulan akar akar batang bawah rundukan sudah
cukup kuat maka dilakukan pemisahan bakal bibt dengan cara memotong batang
tersebut di bawah keratan/tekukan, dipotong miring. Pada bekas luka diolesi
defolatan sedangkan batang yang tidak terpakai dibuang. Batang bawah yang
ditanam dalam satu luasan tertentu diusahakan seragam diameter/besar
batanagnya.
c.

Stek

Stek apel liar berukuran panjang 15 20cm dan diusahakan seragam, lurus,
dengan diameter sama. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 30cm x
25cm. Setelah 5 bulan tanam, pada diameter batang 1cm dan perakaran cukup
kuat, stek siap diokulasi.
Stek yang diambil dari cabang vegetatif dapat meningkatkan persentase bibit
20,9% lebih tinggi dibandingkan dengan cabang reproduktif. Baik secara kualitas
maupun kuantitas, stek bagian ujung mengahasilkan bibit jadi terendah. Hasil
tertinggi diperoleh dari penggunaan stek bagian pangkal dengan persentase
bibit jadi 93,8%. Antara stek bagian tengah dan pangkal tidak ada perbedaan
dalam hal mengasilkan bibit jadi.
3.

Pemeliharaan Batang Bawah

Tanaman batang bawah perlu dipelihara dengan baik agar memenuhi syarat
dalam pelaksanaan okulasi nanti.
Pemeliharaan batang bawah meliputi, antara lain:
Pemupukan: dilakukan setiap 1-2 bulan sekali dengan urea dan TSP masing
masing 5 gram untuk tiap tiap tanaman.
Penyiangan: untuk memberantas gulma. Waktu penyiangannya tergantung pada
pertumbuhan gulma tersebut.
Pengairan: jika tidak ada hujan, cukup 1 minggu sekali
Pemberantasan hama dan penyakit: untuk mencegah serangan hama dan
penyakit perlu disemprotkan pestisida 2 kali tiap bulan dengan memperhatikan
gejala serangan.
4.

Pelaksanaan penempelan dan penyambungan

Batanag bawah siap ditempel setelah diameternya kurang lebih 1cm dan kulit
batangnya mudah dikupas dari kayunya. Mata tempel diambil dari
cabang/batang sehat varietas unggul.

Pada pohon batang bawah kurang lebih 20cm diatas tanah dibuat lidah kulit
batang yang terbuka, ukurannya disesuaikan dengan mata yang akan
ditempelkan. Lidah tersebut diungkit dari kayunya dan dipotong, ditinggalkan
setengahnya.
Segera mata ditempel disayat beserta kayunya sepanjang 2,5 5cm dengan
matanya ditengah tengah. Selanjutnya lapisan kayunya dibuang dengan hati
hati agar bagian dalam matanya tidak rusak.
Mata tempel kemudian dimasukkan kedalam lidah batang bawah sehingga
menempel dengan baik, selanjutnya diikat dengan pita plastic putih pada seluruh
bagian tempelan. Tanaman harus dijaga agar jangan sampai kekeringan.
Setelah okulasi berumur 2 3 minggu, ikatan tempelan bisa dibuka. Tempelan
yang jadi mempunyai tanda tanda: mata tempel berwarna hijau segar dan
melekat. Sedangkan tempelan yang tidak jadi, mata tempel berwarna kecoklat
coklatan dan bila plastik dibuka mata tempel tersebut jatuh.
Bibit okulasi perlu dipelihara dengan baik sampai siap dicabut untuk ditanam.
Pemeliharaan bibit merupakan kelanjutan dari pemeliharaan batang bawah yang
meliputi penyiangan, pemupukan, pembubunan, pengairan, dan pemberantasan
hama dan penyakit.
5.

Pemindahan bibit

Okulasi siap untuk dipindahkan ke lapang dari pembibitan, sesudah berumur


minimal 6 bulan dari saat penempelan/okulasi. Pencabutan dilkukan secara hati
hati dan diusahakan agar perakaran tidak banyak terganggu.
Bibit yang akan ditanam/dipindahkan dipotong hingga tingginya 80 100cm dari
pangkal batang dan daunnya dirompes.
( Soelarso, 1997)
2.3.2 Pengolahan media tanam
1. Persiapan
Persiapan yang diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan
survei. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan
tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan peralatan dan biaya yang
diperlukan.
2. Pembukaan lahan
Tanah diolah dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa sisa
tanaman yang masih tertinggal.
3. Pembentukan bedengan
Pada tanaman apel bedeng hamper tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian
alur pada tanaman.

4. Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menjaga keseimbangan pH tanah. Pengapuran
hanya dilkukan apabila pH tanah kurang dari 6.
5. Pemupukan
Pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak
20kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu
dibiarkan selama 2 minggu.
(Prihatman, 2000)
2.3.3 Teknik penanaman
1. Penentuan Pola Tanam
Tanaman apel dapat ditanam secara monokultur maupun intercroping.
Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk
daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa
penelitian intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman
yang berhabitat rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain. Tanaman apel tidak
dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun
yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara kurang, sinar
matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit. Jarak tanam
yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan
Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan
Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas
dan tanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang
sekurang-kurangnya 20 kg. Setelah itu tanah dibiarkan selama 2 minggu, dan
menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya.
3. Cara Penanaman
Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di
sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan. Cara penanaman bibit
apel adalah sebagai berikut:
a. Masukan tanah bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.
b. Masukan bibit ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.
c. Masukan tanah bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambah
tanah galian lubang.
d. Bila semua tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dengan
tangan agar bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin, bibit dapat
ditahan pada ajir dengan ikatan longgar.

( Prihatman, 2000)
2.3.4 Pemeliharaan tanaman
1. Penjarangan dan penyulaman
Penjarangan tanaman tidak dilakukan, sedangkan penyulaman dilakukan pada
tanaman yang mati atau dimatikan kerena tidak menghasilkan dengan cara
menanam tanaman baru menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknya
dilakukan pada musim penghujan.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak gulma
yang dianggap dapat mengganggu tanaman. Pada kebun yang ditanami apel
dengan jarak tanam yang rapat ( 33 m), peniangan hampir tidak perlu
dilakukan karena tajuk daun menutupi permukaan tanah sehingga rumputrumput tidak dapat tumbuh.
3. Pembubunan
Penyiangan biasanya diikuti dengan pembubunan tanah. Pembubunan
dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidak
tergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya
dilakukan setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan.
4. Perempalan/Pemangkasan
Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm,
tunas yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dari
pucuk, 4-6 mata dan bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang
berpenyakit dan tidak produkrif, cabang yang menyulitkan pelengkungan,
ranting atau daun yang menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3
bulan sampai didapat bentuk yang diinginkan(4-5 tahun).

5. Pemupukan
a. Pada musim hujan/tanah sawah
1. Bersamaan rompes daun (< 3 minggu). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau
campuran Urea, TSP, KCl/ZK 3 kg/pohon (4:2:1).
2. Melihat situasi buah, yaitu bila buah lebat (2,5-3 bulan setelah rompes. NPK
(15-15-15) 1 kg/pohon atau campuran Urea, TSP dan KCl/ZK 1 kg/pohon (1:2:1)
b. Musim kemarau/tanah tegal
1. Bersamaan rompes tidak diberi pupuk (tidak ada air).

2. 2-3 bulan setelah rompes (ada hujan). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau
campuran Urea, TSP, dan KCl/ZK 3 kg/pohon (4:2:1).
Cara pemupukan disebar di sekeliling tanaman sedalam 20 cm sejauh lebar
daun, lalu ditutup tanah dan diairi. Untuk pupuk kandang cukup diberikan sekali
setahun (2 x panen) 1-2 pikul setiap pohon pada musim kemarau setelah panen.
Untuk meningkatkan pertumbuhan perlu diberikan pupuk daun dan ZPT pada 5-7
hari sampai menjelang bunga setelah rompes (Gandasil B 1 gram/liter) +
Atonik/Cepha 1 cc/liter diselingi dengan Metalik-Multi Mikro dan 5-7 hari sekali
sampai menjelang panen (2,5 bulan) dari rompes Gandasil D (1 gram/liter).
Selain itu perlu digunakan zat pengatur tumbuh Dormex sekali setahun setelah
rompes (jangan sampai 10 hari setelah rompes) sebanyak 2600 liter larutan
dengan dosisi 3 liter/200 literair.
6.

