Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PEMBELAJARAN TUTORIAL KASUS

BLOK GASTROINTESTINAL SYSTEM (GIS)


HIPERTENSI

TUTORIAL A1
Nama Tutor : dr. Lasma
Nama Anggota Kelompok :

Renjana Rizkika
Ramadhina Anggita Suci Aulia
Reffi Eka Wulansari
Isman Setiawan
Kartika Maharani Dewi
Rachmat Aminullah
Fadhillahafizh Ibnu Achir
Annisa Rahma Chany
Sekar Putri Andini
Astri Dwi Hartari

(1310211049)
(1310211059)
(1310211067)
(1310211068)
(1310211133)
(1310211155)
(1310211168)
(1310211170)
(1310211175)
(1310211202)

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA


2015/2016
Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
BAB I
BASIC SCIENCE KASUS
1.
1.1.

BASIC SCIENCE HEPAR


Anatomi Hepar

Hepar atau hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan
atas rongga abdomen. Pada kondisi hidup hati berwarna merah tua
karena kaya akan persediaan darah. Beratnya 1200-1800 gram, dengan
permukaan atas terletak bersentuhan dibawah diafragma, permukaan
bawah terletak bersentuhan diatas organ-organ abdomen. Batas atas
hepar sejajar dengan ruang interkosta V kanan dan batas bawah
menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior
hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari
sistem porta hepatis.
Hepar terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh
ligamentum falciforme, diinferior oleh fissura yang dinamakan dengan
ligamentum

teres

dan

diposterior

oleh

fissura

yang

dinamakan

ligamentum venosum. Lobus kanan hepar enam kali lebih besar dari lobus
kiri dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus
caudatus dan lobus quadrates. Diantara kedua lobus terdapat porta
hepatis, jalur masuk dan keluar pembuluh darah, saraf dan duktus. Hepar
dikelilingi oleh kapsula fibrosa yang dinamakan kapsul glisson dan
dibungkus peritoneum pada sebagian besar keseluruhan permukaannnya.
Hepar disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu : vena porta hepatika
yang berasal dari lambung dan usus yang kaya akan nutrien seperti asam
amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air dan mineral dan arteri
hepatika, cabang dari arteri koliaka yang kaya akan oksigen. Pembuluh
darah tersebut masuk hati melalui porta hepatis yang kemudian dalam
porta tersebut vena porta dan arteri hepatika bercabang menjadi dua yakni
ke lobus kiri dan ke lobus kanan. Darah dari cabang-cabang arteri
hepatika dan vena porta mengalir dari perifer lobulus ke dalam ruang
kapiler yang melebar yang disebut sinusoid. Sinusoid ini terdapat diantara
barisan sel-sel hepar ke vena sentral. Vena sentral dari semua lobulus hati
menyatu untuk membentuk vena hepatika.
Selain cabang-cabang vena porta dan arteri hepatika yang mengelilingi
bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang membentuk
kapiler empedu yang dinamakan kanalikuli empedu yang berjalan diantara
lembaran sel hati.

Plexus (saraf) hepaticus mengandung serabut dari ganglia simpatis


T7-T10, yang bersinaps dalam plexuscoeliacus, nervus vagus dexter dan
sinister serta phrenicus dexter.

1.2.

Fisiologi Hepar
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh. Organ ini

penting bagi sistem pencernaan untuk sekresi empedu. Hati menghasilkan


empedu sekitar satu liter per hari, yang diekskresi melalui duktus hepatikus
kanan dan kiri yang kemudian bergabung membentuk duktus hepatikus
komunis. Selain sekresi empedu, hati juga melakukan berbagai fungsi lain,
mencakup hal-hal berikut :
1. Pengolahan metabolik kategori nutrien utama (karbohidrat, lemak, protein)
setelah penyerapan mereka dari saluran cerna.
2. Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa
asing lainnya.
3. Sintesis berbagai protein plasma, mencakup protein-protein yang penting
untuk pembekuan darah serta untuk mengangkut hormon tiroid, steroid dan
kolesterol dalam darah.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D, yang dilaksanakan oleh hati bersama dengan ginjal.
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang usang.
7. Ekskresi kolesterol dan bilirubin, yang merupakan produk penguraian yang
berasal dari pemecahan sel darah merah yang sudah usang.

