Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH GENETIKA

Dominance Genetic Variance and Hibridization


(Variasi Genetik Dominan dan Hibridisasi)

Kelompok 8 Perikanan B

Firdaus

230110140073

Neng Rima Nuraini

230110140080

Intan Nadifah

230110140096

Lena Lutfina

230110140104

Eka Agustina P

230110140110

Dewanto Bismantoro

230110140115

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kami
masih dilimpahi kasih sayang-Nya sehingga penyusunan tugas mata kuliah
Genetika Ikan dalam kaitannya dengan Variasi Genetik Dominan dan
Hibridisasi ini dapat diselesaikan.
Melalui penyusunan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
yang mengambil mata kuliah Genetika Ikan mempunyai bahan rujukan sebagai
bahan acuan dalam perkuliahan dan pembelajaran mengenai Variasi Genetik
Dominan Dan Hibridisasi yang sangat bermanfaat dalam bidang perikanan dan
kelautan.
Dalam pengerjaan makalah ini kami selaku tim penyusun telah berusaha
sebaik mungkin, namun kami menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan,
sehingga dengan segala kerendahan hati, kami sangat terbuka untuk menerima
saran dan kritik. Kami berharap semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami selaku tim penyusun dan umumnya bagi semua
pihak yang telah membaca makalah mengenai program seleksi ini. Selain itu,
semoga makalah ini juga dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam membangun
bangsa Indonesia.

Jatinangor 11 Oktober 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hibridisasi

2.2. Kegunaan Hibridisasi

2.3. Program Perencanaan Persilangan

10

2.4. Jenis Program Persilangan

14

2.5. Seleksi Berulang

15

BAB III KESIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA

20

BAB I
PENDAHULUAN
Seleksi dapat mengubah nilai rata-rata fenotip kuantitatif pada populasi,
karena seleksi mampu mengeksploitasi varian genetik aditif (VA) yang merupakan
fungi dari alel-alel. Varian genetik aditif ini merupakan ukuran superioritas alel
yang dimiliki induk ikan dan dapat diwariskan seluruhnya pada keturunannya,
oleh karena VA tidak dapat dirubah oleh peristiwa segregasi ataupun pindah silang
(crossing over) alel selama meiosis (Chapman 1985 ; Tave 1986. Proporsi jumlah
gen-gen autosomal dengan aksi gen aditif (VA) yang mengontrol varian fenotip
kuantitatif (VP) menentukan tingkat pewarisan trait (heritabilitas). Apabila nilai
heritabilitas (h2) lebih kecil dari 0,15 (15 %), pengubahan VA untuk memperbaiki
suatu trait yang menguntungkan dengan prgram seleksi akan lebih menyulitkan.
Salah satu teknik genetika yang dapat dilakukan apabila nilai V A yang
dieksploitasi kecil adalah aplikasi program hibridisasi untuk menimbulkan
kembali kombinasi baru pasangan alel yang berinteraksi. Jika dalam kombinasi
pasangan alel terdapat alel dominan yang bersifat superior, alel dominan ini dapat
diwariskan pada keturunannya (eksploitasi varian genetik dominan atau VD).
Eksploitasi VD pada program hibridisasi ini akan menghasilkan strain baru yang
memiliki efek heterosis (H) akan memperbaiki suatu trait ikan.
Pada perkembangan tahun terakhir ini, peranan bioteknologi sangat
menguntungkan upaya perbaikan genetik ikan. Salah satu yang telah diaplikasikan
pada program breeding adalah produksi stok induk hasil kegiatan sex reversal
untuk

memproduksi

populasi-populasi

monoseks

yang

memiliki

sifat

pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan parentnya. Ikan Tilapia jantan merupakan


