Anda di halaman 1dari 8

Cerpen "Sahabat Terbaik"

By : Lita Nur
Key sini dech cepetan, aku ada sesuatu buat
kamu, panggil Nayra suatu sore. Iya, sebentar,
sabar dikit kenapa sich?, kamu kan tau aku gak
bisa melihat, jawab seorang gadis yang
dipanggil Key dari balik pintu.
Keynaya Wulandari, begitulah nama gadis tadi,
meskipun lahir dengan keterbatasan fisik, dia
tidak pernah mengeluh, semangatnya menjalani
bahtera hidup tak pernah padam. Lahir dengan
kondisi buta, tidak membuatnya berkecil hati,
secara fisik matanya tidak bisa melihat warnawarni dunia, tapi mata hatinya bisa melihat jauh
ke dalam kehidupan seseorang. Mempunyai
hoby
melukis
sejak
kecil,
dengan
keterbatasannya,
Key
selalu
mengasah
bakatnya. Tak pernah sedikitpun dia menyerah.
Duduk di bangku kelas XII di sebuah Sekolah
Luar Biasa di kotanya, Keynaya tidak pernah
absen meraih peringkat dikelas, bahkan gurugurunya termotivasi dengan sifat pantang
menyerah Key.
Sejak baru berusia 3 tahun, Keynaya sudah
bersahabat dengan anak tetangganya yang
bernama Nayra Amrita, Nayra anak seorang
direktur bank swasta di kota mereka. Nayra
cantik, pinter dan secara fisik Nayra kelihatan
sempurna.
***
Seperti sore ini, Nayra sudah nangkring di
rumah Key. Dia berbincang-bincang dengan
Key, sambil menemani sahabatnya itu melukis.
Key, lukisan kamu bagus banget, nanti kamu
ngadain pameran tunggal ya, biar semua orang
tau bakat kamu, kata Nayra membuka

pembicaraan.
Hah, Key mendesah pelan lalu mulai bicara,
Seandainya aku bisa Nay, pasti sudah aku
lakukan, tapi apa daya, aku ini gak sempurna,
seandainya aku mendapat donor kornea, dan aku
bisa melihat, mungkin aku bahagia dan akan
mengadakan pameran lukisan-lukisanku ini
ucap
Keynaya
dengan
kepedihan.
Suatu hari nanti Tuhan akan memberikan
anugrahnya kepadamu, sahabat, pasti akan ada
yang mendonorkan korneanya untuk seorang
anak sebaik kamu, timpal Nayra akhirnya.
Berbeda secara fisik, tidak pernah menjadi
halangan di dalam jalinan persahabatan antara
Nayra dan Keynaya, kemana pun Nayra pergi,
dia selalu mengajak Key, kecuali sekolah
tentunya, karena sekolah mereka berdua kan
berbeda.
Sedang asik-asiknya dua sahabat ini bersenda
gurau, tiba-tiba saja Nayra mengeluh,
aduuh, kepala ku
Kamu kenapa Nay, sakit?? tanya Keynaya.
Oh, ngga aku gak apa-apa Key, Cuma sedikit
pusing saja, ucap Nayra sambil tersenyum.
Minum obat ya Nay, aku gak mau kamu
kenapa-napa, nada bicara Key terdengar begitu
khawatir.
aku ijin pulang dulu ya Key, mau minum obat
ujar Nayra sambil berpamitan pulang.
Di kamarnya yang terkesan sangat elegan,
nuansa coklat mendominasi di setiap sudut
ruangan, Nayra terduduk lemas di atas
ranjangnya,
Ya Tuhan, berapa lama lagi usiaku di dunia

ini?? Berapa lama lagi malaikatmu akan


menjemputku untuk menghadapmu? erang hati
Nayra.
Di vonis menderita leukimia sejak 7 bulan lalu
dan tidak akan berumur lama lagi sungguh
menyakitkan bagi Nayra, usianya yang baru 18
tahun, dengan segudang cita-cita yang dia
inginkan, sudah pasti tak satupun akan
terwujud.
***