Hati merupakan komponen sentral sistem imun. Tiap-tiap sel hati atau
hepatosit mampu melaksanakan berbagai tugas metabolik diatas, kecuali
aktivitas fagositik yang dilaksanakan oleh makrofag residen atau yang lebih
dikenal sebagai sel Kupffer. Sel Kupffer, yang meliputi 15% dari massa hati
serta 80% dari total populasi fagosit tubuh, merupakan sel yang sangat
penting dalam menanggulangi antigen yang berasal dari luar tubuh dan
mempresentasikan antigen tersebut kepada limfosit
2.
BASIC SCIENCE METABOLISME
2.1. Metabolisme Glukosa
a. Fungsi karbohidrat
Fungsi primer dari karbohidrat adalah sebagai cadangan energi
jangka pendek (gula merupakan sumber energi). Fungsi sekunder dari
karbohidrat adalah sebagai cadangan energi jangka menengah (pati untuk
tumbuhan dan glikogen untuk hewan dan manusia). Fungsi lainnya adalah
sebagai komponen struktural sel.
b. Klasifikasi karbohidrat
Karbohidrat dapat dikelompokkan menurut jumlah unit gula, ukuran dari
rantai karbon, lokasi gugus karbonil (-C=O), serta stereokimia.
Berdasarkan jumlah unit gula dalam rantai, karbohidrat digolongkan
menjadi 4 golongan utama yaitu:
1.
2.
3.
4.

Monosakarida (terdiri atas 1 unit gula)


Disakarida (terdiri atas 2 unit gula)
Oligosakarida (terdiri atas 3-10 unit gula)
Polisakarida (terdiri atas lebih dari 10 unit gula)

Pembentukan rantai karbohidrat menggunakan ikatan glikosida.


Berdasarkan lokasi gugus C=O, monosakarida digolongkan menjadi 2 yaitu:
1.
2.

Aldosa (berupa aldehid)


Ketosa (berupa keton)

Berdasarkan jumlah atom C pada rantai, monosakarida digolongkan menjadi:


1.

Triosa (tersusun atas 3 atom C)

2.
Tetrosa (tersusun atas 4 atom C)
3.
Pentosa (tersusun atas 5 atom C)
4.
Heksosa (tersusun atas 6 atom C)
5.
Heptosa (tersusun atas 7 atom C)
6.
Oktosa (tersusun atas 8 atom C)
c. Jalur-jalur metabolisme karbohidrat
Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis, oksidasi piruvat,
siklus asam sitrat, glikogenesis, glikogenolisis serta glukoneogenesis.
Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut:
I.

Glukosa sebagai bahan bakar utama metabolisme akan mengalami glikolisis


(dipecah) menjadi 2 piruvat jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan

II.

energi berupa ATP.


Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam

III.

tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.


Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam

IV.

tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.


Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka
glukosa tidak dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa
(disebut glikogen). Glikogen ini disimpan di hati dan otot sebagai cadangan
energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan glikogen sudah penuh,
maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan

V.

energi jangka panjang.


Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka
glikogen dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis,

VI.

diikuti dengan oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam sitrat.


Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis,
maka sumber energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan.
Jalur ini dinamakan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) karena
dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa baru yang
selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.

2.2.

Metabolisme Lipid

Lipid adalah molekul-molekul biologis yang tidak larut di dalam air tetapi larut di
dalam pelarut-pelarut organik.
a. Fungsi lipid
Ada beberapa fungsi lipid di antaranya:
1. Sebagai penyusun struktur membran sel
2. Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran
material-material.
3. Sebagai cadangan energi

4. Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa


5. Sebagai hormon dan vitamin
6. Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu
regulasi proses-proses biologis
b. Jenis-jenis lipid
Terdapat beberapa jenis lipid yaitu:
1.
2.
3.
4.