jenis ikan yang diinginkan dalam budidaya dari pada ikan betinanya karena
pertumbuhannya dua kali lipat dibanding ikan betina. Produksi stok induk hasil
kegiatan sex reversal umumnya dilakukan dengan cara pemberian hormon seks
(estrogen atau androgen) melalui makanannya untuk mencegah terjadinya
differensiasi kelamin pada tahap burayak (fry). Efektivitas penggunaan hormon
seks tergantung pada sistem penentu kelamin pada spesies ikan tersebut dan
apakah yang diharapkan semuanya berjenis kelamin jantan atau betina.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hibridisasi
Apabila dalam program seleksi, nilai koefisien variasinya kecil atau
varian genetik aditif yang dapat dieksploitasi kecil, maka tidak memungkinkan
untuk memperbaiki suatu fenotif kuantitatif dengan seleksi. Salah satu teknik
yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki produktivitas tersebut adalah
program hibridisasi (crossbreeding). Hibridisasi memperbaiki produktivitas
dengan cara mengeksploitasi varian genetik dominan (VD). Prinsip dasar
hibridisasi adalah menimbulkan kembali kombinasi-kombinasi baru pasangan
alel-alel yang berinteraksi. Bilamana dalam pasangan alel-alel yang
berinteraksi terdapat alel dominan yang besifat superior maka akan
memperbaiki produktivitas. Kombinasi persilangan induk ikan harus
diperbanyak untuk memperoleh keturunan hibrid superior.
Beberapa hasil kombinasi persilangan dalam program hibridisasi dapat
memproduksi keturunan hibrid superior yang memperbaiki produktivitas.
Sebagai contoh beberapa hibrid Channel catfish memberikan peningkatan
pertumbuhan sebesar 10-18% dibanding dengan populasi tanpa hibridisasi
(Dunham dan Smitherman, 1985; Chappel, 1979). Hibridisasi akan lebih
memberikan pengaruh perbaikan dan nilai tambah genetik, apabila dilakukan
dalam famili, atau lebih menguntungkan lagi dilakukan antar strain yang hidup
pada lokasi yang berbeda. Kenyataan tersebut terbukti dari keturunan hasil
persilangan strain-strain hibrid pada Cyprinus carpio yang hidup pada daerah
yang berbeda menunjukkan kecepatan pertumbuhan lebih baik (peningkatan
berat tubuh sebesar 29%) dibandingkan hasil persilangan secara normal
(Komen et al., 1993).
Superioritas keturunan hibrid dapat diukur sebagai nilai heterosis (hybrid
vigour) yang dapat mengevaluasi prosentase peningkatan pertumbuhan relatif
keturunan hibrid tersebut. Efek heterosis (H) dapat ditampakkan pada
persilangan crossbreeding antara channel catfish (berat rata-rata 460 g) dan
blue catfish (berat rata-rata 440 g), memberikan nilai heterosis sebesar 18%
pada berat rata-rata hibrid (Chappel, 1979; Tave 1986).

2.2. Kegunaan Hibridisasi


Eksploitasi varian genetik dominan tidak tergantung pada varian genetik
aditif, sehingga hibridisasi dapat digunakan untuk memperbaiki produktivitas
apakah nilai heritabilitasnya kecil atau besar. Ketika nilai heritabilitas kecil,
hibridisasi sering digunakan sabagai salah satu cara praktis untuk
memperbaiki produktivitas karena seleksi tidak efisien. Hibridisasi dapat
diikutkan dalam program seleksi sebagai tahap persilangan akhir untuk
menimbulkan peningkatan ekspresi pertumbuhan ikan.
Apabila dalam program seleksi telah ditentukan galur populasi kontrol
dan galur populasi terseleksi, maka pada akhir seleksi dapat dimasukkan
program hibridisasi antara galur kontrol dan terseleksi untuk mendapatkan
keturunan hibrid yang terbaik. Hibridisasi juga digunakan untuk memperoleh
strain baru yang unggul ataupun untuk menghasilkan keturunan yang
memiliki ukuran fenotif kuantitatif seragam karena metodanya yang efisien.
Penggunaan hibridisasi juga dimaksudkan untuk menghasilkan populasi ikan
yang monoseks dan digunakan untuk mempertahankan populasi yang tidak
mampu bereproduksi kembali.
Chappel (1979) melaporkan bahwa hibridisasi dapat memperbaiki
performan pertumbuhan Channel catfish, dimana beberapa hibrid ikan
tersebut memberikan peningkatan pertumbuhan sebesar 10 18 %. Lebih
lanjut Dunham dan Simtherman (1985) mengemukakan bahwa hibridisasi
memperbaiki produksi telur dan starin baru. Sebagai contoh Dunham dan
Smitherman (1985) dalam penelitiannya menghasilkan strain AU-MK-3
untuk spesies Channel catfish dari hasil hibridisasi Channel catfish strain
Marion x Kansas.
Populasi hibrid F1 strain Marion x Kansas yang disilangkan satu sama
lain menghasilkan hibrid F2 strain Marion x Kansas yang kemudian akan
disilangkan antara sesamanya untuk menghasilkan generasi hibrid ketiga (F 3
strain Marion Kansas = AU-MK-3) Generasi ketiga dari keturunan hibrid
ini memiliki suatu kecepatan pertumbuhan terbesar, rata-rata pemijahan
tercepat (sekitar 3 tahun) dan produksi benih lebih banyak dibandingkan
generasi terdahulu.