Setelah pak Artawan dan ibu Rita duduk di


ruangan dokter Gunawan, mereka akhirnya
mulai bicara, Maafkan saya sebelumnya pak,
sebenarnya saya sudah tau penyakit yang
diderita putri bapak sejak 7 bulan lalu, tapi
karena
putri
bapak
menyuruh
saya
merahasiakan penyakitnya kepada bapak dan
ibu, saya gak bisa berbuat apa-apa. Putri bapak
terkena leukimia, ujar dokter Gunawan lirih.

Pintu kamar Nayra tiba-tiba terbuka, seorang


wanita cantik paruh baya masuk lalu duduk
disampingnya.
Gimana rasanya sayang? Masih gak enak??
Kita ke dokter sekarang yuk!!! ujar wanita itu
dengan lembutnya.
ngga usah, ma, aku sudah enakan kok, aku
cuma mau beristirahat saja, jawab Nayra
dengan sopan.
ya sudah kalau begitu, mama tinggal dulu ya,
istirahat ya, Nak, ujar sang mama sambil
mencium kening putri semata wayangnya.
Makasih ma, aku selalu sayang mama, lirih
Nayra berujar.
Terus terang Nayra sudah tidak kuat menahan
rasa
sakitnya,
tapi
dia
berusaha
menyembunyikan itu dari orang tuanya.

Cukup lirih memang kata-kata dokter Gunawan,


tapi mampu membuat jantung pak Artawan dan
istrinya berdetak lebih cepat dari biasanya,
Apa?? Leukemia? Separah apa dok?? keras
nada suara pak Artawan.
sudah parah pak, umur Nayra tidak akan lama
sambung dokter kembali.
Setelah berbicara lama dengan dokter, air mata
tak pernah berhenti mengalir di pipi Rita. Dia
begitu terpukul mendengar putrinya menderita
penyakit itu.
udah, ma, jangan nangis terus, pengobatan
Nayra
akan
diusahakan,
kita
akan
mengusahakan kesembuhannya, lebih baik kita
berdoa, semoga Tuhan memberikan jalan
terbaik buat keluarga kita, hibur pak Artawan.
mari kita tengok Nayra!! ajaknya lagi.

Di ruang keluarga, ibu Rita, duduk sambil


menemani sang suami sepulangnya dari kantor,
Ma, Nayra kemana?? Kok papa gak melihatnya
dari tadi? tanya sang suami.
Nayra lagi istirahat pa, dia pusing dan
mengeluh sakit dari tadi, jawab Rita.
Sakit apa sebenarnya anak kita ma?? Kalau
kita ajak ke dokter dia selalu menolak, papa rasa
ada yang dia sembunyikan dari kita, aku takut
penyakitnya parah, dengan nada khawatir Pak
Artawan bicara dengan istrinya.
entahlah pa, mama juga bingung ujar istrinya
lagi.
***
Ternyata sakit yang dirasakan Nayra sore itu
adalah pertanda dia akan segera di panggil
menghadap Tuhan, saat minta ijin untuk
istirahat pada mamanya, kesehatan Nayra benarbenar drop, dengan panik kedua orang tua
Nayra melarikan putrinya ke rumah sakit,
setelah mendapat penanganan oleh tim dokter,
Nayra sedikit terlihat tenang, namun mukanya
terlihat pucat, sinar matanya terlihat begitu
redup.
Pak Artawan, bisa kita bicara sebentar di
ruangan saya, kata dokter Gunawan, yang juga
merupakan dokter pribadi keluarga Artawan.
Baiklah dok, sambut Pak Artawan.

