Anda di halaman 1dari 22

Mekanisme Kerja Organ Pendengaran

Donny Oktavius
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jakarta1
donny_okt@hotmail.com
Pendahuluan
Telinga merupakan alat pendengaran. Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga
luar, telinga tengah dan telinga dalam. Pada bagian luar dan tengah, telinga menyalurkan
gelombang dari udara ke telinga dalam yang berisi cairan, untuk memperkuat energi suara.
Pada bagian dalam, terdapat reseptor-reseptor untuk mengubah gelombang suara tersebut
menjadi impuls-impuls saraf, sehingga kita dapat mendengar.
Dalam hal ini bukan telinga saja yang berperan untuk mendengar, tetapi saraf dan
otak juga ikut berperan dalam proses pendengaran. Pendengaran merupakan persepsi saraf
mengenai energi suara. Dalam proses pendengaran bisa saja terjadi gangguan pendengaran.
Gangguan-gangguan tersebut bisa terjadi karena mungkin ada kesalahan pada telinganya,
jaras yang menghantarkan bunyinya, maupun pada bagian otak.

Struktur Makroskopis
Otak
Otak yang sudah berkembang penuh, merupakan sebuah organ besar yang terletak di
dalam rongga tengkorak. Pada perkebangan awal, otak dibagi menjadi 3 bagian, yaitu otak
depan, otak tengah, dan otak belakang. Otak depan merupakan bagian terbesar dan disebut
serebrum, yang dibagi dalam dua hemisfer, yaitu hemisfer kiri da hemisfer kanan, oleh fisura
longitudinal. Pemisahan komplet ini dibagian depan dan belakang, tetapi di bagian tengah
hemisfer dihubungkan oleh serabut pita lebar, yang disebut korpus kalosum. Lapisan luar
serebrum disebut korteks serebri dan tersusun atas badan abu-abu yang berlipat-lipat yang
disebut giri, yang dipisahkan oleh fisura yang disebut sulci. Ini memungkinkan permukaan
otak menjadi semakin luas. Pola umum giri dan sulci sama pada setiap individu. Tiga sulci
utama membagi tiap hemisfer menjadi 4 lobus.1
1

Alamat Korespondensi:
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telephone: (021) 5694-2061 (hunting),
Fax: (021) 563-1731

Gambar 1. Anatomi Otak

Sumber : triewolz.wordpress.com
Sulkus sentral membentang dari bawah ke atas, dari puncak hemisfer ke suatu tempat
di bawah sulkus lateral. Sulkus lateral membentang ke belakang dari bagian abwah otak
depan dan sulkus parieto-oksipital membentang ke depan dan belakang dalam jalur pendek
dari bagian posterior atas hemisfer. Lobus hemisfer terdiri dari lobus frontal,melintas di
depan sulkus sentral dan di atas sulkus lateral; lobus parietal, melintas di antara sulkus sentral
dan sulkus parieto-oksipital dan diatas garis sulkus lateral; lobus oksipital, membentuk bagian
belakang hemisfer; dan lobus temporal terletak di bawah sulkus lateral dan meluas ke
belakang lobus oksipital.1
Daerah yang terletak tepat di depan sulkus sentral, diketahui sebagai girus pra-sentral
dan merupakan area motorik yang ditimbulkan oleh serabut motorik sistem saraf pusat.
Dibawah sulkus sentral terdapat area sensoris yang disebut girus pascasentral, dimana
berbagai jenis sensasi diterjemahkan. Di dalam otak terdapat rongga yang disebut ventrikel.
Ada dua ventrikel lateral, satu buah ventrikel tengah dan satu buah ventrikel di antara
serebelum dan pons. Semua bersisi carian serebrospinal. Otak tengah terletak di antara otak
depan dan otak belakang. Panjangnya kira-kira 2 cm dan terdiri atas dua buah pita seperti
tangkai dari bahan putih, yang disebut pedunkulus serebeli, yang membawa impuls melewati
dan berasal dari otak dan medulla spinalis dan empat tonjolan kecil yang disebut badan
kuadrageminal, yang berperan dalam reflex penglihatan dan pendengaran. Badan pineal
terletak di antara dua badan kuadrageminal bagian atas.1
2