Auburn University-Marion x Auburn University-Kansas


(AU-M)
F1 :

(AU-K)
(AU-MK-1)
(AU-MK-1 x AU-MK-1)

F2 :

AU-MK-2
SELEKSI
AU-MK-2

F3 :

x AU-MK-2

AU-MK-3

Hibridisasi akan lebih memberikan pengaruh perbaikan genetik apabila


dilakukan di dalam famili. Hibridisasi antara Channel catfish x blue catfish
akan lebih menunjukkan peningkatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup
dari pada hibridisasi antara kedua spesies itu dengan white catfish yang
dikarenakan adanya perbedaan jumlah kromosom. Jumlah kromosom
Channel catfish dan blue catfish 58 kromosom, sedangkan jumlah kromosom
white catfish 48 kromosom. Tidak selamanya hibridisasi antar spesies
(interspecific) lebih baik dari pada hibridisasi antar strain (intraspecific).
Hibridisasi juga telah digunakan untuk memproduksi jenis baru dari ikan
trout pelangi, ikan trout coklat, ikan brook trout, dan ikan cutthroat trout
(Kincaid, 1981), ikan mas (Kirpichnikov, 1981) dan ikan lele sungai
(Dunham dan Smitherman, 1985). Sebagai contoh, Dunham dan Smitherman
(1985) membuat jenis ikan lele sungai AU-MK-3 dari persilangan Marion dan
Kansas. Populasi persilangan dari F1 Marion dan Kansas melahirkan
persilangan F2 Marion dan Kansas dan persilangan F2 dipilih untuk
meningkatkan berat badan. Generasi F3

(AU-MK-3) memiliki tingkat

pertumbuhan yang lebih cepat, memiliki tingkat bertelur lebih besar sama
seperti umur 3 tahun, dan menghasilkan lebih banyak bibit ikan betina/kg
daripada jenis ikan lele sungai lain.
Satu hal bahwa hibridisasi umumnya tidak menghasilkan induk yang
baik. Induk yang baik bukan dari menghasilkan telur/kg betina, tapi dari
kemampuan persilangan untuk menghasilkan keturunan diatas rata-rata.
Persilangan F1 tidak menghasilkan keturunan diatas rata-rata, karena
keunggulan mereka disebabkan oleh VD, dan itu terganggu selama proses
gametogenesis. Karena keunggulan persilangan dihasilkan oleh interaksi,
ketika perkawinan silang menghasilkan keturunan, keturunan mereka
menunjukan besarnya efek interaksi. Meskipun persilangan dapat digunakan
untuk membuat keturunan baru dan sehingga menimbulkan sifat mendalam
dari VA yang bisa dimanfatkan oleh seleksi, hibridisasi biasanya digunakan
untuk menghasilkan hewan dan tanaman unggul untuk tumbuh. Seleksi
digunakan untuk memproduksi bibit unggul.
Hibridisasi telah digunakan untuk meningkatkan produktivitas budidaya
ikan lele sebagai metode sementara sampai seleksi dapat digunakan untuk
menciptakan jenis ikan lele sungai yang lebih baik. Plumb et al. (1975)
menunjukan bahwa hibridisasi meningkatkan resistansi terhadap virus
penyakit pada ikan lele sungai (1966). Giudice (1966), Yant et al. (1976), dan
Chappell (1979) menemukan bahwa beberapa hibrid meningkatkan hasil
sebanyak 10-18%. Chappell (1979) juga menemukan bahwa persilangan
meningkatkan seinability dan daur makanan. Beberapa data dari Chappell
(1979) ditunjukan di tabel 4.6. Horn (1981) dan Dunham et al. (1983)
menemukan bahwa hibridisasi meningkatkan produksi telur.
Hibridisasi dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas. Ekspolitasi dari VD merupakan bentuk bebas dari VA, sehingga
hibridisasi dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas saat h2 banyak
ataupun sedikit. Ketika h2 sedikit, hibridisasi sering menjadi salah satu cara
mudah untuk meningkatkan produktivitas, karena seleksi yang tidak terlalu
efisien. Hibridisasi dapat digabungkan ke dalam program seleksi sebagai
persilangan akhir untuk menghasilkan keturunan secara maksimal. Dalam hal

ini harus dipilih ikan dalam dua garis yang terlihat memungkinkan
menghasilkan hibrida yang baik; setelah program seleksi lalu menghibridisasi
garis yang dipilih. Manfaat ketiga dari persilangan adalah untuk
menghasilkan jenis baru atau bibit baru. Penggunan keempat adalah untuk
menghasilkan produk yang seragam. Hibridisasi adalah metode yang paling
efisien untuk menghasilkan keturunan yang seragam. Pemanfaatan kelima
adalah untuk menghasilkan populasi yang monosex.