Asam lemak, terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh
Gliserida, terdiri atas gliserida netral dan fosfogliserida
Lipid kompleks, terdiri atas lipoprotein dan glikolipid
Non gliserida, terdiri atas sfingolipid, steroid dan malam
c. Asam lemak
Asam lemak merupakan asam monokarboksilat rantai panjang. Adapun rumus

umum dari asam lemak adalah:


CH3(CH2)nCOOH

atau

CnH2n+1-COOH

Rentang ukuran dari asam lemak adalah C 12 sampai dengan C24. Ada dua macam
asam lemak yaitu:
1. Asam lemak jenuh (saturated fatty acid)
Asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap
2. Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid)
Asam lemak ini memiliki satu atau lebih ikatan rangkap
d. Jalur-jalur Metabolisme lipid
Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari
lipid netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak).
Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol,
selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air,
gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak
rantai pendek juga dapat melalui jalur ini.

Struktur miselus. Bagian polar berada di sisi luar, sedangkan bagian non polar berada di sisi dalam

Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut


dalam air, maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi)
dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam
lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan
berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya
kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada
vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini
kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa.

Struktur kilomikron. Perhatikan fungsi kilomikron sebagai pengangkut trigliserida

Simpanan trigliserida pada sitoplasma sel jaringan adiposa

Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah


menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan
gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses
pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita
membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi
energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam
lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan
dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah
asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah
mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester
dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang.
Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam
lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah
cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan
lipolisis.
Proses

oksidasi

asam

lemak

dinamakan

oksidasi

beta

dan

menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil


metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk
ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika

kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis


menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA
mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol
mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil
oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton
(aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis.
Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asambasa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan
kematian.
Diet

Trigliserida

Esterifikasi

Lipolisis

Steroid

Asam lemak

Lipid

Gliserol
Karbohidrat

Lipogenesis

Steroidogenesis

Oksidasi beta
Kolesterogenesis

Kolesterol

Protein
Asetil-KoA + ATP

Ketogenesis

Aseto asetat

Siklus asam sitrat


hidroksi butirat

ATP

H2O
CO2

Ikhtisar metabolisme lipid

I.

Metabolisme gliserol

Aseton

Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber


energi. Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat
yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari
ATP membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa ini masuk ke dalam
rantai respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu produk antara
dalam jalur glikolisis.

Reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme gliserol

II.

Oksidasi asam lemak (oksidasi beta)


Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses

yang dinamakan oksidasi beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta,


asam lemak harus diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Dengan
adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan dikatalisir oleh
enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase).

Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA

Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus


dengan 5 tahapan proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C
dengan hasil akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke
dalam siklus asam sitrat. Dalam proses oksidasi ini, karbon asam lemak
dioksidasi menjadi keton.

Oksidasi karbon menjadi keton

Keterangan:
Frekuensi oksidasi adalah ( jumlah atom C)-1
Jumlah asetil KoA yang dihasilkan adalah ( jumlah atom C)

Oksidasi asam lemak dengan 16 atom C. Perhatikan bahwa setiap proses pemutusan 2 atom C
adalah proses oksidasi dan setiap 2 atom C yang diputuskan adalah asetil KoA.

2.3.

Metabolisme Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang

merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses

reaksi oksidasi-reduksi.1 Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme,


dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari
penghancuran eritrosit yang imatur dan protein heme lainnya seperti
mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase. Metabolisme bilirubin meliputi
pembentukan bilirubin, transportasi bilirubin, asupan bilirubin, konjugasi
bilirubin, dan ekskresi bilirubin.
Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme
dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar
terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Biliverdin yang larut dalam air
kemudian akan direduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase.
Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada pH normal
bersifat tidak larut.
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial,
selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin.
Bilirubin yang terikat dengan albumin serum ini tidak larut dalam air dan
kemudian akan ditransportasikan ke sel hepar. Bilirubin yang terikat pada
albumin bersifat nontoksik.
Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma
hepatosit, albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel.9 Kemudian
bilirubin, ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin
(protein Y), mungkin juga dengan protein ikatan sitotoksik lainnya.4,9
Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak terkonjugasi
akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis.
Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin
konjugasi yang larut dalam air di retikulum endoplasma dengan bantuan
enzim uridine diphosphate glucoronosyl transferase (UDPG-T). Bilirubin ini
kemudian diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu. Sedangkan satu
molekul

bilirubin

yang

tak

terkonjugasi

akan

kembali

ke

retikulum

endoplasmik untuk rekonjugasi berikutnya.


Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan diekskresikan ke
dalam

kandung

empedu,

kemudian

memasuki

saluran

cerna

dan

diekskresikan melalui feces. Setelah berada dalam usus halus, bilirubin yang
terkonjugasi tidak langsung dapat diresorbsi, kecuali dikonversikan kembali
menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta-glukoronidase yang

terdapat dalam usus. Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan
kembali ke hati untuk dikonjugasi disebut sirkulasi enterohepatik
BAB II
PENYAKIT-PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN KASUS
II.1.

PERLEMAKAN HATI NON ALKOHOLIK


DEFINISI
Perlemakan hati adalah penumpukan lemak yang berlebihan dalam sel

hati. Batasan penumpukan lemak adalah jika jumlah lemak melebihi 5% dari
total berat hati normal atau jika lebih dari 30% sel hati dalam lobulus hati
terdapat penumpukan lemak. Perlemakan hati bervariasi mulai dari
perlemakan hati saja (steatosis) dan perlemakan hati dengan inflamasi
(steatohepatitis) (Patel dan Tushar 2001). Perlemakan hati berati adanya
pengumpulan lemak yang berlebihan di dalam sel-sel hati kita. Pada kondisi
ini, hati mengandung lemak yang berlebihan dan sebagian jaringan normal
hati diganti dengan lemak yang tidak sehat. Dalam hal ini, sel-sel hati dan
ruang di hati diisi dengan lemak sehingga hati menjadi sedikit membesar dan
lebih berat. Hati menjadi berminyak dan berwarna kekuningan. Kondisi ini
membuat keluhan yang tidak enak di daerah organ hati, yang terasa dibagian
perut kanan atas. Mungkin juga didalam hati terdapat batu empedu, yang
tersusun dari kolesterol dan garam empedu. Kelebihan lemak di hati ini bisa
dilihat dengan USG. Mungkin juga pada kondisi ini terjadi peningkatan enzim
hati. Disfungsi hati sangat sering terjadi dan merupakan masalah yang terus
meningkat.
ORANG YANG BERESIKO
Faktor risiko yang memiliki hubungan dengan perlemakan hati adalah :
umur, hiperlipidemia, diabetes melitus dan kegemukan, sedangkan jenis
kelamin, pola konsumsi makan, aktivitas fisik dan olahraga tidak berhubungan
dengan kejadian perlemakan hati. Faktor yang paling dominan dan berisiko
paling tinggi pada kejadian perlemakan hati adalah kegemukan (Patel dan
Tushar 2001). sangat umum dijumpai pada mereka yang mengalami
kegemukan, dan banyak di jumpai pada umur diatas 30 tahun.

PENYEBAB

Perlemakan hati secara garis besar dibagi 2, yaitu penyakit


perlemakan hati alkoholik dan penyakit perlemakan hati non alkoholik.
Penyakit hati alkoholik berkembang karena kelebihan minum alkohol. Di sisi
lain, perlemakan hati non alkohol dihubungkan dengan kelebihan berat badan
atau kegemukan yang disebabkan karena terlalu sering makan makanan
berlemak tinggi dan berkalori tinggi.
Penyebab-penyebab dari fatty liver adalah sebagai berikut:
-

Kegemukan (obesitas)

Kencing manis (diabetes)

Bahan kimia dan obat-obatan (contohnya alkohol, kortikosteroid, tetrasiklin,


asam valproat, metotreksat, karbon tetraklorid, fosfor kuning)

Kurang gizi dan diet rendah protein

Kehamilan

Keracunan vitamin A

Operasi bypass pada usus kecil

Fibrosis kistik (bersamaan dengan kurang gizi)

Kelainan bawaan pada metabolisme glikogen, galaktose, tirosin atau


homosistin

Kekurangan rantai-medium arildehidrogenase

Kekurangan kolesterol esterase

Penyakit penumpukan asam fitanik (penyakit Refsum)

Abetalipoproteinemia

Sindroma Reye.

GEJALA DAN TANDA


Fatty liver umumnya tidak bergejala. Orang baru mengetahuinya saat
melakukan tes kesehatan (pemeriksaan fisik), dan selanjutnya dipastikan
dengan menjalani tes darah (Lab Darah lengkap, SGOT/SGPT, bilirubin,
kolesterol) atau pemeriksaan USG bila hati membesar.
Tetapi kadang bisa menimbulkan sakit kuning (jaundice), mual,
muntah, kembung dan yang paling sering terjadi yaitu nyeri tumpul di perut
kanan atas (cenut-cenut, kemeng, terasa panas di kulit perut), terutama hal
ini saat kecapekan dan habis makan terlalu banyak. Jika pemeriksaan fisik
belum menunjukkan pembesaran hati, maka perlu diagnosis penjunjang yaitu
dengan pemeriksaan SGOT/SGPT, Bilirubin, kolesterol (TG, LDL, HDL) dan
USG Abdomen. Gambaran USG Abdomen dari fatty liver menunjukkan
echoparenkim hepar yang meningkat (hepar terlihat lebih gelap), dan dari sini
bisa ditentukan derajat keparahan dari fatty liver.

PATOFISIOLOGI

Pengetahuan mengenai patogenesis steatohepatitis non alkoholik


masih belum memuaskan. Dua kondisi yang sering berhubungan dengan
steatohepatitis non alkoholik adalah obesitas dan diabetes mellitus, serta dua
abnormalitas metabolik yang sangat kuat kaitannya dengan penyakit ini
adalah peningkatan suplai asam lemak ke hati serta resistensi insulin.
Hipotesis yang sampai saat ini banyak diterima adalah the two hit theory yang
diajukan oleh Day dan James.
Hit pertama terjadi akibat penumpukan lemak di hepatosit yang dapat
terjadi karena berbagai keadaan, seperti dislipidemia, diabetes mellitus dan
obesitas. Seperti diketahui bahwa dalam keadaan normal, asam lemak bebas
dihantarkan memasuki organ hati melalui sirkulasi darah arteri dan portal. Di
dalam hati, asam lemak bebas akan mengalami metabolisme lebih lanjut,
seperti proses re-esterifikasi menjadi trigliserida atau digunakan untuk
pembentukan lemak lainnya. Adanya peningkatan massa jaringan lemak
tubuh, khususnya pada obesitas sentral, akan meningkatkan pelepasan asam

lemak bebas yang kemudian menumpuk di dalam hepatosit. Bertambahnya


asam lemak bebas di dalam hati akan menimbulkan peningkata oksidasi dan
edterifikasi lemak. Proses ini terfokus di mitokondria sel hati sehingga pada
akhirnya akan mengakibatkan kerusakan mitokondria itu sendiri. Inilah yang
disebut sebagai hit kedua. Peningkatan stress oksidatif sendiri dapat juga
terjdai karena resistensi insulin, peningkatan konsentrasi endotoksin di hati,
peningkatan aktivitas un-coupling protein mitokondria, peningkatan aktivitas
sitokrom P-450 2E1, peningkatan cadangan besi dan menurunnya aktivitas
anti oksidan. Ketika stress oksidatif yang terjadi di hati melebihi kemampuan
perlawanan anti oksidan, maka aktivasi sel stelata dan sitokin pro inflamasi
akan barlanjut dengan inflamasi progresif, pembengkakan hepatosit dan
kematian sel, pembentukan badan Mallory, serta fibrosis. Meskipun teori two
hit sangat popular dan dapat diterima, agaknya penyempurnaan akan terus
dilakukan karena makin banyak yang berpendapat bahwa yang terjadi
sesungguhnya lebih dari dua hit.
TATALAKSANA DIET
Diet khusus merupakan salah satu cara untuk mencegah dan
mengobati perlemakan hati. Studi yang dilakukan Dr. Masterton sebagaimana
dimuat

journal

Alimentary

pharmacology

&

therapeutics

2009,

mengungkapkan penggunaan Omega 3 menjanjikan hasil yang cukup baik


pada keadaan perlemakan hati yang bukan disebabkan karena minuman
beralkohol.
Studi baru menemukan bahwa mengalihkan konsumsi pada makanan
yang rendah indeks glikemik mencegah penyakit fatal. Diet tinggi karbohidrat
yang cepat dibakar dalam tubuh menyebabkan penyakit perlemakan hati,
yang mengarah ke kanker hati dan kematian. Pada manusia, contoh
makanan indeks glikemik tinggi, yang meningkatkan kadar gula darah secara
cepat, termasuk roti tawar, nasi putih, sereal yang kebanyakan untuk makan
pagi dan gula konsentrat. Sayuran, buah-buahan, kacang, dan biji yang tidak
diproses adalah contoh makanan indeks glikemik rendah, yang meningkatkan
kadar darah secara lambat. Pimpinan penelitian Dr. David Ludwig, Direktur
the Optimal Weight for Life Program di Childrens Hospital Boston
mengemukakan, eksperimen mereka menghasilkan argumen yang sangat

kuat bahwa diet makanan indeks glikemik tinggi menyebabkan perlemakan


hati pada manusia dan makanan indeks glikemik rendah mencegahnya.

II.2.

HEPATITIS

DEFINISI
Istilah Hepatitis berasal dari bahasa Yunani kuno hepar, dengan akar
kata hepat yang berarti hati (liver), dan akhiran itis yang berarti
peradangan. Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi
karena toksin seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi.Hepatitis
adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat
atau alcohol.

ETIOLOGI
Hepatitis A disebabkan oleh virus HAV (Hepatitis A Virus). Virus ini
adalah anggota terpisah dari famili picornavirus. HAV merupakan partikel
bulat 27-32 nm dengan simetri kubus, mengandung genom RNA untai tunggal
yang lurus beryukuran 7,5 kb. HAV memiliki sifat stabil pada pemberian ether
20%, asam (pH 1,0 selama 2 jam), dan panas (60C selama 1 jam). Virus
dapat dihancurkan dengan merebus dalam air selama 5 menit, dengan
pemanasan kering (180C selama 1 jam), radiasi ultraviolet, formalin, dan
klorin. Memanaskan makanan pada suhu > 85C selama 1 menit sangat
penting untuk inaktivasi HAV.

C. MANIFESTASI KLINIS
Kadang bisa saja seorang yang terinfeksi HAV tidak menunjukkan
gejala yang berarti, namun walaupun ditemukan kejadian seperti ini feses dari
orang tersebut tetaplah infeksius. Gejala yang biasanya diderita adalah:
meriang / tidak enak badan, nausea, vomiting, dan diare, kehilangan nafsu
makna sehingga berat badan turun, ikterik, kulit gatal, sakit di bagian
abdominal.

Masa infeksi biasanya berakhir dalam dua bulan, tetapi kadang-kadang


menjadi lebih lama pada sebagian orang. Sekali terinfeksi dan tubuh dapat
mengalahkan virus maka tubuh akan memiliki kekebalan.

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang
iga kanan. Hati normal kenyal dengan permukaannya yang licin.Hati
merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500 gram.
Hati terdiri dari dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi
segmen anterior dan posterior, lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan
lateral oleh ligamentum Falsiformis.Setiap lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap
lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel
hati berbentuk kubus mengelilingi vena sentralis. Diantara lempengan
terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang dibatasi sel kupffer. Sel kupffer
berfungsi sebagai pertahanan hati.Sistem biliaris dimulai dari kanalikulus
biliaris, yang merupakan saluran kecil dilapisi oleh mikrovili kompleks di
sekililing sel hati. Kanalikulus biliaris membentuk duktus biliaris intralobular,
yang mengalirkan empedu ke duktus biliaris di dalam traktus porta.

PATOFISIOLOGI

Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan


infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan
degrenerasi

dan

nekrosis

sel

perenchyn

hati.Respon

peradangan

menyebabkan pembekakan dalam memblokir system drainage hati, sehingga


terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan
empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam
usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam
urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice. Hepatitis terjadi
dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan.
Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih
gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub

akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati.
Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko
berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.

KLASIFIKASI

1. Hepatitis A
Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak
berselubung

berukuran 27 nm.Ditularkan melalui jalur fekal oral,

sanitasi yang jelek, kontak antara manusia, dibawah oleh air dan
makanan.Masa inkubasinya 15 49 hari dengan rata rata 30 hari.Infeksi ini
mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang buruk
dengan penduduk yang sangat padat.
2. Hepetitis B (HBV)
Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda
yang memiliki ukuran 42 nm Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan
karier atau penderita infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan
perinatal dari ibu kepada bayinya.Masa inkubasi 26 160 hari dengan ratarata 70 80 hari.Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium,
dokter gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit
hemodialisis serta onkologi.Laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif
dalam hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.
3. Hepatitis C (HCV)
Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus
lemak yang,diameternya 30 60 nm.Ditularkan melalui jalur parenteral dan
kemungkinan juga disebabkan juga oleh kontak seksual.Masa inkubasi virus
ini 15 60 hari dengan rata 50 hari.Faktor resiko hampir sama dengan
hepetitis B.

4. Hepatitis D (HDV)
Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm.
Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki
kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemovilia.Masa inkubasi
dari virus ini 21 140 hari dengan rata rata 35 hari Faktor resiko hepatitis D
hampir sama dengan hepatitis B.
5. Hepattitis E (HEV)
Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang
diameternya + 32 36 nm.Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak
antara manusia dimungkinkan meskipun resikonya rendah. Masa inkubasi 15
65 hari dengan rata rata 42 hari. Faktor resiko perjalanan kenegara
dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan makanan, minum minuman
yang terkontaminasi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk

mendiagnosis penyakit hepatitis A adalah tes ELISA selain itu dapat dilakukan
uji serologis untuk menentukan anti-HAV. Tes lain yang dapat dilakukan
adalah PCR yang kemudian hasilnya dapat dielektroforesis.

PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan dengan hidup bersih, menggunakan alat

suntik sekali pakai, menghindari seks bebas. Penggunaan gama globulin


dapat memberikan perlindungan secara pasif setelah pemajanan virus. Vaksin
hepatitis dianjurkan.

KOMPLIKASI
Sirosis dan Kanker Hati Di antara semua jenis virus ini, virus hepatitis
B dan C merupakan penyebab infeksi hati menahun (kronik) dan dapat
berakhir pada sirosis, kanker hati, dan kematian. Tidak seperti hepatitis A dan
B, hepatitis C belum ada vaksinnya.Virus hepatitis ini menyerang sel di dalam
hati dan menggunakan hati sebagai tempat berkembang biak.Ketika tubuh

menyerang virus ini dengan mengirim limfosit (sejenis sel darah putih) ke hati,
terjadilah peradangan. Peradangan ini adalah respons yang normal terhadap
infeksi. Namun, bila hal itu terus berlangsung, zat-zat kimia yang dikeluarkan
limfosit dapat menyebabkan kerusakan sel hati. Jika sel hati rusak, maka
tidak

dapat

berfungsi

dengan

baik

dan

mati.

Beberapa dari sel hati ini dapat tumbuh kembali, tetapi perusakan yang
parah dapat berakibat pada terjadinya fibrosis (terbentuknya jaringan parut
pada

hati).

Fibrosis

menyebabkan

kemunduran

semua

fungsi

hati.

Bila diteruskan, jaringan parut akan mengeras dan menggantikan


sebagian besar sel hati yang normal. Kondisi ini disebut sirosisistilah medis
untuk pengerasan hati. Bila seseorang mengalami sirosis, itu berarti bahwa
sebagian besar hatinya telah rusak dan tidak bisa berfungsi lagi dengan
normal.
Sirosis bisa sangat berbahaya bila tidak ditangani dengan benar dan
bisa tidak terdeteksi hingga bertahuntahun lamanya. Sebagian besar orang
yang terinfeksi hepatitis tidak menunjukkan gejala sehingga disebut sebagai
silent

disease.
Padahal, jika tidak ditangani dengan baik, sekitar 15-20 tahun

mendatang bisa menyebabkan kelainan hati serius seperti sirosis dan juga
kanker hati. Sebagian besar penderita hepatitis baru mengetahui jika dirinya
terinfeksi saat melakukan pemeriksaan kesehatan (medical chek up) atau
saat

mau

donor

darah.

PENATALAKSANAAN MEDIK
Tidak ada terpi sfesifik untuk hepatitis virus. Tirah baring selama

fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim.
Pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila
pasienterus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga
gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.

Anda mungkin juga menyukai