By : Lita Nur
Key sini dech cepetan, aku ada sesuatu buat
kamu, panggil Nayra suatu sore. Iya, sebentar,
sabar dikit kenapa sich?, kamu kan tau aku gak
bisa melihat, jawab seorang gadis yang
dipanggil Key dari balik pintu.
Keynaya Wulandari, begitulah nama gadis tadi,
meskipun lahir dengan keterbatasan fisik, dia
tidak pernah mengeluh, semangatnya menjalani
bahtera hidup tak pernah padam. Lahir dengan
kondisi buta, tidak membuatnya berkecil hati,
secara fisik matanya tidak bisa melihat warnawarni dunia, tapi mata hatinya bisa melihat jauh
ke dalam kehidupan seseorang. Mempunyai
hoby
melukis
sejak
kecil,
dengan
keterbatasannya,
Key
selalu
mengasah
bakatnya. Tak pernah sedikitpun dia menyerah.
Duduk di bangku kelas XII di sebuah Sekolah
Luar Biasa di kotanya, Keynaya tidak pernah
absen meraih peringkat dikelas, bahkan gurugurunya termotivasi dengan sifat pantang
menyerah Key.
Sejak baru berusia 3 tahun, Keynaya sudah
bersahabat dengan anak tetangganya yang
bernama Nayra Amrita, Nayra anak seorang
direktur bank swasta di kota mereka. Nayra
cantik, pinter dan secara fisik Nayra kelihatan
sempurna.
***
Seperti sore ini, Nayra sudah nangkring di
rumah Key. Dia berbincang-bincang dengan
Key, sambil menemani sahabatnya itu melukis.
Key, lukisan kamu bagus banget, nanti kamu
ngadain pameran tunggal ya, biar semua orang
tau bakat kamu, kata Nayra membuka
pembicaraan.
Hah, Key mendesah pelan lalu mulai bicara,
Seandainya aku bisa Nay, pasti sudah aku
lakukan, tapi apa daya, aku ini gak sempurna,
seandainya aku mendapat donor kornea, dan aku
bisa melihat, mungkin aku bahagia dan akan
mengadakan pameran lukisan-lukisanku ini
ucap
Keynaya
dengan
kepedihan.
Suatu hari nanti Tuhan akan memberikan
anugrahnya kepadamu, sahabat, pasti akan ada
yang mendonorkan korneanya untuk seorang
anak sebaik kamu, timpal Nayra akhirnya.
Berbeda secara fisik, tidak pernah menjadi
halangan di dalam jalinan persahabatan antara
Nayra dan Keynaya, kemana pun Nayra pergi,
dia selalu mengajak Key, kecuali sekolah
tentunya, karena sekolah mereka berdua kan
berbeda.
Sedang asik-asiknya dua sahabat ini bersenda
gurau, tiba-tiba saja Nayra mengeluh,
aduuh, kepala ku
Kamu kenapa Nay, sakit?? tanya Keynaya.
Oh, ngga aku gak apa-apa Key, Cuma sedikit
pusing saja, ucap Nayra sambil tersenyum.
Minum obat ya Nay, aku gak mau kamu
kenapa-napa, nada bicara Key terdengar begitu
khawatir.
aku ijin pulang dulu ya Key, mau minum obat
ujar Nayra sambil berpamitan pulang.
Di kamarnya yang terkesan sangat elegan,
nuansa coklat mendominasi di setiap sudut
ruangan, Nayra terduduk lemas di atas
ranjangnya,
Ya Tuhan, berapa lama lagi usiaku di dunia
api.
Iya nak jawab mamanya penuh kepedihan.
seandainya kamu tahu sayang, Nayra tak
mungkin ada disamping kamu lagi, Nayra sudah
tenang dialam sana, dan seandainya kamu tahu
siapa orang yang mendonorkan korneanya untuk
kamu kata ibu Rasti dalam hati.
Waktu berjalan begitu cepat, operasi cangkok
kornea sudah dilaksanakan dan sekarang adalah
hari yang paling ditunggu-tunggu Keynaya,
perban di matanya akan di buka, tim dokter
beserta kedua orang tua Key sudah ada di
ruangan Key. Sebelum perbannya di buka,
Keynaya berujar,
Ma, Pa, Nayra sudah datang?? Ku ingin sekali
ada Nayra di sini pas aku bisa melihat
belum sayang, Nayra masih diluar kota pedih
rasanya hati ibu Rasti saat berujar.
Perban akhirnya di buka, samar-samar
penglihatan Keynaya mulai melihat warna,
melihat sosok kedua orang tuanya, dia
tersenyum, semakin lama semakin jelas,
Mama, papa aku bisa melihat kalian, gembira
sekali suara Keynaya.
***
Sudah 1 minggu semenjak Keynaya bisa
melihat, hari ini dia memaksa ibunya agar
diperbolehkan melihat Nayra, mengujungi
Nayra,
Kata mama Nayra sudah ada di rumah, berarti
Key boleh main donk Ma, Key pingin ngajak
Nayra jalan-jalan buat merayakan kesembuhan
Key,
Iya, nak, mama sama papa temenin kamu ya!!