Marion (AU - M) Kansas (AU - K)

AU M K (F1)

AU M K (F2)

Selection

AU M K (F3)
Gambar 4.13 Silsilah jenis AU-MK-3 dari ikan lele sungai yang dihasilkan
dari hibridisasi jenis marion dan kansas

Beberapa persilangan hibrid menghasilkan populasi monosex. Populasi


monosex telah dihasilkan oleh hibridisasi interspesifik (hibridisasi dari dua
spesies) sunfishes (Childers, 1967) dan nila (Hickling, 1960; Pruginin et al.
1975; Majumdar and Mc-Adrew, 1983). Contoh yang paling terkenal dan
yang paling penting adalah yang terjadi pada nila. Hickling (1960)
menemukan bahwa keturunan yang diproduksi oleh hibridisasi dari dua
spesies menghasilkan semua jantan. (Pada waktu itu, Hickling tidak sadar
bahwa ia telah menghibrid dua spesies. Ia berpikir bahwa ia menghibrid strain
dua jenis dari spesies yang sama). Penjelasan untuk fenomena ini sangat
menarik; Beberapa spesies nila memiliki sistem seks-determinasi XY (F. Y.
Chen 1969). Kombinasi tepat seks kromosom pada indukan akan
menghasilkan keturunan semua anak jantan. kombinasi yang diproduksi oleh
hibridisasi XX betina dengan jantan ZZ.

XY Sistem

WZ system

(XX Betina)

(ZZ jantan)

______________________
T. nilotica

T. hornorum

T. mossambicaT. aurea

Sebagai contoh, hibridisasi T. milotica betina pada jantan T. hornorum akan


menghasilkan populasi monosex:

T. nilotica

T. hornorum

(XX)

(ZZ)

gamet

gamet

offspring
semua XZ
semua jantan

Sayangnya, teknik ini

tidak berhasil 100% dalam memproduksi

populasi jantan: banyak perkawinan menghasilkan beberapa betina.


Alasannya bahwa beberapa betina yang dihasilkan adalah karena pengaruh
seks autosomal atau modifikasi gen seks (Avtalion dan Hammerman, 1978;
Hammerman dan Avtalion, 1979; Majumdar dan McAndrew 1983; Shelton et
al. 1983)
Hibridisasi telah digunakan untuk meningkatkan kesuksesan
memancing dalam menempatkan-dan-mengambil situasi. Donaldson et al.
(1957) menemukan bahwa hibrida ikan cutthroat trout jauh lebih

memungkinkan ditangkap daripada jenis indukan. Tave et al. (1981)


menemukan bahwa hibrida lele channel blue jauh lebih
memungkinkan ditangkap daripada kedua indukan (Tabel 4.7).

Tabel 4.7 Kelimpahan relatif di populasi vs proporsi penangkapan dengan


kait untuk Ikan lele biru, Ikan lele sungai, dan hibrida timbale balik mereka.
Kelompok

Kelimpahan Relatif (%)

Proporsi Penangkapan (%)

Jumlah

Berat

Jumlah

Berat

Ikan lele sungai

9.07

9.23

2.67

1.53

Ikan lele sungai

32.82

28.65

22.67

17.32

Channel Blue

29.54

37.44

57.33

63.85

Blue Channel

28.57

24.68

17.33

17.30

Total

100.00

100.00

100.00

100.00

Spesies indukan

41.89

37.88

25.34

18.85

Hibrida

58.11

62.12

74.66

81.15

Total

100.00

100.00

100.00

100.00

Hibrida juga dapat digunakan untuk meningkatkan perikanan liar. Moav


et al. (1978, 1979) menguraikan program dimana jenis penetasan akan
disediakan untuk dihibridisasi dengan populasi lokal agar memproduksi
hibrida yang tumbuh lebih cepat yang bisa dipanen oleh nelayan komersial.
Splake (brook trout lake trout) dan hibrida kakap putih kakap bergaris
adalah contoh hibrida yang disediakan untuk mengganti atau menambah
simpanan alam.