Otak belakang terditi atas tiga bagian :1


1. Pons yang terletak di antara otak tengah bagian atas dan medula oblongata bagian
bawah. Pons mengandung serabut saraf yang membawa impuls ke atas dan ke bawah
dan beberapa serabut yang menyatu dengan serebelum.
2. Medula Oblongata terletak di antara pons di bagian atas dan medula spinalis di bagian
bawah. Struktur ini berisi pusat jantung dan pusat pernapasan dan juga diketahui
sebagai pusat vital yang mengontrol jantung dan pernapasan.
3. Serebelum terletak di bagian bawah lobus oksipital serebrum. Serebelum dihubungkan
dengan otak tengah, pons, dan medula oblongata oleh tiga serabut pita, yang disebut
pedunkulus serebeli inferior medial dan superior. Serebelum bertanggung jawab
terhadap koordinasi aktivitas otot, kontrol tonus otot, dan upaya mempertahankan
postur tubuh. Secara terus menerus, serebelum menerima impuls sensori tentang
derajat kerengangan otot, posisi sendi dan informasi dari korteks serebri. Serebelum
mengirim informasi ke talamus dan korteks serebri.
Otak tengah, pons dan medula memiliki beberapa fungsi yang sama dan secara keseluruhan
sering disebut sebagai batang otak. Area ini juga mengandung nukleus yang berasal dari saraf
kranial.1
Telinga
Telinga terdiri dari telinga luar (auris eksterna), telinga tengah (auris media) dan
telinga dalam (auris interna). Telinga luar terdiri atas daun telinga (aurikula) dan liang telinga
(meatus akustikus eksterna).2
Gambar 2. Anatomi Telinga

Sumber : belajarrenang.com
Aurikula mempunyai kerangka dari tulang rawan yang dilapisi oleh kulit. Di bagian
anterior aurikula, kulit tersebut melekat erat pada perikondrium sedangkan di bagian posterior
kulit melekat secara longgar. Bagian aurikula yang tidak mempunyai tulang rawan disebut
lobulus.2
Meatus Akustius Interna (MAE) merupakan saluran yang menuju ke arah telinga
bagian tengah dan berakhir pada membrane timpani. MAE mempunyai diameter 0,5 cm dan
panjang 2,5-3 cm. MAE merupakan saluran yang tidak lurus, tetapi berbelok kea rah posterosuperior di bagian luar ke arah antero-superior. Selain itu, terdapat penyempitan di bagian
medial yang dinamakan ismus. Dinding MAE sepertiga bagian lateral dibentuk oleh tulang
rawan yang merupakan kelanjutan dari tulang rawan aurikula dan disebut sebagai pars
kartilagenus. Bagian ini bersifat elastis dan dilapisi kulit yang melekat erat pada
perikondrium. Kulit pada bagian ini mengandung jaringan subkutan, folikel rambut, kelenjar
lemak (glandula sebacea) dan kelenjar serumen (glandula ceruminosa). Dinding MAE dua
pertiga bagian medial dibentuk oleh tulang dan disebut pars osseus. Kuliat yang meliputi
bagian ini sangat tipis dan melekat erat pada periosteum. Pada bagian ini tidak di dapatkan
folikel rambut ataupun kelenjar. Dengan demikian dapat dimengerti jika serumen dan frunkel
hanya dapat di temukan di sepertiga bagian lateral MAE.2
4

