Anda di halaman 1dari 15

PRE PLANNING

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG


PERILAU CENDERUNG BERESIKO MINUM OBAT-OBATAN TANPA
RESEP DOKTER

I.

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan pembuluh darah
sistolik 140 mmHg dan untuk diastolik 90 mmHg. Terdapat beberapa
gejala yang sering dialami oleh penderita hipertensi, diantaranya adalah
mengeluh sakit kepala/ pusing, tengkuknya terasa berat, susah tidur dan
mengalami penurunan nafsu makan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengasuh panti mengatakan
mayoritas lansia yang berada pada panti wredha ini mengalami
hipertensi, dan sebagian dari mereka tidak minum obat hipertensi sesuai
dengan anjuran yang diberikan dokter, sehingga banyak dari lansia yang
merasa pusing dan sulit tidur saat malam hari. hasil pengkajian yang
dilakukan pada Ny. T didapatkan hasil ia sellau minum obat-obatan
warung berupa parameg, promag, enterostop dan ultraflu ketika
mengalami masalah kesehatan. Berdasarkan hasil pengkajian, penulis
akan memberikan asuhan keperawatan untuk menyelesaikan masalah
perilaku cenderung beresiko Ny. T.
B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT
Dampak yang telah dirasakan Ny. T setelah minum obat- obatan warung.
C. MASALAH KEPERAWATAN
Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188) berhubungan dengan
kurang dukungan sosial

II.

RENCANA KEPERAWATAN
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
B. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b/d kurang dukungan sosial
C. TUJUAN UMUM

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit, Ny. T mampu


mengetahui jika obat warung tidak akan mampu menyembuhkan
hipertensinya.
D. TUJUAN KHUSUS
1. Ny. T mampu mengetahui akibat tidak minum obat secara rutin
2. Ny. T mampu mengetahui akibat dari minum obat warung dosis yang
tinggi dan jangka waktu yang lama
3. Ny. T mengetahui jenis terapi (farmakologi dan non farmakologi)
untuk menurunkan tekanan darah
III.

RANCANGAN KEGIATAN
A. TOPIK
Terapi farmakologi dan non farmakologi untuk menurunkan tekanan
darah
B. METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan untuk pendidikan kesehatan ini adalah story
telling/ bercerita.
C. SASARAN DAN TARGET
Sasaran untuk pendidikan kesehatan ini adalah Ny. T dengan masalah
ketidakpatuhan minum obat hipertensi

D. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Menyiapkan instrumen yang dibutuhkan selama proses pendidikan
kesehatan
2. Menyiapkan klien
3. Melakukan BHSP
4. Menyiapkan lingkungan dan tempat klien agar nyaman dalam proses
pendidikan kesehatan
5. Menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan
6. Kontrak waktu
E. MEDIA DAN ALAT BANTU
Pendidikan kesehatan ini tidak menggunakan media apapun.
F. SETTING TEMPAT
Ny. T dan perawat saling berhadapan

Berhadapan

Klien

Perawat

G. SUSUNAN ACARA
Waktu
Pembukaa
n 5 menit

Isi
20 menit

KEGIATAN
Penyuluhan

Fase
Orientasi :
- Salam
- Perkenalan
- Menjelaskan

tujuan

kesehatan
- Kontrak waktu
Fase kerja :
- Melakukan apersepsi

hipertensi

dan

hipertensi

secara

pendidikan -

Sasaran

Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan penkes
Menawarkan kontrak waktu

Menjawab salam
Memperhatikan
Memperhatikan
Menyepakati kontrak

Media

Metode

Ceramah

waktu yang dibuat


mengenai -

Mengajukan pertanyaan

Menjawab pertanyaan

Tanya

penatalaksanaan

jawab

farmakologi

maupun non farmakologi.