2.3. Program Perencanaan Persilangan

Hasil dari hibridisasi tidak dapat diprediksi, penemuan persilangan yang


akan menghasilkan keturunan yang unggul sesungguhnya hanya kebetulan.
Perkawinan hibrida tertentu dapat dihilangkan sebelum memulai program dan
harus memerhatikan pohon filogenetik. Tingkat kesuksesan persilangan
terlihat dari jarak kekerabatan spesies. Jika spesies yang digunakan sangat
jauh tingkat kekerabatannya seperti berada pada famili atau ordo yang
berbeda kesempatannya sedikit untuk berhasil. Contohnya, sedikit tidak
masuk akal menghibridisasi ikan trout pelangi dengan ikan mas. Secara basic,
yang terbaik itu tetap pada rumpun yang sama, dan keberuntungan akan
meningkat jika tetap pada genus yang sama. Chevassus (1979) mereview
hibridisasi interspesifik diantara tiga famili dari salmonid; penemuannya
ditunjukkan menurut bagan pada tabel 4.14. data tabel 4.14 menunjukkan
bahwa hibridisasi antara genera pada salmonid tidak berhasil seperti
hibridisasi antara genus. Dengan memulai perkawinan yang logis
mendapatkan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Silang interspesifik (antara dua spesies) akan berhasil adalah kariotipeip
spesies (jumlah kromosom dan ukuran relatif dan morfologi dari kromosom).
Keberhasilan persilangan antar spesies dengan ketidaksamaan kromosom itu
jarang. Contohnya masalah yang terjadi dalam mencoba menghibridisasi ikan
dengan perbedaan jumlah kromosomadalah penelitian Chappells (1979)
dengan ikan lele sungai, ikan lele biru, dan ikan lele putih. Dia menemukan
bahwa persilangan hibrida channel blue itu kelangsungan viabel dan
tumbuh dengan baik, tapi hibrida tersebut dengan ikan lele putih sulit untuk
dihasilkan, dan yang dihasilkan banyak yang abnormal. Analisa kariotipeip
selanjutnya dari tiga spesies menunjukkan baik ikan lele biru maupun ikan
lele sungai memiliki 58 kromosom, tapi ikan lele putih hanya memiliki 48
kromosom. (LeGrande et al. 1984) Pentingnya mengetahui kariotipeip akan
membuat Chappell mampu untuk memprediksi bahwa hibridisasi antara ikan
lele putih dan baik dengan ikan lele sungai maupun ikan lele biru tidak akan
berhasil.
Potensi keberhasilan dari hibridisasi interspesifik adalah biologi dan
tingkah reproduksi dari dua spesies yang akan di silangkan. Jika salah satu

bertelur pada bulan Maret dan yang lainnya di bulan Juni, itu akan sulit untuk
menghasilkan hibrida kecuali dapat cryopreserve gametnya. Jika salah satu
bertelur pada air yang mengalir dan yang lainnya pada air yang diam, maka
gamet tidak akan pernah bertemu. Terdapat banyak kebiasaan yang
menghalangi proses hibridisasi dan dapat membuat sangat sulit karena sering
kali susah untuk diukur. Dua spesies itu bisa saja membutuhkan photoperiod,
suhu, atau intensitas cahaya berbeda untuk melakukan pemijahan. Bahkan
meskipun kebutuhannya sama, kelompok yang berbeda tidak akan menyadari
kebiasaan musim kawin kelompok lainnya. Beberapa masalah kebiasaan
dapat diselesaikan dengan pemberian injeksi hormon. Contohnya, Tave dan
Smitherman (1982) menggunakan chorionic gonadothropin manusia untuk
meningkatkan kesuksesan pemijahan ketika menyilangkan ikan lele sungai
dan ikan lele biru. Penggunaan hormone, bagaimanapun, akan sangat mahal,
maka jika mungkin untuk menghindari penggunaannya, produksi fingerling
akan lebih murah. Hibridisasi yang dilakukan pada ikan dengan level
kebawah memiliki sedikit permasalahan dalam pencegahan kebiasaan, karena
kebiasaan reproduksi dari jenis memiliki kesamaan.
Hibridisasi yang dilakukan kepada yang dibawah tingkat spesis akan
memberikan tingkat kesusksan yang lebih besar. Banyak orang keliru berpikir
bahwa hibridisasi interspesifik menghasilkan hibrida yang baik dibandingkan
dengan hibridisasi intraspesifik. Itu salah. Kualitas hibrida itu hanyalah
masalah keberuntungan. Chappell (1979) menemukan bahwa hibrida lele
intraspesifik tertentu sudah bak seperti kerabat mereka, hibrida channel
blue . Satu kelebihan hibridisasi intraspesifik adalah fakta bahwa terdapat
permasalahan dalam menghasilkan keturunan, sesuatu yang mana sering
menjadi masalah hibridisasi intraspesifik.
Salah satu cara dalam meningkatkan produksi hibrida intraspesifik F1
yang berperan positif heterosis pada ternak ikan adalah dengan hibridisasi
pembenihan jenis dibandingkan dengan penyediaan liar. Untuk contoh,
penelitian hibridisasi dengan ikan lele sungai menunjukkan 80% dari tempat
penetasan tempat penetasan hibrida F1 yang positif heterosis, tapi hanya

