Kelompok 8 Perikanan B
Firdaus
230110140073
230110140080
Intan Nadifah
230110140096
Lena Lutfina
230110140104
Eka Agustina P
230110140110
Dewanto Bismantoro
230110140115
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kami
masih dilimpahi kasih sayang-Nya sehingga penyusunan tugas mata kuliah
Genetika Ikan dalam kaitannya dengan Variasi Genetik Dominan dan
Hibridisasi ini dapat diselesaikan.
Melalui penyusunan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
yang mengambil mata kuliah Genetika Ikan mempunyai bahan rujukan sebagai
bahan acuan dalam perkuliahan dan pembelajaran mengenai Variasi Genetik
Dominan Dan Hibridisasi yang sangat bermanfaat dalam bidang perikanan dan
kelautan.
Dalam pengerjaan makalah ini kami selaku tim penyusun telah berusaha
sebaik mungkin, namun kami menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan,
sehingga dengan segala kerendahan hati, kami sangat terbuka untuk menerima
saran dan kritik. Kami berharap semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami selaku tim penyusun dan umumnya bagi semua
pihak yang telah membaca makalah mengenai program seleksi ini. Selain itu,
semoga makalah ini juga dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam membangun
bangsa Indonesia.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
10
14
15
20
BAB I
PENDAHULUAN
Seleksi dapat mengubah nilai rata-rata fenotip kuantitatif pada populasi,
karena seleksi mampu mengeksploitasi varian genetik aditif (VA) yang merupakan
fungi dari alel-alel. Varian genetik aditif ini merupakan ukuran superioritas alel
yang dimiliki induk ikan dan dapat diwariskan seluruhnya pada keturunannya,
oleh karena VA tidak dapat dirubah oleh peristiwa segregasi ataupun pindah silang
(crossing over) alel selama meiosis (Chapman 1985 ; Tave 1986. Proporsi jumlah
gen-gen autosomal dengan aksi gen aditif (VA) yang mengontrol varian fenotip
kuantitatif (VP) menentukan tingkat pewarisan trait (heritabilitas). Apabila nilai
heritabilitas (h2) lebih kecil dari 0,15 (15 %), pengubahan VA untuk memperbaiki
suatu trait yang menguntungkan dengan prgram seleksi akan lebih menyulitkan.
Salah satu teknik genetika yang dapat dilakukan apabila nilai V A yang
dieksploitasi kecil adalah aplikasi program hibridisasi untuk menimbulkan
kembali kombinasi baru pasangan alel yang berinteraksi. Jika dalam kombinasi
pasangan alel terdapat alel dominan yang bersifat superior, alel dominan ini dapat
diwariskan pada keturunannya (eksploitasi varian genetik dominan atau VD).
Eksploitasi VD pada program hibridisasi ini akan menghasilkan strain baru yang
memiliki efek heterosis (H) akan memperbaiki suatu trait ikan.
Pada perkembangan tahun terakhir ini, peranan bioteknologi sangat
menguntungkan upaya perbaikan genetik ikan. Salah satu yang telah diaplikasikan
pada program breeding adalah produksi stok induk hasil kegiatan sex reversal
untuk
memproduksi
populasi-populasi
monoseks
yang
memiliki
sifat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hibridisasi
Apabila dalam program seleksi, nilai koefisien variasinya kecil atau
varian genetik aditif yang dapat dieksploitasi kecil, maka tidak memungkinkan
untuk memperbaiki suatu fenotif kuantitatif dengan seleksi. Salah satu teknik
yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki produktivitas tersebut adalah
program hibridisasi (crossbreeding). Hibridisasi memperbaiki produktivitas
dengan cara mengeksploitasi varian genetik dominan (VD). Prinsip dasar
hibridisasi adalah menimbulkan kembali kombinasi-kombinasi baru pasangan
alel-alel yang berinteraksi. Bilamana dalam pasangan alel-alel yang
berinteraksi terdapat alel dominan yang besifat superior maka akan
memperbaiki produktivitas. Kombinasi persilangan induk ikan harus
diperbanyak untuk memperoleh keturunan hibrid superior.
Beberapa hasil kombinasi persilangan dalam program hibridisasi dapat
memproduksi keturunan hibrid superior yang memperbaiki produktivitas.