Menyampaikan
materi
ketidakpatuhan minum obat

Menyampaikan

hipertensi
Menyampaikan akibat tidak

minum obat secara rutin


Menyampaikan akibat

tentang

pengertian

dari

minum obat warung dosis yang


tinggi dan jangka waktu yang
-

lama
Menyampaikan

jenis

(farmakologi

dan

terapi
non

Memperhatikan

dan

menyimak
Memperhatikan

dan

menyimak
Memperhatikan

dan

menyimak

Ceramah

farmakologi)

untuk -

menurunkan tekanan darah


Memberikan
kesempatan

bertanya
Menagajukan

Memperhatikan

dan

Diskusi

menyimak

pertanyaan

kepada klien

Mengajukan

pertanyaan
Menjawab pertanyaan
yang diajukan

Penutup
5 menit

Fase terminasi :
- Kesimpulan

Menyampaikan

garis

besar -

dari materi
-

Evaluasi

Salam

memperhatikan

Menanyakan kembali kepada


klien

tentang

Mendengarkan,

materi yang

menyimak
Klien

dan
dapat

menyebutkan minimal

sudah dijelaskan
Mengucapkan salam

5
-

point

pendkes.
Menjawab salam

materi

Ceramah

H. PENGORGANISASIAN
1. Moderator
: Annas Anshori
2. Pemateri 1
: Nur Lela Fitriani
3. Observer
: Vika Asyharul Ulya
I.
J. KRITERIA EVALUASI
1. STRUKTUR
a. Preplanning telah disiapkan sebelumnya.
b. Kontrak waktu sudah tepat dan mempertimbangkan kondisi klien.
c. Materi sudah dipersiapkan dengan matang.
d. Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan adalah tempat tidur
klien yang bersampingan dengan tempat tidur teman-temannya,
sehingga kurang kondusif karena terpengaruh suara dari
kelompok-kelompok disampingnya dalam satu ruangan.
e. Materi penkes sesuai dengan kondisi klien.
f. Pemberi penkes sudah menguasai semua materi yang akan
disampaikan.
g. Pemberi penkes harus berpenampilan yang menarik, rapi, dan
sopan.
K.
2. PROSES
a. Penkes sudah sesuai dengan sasaran.
b. Kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditentukan.
c. Observer
menempatkan
disamping
klien
sehingga
memungkinkan untuk dapat mengawasi jalannya pendidikan
kesehatan.
d. Klien dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai
selesainya pendidikan kesehatan.
e. Klien tampak kurang antusias terhadap jalannya pendidikan
kesehatan karena ia merasa pusing ditengah keberjalanan
Pendkes.
f. Diakhir kegiatan sudah dievaluasi jalannya kegiatan dan
dilakukan kontrak yang akan datang.
L.
3. HASIL
a. Kegiatan sudah dilaksanakan sesuai jadwal.
b. Klien kurang mampu memahami isi atau materi penkes karena
faktor usia dan kepercayaan yang terlanjur salah sejak kecil
tentang obat hipertensi.

c. Klien kurang mampu menjelaskan kembali inti atau kesimpulan


pendidikan kesehatan yang sudah dilakukan.
d. Klien dapat memberikan pendapat seputar permasalahan yang
dibahas di penkes.
M.
N. MATERI
1. Definisi hipertensi
O.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan
dimana tekanan dalam pembuluh darah untuk sistolik 140 mmHg
dan untuk diastolik 90 mmHg dan jika pasien mengkonsumsi obat
antihipertensi. (Digiulio et al, 2007). Jenis hipertensi berdasarkan
tinggi rendahnya tekanan sistolik dan diastolik, adalah :
P.
Q.
No
U.
1
Y.
2
AC.
3
AG.
AI.

R.

Kategori

S.
Sistol
ik (mmHg)

V.

Optimal

W.

< 120

Z.

Normal

120-

AD.

High Normal

AA.
129
AE.
139

AH.
AJ.

Hipertensi
Grade 1 (ringan)

AK.
159
Grade 2 (sedang)
AO.
179
Grade 3 (berat)
AS.
209
Grade 4 (sangat AW.

140-

AM. AN.
AQ.

AR.

AU.

AV.
berat)

130-

160180>210

T.

Dia
stolik
(mmHg)
X.
<80
AB.
84
AF.
89

80-

AL.
99
AP.
-109
AT.
-119
AX.
0

90-

85-

100
100
>12

AY.
AZ.
BA.
BB.
BC.
BD.
BE.
2. AKIBAT TIDAK MINUM OBAT HIPERTENSI SECARA TERATUR

BF.