30% dari tempat penetasan hibrida F1 liar yang positif heterosis (Smitheman
dan Dunham 1985).
Area terakhir yang dapat menunjukan perbedaan sukses dan gagal
dalam produksi hibrida adalah kesalahan manusia. Disadari bahwa ketika
praktikan mencoba memproduksi hibrida, mereka biasanya memilih indukan
terbaik dalam perkawinan normal untuk dapat mencapai quota produksi
fingerling dan lalu menyisihkan dalam usaha hibridisasi. Semua perlakuan ini
dapat menghancurkan program. Indukan yang digunakan dalam hibridisasi
program tidak akan bertelur dalam kondisi apapun, tapi kegagalan mereka
untuk bertelur disalahkan pada hibridisasi. Perlakuan ini dapat dimengerti
karena manajer tempat penetasan diawal harus mencapai quota fingerling
produksi yang diinginkan. Dan jika hibridisasi ikan, harus menggunakan
indukan dari ikan yang berkualitas tinggi.
Jika percobaan hibridisasi gagal maka selanjutnya harus mencoba lagi,
lagi dan lagi. Literatur akan memberikan informasi tentang persilangan yang
telah dilakukan, yang harus dilakukan adalah mencoba semua kombinasi
untuk membiakkan.
Tidak hanya itu, yang harus dilakukan juga membuat perkawinan
timbal balik. Persilangan timbal balik adalah dua kemungkinan perkawinan
antara 2 grup : betina A jantan B dan betina B x jantan A. Ini dimungkinkan
karena hibrida timbal balik jarang sama. Contohnya, hibrida lele channel
blue adalah unggul untuk timbal baliknya: persilangan lebih seragam
(Brooks, 1977), tumbuh lebih cepat, seinabel, nafsu makan tinggi, memiliki
presentase tampilan yang lebih baik, memiliki daur makanan yang baik
(Chappell, 1979), lebih mudah ditangkap dengan kait dan tali (Tave et al.
1981), lebih mudah diproduksi (Tave dan Smitherman, 1982). Jika Anda tidak
melakukan persilangan timbal balik, Anda mungkin akan melewatkan hibrida
yang lebih baik.

Gambar 4.14 Kelangsungan hidup dan fertilitas dari salmon hibrida interspesifik
diantara genera Salvelinus, Salmo, dan Oncorhynchus. Sumber : Chevassus (1979)

2.4. Jenis Program Persilangan


Ada beberapa tipe dari persilangan yang paling sering dilakukan adalah
dua persilangan. Ada dua kawin silang, spesies, dan lain-lain yang
menghasilkan produk baru F1 hibrida untuk tumbuh :
A

AB F1 hibrida
Produksi hibrida F1 merupakan lintas terminal. Anda jarang ingin
memasukkan hibridisasi menjadi garis yang berada dibawah pemilihan,
karena akan membatalkan beberapa pekerjaan Anda pada eksploitasi VA.
Pada dasarnya apa yang Anda coba lakukan adalah memanfaatkan VD. Ini
adalah program persilangan yang telah digunakan dalam kebanyakan studi
hibridisasi ikan. Jika Anda menghibridisasi dua garis yang telah menjalani
pemilihan, Anda akan memanfaatkan VA dan VD.
Topcrossing adalah variasi pada kawin silang dimana sebuah galur yang
dikawinkan dengan noninbred garis atau jenis. Davis (1976) menemukan
bahwa beberapa hasil topcrossing ikan trout pelangi, ikan trout coklat dan
brook trout tumbuh lebih cepat dari garis indukan.
Silangbalik adalah jenis lain dari hibridisasi. Hibrida F1 yang dikawinkan
kembali ke salah satu dari indukan atau garis indukan. Ini dilakukan untuk
menghasilkan hibrida dengan persentase yang lebih besar dari satu
kelompok :
A