Sebagai contoh beberapa hibrid Channel catfish memberikan peningkatan
pertumbuhan sebesar 10-18% dibanding dengan populasi tanpa hibridisasi
(Dunham dan Smitherman, 1985; Chappel, 1979). Hibridisasi akan lebih
memberikan pengaruh perbaikan dan nilai tambah genetik, apabila dilakukan
dalam famili, atau lebih menguntungkan lagi dilakukan antar strain yang hidup
pada lokasi yang berbeda. Kenyataan tersebut terbukti dari keturunan hasil
persilangan strain-strain hibrid pada Cyprinus carpio yang hidup pada daerah
yang berbeda menunjukkan kecepatan pertumbuhan lebih baik (peningkatan
berat tubuh sebesar 29%) dibandingkan hasil persilangan secara normal
(Komen et al., 1993).
Superioritas keturunan hibrid dapat diukur sebagai nilai heterosis (hybrid
vigour) yang dapat mengevaluasi prosentase peningkatan pertumbuhan relatif
keturunan hibrid tersebut. Efek heterosis (H) dapat ditampakkan pada
persilangan crossbreeding antara channel catfish (berat rata-rata 460 g) dan
blue catfish (berat rata-rata 440 g), memberikan nilai heterosis sebesar 18%
pada berat rata-rata hibrid (Chappel, 1979; Tave 1986).
(AU-K)
(AU-MK-1)
(AU-MK-1 x AU-MK-1)
F2 :
AU-MK-2
SELEKSI
AU-MK-2
F3 :
x AU-MK-2
AU-MK-3
pertumbuhan yang lebih cepat, memiliki tingkat bertelur lebih besar sama
seperti umur 3 tahun, dan menghasilkan lebih banyak bibit ikan betina/kg
daripada jenis ikan lele sungai lain.
Satu hal bahwa hibridisasi umumnya tidak menghasilkan induk yang
baik. Induk yang baik bukan dari menghasilkan telur/kg betina, tapi dari
kemampuan persilangan untuk menghasilkan keturunan diatas rata-rata.
Persilangan F1 tidak menghasilkan keturunan diatas rata-rata, karena
keunggulan mereka disebabkan oleh VD, dan itu terganggu selama proses
gametogenesis. Karena keunggulan persilangan dihasilkan oleh interaksi,
ketika perkawinan silang menghasilkan keturunan, keturunan mereka
menunjukan besarnya efek interaksi. Meskipun persilangan dapat digunakan
untuk membuat keturunan baru dan sehingga menimbulkan sifat mendalam
dari VA yang bisa dimanfatkan oleh seleksi, hibridisasi biasanya digunakan
untuk menghasilkan hewan dan tanaman unggul untuk tumbuh. Seleksi
digunakan untuk memproduksi bibit unggul.
Hibridisasi telah digunakan untuk meningkatkan produktivitas budidaya
ikan lele sebagai metode sementara sampai seleksi dapat digunakan untuk
menciptakan jenis ikan lele sungai yang lebih baik. Plumb et al. (1975)
menunjukan bahwa hibridisasi meningkatkan resistansi terhadap virus
penyakit pada ikan lele sungai (1966). Giudice (1966), Yant et al. (1976), dan
Chappell (1979) menemukan bahwa beberapa hibrid meningkatkan hasil
sebanyak 10-18%. Chappell (1979) juga menemukan bahwa persilangan
meningkatkan seinability dan daur makanan. Beberapa data dari Chappell
(1979) ditunjukan di tabel 4.6. Horn (1981) dan Dunham et al. (1983)
menemukan bahwa hibridisasi meningkatkan produksi telur.
Hibridisasi dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas. Ekspolitasi dari VD merupakan bentuk bebas dari VA, sehingga
hibridisasi dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas saat h2 banyak
ataupun sedikit. Ketika h2 sedikit, hibridisasi sering menjadi salah satu cara
mudah untuk meningkatkan produktivitas, karena seleksi yang tidak terlalu
efisien. Hibridisasi dapat digabungkan ke dalam program seleksi sebagai
persilangan akhir untuk menghasilkan keturunan secara maksimal. Dalam hal
ini harus dipilih ikan dalam dua garis yang terlihat memungkinkan
menghasilkan hibrida yang baik; setelah program seleksi lalu menghibridisasi
garis yang dipilih. Manfaat ketiga dari persilangan adalah untuk
menghasilkan jenis baru atau bibit baru. Penggunan keempat adalah untuk
menghasilkan produk yang seragam. Hibridisasi adalah metode yang paling
efisien untuk menghasilkan keturunan yang seragam. Pemanfaatan kelima
adalah untuk menghasilkan populasi yang monosex.