Memasuki ruangan perawatan, ibu Rita


berusaha menyembunyikan air matanya, dia
tersenyum penuh kepedihan di samping ranjang
putrinya,
Mama, kenapa? Kok sedih begitu? ujar Nayra
lirih.
Gak apa-apa sayang, berbisik ibu Rita tak
kuasa menahan air matanya.
Maafkan Nayra, Ma, Pa, Nayra tak bermaksud
membuat Mama dan Papa terluka seperti ini,
Nayra hanya tak ingin menyusahkan kalian
Nayra berkata dengan terbata-bata.
Belum ada beberapa menit pak Artawan dan ibu
Rita di kamar putrinya, tiba-tiba Nayra kejangkejang. Dengan panik pak Artawan memanggil
dokter Gunawan. Dokter Gunawan menangani
Nayra lumayan lama, hingga akhirnya dokter
Gunawan keluar, muka beliau kelihatan sangat
sedih.
Bagaimana anak saya, dok? tanya pak
Artawan.
Maaf pak, kami disini sudah berusaha yang
terbaik, tapi Tuhan berkehendak lain, Nayra
sudah dipanggil menghadapNya ucap dokter.
Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaakkk, teriak ibu Rita
isteris, Nayra tidak mungkin meninggal, Nayra

masih hidup, seluruh pengunjung rumah sakit


menoleh ke arah mereka.
Pak, sebelum meninggal, Nayra menitipkan ini
ke saya, ini buat bapak dan ibu imbuh dokter
Gunawan sebelum mohon diri.
Sepeninggal Dokter Gunawan, pak Artawan dan
istrinya membuka amplop kecil dari Nayra,
isinya ternyata surat.
Mama, papa, maafin Nayra sudah membuat
mama dan papa jadi sedih, Nayra mohon sama
mama dan papa, setelah Nayra meninggal,
tolong berikan kornea mata Nay untuk Keynaya,
tapi jangan bilang itu dari Nayra sebelum
Keynaya benar-benar operasi dan bisa melihat
lagi, dan satu lagi, mama tolong kasih Keynaya
surat yang Nayra simpan di laci meja belajar
Nayra yang amplopnya berwarna pink setelah
Keynaya melihat nanti, dan surat buat mama
dan papa ada di dalam amplop biru di laci yang
sama. Sekian dulu Mama, papa, maaf kalau
Nayra selalu ngerepotin kalian, Nayra sayang
kalian, big kis & hug.. muacch..
Nayra Amrita
Selain sepucuk surat itu, ada lagi sebuah surat
pernyataan pendonoran kornea mata yang telah
lengkap dengan tanda tangan Nayra. Hati orang
tua Nayra tersayat, tapi tak ada yang bisa
mereka lakukan selain memenuhi permintaan
terakhir sang anak.
***
Sementara itu, di rumah Keynaya, tampak gadis
cantik itu tengah duduk seorang diri di teras
rumahnya. Wajahnya tampak sedikit murung,
kemana si Nayra, sudah lebih dari 5 hari dia
gak main ke sini, apa dia baik-baik saja?
gumamnya.
Ma, Nayra pernah kesini gak dalam beberapa
hari ini? tanya Keynaya ke pada mamanya.
Gak ada, Key, memang kenapa? tanya sang
mama.
Gak apa-apa ma, aku ke rumah Nayra sebentar
ya!! Key meminta ijin ke mamanya.
Tapi
diluar
dugaan,
mama
Keynaya
melarangnya pergi.
Jangan Key, kita harus ke rumah sakit sekarang
juga, tadi mama ditelepon sama pihak rumah
sakit, katanya ada yang menyumbangkan
korneanya khusus untuk kamu, dengan tutur
kata yang lembut mamanya menjelaskan.
Yang bener, Ma? Key sudah dapat donor
kornea?? Asik-asik, Key akan segera bisa
melihat wajah Nayra, Key bisa segera
menggelar pameran lukisan, ucap Key berapi-