Pengairan dan Penyiraman

Untuk pertumbuhannya, tanaman apel memerlukan pengairan yang memadai


sepanjang musim. Pada musim penghujan, masalah kekurangan air tidak
ditemui, tetapi harus diperhatikan jangan sampai tanaman terendam air. Krena
itu perlu drainase yang baik. Sedangkan pada musim kemarau masalah
kekurangan air harus diatasi dengan cara menyirami tanaman sekurangkurangnya 2 minggu sekali dengan cara dikocor.
7. Penyemprotan Pestisida
Untuk pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang
tanaman atau secara rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk
penanggulangan, penyemprotan dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat,
agar hama dapat segera ditanggulangi. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi
atau sore hari. Jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam menanggulangi
hama sangat beragam tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat
populasi hama tersebut, pengendalian secara lebih terinci akan dijelaskan pada
poin hama dan penyakit.
8. Pemeliharaan Lain
a. Perompesan
Perompesan dilakukan untuk mematahkan masa dorman didaerah sedang. Di
darah tropis perompesan dilakukan untuk menggantikan musim gugur di daerah
iklim sedang baik secara manual oleh manusia (dengan tangan) 10 hari setelah
panen maupun dengan menyemprotkan bahan kimia seperti Urea 10%+Ethrel
5000 ppm 1 minggu setelah panen 2 kali dengan selang satu minggu).
b. Pelengkungan cabang
Setelah dirompes dilakukan pelengkungan cabang untuk meratakan tunas lateral
dengan cara menarik ujung cabang dengan tali dan diikatkan ke bawah. Tunas
lateral yang rata akan memacu pertumbuhan tunas yang berarti mamacu
terbentuknya buah.

c. Penjarangan buah
Penjarangan dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah yaitu besar seragam,
kulit baik, dan sehat, dilakukan dengan membuang buah yang tidak normal
(terserang hama penyakit atau kecil-kecil). Untuk memdapatkan buah yang baik
satu tunas hendaknya berisi 3-5 buah.
d. Pembelongsongan buah
Dilakukan 3 bulan sebelum panen dengan menggunakan kertas minyak
berwarna putih sampai keabu-abuan/kecoklat-cokltan yang bawahnya
berlubang. Tujuan buah terhindar dari serangan burung dan kelelawar dan
menjaga warna buah mulus.
e. Perbaikan kualitas warna buah
Peningkatan warna buah dapat dilakukan dengan bahan kimia Ethrel,
Paklobutrazol, 2,4 D baik secara tunggal maupun kombinasi.
(Prihatman, 2000)
Meskipun bukan asli tanaman dari Indonesia, apel termasuk salah satu jenis
buah yang populer disamping jeruk dan mangga. Sebagai buah segar, apel
banyak disajikan dalam pesta, buah penyerta kunjungan orang sakit maupun
sesaji upacara agama di Bali. Selain dikonsumsi dalam bentuk buah segar,
kelezatan apel bisa dinikmati dalam bentuk minuman maupun dodol yang
banyak dijajakan di Kota Wisata Batu.
Berdasarkan penelitian, apel bisa mengurangi resiko kanker usus besar, kanker
prostat dan paru-paru. Serat apel juga mencegah penyakit jantung serta
mengontrol berat badan dan kadar kolesterol dengan cara seratnya mencegah
reabsorpsi.
Selain Malang Raya (Jawa Timur), beberapa daerah di Indonesia Timur (NTT, Bali,
dan Papua) memiliki lahan yang potensial untuk pengembangan tanaman apel.
Namun demikian daerah-daerah tersebut belum memiliki sentra produksi apel
sesuai harapan disebakan pengembangannya belum diikuti dengan pemahaman
dan penerapan teknologi budidaya apel yang baik dan benar.
Syarat Tumbuh
Di Indonesia yang beriklim tropika, beberapa varietas apel memiliki adaptasi
yang baik di dataran tinggi/pegunungan yang memiliki suhu dingin. Awalnya
sentra apel di Malang Raya terletak di elevasi 700 1.200 m dpl dengan suhu
udara sekitar 16 27oC. Saat ini, suhu udara di Malang Raya telah meningkat
secara nyata sehingga menggeser kesuaian lahan apel ke elevasi sekitar 1.000
1.500 m dpl.
Selain bersuhu dingin, tempat penanaman apel sebaiknya beriklim kering atau
memiliki hujan tahunan 1.000 2.500 mm dengan penyinaran matahari
sebanyak 50 60 % per hari, dan kelembaban udara 7585 %. Jika hujan tinggi