AU M K (F1)
AU M K (F2)
Selection
AU M K (F3)
Gambar 4.13 Silsilah jenis AU-MK-3 dari ikan lele sungai yang dihasilkan
dari hibridisasi jenis marion dan kansas
XY Sistem
WZ system
(XX Betina)
(ZZ jantan)
______________________
T. nilotica
T. hornorum
T. mossambicaT. aurea
T. nilotica
T. hornorum
(XX)
(ZZ)
gamet
gamet
offspring
semua XZ
semua jantan
Jumlah
Berat
Jumlah
Berat
9.07
9.23
2.67
1.53
32.82
28.65
22.67
17.32
Channel Blue
29.54
37.44
57.33
63.85
Blue Channel
28.57
24.68
17.33
17.30
Total
100.00
100.00
100.00
100.00
Spesies indukan
41.89
37.88
25.34
18.85
Hibrida
58.11
62.12
74.66
81.15
Total
100.00
100.00
100.00
100.00
bertelur pada bulan Maret dan yang lainnya di bulan Juni, itu akan sulit untuk
menghasilkan hibrida kecuali dapat cryopreserve gametnya. Jika salah satu
bertelur pada air yang mengalir dan yang lainnya pada air yang diam, maka
gamet tidak akan pernah bertemu. Terdapat banyak kebiasaan yang
menghalangi proses hibridisasi dan dapat membuat sangat sulit karena sering
kali susah untuk diukur. Dua spesies itu bisa saja membutuhkan photoperiod,
suhu, atau intensitas cahaya berbeda untuk melakukan pemijahan. Bahkan
meskipun kebutuhannya sama, kelompok yang berbeda tidak akan menyadari
kebiasaan musim kawin kelompok lainnya. Beberapa masalah kebiasaan
dapat diselesaikan dengan pemberian injeksi hormon. Contohnya, Tave dan
Smitherman (1982) menggunakan chorionic gonadothropin manusia untuk
meningkatkan kesuksesan pemijahan ketika menyilangkan ikan lele sungai
dan ikan lele biru. Penggunaan hormone, bagaimanapun, akan sangat mahal,
maka jika mungkin untuk menghindari penggunaannya, produksi fingerling
akan lebih murah. Hibridisasi yang dilakukan pada ikan dengan level
kebawah memiliki sedikit permasalahan dalam pencegahan kebiasaan, karena
kebiasaan reproduksi dari jenis memiliki kesamaan.
Hibridisasi yang dilakukan kepada yang dibawah tingkat spesis akan
memberikan tingkat kesusksan yang lebih besar. Banyak orang keliru berpikir
bahwa hibridisasi interspesifik menghasilkan hibrida yang baik dibandingkan
dengan hibridisasi intraspesifik. Itu salah. Kualitas hibrida itu hanyalah
masalah keberuntungan. Chappell (1979) menemukan bahwa hibrida lele
intraspesifik tertentu sudah bak seperti kerabat mereka, hibrida channel
blue . Satu kelebihan hibridisasi intraspesifik adalah fakta bahwa terdapat
permasalahan dalam menghasilkan keturunan, sesuatu yang mana sering
menjadi masalah hibridisasi intraspesifik.
Salah satu cara dalam meningkatkan produksi hibrida intraspesifik F1
yang berperan positif heterosis pada ternak ikan adalah dengan hibridisasi
pembenihan jenis dibandingkan dengan penyediaan liar. Untuk contoh,
penelitian hibridisasi dengan ikan lele sungai menunjukkan 80% dari tempat
penetasan tempat penetasan hibrida F1 yang positif heterosis, tapi hanya
30% dari tempat penetasan hibrida F1 liar yang positif heterosis (Smitheman
dan Dunham 1985).