hibrida AB F1
hibrida AB F1 A

hibrida AB-A silangbalik

Genom dari hibrida AB-A silangbalik adalah 75% A dan 25% B. Teknik
ini dapat digunakan untuk mentransfer alel diinginkan dari satu jenis atau
spesies

ke

yang

lainnya,

Behrends

dan

Smitherman

(1984)

menyilangbalikkan T. aurea toleran dingin ke hibrida nila merah untuk


menghasilkan populasi ikan nila merah toleran dingin.
Tiga jenis yang digunakan untuk menghasilkan berbagai kombinasi dari
tiga kelompok yang berbeda :
%A

%B

%C

50

AB

Hibrida AB F1

50

Hibrida AB F1 C

Hibrida ABC F2

25

25

50

Hibrida ABC F2 A

Hibrida ABC-A F3

62,5

12,5

25

Ketika satu kelompok dibawa kembali (A dibawa kembali dan dikawinkan


dengan hibrida F2 dalam contoh di atas), program ini juga disebut rotasi
silang.

2.5. Seleksi Berulang


Walaupun Anda tidak dapat memilih untuk heterosis (hybrid vigor),
Anda dapat memilih untuk mengombinasi daya gabung atau untuk kombinasi

spesifik tertentu yang paling diinginkan. Jika Anda menemukan bahwa


individu-individu tertentu berhibridisasi lebih mudah daripada sisa populasi
lainnya, Anda dapat memulai program pembiakan yang disebut seleksi
berulang dalam rangka meningkatkan keberhasilan reproduksi selama
hibridisasi. Pada dasarnya, semua yang Anda lakukan adalah memilih yang
bersedia untuk bertelur, kawinkan dalam kelompok mereka sendiri (jenis,
keturunan atau spesies) dan gunakan keturunan mereka untuk menghasilkan
hibrida di generasi berikutnya. Ini seharusnya meningkatkan keberhasilan
reproduksi selama hibridisasi. Ini diulang sampai keberhasilan reproduksi
mencapai tingkat yang diinginkan. Seleksi berulang dibuat diagram secara
skematis pada gambar 4.15. Jika seleksi berulang dilakukan dengan kedua
jenis kelamin, program ini disebut seleksi berulang timbal balik.
Seleksi berulang juga dapat digunakan untuk meningkatkan hasil
hibridisasi. Misalnya, tujuan utama dalam budidaya nila adalah produksi
jantan monosex untuk mencegah reproduksi selama tumbuh. Hibridisasi di
nila sering menghasilkan 5-15% betina, yang meniadakan upaya untuk
menghasilkan populasi monosex. Nila individu yang menghasilkan hibrida
100% jantan harus ditempatkan dalam program seleksi berulang timbal balik
untuk mengeliminasi nila yang menghasilkan hibrida betina. Yang demikian
masih dalam proses (Hulata et al. 1983).

Breed 1

Breed 2
Keturunan perkawinan silang
(Ditentukan dari pelaksanaan
perkawinan silang dimana indukan
memperlihatkan perkawinan silang
yang unggul)

Memperanakkan

Memperanakkan

keturunan murni

keturunan murni dari

dari indukan yang

indukan yang

menghasilkan

menghasilkan

keturunan kawin

keturunan kawin

silang yang

silang yang unggul

unggul

Breed 1

Breed 2
Keturunan perkawinan silang
(Ditentukan dari pelaksanaan
perkawinan silang dimana indukan
memperlihatkan perkawinan silang
yang unggul)

Memperanakkan

Memperanakkan

keturunan murni

keturunan murni dari

dari indukan yang

indukan yang

menghasilkan

menghasilkan

keturunan kawin

keturunan kawin

silang yang

silang yang unggul

unggul

Breed 1

Breed 2
Keturunan perkawinan silang

Gambar 4.15

diagram skematis dari seleksi berulang. Jika program

pembiakkan ini selesai hanya untuk keturunan satu dan dua, disebut seleksi
berulang. Jika ini selesai dengan pembiakkan keduanya, disebut seleksi
berulang timbal balik.
2.6. Heterosis
Keunggulan atau kerendahan mutu dari hybrid adalah ukuran heterosis
atau hybrid vigor. Heterosis (H) dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus berikut :
F 1 Hybridsratarataindukan
( ratarata indukanratarataindukan
)

H=

(4.7)

Sebagai contoh, katakanlah seorang manajer tempat penetasan


membiakkan dan membesarkan ikan lele sungai, ikan lele biru, dan hybrid
timbale balik mereka dalam urutan untuk mengevaluasi pertumbuhan relatif
dari ikan-ikan lele ini di tempat penetasanna. Dia memanen empat kelompok
ketika mereka berumur 18 bulan dan berikut adalah catatan berat rata-rata :
Kelompok

Berat rata-rata (gr)

Ikan lele sungai

460

Ikan lele biru

440

Ikan lele sungai Ikan lele sungai

600

Ikan lele sungai Ikan lele sungai

462

Apa heterosis dalam percobaan ini?