dan turun bersamaan dengan musim pembungaan akan menggagalkan bunga


menjadi buah.
Meskipun apel dapat tumbuh di beberapa jenis tanah yaitu Regosol (Entisol),
Andosol (Andisol), dan Latosol (Inceptisol), karakter tanah yang ideal adalah
teksturnya sedang, konsistensi gembur, kedalaman efektif > 50 cm, drainase
baik, dan pH tanah 5,5 7.
Pemilihan Benih
Rome Beauty, Manalagi dan Ana merupakan varietas apel yang paling banyak
dibudidayakan di Indonesia. Ciri apel Rome Beauty antara lain kulit buah
berwarna merah kehijauan, agak bulat, daging buah agak keras, beraroma kuat,
dan rasanya segar sedikit asam. Kulit buah apel manalagi berwarna kuning
kehijauan, agak bulat, rasanya manis, aromanya harum (wangi), dan kandungan
airnya agak kurang. Sedangkan bentuk buah apel Ana adalah lonjong, kulitnya
berwarna merah dan tipis, daging buah lunak dan rasanya asam.
Dibandingkan dengan Varietas Rome Beauty dan Manalagi, Varietas Ana akan
lebih baik ditanam di tempat yang memiliki elevasi lebih tinggi. Ciri-ciri benih
apel yang baik antara lain diperbanyak dengan cara okulasi, batang bawah
maupun batang atas lurus dan sehat, akar serabutnya lebat, daunnya subur dan
sehat, berumur 6 bulan atau lebih dari saat okulasi, serta bersertifikat.

Penyiapan Lubang dan Penanaman

Agar awal musim hujan bisa dilakukan penanaman, pada musim kemarau perlu
dilakukan pembersihan lahan, pembuatan teras (lahan berlereng) dan lubang
tanam. Ukuran lubang yang dianjurkan adalah panjang, lebar dan dalam
masing-masing 60 cm. Jarak tanam untuk Varietas Manalagi adalah 3 3,5 m X
3,5 m, sedangkan untuk Ana dan Rome Beauty adalah 2 3 m X 2,5-3 m.
Untuk memperbaiki kesuburan daerah perakaran, media yang dimasukkan
kedalam lubang tanam adalah tanah lapisan atas yang berwarna lebih gelap dan
gembur dicampur 20 kg bahan organik (pupuk kandang) dan 0,5 kg dolomit atau
fosfat alam jika reaksi tanah masam (pH < 5,5). Sebelum hujan, campuran tanah
dimasukkan ke dalam lubang dan dibiarkan mengalami inkubasi minimal 2
minggu.
Awal musim hujan murapakan waktu tanam yang ideal karena ketersediaan air
dan suhu udara mendukung untuk adaptasi benih di lapangan. Penanaman
dilakukan dengan memasukkan benih ke dalam lubang dan akarnya perlu diatur
agar menyebar kesegala arah. Selanjutnya, akar ditimbun tanah sampai setinggi
leher akar sambil dipadatkan agar tanaman berdiri tegak dan tidak mudah
roboh. Untuk menahan gangguan angin kencang, setiap tanaman perlu
dipasang ajir dan diikat secara longgar.
Pelengkungan Cabang
Selain membentuk kerangka tajuk, pelengkungan cabang dimaksudkan untuk
mendorong munculnya tunas generatif pada cabang lateral. Kegiatan ini
dilakukan setelah tanaman beradaptasi di lapangan dan memiliki
cabang cukup panjang serta kuat dilengkung, biasanya berdiameter sekitar 1 2
cm. Caranya yaitu 3 4 cabang dilengkungkan hingga mendatar dan diikat
dengan tali yang
ditancapkan pada tanah. Selanjutnya, daunnya dirontokkan (dirompes) dan
ujung cabang dipotong.
Pemupukan
Paling sedikit tanaman apel membutuhkan unsur hara makro (C, H, O, N, P, K,
Ca, Mg dan S) dan unsur hara mikro (Fe, Zn, Mn, Cu, B, Mo). Sumber utama
unsur hara makro adalah pupuk kimia sedangkan sumber unsur mikro berasal
dari bahan organik dan pupuk kimia.
Unsur hara makro N, P dan K digunakan tanaman terutama untuk membentuk
organ vegetatif dan generatif sehingga dibutuhkan dalam jumlah paling banyak.
Untuk memenuhi kebutuhan ketiga unsur tersebut, tanaman perlu diberi
tambahan pupuk kimia secara berimbang yang diaplikasikan secara teratur
setiap 2 3 bulan (Tabel 1).
Untuk menjaga kegemburan tanah dan memenuhi unsur hara mikro/unsur
lainnya, disarankan dilakukan penambahan 20 40 kg/pohon bahan organik dan
pengapuran jika ph tanah <5,5 pada setiap akhir kemarau