api.
Iya nak jawab mamanya penuh kepedihan.
seandainya kamu tahu sayang, Nayra tak
mungkin ada disamping kamu lagi, Nayra sudah
tenang dialam sana, dan seandainya kamu tahu
siapa orang yang mendonorkan korneanya untuk
kamu kata ibu Rasti dalam hati.
Waktu berjalan begitu cepat, operasi cangkok
kornea sudah dilaksanakan dan sekarang adalah
hari yang paling ditunggu-tunggu Keynaya,
perban di matanya akan di buka, tim dokter
beserta kedua orang tua Key sudah ada di
ruangan Key. Sebelum perbannya di buka,
Keynaya berujar,
Ma, Pa, Nayra sudah datang?? Ku ingin sekali
ada Nayra di sini pas aku bisa melihat
belum sayang, Nayra masih diluar kota pedih
rasanya hati ibu Rasti saat berujar.
Perban akhirnya di buka, samar-samar
penglihatan Keynaya mulai melihat warna,
melihat sosok kedua orang tuanya, dia
tersenyum, semakin lama semakin jelas,
Mama, papa aku bisa melihat kalian, gembira
sekali suara Keynaya.
***
Sudah 1 minggu semenjak Keynaya bisa
melihat, hari ini dia memaksa ibunya agar
diperbolehkan melihat Nayra, mengujungi
Nayra,
Kata mama Nayra sudah ada di rumah, berarti
Key boleh main donk Ma, Key pingin ngajak
Nayra jalan-jalan buat merayakan kesembuhan
Key,
Iya, nak, mama sama papa temenin kamu ya!!
Berbeda beberapa rumah antara Nayra dan
Keynaya merupakan hal yang membahagiakan,
tidak perlu capek-capek bermacet-macet ria di
jalanan untuk mengunjunginya. Sesampai di
rumah Nayra mereka disambut ramah oleh
keluarga Nayra yang kebetulan lagi ada di
rumah.
Selamat sore tante Rita sapa Keynaya dengan
senyum sumringah.
Setelah di persilahkan duduk dan menikmati
hidangan ala kadarnya, Keynaya menanyakan
keberadaan sahabat karibnya,
mana Nayranya tante?? Kok gak kelihatan ada
di rumah?
Nayranya Nayra.. Nayra.. dengan terbatabata ibu Rita menjawab.
Nayra kenapa tante, kemana?? Nayra tidak
apa-apa kan? bertubi-tubi Keynaya bertanya.

Ibu Rita tak kuasa menjawab, beliau


meninggalkan tamunya di ruang tamu dan
berlari naik ke kamar Nayra, mengambil
sepucuk surat yang dititipkan Nayra untuk
Keynaya. Ibu Rita kembali ke ruang tamu
dengan
sepucuk
surat
di
tangan,
ini dari Nayra untuk kamu ujarnya berlinang
air mata kepada Keynaya.
Dengan tangan gemetar Keynaya membuka
amplop berwarna pink yang cantik itu, ada pita
pink juga di sudut amplopnya.
Dear Keynaya
Keynaya sayang, sahabatku yang paling baik,
apa kabar hari ini?? Baik-baik sajakah?? Sehatsehat?? Semoga sehat ya!! Key, saat kau
membaca surat dari aku ini, mungkin aku sudah
tak ada lagi di dunia ini, tak ada di samping
kamu, tak bisa menemani kamu bermain,
bercanda dan tertawa, maafkan aku ya Key.
Key sayang, sebenarnya aku ingin sekali cerita
ke kamu tentang penyakitku, tapi aku takut
membuat kamu kepikiran terus, takut buat kamu
gelisah. Sebenarnya aku terkena penyakit
leukemia, Key dan umurku tidak akan lama lagi.
Key sayang, meskipun aku telah pergi dari sisi
kamu, tapi rasa sayang aku ke kamu tak akan
pernah berubah, kamu sahabat terbaik di
hidupku, kamu tempatku berkeluh kesah,
tempatku menumpahkan suka dan duka. Key, ku
tahu saat kau membaca ini, kau sudah bisa
melihat indahnya dunia, sengaja ku berikan
mataku untuk kamu Key, hanya itu yang bisa
aku berikan, jaga mata itu seperti kau menjaga
persahabatan kita.
Segitu dulu Key, maafkan aku karena harus
pergi meninggalkanmu, terima kasih karena
sudah memberikan aku arti selama hidup di
dunia. Sampai ketemu suatu saat nanti Key, aku
sayang kamu sahabatku.
Kiss and big hug my lovely friend, my best
friend in my life.muaaachh
Dariku yang selalu menyayangimu
Nayra Amrita
Air mata mengalir deras di pipi Keynaya,
ini tidak mungkin katanya lirih. Dia menangis
sejadi-jadinya. Dia benar-benar tak percaya,
sahabatnya sudah kembali ke pangkuan Tuhan,
Keynaya menatap selembar foto yang juga ada
di dalam amplop surat tadi, foto Nayra
tersenyum manis ke arahnya, mata Nayra yang