Obat hipertensi adalah obat yang dapat membantu

menurunkan tekanan darah. Obat hipertensi ada berbagai macam, di


antaranya ACE inhibitor, penyekat kanal kalsium, diuretik tiazid,
penyekat beta, dan penyekat reseptor angiotensin. dari beberapa obat
yang telah disebutkan, sangat tidak dianjurkan untuk menghentikan obatobat ini tanpa anjuran dari dokter.
BG. Menurut dr. Nani Hersunarti, Sp.JP(K), dari Departemen
Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI/RS Jantung dan Pembuluh
Darah Harapan Kita Jakarta. Klien yang merasa sudah sembuh setelah
minum obat hipertensi harus selalu diingatkan dan dikontrol, karena
penurunan tekanan darah yang terjadi adalah efek dari obat, sehingga
harus tetap dijaga agar tidak menimbulkan komplikasi.
BH. Studi menunjukkan, seseorang yang berhenti minum obat
dalam dua hari, maka tekanan darah tiba-tiba akan naik lagi dan denyut
jantung menjadi tidak teratur. Akibatnya, komplikasi hipertensi dapat
bermunculan, mulai dari serangan jantung, gangguan ginjal, hingga
stroke
BI.
3. AKIBAT MINUM OBAT WARUNG DALAM JANGKA WAKTU
YANG LAMA
a. PARAMEX
BJ.
Efek Samping : Penggunaan Paramex dalam dosis besar
dan jangka waktu lama dapat mengakibatkan kerusakan hati.
Peringatan Dan Perhatian
- Jangan melebihi dosis paramex yang dianjurkan
- Penggunaan paramex pada penderita porphyria (porfiria) akut
-

karena dapat menimbulkan porphyrinogenic


Paramex dapat menyebabkan kantuk.
Penggunaan paramex pada penderita yang mengkonsumsi
alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan/gangguan fungsi

hati.
b. OSKADON
BK.
Kontraindikasi
- Penderita dengan riwayat hipersensitif/alergi terhadap
paracetamol, ibuprofen dan obat antiinflamasi nonsteroid
lainnya.

Penderita dengan ulkus peptikum (tukak lambung dan usus 12


jari) yang berat dan aktif, gangguan fungsi hati.
- Penderita dimana bila menggunakan acetosal atau obat-obat
antiinflamasi non steroid lainnya akan timbul gejala asma,
rhinitis atau urtikaria.
- Wanita hamil 3 bulan terakhir.
BL.
Efek samping
- Mual, muntah, nyeri lambung, atau rasa panas di ulu hati, diare,
konstipasi, dan perdarahan lambung.
- Resiko ruam kulit,
pusing,
penyempitan bronkus,
trombositopenia, limfopenia, gangguan hati dan ginjal.
- Penggunaan Oskadon dosis besar dan jangka panjang dapat
menyebabkan kerusakan hati.
c. PROMAG
BM.
Efek Samping
- Sembelit
- Mual
- Muntah
BN.
Peringatan dan perhatian
- Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, pemberian
antasida yang mengandung magnesiun dapat mengakibatkan
hipermagnesimia
- Pemakaian dalam jangka waktu yang lama akan mengurangi
kadar fosfor dalam darah
BO.
4. TERAPI FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI UNTUK
HIPERTENSI
a. TERAPI FARMAKOLOGI
BP. Terapi farmakologis yaitu terapi dengan menggunakan obat-obatan
yang dapat menurunkan dan menstabilkan tekanan darah, serta
menurunkan resiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi.
BQ. Menurut The Joint National Committee on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure (JNC) VII,
penatalaksaan hipertensi secara farmakologis di bagi menjadi dua yaitu :
- First line : diuretic, penyekat reseptor beta adrenergic (-blocker),
Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor, penghambat
reseptor angiotensin (ARB) dan antagonis kasium / Calsium
Channel Blocker (CCB)

Second

line

penghambat

saraf

adrenergic,

penghambat

adrenoreseptor alpha (-blocker), dan vasodilator.


BR.

Diuretik
BS.
Diuretik terdiri dari 4 subkelas yang digunakan sebagai

terapi hipertensi yaitu tiazid, loop, penahan kalium dan antagonis


aldosteron. Diuretik terutama golongan tiazid merupakan lini pertama
terapi hipertensi. Bila dilakukan terapi kombinasi, diuretik menjadi salah
satu terapi yang direkomendasikan. Mekanisme kerja dari diuretik pada
terapi hipertensi belum diketahui secara pasti, namun diduga efek
penurunan

tekanan

darah

terjadi

karena

adanya

diuresis

yang

menyebabkan volume plasma darah berkurang sehingga cardiac output


juga akan menurun. Efek samping diuretik tiazid, antara lain hipokalemia,
hipomagnesemia,

hiperkalsemia,

hiperurisemia,

hiperglikemia,hiperlipidemia, dan disfungsi seksual.


1) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
BT. ACEI merupakan terapi lini kedua untuk hipertensi setelah
diuretik. ACEI bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II, dimana angiotensin merupakan vasokonstriktor
poten yang juga merangsang sekresi aldosteron. Selain itu, ACEI juga
memblok degradasi dradikinin dan merangsang sintesa zat yang
menyebabkan vasodilatasi, termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin.
Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan tekanan darah
dan berperan terhadap efek samping terjadinya batuk kering yang
sering terjadi pada penggunaan ACEI. ACEI menurunkan morbiditas
dan mortalitas pada pasien gagal jantung dan mencegah perparahan
penyakit ginjal kronik, sehingga menjadi terapi lini pertama pada
kondisi ini. Penyesuaian dosis diperlukan pada pemberian untuk pasien
dengan gangguan ginjal parah karena ACEI diekskresi melalui urin.
Kontra indikasi bagi wanita hamil dan pasien dengan riwayat
angioedema.
2) Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)/Antagonis Angiotensin II

BU. Angiotensin II dihasilkan melalui 2 jalur enzimatis, yaitu


RAAS yang melibatkan ACE, dan jalur lainnya dengan menggunakan
enzim lain seperti kimase. ACEI hanya menghambat efek angiotensin
yang dihasilkan melalui RAAS. Sedangkan ARB menghambat
angiotensin II yang dihasilkan dari semua jalur. Oleh sebab itumaka
ACEI hanya menghambat sebagian efek yang dihasilkan oleh
angiotensin II. ARB menghambat secara langsung reseptor angiotensin
II tipe 1 (AT1) yang memediasi efek angiotensin II yang dapat
menyebabkan terjadinya vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi
simpatik, pelepasan hormone antidiuretik, dan kontriksi arteriol aferen
glomerolus.ARB tidak menimbulkan efek samping batuk kering
karena kerjanya tidak mempengaruhi bradikinin, demikian pula dengan
angioedema.
3) Beta Blocker (BB)
BV. Pada dasarnya semua obat dalam kelas beta bloker
memiliki efek menurunkan tekanan darah, namun adanya perbedaan
farmakodinamik membedakan satu dengan lainnya. Efek yang
membedakan

adalah

efek

kardioselektif,

ISA

(intrinsic

sympathomimetic activity), dan menstabilkan membran. Beta blocker


kardioselektif lebih aman daripada beta blocker non selektif pemberian
pada pasien asma, PPOK, penyakit arteri perifer, dan diabetes. Pada
dosis tinggi beta blocker kardioselektif akan kehilangan sifat
selektifnya. Beta blocker yang memiliki aktivitas simpatomimetik
intrinsic dapat meningkatkan risiko pasca infark miokard atau pasien
dengan resiko kardiovaskular yang cukup tinggi.
4) Calcium Channel Blocker (CCB)
BW. CCB mempunyai indikasi khusus untuk pasien yang
beresiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular dan diabetes. CCB
dihidropiridin (amlodipin dan nifedipin) sangat efektif pada pasien
lansia dengan hipertensi sistolik terisolasi. CCB bekerja dengan
menghambat influx kalsium sepanjang membran sel.

5) Vasodilator
BX. Bekerja langsung pada otor pembuluh darah dengan
menimbulkan relaksasi

otot,

sehingga pembuluh

darah tidak

menyempit dan tekanan darah berkurang.


BY.
b. TERAPI NON FARMAKOLOGI
1) Mengurangi berat badan untuk individu yang obesitas atau kegemukan
BZ.
Penderita hipertensi yang memiliki berat badan berlebih
akan mengalami penurunan tekanan darah saat penurunan berat
badannya mencapai 4,5 kg dan penurunan tekanan darah terbesar saat
penurunan berat badannya mencapai 12 kg. Hasil penelitian
menjelaskan bahwa penderita hipertensi yang melakukan penurunan
berat badan tidak memerlukan pengobatan hipertensi hingga 4-6
bulan. Pasien hipertensi disarankan untuk menurunkan berat badan
dengan cara diet rendah energi dan melakukan latihan selama 30-45
menit sebanyak 4-6 kali seminggu.
2) Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension)
CA.
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang
kaya dengan buah, sayur dan produk susu rendah lemak dengan kadar
total

lemak

dan

lemak

jenuh

berkurang.

Natrium

yang

direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari


3) Diet rendah sodium
CB.
Hasil penelitian epidemiologi dengan rancangan control
acak menjelaskan bahwa individu yang berusia >45 tahun dengan
konsumsi makanan rendah natrium akan mengalami penurunan
tekanan darah sebanyak 2,2-6,3 mmHg. Asupan natrium pada pasien
hipertensi tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan tekanan
darah pasien menjadi tinggi. Hal ini disebabkan karena asupan
natrium yang berlebihan dapat menyebabkan tubuh merentensi cairan
sehingga volume darah menjadi meningkat.
4) Aktivitas fisik
CC.
Pasien hipertensi dapat melakukan olahraga aerobic secara
teratur selama 30 menit/hari yang dilakukan beberapa hari dalam
minggu. Studi menunjukkan kalau olahraga aerobik seperti jogging,

berenang, jalan kaki dan bersepeda dapat menurunkan tekanan darah.


Namun pasien harus konsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk
menentukan jenis olahraga mana yang terbaik terutama untuk pasien
dengan kerusakan organ target.
5) Berhenti merokok
CD.
Menghisap rokok berarti menghisap nikotin dan karbon
monoksida. Nikotin akan masuk ke dalam aliran darah dan segera
mencapai otak. Otak akan memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal
untuk melepaskan hormone adrenalin. Hormon adrenalin akan
menyempitkan pembuluh darah sehingga terjadi tekanan yang lebih
tinggi. Gas karbonmonoksida dapat menyebabkan pembuluh darah
tegang dan kondisi kejang otot sehingga tekanan darah pun naik.
Dengan merokok 2 batang saja, tekanan darah sistolik dan diastolic
akan meningkat sebesar 10 mmHg. Peningkatan tekanan darah akan
menetap hingga 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Saat efek
nikotin perlahan menghilang, tekanan darah pun akan menurun
perlahan. Namun pada perokok berat, tekanan darah akan selalu
berada pada level tinggi.
6) Manajemen stress
CE.
Stress yang

berkepanjangan

dapat

menyebabkan

ketegangan dan kekhawatiran yang terus menerus. Akibatnya, tubuh


akan melepaskan hormon adrenalin kemudian memacu jantung
berdenyut lebih cepat dan lebih kuat sehingga tekanan darah akan
meningkat. Ketika stress lakukanlah cara-cara yang bisa membuat
tubuh relaks seperti melakukan latihan pernapasan, yoga, meditasi dan
latihan ringan lainnya.
CF.
CG.
CH.
CI.
CJ.
CK.
CL.
CM.
CN.
CO.

CP.
CQ.
CR.
CS.
CT.
CU.
CV.
CW.
CX.
CY.
CZ.
DA.
DB.
DC.
DD.
DE.
DF.
DG.
DH.
DI.
DJ.
DK.

DAFTAR PUSTAKA

DL.
DM.

Website dokter http://www.sehatraga.com/dilema-minum-obat-hipertensi/

diunduh pada tanggal 28 September 2015 pukul 15.50


DN.

Baradero, Mary and Wilfrid Dayrit, et al. 2008. Klien dengan


Gangguan Kardiovaskular. Jakarta : EGC

DO.

Digiulio, Mary and Donna Jackson, et al. 2007. MedicalSurgical Nursing Demystified. United States of America :

DP.

The McGraw-Hill
Gusmira, Sefni. 2012. Evaluasi Penggunaan Antihipertensi
Konvensional dan Kombinasi Konvensional-Bahan Alam
pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Wilayah Depok, 16:

2: 2012. Makara, Kesehatan. Departemen Farmasi, Fakultas


Ilmu
DQ.

Pengetahuan

Alam

dan

Matematika

Universitas

Indonesia.
Johnson, Joyce Young. 2010. Handbooks For Brunner &
Suddarths Textbook of Medical Surgical Nursing 12th

DR.

Edition. U.S : Wolters Kluwer Health


Kuswardhani, RA Tuty. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi
Pada Lanjut Usia,

DS.

7:2:2006. Bagian Penyakit Dalam FK.

Unud, RSUP Sanglah Denpasar.


Muchid, Abdul. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Hipertensi. Jakarta : Bakti Husada
DT.

Anda mungkin juga menyukai