Anda di halaman 1dari 12

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta-Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
Nama : Sherly Meygaretha

Tanda Tangan

NIM

.........................

: 11-2013-278

Dr. Pembimbing :
dr. Susi Wijayanti, Sp.KJ

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial)
Tempat & tanggal lahir
Jenis kelamin
Suku bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Status Perkawinan
Alamat
Masuk Rumah Sakit

II.

.........................

: Tn. S.A.H.
: Bandung, 22 Januari 1996
: Laki-laki
: Sunda
: Islam
: Tamat SMP
: Belum Bekerja/Pelajar
: Belum Kawin
: Kp. Ciheulang Tonggon RT 03 RW 17 Kel. Ciheulang Kec.
Ciparay, Kab. Bandung
: 1 September 2014

RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis : keterangan dari pasien tanggal, 1 September 2014, pukul 14.00 WIB.
Alloanamnesis : keterangan dari ibu kandung pasien, tanggal 1 September, pukul
14.30 WIB.
A. KELUHAN UTAMA
Mengamuk (agresivitas motorik).
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
1 tahun yang lalu (akhir Januari, 2013) pasien datang ke poli klinik RSJ Prov.
Jawa Barat karena sudah 3 minggu sulit tidur (insomnia), gelisah (anxietas), merasa
curiga, sedih, cemas, terdapat halusinasi dengar dan halusinasi lihat serta

mencoba bunuh diri dengan tali pada saat tahun baru (tentanum suicide). Pasien
hanya berobat jalan.
16 April 2013 pasien kembali diantar oleh keluarganya ke RSJ Prov. Jabar
dengan keluhan mengamuk (agresivitas motorik), merusak barang (agresivitas
motorik), menyakiti orang lain (agresivitas motorik), tidak tidur (insomnia),
menangis tanpa sebab (autistik), mudah tersinggung, dan keluyuran (poriomania).
Pasien telat kontrol 1 bulan. Pasien dirawat selama 4 minggu dan diberikan obat
Haloperidol 5 mg (1/2-1/2-1/2), Trihexyfenidil 2 mg (1-1-1), Chlorpromazin 100 mg
(0-0-1), dan Diazepam 2 mg (0-0-1). Setelah itu pasien kembali bersekolah dan
kontrol rutin ke Graha Atma.
Sejak 2 minggu SMRS pasien mengalami demam, batuk dan pilek. Demam
dirasakan pada sore menjelang malam hari. Pasien sudah berobat ke dokter namun
demam masih dirasakan sampai sekarang.
4 hari SMRS pasien menangis selama kurang lebih 2 jam dan tidak bisa tidur
(insomnia). Pasien bercerita kepada ibu kandungnya bahwa ia sakit hati dengan
guru dan teman-temannya di sekolah karena mengatakan bahwa dirinya orang gila
dan tidak sama seperti orang lain.
Sejak 3 hari SMRS pasien mulai menampakkan perubahan tingkah laku
seperti mengamuk (agresivitas motorik), tidak bisa tidur (insomnia), bicara kasar
(agresivitas verbal) dan ngelantur (autistik), merusak alat rumah tangga
(agresivitas motorik), marah-marah (agresivitas verbal), dan keluyuran
(poriomania). Pasien dikurung dan dipasung oleh ayahnya di dalam rumah.
Akhirnya pada tanggal 1 September 2014 keluarga memutuskan untuk
membawa pasien ke IGD RSJ Prov. Jawa Barat.

C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA


1. Gangguan psikiatrik
5 tahun yang lalu (2009) pasien pertama kali dibawa ke RSJ Cisarua
karena melakukan percobaan bunuh diri (tentanum suicide) dengan
menggunakan tali digantung di lehernya. Pasien melakukan hal itu karena
merasa malu dengan teman-teman yang mengejeknya setelah pasien BAB di
celana. Setelah kejadian itu pasien menjadi pribadi yang sensitif.

4 tahun yang lalu (April, 2010) pasien pertama kali dibawa ke RSJ Prov.
Jawa Barat dengan keluhan mengamuk (agresivitas motorik), merusak barang
(agresivitas motorik), menyakiti orang lain (agresivitas motorik), tidak tidur
(insomnia), menangis sendiri tanpa sebab (autistik), mudah tersinggung
(iritabel), dan keluyuran (poriomania). Pasien dirawat selama 3 minggu. 6
bulan setelah itu pasien tidak masuk sekolah karena merasa malu.
2. Riwayat gangguan medik
Pasien tidak pernah dirawat di RS karena penyakit degeneratif. Pada usia
15 tahun, pasien mengalami trauma kepala dan pingsan selama 3 jam. Riwayat
kejang dan fraktur disangkal oleh pasien dan keluarga.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak pernah
menggunakan zat psikoaktif.
4. Riwayat gangguan sebelumnya (dalam bentuk grafik)

2009 2010 2011 2012 2013 2014


D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat perkembangan fisik
Pasien dilahirkan cukup bulan (9 bulan) ditolong oleh paraji, tidak ada
hambatan dalam proses persalinan. Pertumbuhan dan perkembangan baik sesuai
dengan usia.
2. Riwayat perkembangan kepribadian
a. Masa kanak-kanak : pasien dapat bergaul dan bermain dengan teman
sepermainannya.
b. Masa remaja : pasien mendapat didikan keras dari ayahnya. Sebelum sakit,
pasien mudah bergaul dengan teman-temannya, namun saat usia 12 tahun
pasien menjadi pribadi yang sensitif, mudah marah, dan usia 13 tahun mulai
menderita gangguan jiwa.
3. Riwayat pendidikan
Pasien sekarang bersekolah kelas 2 SMA. Pasien sekolah tamat SMP. Saat
SD pernah tidak naik kelas 1.
4. Riwayat pekerjaan
Pasien belum bekerja.
5. Kehidupan beragama

Pasien terlahir di keluarga Islam. Pasien rajin beribadah, namun saat sakit
terkadang pasien harus diingatkan untuk melakukan sholat atau pergi ke mesjid.
6. Kehidupan sosial dan perkawinan
Sebelumnya pasien merupakan pribadi yang mudah bergaul. Semenjak
usia 12 tahun, pasien menjadi anak yang sensitif dan mudah marah, tapi masih
memiliki teman dan mengikuti beberapa kegiatan di sekolah seperti Pramuka.
E. RIWAYAT KELUARGA
(dalam bentuk pohon keluarga)
Keterangan :
laki-laki

perempuan

pasien

Pasien adalah anak ke-2 dari 4 bersaudara.


F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG
Pasien tinggal serumah dengan orang tua dan saudaranya.

III.

STATUS MENTAL
Didapatkan dari autoanamnesis tanggal 1 September 2014 pukul 14.00 WIB di IGD RSJ
Prov. Jawa Barat.
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan : Seorang laki-laki berusia 17 tahun terlihat sesuai dengan usianya,
menggunakan pakaian kaos hitam bergaris-garis coklat dan celana panjang
hitam, terlihat sedang berbicara dan tertawa sendiri, dengan kedua tangan dan
kaki terikat di masing-masing tiang ranjang IGD RSJ Prov. Jawa Barat.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik : compos mentis.
b. Kesadaran psikiatrik : tampak terganggu.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
a. Sebelum wawancara : pasien berbaring dengan kedua pergelangan kaki dan
tangan diikat di masing-masing tiang ranjang IGD, tampak senyumsenyum, badan menggeliat-geliat, dan berbicara sendiri.
b. Selama wawancara : pasien berbaring dengan kedua pergelangan kaki dan
tangan diikat di masing-masing tiang ranjang IGD, badan menggeliat-geliat,
kontak mata dengan pemeriksa adekuat, perhatian mudah teralihkan.

c. Sesudah wawancara : pasien berbaring dengan kedua pergelangan kaki dan


tangan diikat di masing-masing tiang ranjang IGD, badan menggeliat-geliat,
berbicara dan teriak-teriak sendiri.
4. Sikap terhadap pemeriksa : pasien bersikap kooperatif dari awal sampai akhir
wawancara, semua dapat dijawab meskipun kurang jelas karena pasien memiliki
halusinasi, waham, dan inkoherensi.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : pasien berbicara spontan, lancar, jelas dan volume suara
sedang (logore).
b. Gangguan berbicara : tidak ada afasia, pelo, atau gagap.
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
1. Suasana perasaan (mood) : elasi.
2. Afek ekspresi afektif
a. Arus : cepat.
b. Stabilisasi : stabil.
c. Kedalaman : dalam.
d. Skala diferensiasi : luas.
e. Keserasian : serasi.
f. Pengendalian impuls : kuat.
g. Ekspresi : wajar.
h. Dramatisasi : ada akting emosional.
i. Empati : tidak dapat dinilai.
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : halusinasi auditorik dan halusinasi visual.
2. Ilusi : tidak ada.
3. Depersonalisasi : tidak ada.
4. Derealisasi : tidak ada.
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf pendidikan : SMA.
2. Pengetahuan umum : baik.
3. Kecerdasan : rata-rata.
4. Konsentrasi : cukup.
5. Orientasi :
a. Waktu : baik (pasien tahu bahwa hari itu adalah hari Senin).
b. Tempat : baik (pasien tahu bahwa ia berada di RSJ).
c. Orang : baik (pasien tahu siapa yang mengantarnya ke RSJ).
d. Situasi : baik (pasien tahu jika banyak perawat yang lalu lalang).
6. Daya ingat :
a. Tingkat :
Jangka panjang : baik.
Jangka pendek : baik.
Segera : baik.
5

b. Gangguan : tidak ada.


7. Pikiran abstraktif : terganggu.
8. Visuospatial : baik (pasien dapat menggambarkan arah jarum jam pada jam
02.00).
9. Bakat kreatif : tidak dapat dinilai.
10. Kemampuan menolong diri sendiri : tidak dapat dinilai.
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktifitas : autistik.
b. Kontinuitas : asosiasi longgar.
c. Hendaya bahasa : inkoherensi.
2. Isi pikir
a. Preokupasi dalam pikiran : tidak ada.
b. Waham : waham kebesaran.
c. Obsesi : tidak ada.
d. Fobia : tidak ada.
e. Gagasan rujukan : tidak ada.
f. Gagasan pengaruh : tidak ada.
F. PENGENDALIAN IMPULS
Buruk. Pasien tidak bisa mengendalikan dirinya sehingga kedua tangan dan kakinya
diikat di tiang ranjang sebelum, selama dan setelah wawancara.
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : baik.
2. Uji daya nilai : baik.
3. Daya nilai reabilitas : baik.
H. TILIKAN
Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnya.
IV.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan umum
: tampak sakit ringan.
2. Kesadaran
: compos mentis.
3. Tensi
: 130/90 mmHg.
4. Nadi
: 84x/menit.
5. Suhu badan
: 36,9C.
6. Frekuensi pernapasan : 22x/menit.
7. Bentuk tubuh
: atletikus.
8. Sistem kardiovaskular : BJ I-II murni, reguler, gallop (-), mumur (-).
9. Sistem respiratorius
: suara napas vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-.
10. Sistem gastro-intestinal : dalam batas normal.
11. Sistem muskuloskeletal : dalam batas normal.
12. Sistem urogenital

: dalam batas normal.


6

B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranial (I-XII)
2. Gejala rangsang meningeal
3. Mata
4. Pupil
5. Ofthalmoscopy
6. Motorik
7. Sensibilitas
8. Sistem saraf vegetatif
9. Fungsi luhur
10. Gangguan khusus
V.

: dalam batas normal.


: tidak ada.
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.
: dalam batas normal.
: tidak dilakukan.
: dalam batas normal.
: dalam batas normal.
: dalam batas normal.
: dalam batas normal.
: tidak ada.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium tanggal 1 September 2014 : Hb 12,0 g/dL, lekosit 11.300/mm3,
trombosit 470.000/mm3, SGOT 42,6 IU/l, SGPT 35,9 IU/l, Widal : S. Typhi O 1/160.

VI.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang pasien laki-laki berusia 17 tahun terlihat sesuai dengan usianya, belum menikah,
tidak bekerja, menggunakan pakaian kaos hitam bergaris-garis coklat dan celana panjang
hitam, terlihat sedang berbicara dan tertawa sendiri, dengan kedua tangan dan kaki
terikat di masing-masing tiang ranjang IGD RSJ Prov. Jawa Barat. Pasien diantar oleh
keluarganya karena mengamuk (agresivitas motorik).
1 tahun yang lalu (akhir Januari, 2013) pasien datang ke poli klinik RSJ Prov.
Jawa Barat karena sudah 3 minggu sulit tidur (insomnia), gelisah (anxietas), merasa
curiga, sedih, cemas, terdapat halusinasi dengar dan halusinasi lihat serta mencoba
bunuh diri dengan tali pada saat tahun baru (tentanum suicide). Pasien hanya berobat
jalan.
16 April 2013 pasien kembali diantar oleh keluarganya ke RSJ Prov. Jabar
dengan keluhan mengamuk (agresivitas motorik), merusak barang (agresivitas
motorik), menyakiti orang lain (agresivitas motorik), tidak tidur (insomnia), menangis
tanpa sebab (autistik), mudah tersinggung, dan keluyuran (poriomania). Pasien telat
kontrol 1 bulan. Pasien dirawat selama 4 minggu dan diberikan obat Haloperidol 5 mg
(1/2-1/2-1/2), Trihexyfenidil 2 mg (1-1-1), Chlorpromazin 100 mg (0-0-1), dan
Diazepam 2 mg (0-0-1). Setelah itu pasien kembali bersekolah dan kontrol rutin ke
Graha Atma.
Sejak 2 minggu SMRS pasien mengalami demam, batuk dan pilek. Demam
dirasakan pada sore menjelang malam hari. Pasien sudah berobat ke dokter namun
demam masih dirasakan sampai sekarang.

4 hari SMRS pasien menangis selama kurang lebih 2 jam dan tidak bisa tidur
(insomnia). Pasien bercerita kepada ibu kandungnya bahwa ia sakit hati dengan guru dan
teman-temannya di sekolah karena mengatakan bahwa dirinya orang gila dan tidak
sama seperti orang lain.
Sejak 3 hari SMRS pasien mulai menampakkan perubahan tingkah laku seperti
mengamuk (agresivitas motorik), tidak bisa tidur (insomnia), bicara kasar (agresivitas
verbal) dan ngelantur (autistik), merusak alat rumah tangga (agresivitas motorik),
marah-marah (agresivitas verbal), dan keluyuran (poriomania). Pasien dikurung dan
dipasung oleh ayahnya di dalam rumah.
Riwayat psikiatri sebelumnya, 5 tahun yang lalu (2009) pasien pertama kali
dibawa ke RSJ Cisarua karena melakukan percobaan bunuh diri (tentanum suicide)
dengan menggunakan tali digantung di lehernya. Pasien melakukan hal itu karena merasa
malu dengan teman-teman yang mengejeknya setelah pasien BAB di celana. Setelah
kejadian itu pasien menjadi pribadi yang sensitif.
4 tahun yang lalu (April, 2010) pasien pertama kali dibawa ke RSJ Prov. Jawa
Barat dengan keluhan mengamuk (agresivitas motorik), merusak barang (agresivitas
motorik), menyakiti orang lain (agresivitas motorik), tidak tidur (insomnia), menangis
sendiri tanpa sebab (autistik), mudah tersinggung (iritabel), dan keluyuran
(poriomania). Pasien dirawat selama 3 minggu. 6 bulan setelah itu pasien tidak masuk
sekolah karena merasa malu.
Saat ditemui, keadaan psikiatrik tampak terganggu. Saat diwawancarai pasien
bersikap kooperatif dari awal sampai akhir wawancara, semua dapat dijawab meskipun
kurang jelas karena pasien memiliki halusinasi, waham, dan inkoherensi. Suasana
perasaan elasi. Terdapat gangguan persepsi seperti halusinasi auditorik, visual, dan
waham kebesaran. Pengendalian impuls buruk. Tilikan derajat 1.
Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan penunjang,
laboratorium, lekosit 11.300/mm3, SGOT 42,6 IU/l.
VII.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Susunan formulasi diagnostik ini berdasarkan dengan penemuan bermakna dengan
urutan untuk evaluasi multiaksial, seperti berikut:
Aksis I:
1. Gangguan jiwa, karena proses pikir autistik, adanya halusinasi auditorik, dan
waham kebesaran.
2. Gangguan jiwa ini termasuk GMNO, karena tidak ada gangguan kesadaran,
disorientasi, gangguan memori, ketergantungan napza, dan penyakit organik yang
diduga berkaitan dengan gangguan kejiwaannya.
8

3. GMNO ini termasuk psikosis karena adanya gangguan daya nilai realitas,
halusinasi auditorik dan visual, dan adanya waham kebesaran.
4. Menurut PPDGJ III, GMNO ini termasuk F.20.1 Gangguan Skizofrenia
Hebefrenik, karena: onset pada usia muda 15 tahun, berperilaku yang tidak
bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan (merusak alat rumah tangga),
cekikikan, senyum sendiri, mengibuli secara bersenda gurau, dan adanya
ungkapan kata yang diulang-ulang, adanya waham kebesaran dan halusinasi,
adanya perilaku yang tak bertujuan dan tanpa maksud serta adanya autistik,
asosiasi longgar dan inkoherensi pada proses pikir.
Aksis II:
Tidak ada gangguan kepribadian dan retardasi mental.
Aksis III
Tidak ditemukan adanya gangguan pada kondisi medis umum.
Aksis IV
Masalah primary support group (keluarga) karena hubungan dengan ayah tidak
harmonis, didikan ayah kandung terlalu keras.
Aksis V
GAF scale 40-31 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
VIII.

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I. F.20.1. Skizofrenia hebefrenik.
DD : F 25.0. Skizoafektif Tipe Manik
Aksis II. Tidak ada diagnosis.
Aksis III. Tidak ada diagnosis.
Aksis IV. Primary support group.
Aksis V. GAF scale 40-31.

IX.

PROGNOSIS
Faktor yang mendukung prognosis baik adalah keluarga yang mau menerima kondisi
pasien dan mendukung kesembuhannya.
Faktor yang mendukung prognosis buruk adalah jika keluar dari RSJ kadang kontrol
terlambat.
Quo ad vitam : ad bonam.
Quo ad functionam : dubia ad bonam.
Quo ad sanationam : dubia ad bonam.

X.

DAFTAR PROBLEM
Organobiologik : peningkatan kadar dopamin.
Psikologik/psikiatrik : autistik, halusinasi, inkoheren.

Sosial/keluarga : sensitif, mudah marah, hubungan dengan ayah yang kurang


harmonis karena didikan ayahnya yang terlalu keras.

XI.

TERAPI
Dokter: dr. Sherly Meygaretha
R/ Haloperidol tab 5 mg No. 21 (dua puluh satu)
1---1---1
R/ Triheksiphenidil tab 2 mg No. 14 (empat belas)
1---0---1
R/ Chlorpromazin tab 100 mg No.7 (tujuh)
0---0---1
R/ Amoxicillin tab 500 mg No. 21 (dua puluh satu)
3 dd tab I
Pro. Tn. S. (17 tahun)
Psikoterapi: memotivasi pasien agar mau minum obat teratur setiap hari, memberikan
arahan pada pasien bagaimana cara mengontrol dirinya, dan memberikan kesempatan
pada pasien untuk menceritakan masalahnya dengan orang tuanya, terutama ayahnya.

XII.

LAMPIRAN
Wawancara dengan pasien pada tanggal 1 Septermber 2014 pukul 14.00.
D: Dokter muda
P: Pasien
D: Selamat siang pak, saya Sherly, dokter muda. Bapak namanya siapa?
P: Firman Azuan Hakim. Saya pelatih di sekolah. Saya merubah. Saya menjadi jack,
jejak koplak yang paling koclak. Ahahaha.. (asosiasi longgar)
D: Usianya sekarang berapa pak?
P: 17 tahun untuk selama-lamanya.
D: Bapak tahu tidak sekarang ada di mana?
P: DI Rumah Sakit Jiwa. Saya menyiplin diri sendiri ingin menjaga hati hati wanita,
jangan sampai wanita sakit hati. Akan saya bunuuh.. akan saya bunuuuhh... yang
namanya laki-laki, yang memerkosa wanita, karena saya gak suka. (inkoherensi,
logore)
D: Bapak..
P: Jangan panggil saya bapak! Panggil saya ade saja!
D: Ya. Tadi dibawa sama siapa ke sini?
P: Orang tua.
D: Kenapa dibawa ke sini?
P: Saya bosan jadi orang gila. Yang saya pengen jadi bunuh diri tapi saya mau mati
karena saya suka sama teman-teman yang setiap malam selalu merendap (?) dengan
saya. Saya selalu menjaga wanita! Jangan sampai wanita akhirnya mendekati saya.
Hahahaha.. Awas kalau ada laki-laki yang mendekati wanita, akan saya bunuh! Karena
saya lahir dari seorang ibu yang menyayangi saya. (inkoherensi, logore)
D: Ada dengar suara-suara....
10

P: Gak pernah.
D: Tapi ga ada orangnya..
P: Karena orang yang meninggal itu selalu mempunyai motivasi saya akan jaga semua
yang meninggal supaya kalian bahagia.
D: Ada dengar suara tapi ga ada orangnya?
P: Ya pernah. Karena mereka sedang menikah. Karena saya ga mau berbohong.
(halusinasi auditorik)
D: Mereka bilang apa?
P: Kamu hatinya mulia sekali. Saya akan selalu mulia. Karena saya ingin menjaga hati
wanita-wanita. Jangan membongkar rahasia ini karena surga dan akherat itu tidak ada.
D: Kenal itu suara siapa?
P: Kenal. Orang tua yang sedang, kakek kakek saya, nenek nenek saya yang sudah
meninggal. (halusinasi auditorik)
D: Pernah lihat bayangan yang tidak ada orangnya?
P: Ya saya pernah lihat bayangan. Mereka sedang meninggal karena saya ga mau
berbohong. (halusinasi visual)
D: Bayangannya berbentuk apa?
P: Mereka yang sudah meninggal.
D: Kenal sama mereka?
P: Kakek kakek saya, nenek nenek saya.
D: Yakin?
P: Yakin itu!
D: Sering melihat itu?
P: Ya sering. Karena saya berdoa pengen jadi manusia.. ya silahkan saja.. (terdistraksi)
Tapi jiwa alam ini harus ada.. Kalau semua pengen jadi manusia, kita makan apa dong.
Hahaha (inkoherensi)
D: Orang lain bisa lihat bayangan itu?
P: Ga bisa dong. Karena saya orang mulia. Kita gali semua. (waham kebesaran,
asosiasi longgar)
D: Berarti yang tidak mulia nggak bisa lihat?
P: Iya.
D Berarti bapak orang yang mulia?
P: Orang yang mulia.. (waham kebesaran)
D: Yakin?
P: Yakin. Karena saya ini dicintai oleh semua manusia, oleh semua binatang.
D: Pernah merasa ada yang ngejar- ngejar untuk ngejahatin?
P: Ga ada. Karena saya sesosok anak pamungkas sejati. (waham kebesaran) Saya
mempunyai PPBMC.
D: Apa itu?
P: Pasukan Pramuka Barudak Mau Ciheulang. Kalau tempur dengan.... takut, karena
saya sanggup membuat kapal karena saya anak pamungkas. Saya melatih siswa-siswa
saya untuk membuat kapal. Kalau sidang pleno, kita buat kapal, kita terbangkan ke
angkasa. (asosiasi longgar)
D: Sekolah terakhir sampai apa? SD? SMP? SMA?
11

P: Saya tidak sekolah karena saya sudah pintar. (waham kebesaran) Buat apa saya
sekolah ingin bersama teman-teman. Saya lahir ke dunia ini tahun 1996. Tapi saya lahir
ke dunia karena kangen sama akherat, karena saya ingin mengasih tahu bahwa ini telah
menjadi surga. (inkoherensi)
D: Hhm.. Bapak agamanya apa?
P: Islam. Ayah saya punya anak 3? (flight of idea) Yang paling soleh adalah saya, yang
paling kaya ilmunya adalah saya. (waham kebesaran) Tapi saya harus rela untuk
meninggal. Karena nanti suatu saat mereka akan membutuhkan saya lagi. (inkoherensi)
D: Hhm.. hari ini hari apa pak?
P: Hari Senin tanggal 1 September 2014. Karena saya adalah orang yang paling cerdas di
dunia. Kalau saya bodoh saya ga akan membuat kapal untuk kalian. Ayah saya tahu
kelemahan saya. Ayah saya mengikat saya tidak begini.
D: Di rumah juga diikat?
P: Karena saya ingin bunuh diri, tapi gak mau mati. (irelevan, ide bunuh diri)
D: Kenapa mau bunuh diri?
P: Karena melatih sosok bapak yang selalu keras pada saya. Tolong lepasin ikatannya.
Saya mau buang air.
D: Ya nanti bilang sama perawatnya.
***

12

Anda mungkin juga menyukai