Berbeda beberapa rumah antara Nayra dan
Keynaya merupakan hal yang membahagiakan,
tidak perlu capek-capek bermacet-macet ria di
jalanan untuk mengunjunginya. Sesampai di
rumah Nayra mereka disambut ramah oleh
keluarga Nayra yang kebetulan lagi ada di
rumah.
Selamat sore tante Rita sapa Keynaya dengan
senyum sumringah.
Setelah di persilahkan duduk dan menikmati
hidangan ala kadarnya, Keynaya menanyakan
keberadaan sahabat karibnya,
mana Nayranya tante?? Kok gak kelihatan ada
di rumah?
Nayranya Nayra.. Nayra.. dengan terbatabata ibu Rita menjawab.
Nayra kenapa tante, kemana?? Nayra tidak
apa-apa kan? bertubi-tubi Keynaya bertanya.
3. Watak atau karakter yang ada pada cerpen yang berjudul Sahabat Terbaik, yaitu:
a. Keynaya Wulandari
Keynaya Wulandari memiliki watak/karakter sebagai berikut:
Memiliki semangat yang tinggi dan pantang menyerah, tercermin dari kalimat yaitu
Keynaya Wulandari, begitulah nama gadis tadi, meskipun lahir dengan keterbatasan fisik, dia
tidak pernah mengeluh, semangatnya menjalani bahtera hidup tak pernah padam. Mempunyai
hoby melukis sejak kecil, dengan keterbatasannya, Key selalu mengasah bakatnya. Tak pernah
sedikitpun dia menyerah.
Anak yang pintar, tercermin pada kalimat Keynaya tidak pernah absen meraih peringkat
dikelas, bahkan guru-gurunya termotivasi dengan sifat pantang menyerah Key.
Kurang percaya diri yang tercermin pada kalimat Hah, Key mendesah pelan lalu mulai
bicara, Seandainya aku bisa Nay, pasti sudah aku lakukan, tapi apa daya, aku ini gak
sempurna, seandainya aku mendapat donor kornea, dan aku bisa melihat, mungkin aku bahagia
dan akan mengadakan pameran lukisan-lukisanku ini ucap Keynaya dengan kepedihan.
Memiliki sikap peduli dan penyayang yang dicerminkan pada kalimat Minum obat ya Nay,
aku gak mau kamu kenapa-napa, nada bicara Key terdengar begitu khawatir.
b. Nayra Amrita
Nayra Amrita memiliki watak/karakter sebagai berikut:
Tidak membeda-bedakan teman, Nayra tidak menganggap kekurangan fisik pada
Keynaya untuk menjauhinya malah dia bersahabat baik dengan Keynaya. Hal itu
tercermin pada kalimat Berbeda secara fisik, tidak pernah menjadi halangan di dalam
jalinan persahabatan antara Nayra dan Keynaya, kemana pun Nayra pergi, dia selalu mengajak
Key.
Pemberi support yang baik tercermin pada kalimat Key, lukisan kamu bagus banget, nanti
kamu ngadain pameran tunggal ya, biar semua orang tau bakat kamu, kata Nayra membuka
pembicaraan.
Suatu hari nanti Tuhan akan memberikan anugrahnya kepadamu, sahabat, pasti akan ada yang
mendonorkan korneanya untuk seorang anak sebaik kamu, timpal Nayra akhirnya.
Memiliki sikap tabah menerima cobaan penyakit yang diberikan Tuhan, hal itu
tercermin pada kalimat Terus terang Nayra sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya, tapi dia
berusaha menyembunyikan itu dari orang tuanya.
Memiliki sikap penyayang karena tidak ingin melihat orangtuanya bersedih, hal itu
tercermin pada kalimat Maafkan Nayra, Ma, Pa, Nayra tak bermaksud membuat Mama dan
Papa terluka seperti ini, Nayra hanya tak ingin menyusahkan kalian Nayra berkata dengan
terbata-bata.
Memiliki sifat baik hati dan tulus hal itu tercermin pada kalimat Mama, papa, maafin
Nayra sudah membuat mama dan papa jadi sedih, Nayra mohon sama mama dan papa, setelah
Nayra meninggal, tolong berikan kornea mata Nay untuk Keynaya, tapi jangan bilang itu dari
Nayra sebelum Keynaya benar-benar operasi dan bisa melihat lagi.
sayang? Masih gak enak?? Kita ke dokter sekarang yuk!!! ujar wanita itu dengan lembutnya.
Memiliki sifat baik hati dan ikhlas yang dicerminkan pada kalimat Hati orang tua Nayra
tersayat, tapi tak ada yang bisa mereka lakukan selain memenuhi permintaan terakhir sang
anak.
Memiliki sikap penyayang dan peduli yang dicerminkan pada kalimat Sakit apa sebenarnya
anak kita ma?? Kalau kita ajak ke dokter dia selalu menolak, papa rasa ada yang dia
sembunyikan dari kita, aku takut penyakitnya parah, dengan nada khawatir Pak Artawan
bicara dengan istrinya.