Tabel 1. Rekomendasi Dosis Pupuk N, P dan K Untuk Tanaman Apel


Umur (Tahun)

Dosis Pupuk (g/phon)

01

50 100

>12

100 200

>23

200 300

>34

300 400

>45

400 500

>5

? 500

Keterangan: *** = NPK 15-15-15 atau 16-16-16


Perompesan Daun
Di Indonesia yang tidak memiliki periode dingin yang panjang, perlakuan
perompesan daun (defoliasi buatan) disertai pelengkungan cabang dan
pemangkasan bagian ujungnya dapat memecahkan tunas generatif terutama
tunas lateral yang diikuti dengan keluarnya bunga. Idealnya perompesan daun
dilakukan ketika tunas generatif sudah padat, biasanya sekitar 2 minggu setelah
panen.
Selain secara manual dengan tangan, perompesan daun bisa dilakukan dengan
menyemprot daun tua (pembakaran daun) menggunakan zat pengatur tumbuh
berbahan aktif Hidrogen Sianamida dengan 10% Urea. Biasanya, rompes daun
yang dilakukan sekitar bulan April dan Oktober memberikan hasil lebih baik
dibandingkan bulan-bulan lainnya karena bunga terhindar dari air hujan
Penjarangan Buah
Penjarangan buah apel secara tepat dapat meningkatkan mutu panen dan
menjaga stabilitas produksi. Kegiatan ini dilakukan
dengan mengurangi jumlah buah yang bergerombol dan menyisakan 2 3 buah
yang seragam pertandan. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan ketika buah berumur
8 9 minggu dari bunga mekar.
Pembungkusan Buah
Khusus apel Manalagi, ketika buah berumur sekitar 3 bulan dari bunga mekar
perlu dibungkus dengan kertas yang bersih dan tahan air. Jika tidak dibungkus,
bagian buah buah yang terpapar cahaya matahari langsung akan berwarna
kemerahan dan bagian lainnya tetap kuning kehijauan sehingga penampilannya

menjadi kurang menarik. Kegiatan ini dilakukan setelah penjarangan buah atau
3 bulan dari rompes daun.
Hama dan Penyakit Utama
Selama pertumbuhannya, cukup banyak jenis hama dan penyakit yang
menyerang tanaman apel. Setelah daun dirompes hingga sekitar 3 bulan
berikutnya merupakan masa kritis serangan hama dan penyakit. Beberapa hama
yang sering menyerang adalah kutu daun, kutu sisik, tungau, Trips dan Ulat.
Sedangkan penyakit utamanya adalah Embun Tepung atau Powdery Mildew dan
Marsonina coronaria.
Contoh bahan aktif pestisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan hama
tersebut antara lain Imidakloprid, abamectin (kutu daun, kutu sisik, Trips),
Dicofol, Piridaben (Tungau) dan Sipermetrin (ulat), dan lain-lain. Sedangkan
bahan aktif yang biasa digunakan untuk mengendalikan penyakit antara lain
Difenokonazo, Propineb, Mankozeb, dan lain-lain.
Panen
Berbeda dengan apel di daerah subtropika, perlakuan pelengkungan cabang
dengan perompesan daun menjadikan apel di Indonesia dapat dipanen setahun
dua kali. Apel Rome Beauty dapat dipanen ketika buah berumur sekitar 120
140 hari, Manalagi sekitar 115 dan Ana sekitar 100 hari dari bunga mekar.
Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat cuaca cerah. Buah-buah yang
sudah dipetik perlu dimasukkan secara hati-hati kedalam keranjang yang dilapisi
karung plastik untuk mengurangi kerusakan buah yang dipanen.

Read more http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/budidaya-apel/

Anda mungkin juga menyukai