Area terakhir yang dapat menunjukan perbedaan sukses dan gagal
dalam produksi hibrida adalah kesalahan manusia. Disadari bahwa ketika
praktikan mencoba memproduksi hibrida, mereka biasanya memilih indukan
terbaik dalam perkawinan normal untuk dapat mencapai quota produksi
fingerling dan lalu menyisihkan dalam usaha hibridisasi. Semua perlakuan ini
dapat menghancurkan program. Indukan yang digunakan dalam hibridisasi
program tidak akan bertelur dalam kondisi apapun, tapi kegagalan mereka
untuk bertelur disalahkan pada hibridisasi. Perlakuan ini dapat dimengerti
karena manajer tempat penetasan diawal harus mencapai quota fingerling
produksi yang diinginkan. Dan jika hibridisasi ikan, harus menggunakan
indukan dari ikan yang berkualitas tinggi.
Jika percobaan hibridisasi gagal maka selanjutnya harus mencoba lagi,
lagi dan lagi. Literatur akan memberikan informasi tentang persilangan yang
telah dilakukan, yang harus dilakukan adalah mencoba semua kombinasi
untuk membiakkan.
Tidak hanya itu, yang harus dilakukan juga membuat perkawinan
timbal balik. Persilangan timbal balik adalah dua kemungkinan perkawinan
antara 2 grup : betina A jantan B dan betina B x jantan A. Ini dimungkinkan
karena hibrida timbal balik jarang sama. Contohnya, hibrida lele channel
blue adalah unggul untuk timbal baliknya: persilangan lebih seragam
(Brooks, 1977), tumbuh lebih cepat, seinabel, nafsu makan tinggi, memiliki
presentase tampilan yang lebih baik, memiliki daur makanan yang baik
(Chappell, 1979), lebih mudah ditangkap dengan kait dan tali (Tave et al.
1981), lebih mudah diproduksi (Tave dan Smitherman, 1982). Jika Anda tidak
melakukan persilangan timbal balik, Anda mungkin akan melewatkan hibrida
yang lebih baik.
Gambar 4.14 Kelangsungan hidup dan fertilitas dari salmon hibrida interspesifik
diantara genera Salvelinus, Salmo, dan Oncorhynchus. Sumber : Chevassus (1979)
AB F1 hibrida
Produksi hibrida F1 merupakan lintas terminal. Anda jarang ingin
memasukkan hibridisasi menjadi garis yang berada dibawah pemilihan,
karena akan membatalkan beberapa pekerjaan Anda pada eksploitasi VA.
Pada dasarnya apa yang Anda coba lakukan adalah memanfaatkan VD. Ini
adalah program persilangan yang telah digunakan dalam kebanyakan studi
hibridisasi ikan. Jika Anda menghibridisasi dua garis yang telah menjalani
pemilihan, Anda akan memanfaatkan VA dan VD.
Topcrossing adalah variasi pada kawin silang dimana sebuah galur yang
dikawinkan dengan noninbred garis atau jenis. Davis (1976) menemukan
bahwa beberapa hasil topcrossing ikan trout pelangi, ikan trout coklat dan
brook trout tumbuh lebih cepat dari garis indukan.
Silangbalik adalah jenis lain dari hibridisasi. Hibrida F1 yang dikawinkan
kembali ke salah satu dari indukan atau garis indukan. Ini dilakukan untuk
menghasilkan hibrida dengan persentase yang lebih besar dari satu
kelompok :
A
hibrida AB F1
hibrida AB F1 A
Genom dari hibrida AB-A silangbalik adalah 75% A dan 25% B. Teknik
ini dapat digunakan untuk mentransfer alel diinginkan dari satu jenis atau
spesies
ke
yang
lainnya,
Behrends
dan
Smitherman
(1984)
%B
%C
50
AB
Hibrida AB F1
50
Hibrida AB F1 C
Hibrida ABC F2
25
25
50
Hibrida ABC F2 A
Hibrida ABC-A F3
62,5
12,5
25
Breed 1
Breed 2
Keturunan perkawinan silang
(Ditentukan dari pelaksanaan
perkawinan silang dimana indukan
memperlihatkan perkawinan silang
yang unggul)
Memperanakkan
Memperanakkan
keturunan murni
indukan yang
menghasilkan
menghasilkan
keturunan kawin
keturunan kawin
silang yang
unggul
Breed 1
Breed 2
Keturunan perkawinan silang
(Ditentukan dari pelaksanaan
perkawinan silang dimana indukan
memperlihatkan perkawinan silang
yang unggul)
Memperanakkan
Memperanakkan
keturunan murni
indukan yang
menghasilkan
menghasilkan
keturunan kawin
keturunan kawin
silang yang
unggul
Breed 1
Breed 2
Keturunan perkawinan silang
Gambar 4.15
pembiakkan ini selesai hanya untuk keturunan satu dan dua, disebut seleksi
berulang. Jika ini selesai dengan pembiakkan keduanya, disebut seleksi
berulang timbal balik.