teduh, sekarang ada padanya. Keynaya meminta


agar kedua orang tua Nayra mengantarnya ke
kuburan.
Lumayan jauh dari rumah Nayra, kaki Keynaya
lemah, tapi dia berusaha mengikuti langkah kaki
orang tuanya dan orang tua Nayra ke sebuah
makan yang begitu tertata rapi, taburan bunga
masih segar, tanah pekuburannya juga masih
basah.
Sebuah Nisan yang begitu cantik dihadapan
Keynaya, membuatnya semakin terluka, jelas
tersurat di batu nisan berwarna putih itu nama
sahabat karibnya.
Nayra Amrita Artawan
Lahir 8 Januari 1994
Wafat 14 April 2011
Berjongkok Keynaya membelai nisan itu,
gerimis turun membasahi nisan, semakin lama
semakin deras, sederas airmata yang jatuh di
pipi Keynaya,
kenapa secepat ini kau tinggalkan aku, Nay??
Tega kamu?? Meninggalkan aku seorang diri
disini. Nayra, terima kasih sayang, kau telah
memberikan aku sepasang mata untuk melihat
dunia ini, terima kasih karena telah mengajariku
tentang ketulusan sebuah persahabatan, terima
kasih atas senyum termanis yang pernah kau
hadirkan di hidupku ucap Keynaya sambil
terisak lirih di atas nisan.
Tangan lembut ibu Rasti terulur ke arah
putrinya,
Bangun Key, sudah, ikhlaskan saja Nayra, dia
sudah tenang di sana, dia sudah berada di
pangkuan Tuhan, yang harus kamu tahu, Nayra
tak pernah ingin kamu cengeng, kamu harus
tetap semangat menjalani hidup kamu, bimbing
ibu Rasti.
iya ma, terima kasih, aku hanya sedih saja, tapi
aku janji gak akan cengeng lagi setelah hari ini,
kata keynaya.
***

UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN


1. Tema
Tema pada cerpen yang berjudul Sahabat Terbaik yaitu mengangkat tema tentang
Persahabatan.
2. Penokohan:
Tokoh- tokoh yang ada pada cerpen yang berjudul Sahabat Terbaik adalah:
Keynaya Wulandari
Nayra Amrita
Ibu Rita (Mama Nayra)
Pak Artawan (Papa Nayra)
Dokter Gunawan
Ibu Rasti (Mama Keynara Wulandari)

3. Watak atau karakter yang ada pada cerpen yang berjudul Sahabat Terbaik, yaitu:
a. Keynaya Wulandari
Keynaya Wulandari memiliki watak/karakter sebagai berikut:
Memiliki semangat yang tinggi dan pantang menyerah, tercermin dari kalimat yaitu
Keynaya Wulandari, begitulah nama gadis tadi, meskipun lahir dengan keterbatasan fisik, dia

tidak pernah mengeluh, semangatnya menjalani bahtera hidup tak pernah padam. Mempunyai
hoby melukis sejak kecil, dengan keterbatasannya, Key selalu mengasah bakatnya. Tak pernah
sedikitpun dia menyerah.
Anak yang pintar, tercermin pada kalimat Keynaya tidak pernah absen meraih peringkat
dikelas, bahkan guru-gurunya termotivasi dengan sifat pantang menyerah Key.
Kurang percaya diri yang tercermin pada kalimat Hah, Key mendesah pelan lalu mulai
bicara, Seandainya aku bisa Nay, pasti sudah aku lakukan, tapi apa daya, aku ini gak
sempurna, seandainya aku mendapat donor kornea, dan aku bisa melihat, mungkin aku bahagia
dan akan mengadakan pameran lukisan-lukisanku ini ucap Keynaya dengan kepedihan.
Memiliki sikap peduli dan penyayang yang dicerminkan pada kalimat Minum obat ya Nay,
aku gak mau kamu kenapa-napa, nada bicara Key terdengar begitu khawatir.

b. Nayra Amrita
Nayra Amrita memiliki watak/karakter sebagai berikut:
Tidak membeda-bedakan teman, Nayra tidak menganggap kekurangan fisik pada
Keynaya untuk menjauhinya malah dia bersahabat baik dengan Keynaya. Hal itu
tercermin pada kalimat Berbeda secara fisik, tidak pernah menjadi halangan di dalam

jalinan persahabatan antara Nayra dan Keynaya, kemana pun Nayra pergi, dia selalu mengajak
Key.
Pemberi support yang baik tercermin pada kalimat Key, lukisan kamu bagus banget, nanti
kamu ngadain pameran tunggal ya, biar semua orang tau bakat kamu, kata Nayra membuka
pembicaraan.
Suatu hari nanti Tuhan akan memberikan anugrahnya kepadamu, sahabat, pasti akan ada yang
mendonorkan korneanya untuk seorang anak sebaik kamu, timpal Nayra akhirnya.

Memiliki sikap tabah menerima cobaan penyakit yang diberikan Tuhan, hal itu
tercermin pada kalimat Terus terang Nayra sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya, tapi dia
berusaha menyembunyikan itu dari orang tuanya.

Memiliki sikap penyayang karena tidak ingin melihat orangtuanya bersedih, hal itu
tercermin pada kalimat Maafkan Nayra, Ma, Pa, Nayra tak bermaksud membuat Mama dan

Papa terluka seperti ini, Nayra hanya tak ingin menyusahkan kalian Nayra berkata dengan
terbata-bata.
Memiliki sifat baik hati dan tulus hal itu tercermin pada kalimat Mama, papa, maafin
Nayra sudah membuat mama dan papa jadi sedih, Nayra mohon sama mama dan papa, setelah
Nayra meninggal, tolong berikan kornea mata Nay untuk Keynaya, tapi jangan bilang itu dari
Nayra sebelum Keynaya benar-benar operasi dan bisa melihat lagi.

c. Ibu Rita (mama Nayra)


Ibu Rita memiliki watak/karakter, sebagai berikut:
Memiliki sifat penyayang dan peduli yang dicerminkan pada kalimat Gimana rasanya

sayang? Masih gak enak?? Kita ke dokter sekarang yuk!!! ujar wanita itu dengan lembutnya.
Memiliki sifat baik hati dan ikhlas yang dicerminkan pada kalimat Hati orang tua Nayra
tersayat, tapi tak ada yang bisa mereka lakukan selain memenuhi permintaan terakhir sang
anak.

d. Pak Artawan (Papa Nayra)


Pak Arwan memiliki karakter/watak sebagai berikut:

Memiliki sikap penyayang dan peduli yang dicerminkan pada kalimat Sakit apa sebenarnya
anak kita ma?? Kalau kita ajak ke dokter dia selalu menolak, papa rasa ada yang dia
sembunyikan dari kita, aku takut penyakitnya parah, dengan nada khawatir Pak Artawan
bicara dengan istrinya.
Memiliki sikap sabar dan tegar yang dicerminkan pada kalimat udah, ma, jangan nangis terus,
pengobatan Nayra akan diusahakan, kita akan mengusahakan kesembuhannya, lebih baik kita
berdoa, semoga Tuhan memberikan jalan terbaik buat keluarga kita, hibur pak Artawan.
Memiliki sifat baik hati dan ikhlas yang dicerminkan pada kalimat Hati orang tua Nayra
tersayat, tapi tak ada yang bisa mereka lakukan selain memenuhi permintaan terakhir sang
anak.

e. Dokter Gunawan
Dokter Gunawan memiliki karakter/watak sebagai berikut:
Memiliki sikap amanah dan professional karena menjaga permintaan kerahasiaan
penyakit pasiennya, hal ini tercermin pada kalimat Maafkan saya sebelumnya pak,

sebenarnya saya sudah tau penyakit yang diderita putri bapak sejak 7 bulan lalu, tapi karena
putri bapak menyuruh saya merahasiakan penyakitnya kepada bapak dan ibu, saya gak bisa
berbuat apa-apa. Putri bapak terkena leukimia, ujar dokter Gunawan lirih.
Bijaksana dengan mengatakan semuanya hal kembali kepada kehendak Tuhan yang tercermin
pada kalimat Maaf pak, kami disini sudah berusaha yang terbaik, tapi Tuhan berkehendak lain,
Nayra sudah dipanggil menghadapNya ucap dokter.

f. Ibu Rasti
Ibu Rasti memiliki karakter/watak sebagai berikut:
Penyayang dengan merahasia kabar meninggalnya Nayra agar Keynaya mau di operasi
matanya. Hal in tercermin pada kalimat seandainya kamu tahu sayang, Nayra tak mungkin

ada disamping kamu lagi, Nayra sudah tenang dialam sana, dan seandainya kamu tahu siapa
orang yang mendonorkan korneanya untuk kamu kata ibu Rasti dalam hati.
Memiliki sikap lemah lembut dengan membimbing keynaya untuk ikhlas menerima kepergian
sahabatnya. Hal ini dicerminkan pada kalimat Bangun Key, sudah, ikhlaskan saja Nayra, dia
sudah tenang di sana, dia sudah berada di pangkuan Tuhan, yang harus kamu tahu, Nayra tak
pernah ingin kamu cengeng, kamu harus tetap semangat menjalani hidup kamu, bimbing ibu
Rasti.

4. Alur (plot)

Alur/plot dalam cerpen yang berjudul Sahabat Terbaik merupakan alur maju karena pada
cerpen ini penulis menceritakan dari awal persahabatan Keynaya dan Nayra sampai Nayra
sakit dan meninggal serta memberikan matanya untuk di donorkan kepada Keynaya,
sahabatnya.
5. Latar/setting
Latar pada cerpen terbagi menjadi 3, yaitu:
a. Latar waktu ditunjukkan pada:
Saat usia 3 tahun, kenyana dan Nayra sudah bersahabat dari kecil
Seperti sore ini, Nayra sudah nangkring di rumah Key.
Sudah 1 minggu semenjak Keynaya bisa melihat, hari ini dia memaksa ibunya agar
diperbolehkan melihat Nayra, mengujungi Nayra.

Selamat sore tante Rita sapa Keynaya dengan senyum sumringah.


b. Latar Tempat ditunjukkan pada:
Iya, sebentar, sabar dikit kenapa sich?, kamu kan tau aku gak bisa melihat, jawab seorang

gadis yang dipanggil Key dari balik pintu.