Langkah 1. Hitung berat rata-rata dari kelompok indukan

Berat rata-rata dari kelompok indukan =

460 g +440 g
2

Berat rata-rata dari kelompok indukan = 450 g


Langkah 2. Hitung berat rata-rata dari hibrid
Berat rata-rata dari kelompok indukan =

462 g+ 600 g
2

Berat rata-rata dari kelompok indukan = 531 g


Langkah 3. Hitung heterosis menggunakan persamaan (4.7) :
H=

g450 g
( 531450
)
g

100

H = 18 %
Catat bahwa kedua kelompok indukan dan dua hybrid timbale-balik
dibutuhkan urutan untuk menghitung heterosis. Jika semua kelompok tidak
terukur, Anda tidak dapat menghitung heterosis. Anda dapat mengatakan satu
atau kedua hybrid adalah lebih baik atau lebih buruk dari satu atau kedua
indukan, tetapi Anda tidak dapat menghitung heterosis.
Ringkasnya, hibridisasi adalah teknik pembiakan yang digunakan untuk
memanfaatkan VD. Hasil ikan yang lebih baik dengan hibridisasi adalahy
proposisi yang tepat atau gagal. Anda tidak dapatmemprediksi persilangan
mana yang akan tepat. Anda hanya dapat mencoba, dan jika Anda berhasil,
Anda dapat memanfaatkan VD dan meningkatkan produktivitas. Jika anda
tidak berhasil, Anda hanya harus mencoba lagi.

BAB III

KESIMPULAN
Program hibridisasi (crossbreeding) adalah apabila dalam program seleksi,
nilai koefisien variasinya kecil atau varian genetik aditif yang dapat dieksploitasi
kecil, maka tidak memungkinkan untuk memperbaiki suatu fenotif kuantitatif
dengan seleksi. Salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki
produktivitas.
Eksploitasi varian genetik dominan tidak tergantung pada varian genetik
aditif, sehingga hibridisasi dapat digunakan untuk memperbaiki produktivitas
apakah nilai heritabilitasnya kecil atau besar. Ketika nilai heritabilitas kecil,
hibridisasi sering digunakan sabagai salah satu cara praktis untuk memperbaiki
produktivitas karena seleksi tidak efisien. Hibridisasi dapat diikutkan dalam
program seleksi sebagai tahap persilangan akhir untuk menimbulkan peningkatan
ekspresi pertumbuhan ikan.
Hasil dari hibridisasi tidak dapat diprediksi, penemuan persilangan yang
akan menghasilkan keturunan yang unggul sesungguhnya hanya kebetulan.
Perkawinan hibrida tertentu dapat dihilangkan sebelum memulai program dan
harus memerhatikan pohon filogenetik. Tingkat kesuksesan persilangan terlihat
dari jarak kekerabatan spesies. Jika spesies yang digunakan sangat jauh tingkat
kekerabatannya seperti berada pada famili atau ordo yang berbeda kesempatannya
sedikit untuk berhasil.
Heterosis dalam genetika adalah efek perubahan pada penampilan
keturunan persilangan,(blaster) yang secara konsisten berbeda dari penampilan
kedua tetuanya. Heterosis bukan mengacu pada penggabungan dua sifat baik dari
kedua tetua kepada keturunan hasil persilangan, melainkan pada penyimpangan
dari penampilan yang di harapkan dari penggabungan dua sifat yang dibawa
kedua tetuanya.

DAFTAR PUSTAKA

Tave, Douglas, 1986. Genetics for Fish Hatchery Managers, ACI Publishing
Company, Inc. West Port. Conecticut.
Dwi Buwono Ibnu dkk. 2015 Petunjuk Praktikum Genetika dan Pemuliaan Ikan,
Jatinangor Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Padjdjaran
Aryulina, Dina dkk. 2006. Biologi 3. Esis. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai