Anda di halaman 1dari 14

PAPER

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

PAPER
KERATOAKANTOMA

DISUSUN OLEH:
KAMALESWARAN CHANDRASEGARAN
100100418
Pembimbing:
Dr. Ruly Hidayat, M.Ked (oph), Sp.M
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2015

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul
Keratoakantoma. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pembimbing,
dr.Ruly Hidayat, M.Ked (oph), Sp.M atas bimbingannya.
Adapun tujuan pembuatan paper ini adalah untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik senior pada Departemen Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan paper ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin berterima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan paper ini
baik dari segi isi maupun sistematika penulisan karena keterbatasan kemampuan
penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak untuk menyempurnakan paper ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Medan, September 2015

Penulis

ii

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1. Definisi......................................................................................................3
2.2. Etiologi......................................................................................................4
2.3. Klasifikasi.................................................................................................5
2.4. Patogenesis...............................................................................................7
2.5. Diagnosis...................................................................................................7
2.6. Diagnosis Banding...................................................................................8
2.7. Penatalaksanaan......................................................................................8
2.8. Prognosis..................................................................................................9
BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................10
3.1. Kesimpulan............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...11

iii

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Keratoakantoma Orbita.....................................................5
Gambar 2 Gambaran Histopatologi Keratoakantoma................................5

iv

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keratoakantoma adalah tumor derajat rendah yang relatif umum
yang berasal dari kelenjar pilosebaceous dan mirip karsinoma sel skuamosa
(SCC).
Pada mulanya tumor ini dianggap sama dengan sel skuamous
karsinoma yang diindikasikan sebagai self healing carcinoma. Beberapa
penulis

menamakannya

Keratoakantoma

sedangkan

yang

lainnya

menyebutnya dengan lesi Moluscum sebaceum.1,2


Keratoakantoma dan SCC konvensional berbagi fitur epidemiologi
yang sangat mirip, yang menunjukkan patogenesis umum, seperti kerusakan
actinic. Menurut penelitian, di Palm Springs, California, dikatakan lebih
banyak pasien dengan keratoakantoma berbanding SCC. Dalam studi berbasis
populasi di Hawaii, keratoakantoma dan SCC memiliki insiden yang
sebanding ( 106 kasus per 100.000 populasi untuk keratoakantoma dan 118,2
kasus per 100.000 populasi untuk SCC ). 2,4 Kebanyakan keratoakantoma dan
SCC terjadi pada bagian di kepala / leher dan ekstremitas ( Keratoakantoma,
78 %; SCC, 85 % ). Insiden keratoakantoma dan SCC meningkat secara
signifikan setelah usia 64 tahun. Rata-rata usia pasien adalah 67 tahun untuk
keratoakantoma dan 66 tahun untuk SCC. Rasio laki- perempuan untuk kedua
kondisi serupa, yaitu 2 : 1. Keratoakantoma pada umumnya dijumpai pada
laki-laki kulit putih dewasa dan jarang ditemukan pada laki-laki kulit hitam.2.3
Diagnosis keratoakantoma ini dilakukan dengan dasar dari
pemeriksaan klinis dan hitologi dari lesi. Pembedahan merupakan perawatan
pilihan. Terapi radiasi dan kemoterapi juga sering digunakan.1
Keratoakantoma memiliki prognosis yang baik; namun, telah
direklasifikasi sebagai tipe SCC - KA untuk mencerminkan kesulitan dalam
diferensiasi histologi. Keratoakantoma jarang muncul sebagai tumor multipel

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

dan bisa membesar ( 5-15 cm ), menjadi agresif secara lokal, atau jarang
bermetastasis.3,5
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui mengenai
tumor keratoakantoma di mana tumor ini pada waktu dahulu dianggap sama
dengan skuamous sel karsinoma karena tidak dapat dibedakan baik secara
klinik maupun secara histologis. Selain itu, tujuan penulisan paper ini untuk
memenuhi persyaratan mengikuti kepaniteraan klinik senior di Departemen
Ilmu Kesehatan Mata RSUP Haji Adam Malik Medan.

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi
Keratoakantoma adalah tumor kulit jinak yang non-pigmented
berupa benjolan bulat dan keras, biasanya berwarna seperti daging dengan
bagian tengah seperti kawah yang berlengket. Beberapa kasus tidak dapat
dibedakan klinis dari karsinoma sel skuamosa (SCC). Dalam kasus ini, eksisi
lengkap diperlukan karena specimen lengkap mungkin bisa dibedakan dari
SCC pada pemeriksaan histologi.1,3
Tumor berkembang pesat dengan massa keratin pusat yang terbuka
pada kulit permukaan, yang kadang-kadang dapat dinyatakan. Tumor
mungkin diselesaikan secara spontan, membentuk bekas luka cekung kecil.
Diagnosis harus mengecualikan karsinoma sel basal margin keratoakantoma
yang bersifat avaskular. Demikian pula, karsinoma sel skuamosa hanya dapat
ditegakkan oleh biopsi histopatologi.
Keratoakantoma merupakan proliferasi epitel yang berkembang
dengan

cepat.

Ada

bukti

kuat

yang

mendukung

gagasan

bahwa

keratoakantoma adalah varian dari diferensiasi karsinoma sel skuamosa. Studi


ini didasarkan pada ekspresi penanda proliferasi (siklin dan kinase cylindependent) dan Onkoprotein (bermutasi p53) yang dinyatakan sama oleh
kedua entitas. Nodul berbentuk kubah dengan kawah pusat Iled keratin dapat
mencapai ukuran yang cukup besar, hingga 2,5 cm, dengan dalam hitungan
minggu sampai bulan. Biasanya spontan selama beberapa bulan, sehingga
bekas luka sedikit tertekan.3,5
Keratoakantoma (moluskum sebasea) adalah tumor yang tunbuh
secara cepat yang biasanya terjadi pada individu berkulit putih dengan sejarah
atau paparan sinar matahari yang kronis. Hal ini ditemukan lebih sering pada
pasien dengan terapi imunosupresif dan transplantasi ginjal. Keratoakantoma
mungkin memiliki tampilan yang mirip dengan karsinoma sel skuamosa
khususnya pada individu imunosupresif. Secara histologis, keratoakantoma
adalah dianggap sebagai bagian dari spectrum karsinoma sel skuamosa.1,2,4

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

Keratoakantoma kulit biasa dengan karakteristik pertumbuhan


yang pesat dan hyperkeratosis. Pertumbuhan yang cepat dalam waktu 3 bulan
menghasilkan massa tumor bulat telur dengan inti keratin pusat. Hal ini dapat
meniru karsinoma sel skuamosa baik secara klinis dan patologis. Tumor dapat
mencapai ukuran besar dan menempati sebagian besar permukaan anterior
dari kelopak mata.
Eksisi biasanya lebar dan spesimen mengandung didefinisikan
dengan baik bintil umbilikasi dengan keratin pusat inti dan permukaan perifer
bulat halus. Jika pada histologi tumor berbatas tegas, dari skuamosa, dengan
dasar yang datar, dan hyperkeratosis di bagian tengah, didiagnosis dengan
keratoakantoma.2,7
2.2. Etiologi
Keratoakantoma dapat terjadi karena :4,7
1. Faktor eksternal
Sering terpapar sinar matahari
Terpapar sinar X-ray dan radionuklir dalam waktu lama
Pemakaian bahan-bahan kimia seperti arsen, berilium,

cadmium, merkuri, plumbum, dan sebagai logam berat lainnya


Adanya jaringan parut yang luas dan lama. Misalya jaringan
parut akibat luka bakar

2. Faktor internal
Imunitas rendah
Genetik
Hormonal
Ras, banyak terjadi pada kulit putih

Gambar 1 : Keratoakantoma orbita8


4

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

Gambar 2 : Gambaran histopatologi Keratoakantoma (Lesi kulit yang


berbentuk kawah diisi dengan keratin)6
2.3. Klasifikasi
2.3.1.Keratoakantoma Tunggal (Solitary)
Keratoakantoma tunggal sering terjadi pada orang dewasa.
Biasanya lesi ini

tunggal tetapi kadang-kadang ada lesi baru yang

berkembang. Lesi ini terdiri dari nodul bertentuk seperti kubah dan
mempunyai diameter 1 sampai 2,5 cm dengan sel tanduk yang berisi keratin
di tengahnya.7,9
Sekitar 95% keratoakantoma tunggal terdapat pada tubuh yang
sering terkena sinar matahari, tidak pernah pada telapak tangan. Telapak kaki
atau permukaan mukosa.
Keratoakantoma tunggal biasanya mencapai ukuran maksimal
dalam 6-8 minggu dan dapat sembuh secara spontan umunya kurang dari 6
bulan dan biasanya kesembuhan dapat meninggalkan bekas luka.
Keratoakantoma tunggal mempunyai 3 variasi klinik yang jarang
ditemukan, yaitu :3,4,6
a) Keratoakantoma raksasa (Giant)
Keratoakantoma ini dapat mencapai

ukuran

yang

besar.

Keratoakantoma raksasa tumbuh dengan cepat dan mencapai diameter


5 cm atau lebih dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan bagian
dalam. Keratoakantoma raksasa bagaimanapun dapat sembuh secara
5

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

spontan dan memakan waktu beberapa bulan, biasanya sembuh


meninggalkan bekas luka, terutama di kelopak mata dan hidung.
b) Keratoakantoma sentrifugum marginatum
Keratoakantoma ini dapat mencapai ukuran dengan diameter 20 cm
dan tidak ada kecenderungan untuk sembuh secara spontan. Biasanya
dijumpai eksistensi peripheral dengan adanya penonjolan. Adanya
batasan yang bulat dan atropi di pusat lesi.
c) Keratoakantoma subungual
Keratoakantoma ini menunjukkan lesi berbentuk keratin dan bersifat
menghancurkan dengan ekskresi keratonik di bawah distal dari kuku.
Kesembuhannya secara perlahan-lahan terjadi sehingga memakan
waktu

yang

karatoakantoma

lama.

Histopatologinya

tunggal

lain

tetapi

adalah
subungual

mirip

dengan

menunjukkan

diskeratosis yang lebih jelas dengan atipia nuklir yang sedikit atau
tidak ada.

2.3.2.Keratoakantoma Multiple6,10
Ada 2 tipe keratoakantoma multiple :
a) Multiple self healing epitelioma
Lesi ini dapat muncul pada anak-anak dan orang dewasa, tumor ini
menyerang di segala bagian kulit termasuk telapak tangan dan
telapak kaki, tetapi khususnya terdapat di muka dan ekstremitas.
Umumnya tidak lebih 12 lesi dalam satu waktu. Lesi ini biasanya
dapat sembuh dengan adanya bekas luka.
b) Keratoakantoma eruptif
Lesi ini berdiameter lebih kurang 2 mm sampai 3 mm dan terdapat
papul di dalam lesi. Lesi ini dapat terjadi pada mukosa mulut dan
laring.
2.4. Patogenesis
Keratoakantoma berasal dari sel epitel skuamosa yang mengalami
perkembangan di sekitar keratin kemudian ke bagian dalam dermis dan
membentuk lesi seperti kubah. Sitoplasma eosinipilik menghasilkan keratin

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

sehingga sel-sel epitel akan berdeferensiasi. Kemampuan untuk mengubah


bentuk dan kemudian terjadi keratinisasi, invasi serat elastik dan kolagen
sehingga di dalam lapisan dermis terbentuk keratoakantoma.
Trauma, sinar matahari, karsinogenik kimia, faktor genetik, dan
status imunocompromised telah terlibat sebagai faktor etiologi. Secara
histologi lesi berkembang dengan pesat dan menunjukkan lesi yang berbentuk
seperti kawah yang diisi dengan keratin. Lesi ini terbentuk dari hipertrofi dan
down growing epidermin non-ganas, dimana lapisan basal yang utuh, dan
mengarahkan sel skuamosa ke dalam korium sehingga dapat berkembang
biak dan terjadi hiperplasia.10,12
2.5. Diagnosis
Keratoakantoma ditemukan sebagai lesi berdaging, tinggi dan nodular
dengan bentuk kawah yang tidak teratur dan inti hiperkeratosis pusat
karakteristik. Biasanya penderita akan melihat tumor berbentuk kubah
berkembang pesat pada kulit yang terpapar sinar matahari.5,11
Jika seluruh lesi dihapus, ahli patologi mungkin akan dapat
membedakan antara keratoacanthoma dan karsinoma sel skuamosa . Jika
hanya sebagian dari lesi dihapus, diagnosis percaya diri mungkin mustahil.13
2.6. Diagnosis Banding10,12,14
Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma Verrucous
Actinic Keratosis
Cutaneous Horn
Karsinoma Merkel Sel
Metastasis Karsinoma Kulit
Moluskum Kontagiosum
Muir-Torre Syndrome
Prurigo Nodularis
Sporotrichosis
2.7. Penatalaksanaan
a) Terapi Obat-obatan
Retinoid sistemik, seperti isotretinoin, dapat diberikan untuk pasien
dengan lesi yang banyak untuk intervensi bedah.

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

Methotrexate intralesi (MTX), 5-fluorouracil, bleomycin, dan


steroid telah digunakan dengan sukses pada pasien yang baik kandidat
bedah atau memiliki lesi yang tidak dapat dioperasi karena ukuran atau
lokasi.9,15
b) Terapi Radiasi
Sinar X dalam dosis kecil dapat memberikan respon yang baik
dalam pengobatan keratoakantoma. Terapi radiasi dapat berguna pada
pasien dengan tumor yang terlalu besar dan dilakukan setelah tumor
dibedah. Terapi radiasi jarang diminta pada pasien usia muda yang mana
bisa terjadi kerusakan sel akibat radiasi yang terus menerus.
c) Terapi Bedah
Terapi bedah adalah gold standard untuk penanganan
keratoakantoma. Eksisi bedah yang standar pada regio yang mudah
dilakukan harus dilakukan. Jika eksisi standar untuk keratoakantoma
adalah pilihan , disarankan untuk menggunakan margin bedah yang pada
saat ini direkomendasikan untuk SCC ( 4-6 mm ). Kuretase dan
electrodessication juga merupakan modalitas yang menarik tapi
tumornya dapat kambuh. Mohs Surgery adalah penanganan pilihan untuk
mempertahankan jaringan. Pada pasien dengan transplantasi organ,
keratoakantoma harus ditangani oleh Mohs dengan dua alasan yaitu
resiko kekambuhan adalah tinggi dan melibatkan masalah membuat
diagnosis yang akurat ketika biopsi dilakukan pada keratoakantoma.14,15
2.8. Prognosis
Penyembuhan keratoakantoma yang terjadi secara spontan
biasanya menimbulkan bekas luka. Setelah dilakukan perawatan terhadap
keratoakantoma biasanya tidak pernah kambuh kembali dan bila ada ini
merupakan hal yang jarang terjadi.8,14

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

BAB 3
KESIMPULAN
3.1.

Kesimpulan
Keratoakantoma adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan
epitel pada permukaan kulit yang umumnya terjadi karena sering terkena sinar
matahari. Sesungguhnya penyebab keratoakantoma tidak jelas, sehingga
cenderung dikaitkan dengan beberapa faktor diantaranya adalah : pada bagian
kulit yang sering terkena sinar matahari, pada orang-orang yang bekerja di
industri, orang yang terkena virus, adanya faktor genetik, sistem imun yang
lemah, trauma dan bahan kimia seperti minyak mineral dan senyawa tar.
Keratoakantoma biasanya berawal sebagai makula yang berubah
menjadi papul dengan permukaan kulit kokoh dan bersisik. Kemudian papul
ini cepat membesar selama 2 sampai 8 minggu. Secara klinis keratoakantoma
hampir mirip dengan skuamous sel karsinoma. Sehingga sangat sukar untuk
menentukan diagnosis yang pasti, untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan
histopatologi dari lesi ini. Keratoakantoma pada umumnya dapat sembuh
sendiri, namun pada keratoakantoma yang tidak sembuh biasanya dilakukan
pembedahan.

PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

NAMA : C. KAMALESWARAN
NIM
: 100100418

Daftar Pustaka
1. Cerroni L, Keri H. Keratoachantoma. In: Wolff K, et al, editor.
Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th Edition. New York: Mc.
Graw Hill, 2008. H. 1049-53
2. American Academy of Ophthalmology. Orbit, Eyelid and Lacrimal System
Disorder. 2014-2015. Singapore : The Eye M.D. Association.
3. William D. James, MD Paul R Gros. Keratoacanthoma. Updates: Mar 26,
2014.

Medscape.

Available

from

http://emedicine.medscape.com/article/1100471-treatment
4. A.K.Khurana. Comprehensive Ophthalmology, Fourth Edition. Chapter 7Eyelid Disease. India New Age International (p) 2007 p5-11 & p134-136.
5. Demis D. Joseph. Clinical Dermathology. 4 th ed. Harper and row.
Publishers Philadelphia, 1983 : 506-509.
6. Bowling B. Kanskis Clinical Ophthalmology a Systematic Approach. 8 th
ed. : Elsevier.
7. American Academy of Ophthalmology, The Eye M.D. Association.
Ophthalmic Pathology and Intraocular Tumors. 2011-2012 : 216-217.
8. Timothy L Jackson. Mooerfields Manual of Ophthalmology. 2008 : 31-32.
9. James, dkk. Oxford American Handbook of Opthalmology : 2000 : 144.
10. Sherwood, L. (2010). Human Physiology from Cells to Systems 7th ed.
Canada : Brooks/Cangage Learning.
11. Jogi R. Basic Ophthalmology. 4th ed. India : Jaypee Brothers Medical
Publishers; 2009.
12. Lang GK. Ophthalmology Short Textbook, 1st ed. Newyork :2000 : 42.
13. Jack J. Kanski Clinical Ophtalmology a Systematic Approach. Sixth
edition. 2007 : 101.
14. Weng Shu, William R. Ophthalmic Pathology. An illustrated guide for
clinical. Blackwell publishing. 2005.
15. Anderson. W.A.D. Pathology. Tokyo. Nankodo Company, LTD. 1971 :
1647-1648.

10

Anda mungkin juga menyukai