Seperti sore ini, Nayra sudah nangkring di rumah Key.
Di kamarnya yang terkesan sangat elegan, nuansa coklat mendominasi di setiap sudut ruangan,
Nayra terduduk lemas di atas ranjangnya.
Di ruang keluarga, ibu Rita, duduk sambil menemani sang suami sepulangnya dari kantor.
Kesehatan Nayra benar-benar drop, dengan panik kedua orang tua Nayra melarikan putrinya ke
rumah sakit.
Setelah pak Artawan dan ibu Rita duduk di ruangan dokter Gunawan, mereka akhirnya mulai
bicara.
Memasuki ruangan perawatan, ibu Rita berusaha menyembunyikan air matanya, dia tersenyum
penuh kepedihan di samping ranjang putrinya.
Sementara itu, di rumah Keynaya, tampak gadis cantik itu tengah duduk seorang diri di teras
rumahnya.
Sesampai di rumah Nayra mereka disambut ramah oleh keluarga Nayra yang kebetulan lagi ada
di rumah.
Ibu
Rita
kembali
ke
ruang
tamu
dengan
sepucuk
surat
di
tangan,
ini dari Nayra untuk kamu ujarnya berlinang air mata kepada Keynaya.
Lumayan jauh dari rumah Nayra, kaki Keynaya lemah, tapi dia berusaha mengikuti langkah
kaki orang tuanya dan orang tua Nayra ke sebuah makan yang begitu tertata rapi, taburan bunga
masih segar, tanah pekuburannya juga masih basah. Sebuah Nisan yang begitu cantik
dihadapan Keynaya, membuatnya semakin terluka, jelas tersurat di batu nisan berwarna putih
itu nama sahabat karibnya.

c. Latar Suasana
Latar suasana dapat tercermin pada kalimat:

Ya Tuhan, berapa lama lagi usiaku di dunia ini?? Berapa lama lagi malaikatmu akan
menjemputku untuk menghadapmu? erang hati Nayra. Di vonis menderita leukimia sejak 7
bulan lalu dan tidak akan berumur lama lagi sungguh menyakitkan bagi Nayra, usianya yang
baru 18 tahun, dengan segudang cita-cita yang dia inginkan, sudah pasti tak satupun akan
terwujud.
Setelah berbicara lama dengan dokter, air mata tak pernah berhenti mengalir di pipi Rita. Dia
begitu terpukul mendengar putrinya menderita penyakit itu.
Dokter Gunawan menangani Nayra lumayan lama, hingga akhirnya dokter Gunawan keluar,
muka beliau kelihatan sangat sedih. Maaf pak, kami disini sudah berusaha yang terbaik, tapi
Tuhan berkehendak lain, Nayra sudah dipanggil menghadapNya ucap dokter.
Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaakkk, teriak ibu Rita isteris, Nayra tidak mungkin meninggal, Nayra
masih hidup, seluruh pengunjung rumah sakit menoleh ke arah mereka.

Selain sepucuk surat itu, ada lagi sebuah surat pernyataan pendonoran kornea mata yang telah
lengkap dengan tanda tangan Nayra. Hati orang tua Nayra tersayat, tapi tak ada yang bisa mereka
lakukan selain memenuhi permintaan terakhir sang anak.
Dengan tangan gemetar Keynaya membuka amplop berwarna pink yang cantik itu, ada pita pink
juga di sudut amplopnya.
Berjongkok Keynaya membelai nisan itu, gerimis turun membasahi nisan, semakin lama
semakin deras, sederas airmata yang jatuh di pipi Keynaya,

6. Sudut Pandang Pengarang


Sudut pandang pengarang pada cerpen yang berjudul Sahabat Terbaik adalah sebgai orang ketiga
serba tahu karena pengarang tidak berada dalam cerita tetapi dia mengetahui dengan jelas apa yang
terjadi pada cerita tersebut.
7. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan oleh penulis adalah Persahabatan bukan hanya sekedar kata, yang
ditulis pada sehelai kertas tak bermakna, tapi persahabatan merupakan sebuah ikatan suci, yang
ditoreh diatas dua hati, ditulis dengan tinta kasih sayang, dan suatu saat akan dihapus dengan tetesan
darah dan mungkin nyawa.

Anda mungkin juga menyukai