OLEH :
NAMA
: HENERASIA ANNISAPRAKASA
NIM
: G111 13 058
KELAS
:A
membentuk
siklus
melalui
beberapa
proses,
misalnya
evaporasi
menguapkan air dari laut, permukaan bumi, dan badan air ke atmosfer, uap air
mengalami kondesasi dan kemudian jatuh menjadi presipitasi, air kemudian
terakumulasi di dalam tanah dan badan air, selanjutnya dengan proses evaporasi
air diuapkan kembali ke atmosfer. Secara global siklus air yang terjadi
membentuk sistem tertutup, dimana selama masa sekarang hampir tidak ada
penambahan jumlah volume air yang berarti di luar sistem biosfer yang ada.
Volume air di bumi diperkirakan mencapai 1,4 milyar km3, dan terdistribusi
sebagai air laut (97,5 %), air daratan berbentuk es (1,75 %), 0,73 % air di darat
(sungai, danau, air tanah, dan sebagainya), dan 0,001 % berada sebagai uap air di
udara.
memerlukan
energi
panas
matahari
yang
cukup
untuk
mengevaporasikan uap air dari lautan atau badan-badan air (seperti : sungai,
danau, vegetasi, dan tanah lembab) ke atmosfer. Di atmosfer uap air mengalami
kondensasi berupa butiran hujan atau kristal es berbentuk awan. Sampai ukuran
tertentu butiran air tersebut turun ke bumi menjadi presipitasi baik dalam bentuk
cair (hujan) atau padat (salju). Namun di daerah tropika basah bentuk presipitasi
pada umumnya berupa hujan, sehingga dalam pembahasan selanjutnya istilah
hujan menggantikan istilah presipitasi.
Sebagian hujan yang jatuh sebelum mengenai tanah terlebih dulu
mengenai vegetasi, bangunan, atau penutup permukaan tanah lainnya. Hujan yang
diintersepsi oleh vegetasi kemudian dievaporasikan kembali ke atmosfer. Setiap
vegetasi memiliki kemampuan menyimpan air (intersepsi) yang berbeda.
Misalnya vegetasi hutan memiliki kapasitas intersepsi yang lebih besar
dibandingkan dengan rumput. Bagian hujan lainnya yang jatuh ke bumi ada juga
yang langsung masuk ke lautan atau badanbadan air dan kembali diuapkan ke
atmosfer.
Air hujan yang lolos dari intersepsi selanjutnya mencapai permukaan
tanah melalui batang tumbuhan (stemflow) atau jatuh langsung (throughfall) dari
bagian atas (daun). Di permukaan tanah air mengisi simpanan depresi (depression
storage) dan setelah pori tanah terisi, aliran air kemudian mengikuti gaya gravitasi
air terus masuk ke dalam tanah (infilitrasi). Dalam tahap ini kemampuan tanah
menyerap air tergantung dari permeabilitas tanah dan vegetasi yang ada di
atasnya. Di bawah permukaan tanah air terakumulasi dan membentuk aliran
bawah permukaan, selanjutnya pada titik tertentu akan keluar sebagai aliran
bawah permukaan (subsurface runoff) dan masuk ke dalam sungai. Apabila air
terus menembus semakin dalam lapisan tanah, aliran air dapat mencapai air tanah
(groundwater recharge) yang merupakan lapisan bawah tanah yang kurang
permeabel. Setelah mencapai simpanan air tanah, air bergerak mengikuti
permukaan air tanah yang merupakan wilayah tekanan, dan selanjutnya aliran air
tanah keluar dan masuk ke dalam sungai. Laju aliran air tanah yang keluar
tergantung kepada struktur geologi wilayah, permeabilitas tanah, dan lapisan
bawah permukaan.
Apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi, maka air hujan yang
jatuh akan menjadi aliran permukaan (surface runoff) dan kemudian menuju
sungai atau badan air terdekat. Aliran permukaan ini juga merupakan salah satu
energi yang dapat menggerus partikel tanah di permukaan dan menyebabkan
erosi. Aliran permukaan semakin besar dengan semakin tingginya intensitas
hujan, lereng yang semakin curam, semakin berkurangnya kekasaran permukaan
tanah, dan semakin kecilnya kapasitas infiltrasi.
Komposisi aliran air di dalam sungai terdiri dari aliran permukaan (surface
runoff), aliran bawah permukaan (sub surface runoff), dan aliran air tanah
(groundwater). Di dalam aliran air yang mengalir senantiasa membawa bahan
dan mineral yang dapat larut dan tidak larut. Bahan yang dibawa aliran air
kemudian diendapkan secara selektif.
MASALAH-MASALAH DALAM DAS
Dalam mengelola sumberdaya lahan suatu DAS perlu diketahui apa yang
menjadi masalah utama DAS. Masalah DAS pada dasarnya dapat dibagi menjadi:
a. Kuantitas (jumlah) air
1)
2)
3)
b. Kualitas air
1)
2)
Tercemarnya air sungai dan air tanah oleh bahan beracun dan
berbahaya
3)
Tercemarnya air sungai dan air danau oleh hara seperti N dan P
(eutrofikasi)
Masalah ini perlu dipahami sebelum dilakukan tindakan pengelolaan DAS.
Sebagai contoh, apabila masalah utama DAS adalah kurangnya debit air sungai
ringkasan masalah DAS dan alternatif teknologi yang dapat dipilih untuk
mengatasinya.