2.6. Heterosis
Keunggulan atau kerendahan mutu dari hybrid adalah ukuran heterosis
atau hybrid vigor. Heterosis (H) dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus berikut :
F 1 Hybridsratarataindukan
( ratarata indukanratarataindukan
)
H=
(4.7)
460
440
600
462
460 g +440 g
2
462 g+ 600 g
2
g450 g
( 531450
)
g
100
H = 18 %
Catat bahwa kedua kelompok indukan dan dua hybrid timbale-balik
dibutuhkan urutan untuk menghitung heterosis. Jika semua kelompok tidak
terukur, Anda tidak dapat menghitung heterosis. Anda dapat mengatakan satu
atau kedua hybrid adalah lebih baik atau lebih buruk dari satu atau kedua
indukan, tetapi Anda tidak dapat menghitung heterosis.
Ringkasnya, hibridisasi adalah teknik pembiakan yang digunakan untuk
memanfaatkan VD. Hasil ikan yang lebih baik dengan hibridisasi adalahy
proposisi yang tepat atau gagal. Anda tidak dapatmemprediksi persilangan
mana yang akan tepat. Anda hanya dapat mencoba, dan jika Anda berhasil,
Anda dapat memanfaatkan VD dan meningkatkan produktivitas. Jika anda
tidak berhasil, Anda hanya harus mencoba lagi.
BAB III
KESIMPULAN
Program hibridisasi (crossbreeding) adalah apabila dalam program seleksi,
nilai koefisien variasinya kecil atau varian genetik aditif yang dapat dieksploitasi
kecil, maka tidak memungkinkan untuk memperbaiki suatu fenotif kuantitatif
dengan seleksi. Salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki
produktivitas.
Eksploitasi varian genetik dominan tidak tergantung pada varian genetik
aditif, sehingga hibridisasi dapat digunakan untuk memperbaiki produktivitas
apakah nilai heritabilitasnya kecil atau besar. Ketika nilai heritabilitas kecil,
hibridisasi sering digunakan sabagai salah satu cara praktis untuk memperbaiki
produktivitas karena seleksi tidak efisien. Hibridisasi dapat diikutkan dalam
program seleksi sebagai tahap persilangan akhir untuk menimbulkan peningkatan
ekspresi pertumbuhan ikan.
Hasil dari hibridisasi tidak dapat diprediksi, penemuan persilangan yang
akan menghasilkan keturunan yang unggul sesungguhnya hanya kebetulan.
Perkawinan hibrida tertentu dapat dihilangkan sebelum memulai program dan
harus memerhatikan pohon filogenetik. Tingkat kesuksesan persilangan terlihat
dari jarak kekerabatan spesies. Jika spesies yang digunakan sangat jauh tingkat
kekerabatannya seperti berada pada famili atau ordo yang berbeda kesempatannya
sedikit untuk berhasil.
Heterosis dalam genetika adalah efek perubahan pada penampilan
keturunan persilangan,(blaster) yang secara konsisten berbeda dari penampilan
kedua tetuanya. Heterosis bukan mengacu pada penggabungan dua sifat baik dari
kedua tetua kepada keturunan hasil persilangan, melainkan pada penyimpangan
dari penampilan yang di harapkan dari penggabungan dua sifat yang dibawa
kedua tetuanya.
DAFTAR PUSTAKA
Tave, Douglas, 1986. Genetics for Fish Hatchery Managers, ACI Publishing
Company, Inc. West Port. Conecticut.
Dwi Buwono Ibnu dkk. 2015 Petunjuk Praktikum Genetika dan Pemuliaan Ikan,
Jatinangor Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Padjdjaran
Aryulina, Dina dkk. 2006. Biologi 3. Esis. Jakarta