Memiliki sikap sabar dan tegar yang dicerminkan pada kalimat udah, ma, jangan nangis terus,
pengobatan Nayra akan diusahakan, kita akan mengusahakan kesembuhannya, lebih baik kita
berdoa, semoga Tuhan memberikan jalan terbaik buat keluarga kita, hibur pak Artawan.
Memiliki sifat baik hati dan ikhlas yang dicerminkan pada kalimat Hati orang tua Nayra
tersayat, tapi tak ada yang bisa mereka lakukan selain memenuhi permintaan terakhir sang
anak.
e. Dokter Gunawan
Dokter Gunawan memiliki karakter/watak sebagai berikut:
Memiliki sikap amanah dan professional karena menjaga permintaan kerahasiaan
penyakit pasiennya, hal ini tercermin pada kalimat Maafkan saya sebelumnya pak,
sebenarnya saya sudah tau penyakit yang diderita putri bapak sejak 7 bulan lalu, tapi karena
putri bapak menyuruh saya merahasiakan penyakitnya kepada bapak dan ibu, saya gak bisa
berbuat apa-apa. Putri bapak terkena leukimia, ujar dokter Gunawan lirih.
Bijaksana dengan mengatakan semuanya hal kembali kepada kehendak Tuhan yang tercermin
pada kalimat Maaf pak, kami disini sudah berusaha yang terbaik, tapi Tuhan berkehendak lain,
Nayra sudah dipanggil menghadapNya ucap dokter.
f. Ibu Rasti
Ibu Rasti memiliki karakter/watak sebagai berikut:
Penyayang dengan merahasia kabar meninggalnya Nayra agar Keynaya mau di operasi
matanya. Hal in tercermin pada kalimat seandainya kamu tahu sayang, Nayra tak mungkin
ada disamping kamu lagi, Nayra sudah tenang dialam sana, dan seandainya kamu tahu siapa
orang yang mendonorkan korneanya untuk kamu kata ibu Rasti dalam hati.
Memiliki sikap lemah lembut dengan membimbing keynaya untuk ikhlas menerima kepergian
sahabatnya. Hal ini dicerminkan pada kalimat Bangun Key, sudah, ikhlaskan saja Nayra, dia
sudah tenang di sana, dia sudah berada di pangkuan Tuhan, yang harus kamu tahu, Nayra tak
pernah ingin kamu cengeng, kamu harus tetap semangat menjalani hidup kamu, bimbing ibu
Rasti.
4. Alur (plot)
Alur/plot dalam cerpen yang berjudul Sahabat Terbaik merupakan alur maju karena pada
cerpen ini penulis menceritakan dari awal persahabatan Keynaya dan Nayra sampai Nayra
sakit dan meninggal serta memberikan matanya untuk di donorkan kepada Keynaya,
sahabatnya.
5. Latar/setting
Latar pada cerpen terbagi menjadi 3, yaitu:
a. Latar waktu ditunjukkan pada:
Saat usia 3 tahun, kenyana dan Nayra sudah bersahabat dari kecil
Seperti sore ini, Nayra sudah nangkring di rumah Key.
Sudah 1 minggu semenjak Keynaya bisa melihat, hari ini dia memaksa ibunya agar
diperbolehkan melihat Nayra, mengujungi Nayra.
c. Latar Suasana
Latar suasana dapat tercermin pada kalimat:
Ya Tuhan, berapa lama lagi usiaku di dunia ini?? Berapa lama lagi malaikatmu akan
menjemputku untuk menghadapmu? erang hati Nayra. Di vonis menderita leukimia sejak 7
bulan lalu dan tidak akan berumur lama lagi sungguh menyakitkan bagi Nayra, usianya yang
baru 18 tahun, dengan segudang cita-cita yang dia inginkan, sudah pasti tak satupun akan
terwujud.
Setelah berbicara lama dengan dokter, air mata tak pernah berhenti mengalir di pipi Rita. Dia
begitu terpukul mendengar putrinya menderita penyakit itu.
Dokter Gunawan menangani Nayra lumayan lama, hingga akhirnya dokter Gunawan keluar,
muka beliau kelihatan sangat sedih. Maaf pak, kami disini sudah berusaha yang terbaik, tapi
Tuhan berkehendak lain, Nayra sudah dipanggil menghadapNya ucap dokter.
Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaakkk, teriak ibu Rita isteris, Nayra tidak mungkin meninggal, Nayra
masih hidup, seluruh pengunjung rumah sakit menoleh ke arah mereka.
Selain sepucuk surat itu, ada lagi sebuah surat pernyataan pendonoran kornea mata yang telah
lengkap dengan tanda tangan Nayra. Hati orang tua Nayra tersayat, tapi tak ada yang bisa mereka
lakukan selain memenuhi permintaan terakhir sang anak.
Dengan tangan gemetar Keynaya membuka amplop berwarna pink yang cantik itu, ada pita pink
juga di sudut amplopnya.
Berjongkok Keynaya membelai nisan itu, gerimis turun membasahi nisan, semakin lama
semakin deras, sederas airmata yang jatuh di pipi Keynaya,