Telinga bagian tengah (auris media) merupakan ruangan yang berisi udara dan terletak
di dalam tulang temporal. Auris media terdiri dari kavum timpani, tuba eustachius, mastoid
yang terdiri dari antrum dan selula mastoid. Semua ruangan yang membentk auris media
dilapisi oleh mukosa dengan epitel selapis kubis yang sama dengan mukosa kavum nasi dan
nasofaring. Selain itu, mukosa auris media merupakan kelanjutan mukosa nasofaring dan
mukosa tuba eustachius. Secara klinis hal ini mempermudah keradangan pada nasofaring
meluas ke kavum timpani dan menimbulkan keradangan pada kavum timpani.2
Kavum timpani merupakan bagian terpenting dari auris media, mengingat banyaknya
struktur yang ada di dalamnya yaitu tulang, otot, ligament, saraf, dan pembuluh darah.
Kavum timpani dapat dibayangkan sebagai kotak dengan dinding enam dan dindingnya
berbatasan dengan organ-organ penting. Kavum timpani dibagi menjadi 3 bagian yaitu,
epitimpanium, mesotimpanium, dan hipotimpanium. Pada kavum timpani terdapat:2
a. Osikula, yang terdiri atas:

Maleus, dengan bagian bagiannya yaitu kaput, kolum, prosesus brevis,


prosesus

longus

dan

manubrium

malei.

Kaput

malei

mengisi

epitimpanium, sedangkan bagian yang lain mengisi mesotimpanium.

Inkus, terdiri atas kaput, prosesus brevis dan prosesus longus. Sebagian
besar inkus mengisi epitimpanium dan hanya sebagian dari prosesus
longus yang mengisi mesotimpanium.

Stapes, terdiri atas kaput, kolum, krus anterior, krus posterior, dan basis.

Ketiga tulang pendengaran tersebut satu dengan yang lain dihubungkan dengan suatu
persendian, sehingga merupakan suatu rangkaian yang disebut rantai osikula. Basis stapes
menutup foramen ovale dengan perantaraan jaringan ikat yang disebut ligamentum anulare.
Rantai osikula dan gerakan basis stapes penting artinya bagi sistem konduksi pada fungsi
pendengaran.
b. Muskuli, terdiri atas M.tensor timpani yang mempunyai fungsi meregangkan
membrantimpani dan M. stapedius yang mempunyai fungsi mengatur gerakan
stapes.

c. Ligamen, mempunyai fungsi mempertahankan posisi osikula di dalam kavum


timpani.
d. Saraf yang berada dalam kavum timpani adalah N.korda timpani. Saraf ini
merupakan cabang dari pars vertikalis N. fasialis.
Kavum timpani yang diibaratkan suatu kotak mempunyai batas sebagai berikut:2
a. Dinding superior, merupakan tulang yang sangat tipis dan merupakan batas
antara kavum timpani (epitimpanium) dengan fosa kranii media (lobus
temporalis). Hal ini menyebabkan radang dalam kavum timpani dapat meluas ke
dalam endokranium.
b. Dinding inferior, berbentuk tulang tipis yang merupakan pembatas antara
hipotimpanium dengan bulbus V.jugularis. Keadaan ini menyebabkan radang
dalam kavum timpani dan dapat menimbulkan trombhoplebitis.
c. Dinding posterior, terdapat aditus ad antrum yang menghubungkan kavum
timpani dengan antrum mastoid dan bagian vertikel dari kanal N.VII.
d. Dinding anterior, terdapat A. karotis interna, muara tuba Eustachius dan M.
Tensor timpani.
e. Dinding medial, merupakan batas kavum timpani dengan labirin. Di bagian ini
struktur penting yaitu kanalis semisirkularis pars horizontal yang merupakan
bagian dari labirin, kanalis N. VII pars horizontal dan foramen ovale yang ditutup
oleh basis stapes. Promontorium berbentuk tonjolan kea rah kavum timpani
merupakan lingkaran pertama koklea. Foramen rotundum ditutup oleh membrane
yang disebut membrane timpani sekundaria, menjadi batas antara kavum timpani
dengan skala timpani.
f. Dinding lateral, terdiri atas 2 bagian yaitu, pars oseus yang merupakan dinding
lateral dari epitimpanium, membentuk sebagian kecil dari dinding lateral kavum
timpani dan pars membraseus, yang disebut juga membran timpani.
Membran timpani memisahkan kavum timpani dengan meatus akustikus eksterna.
Bentuknya seperti kerucut dengan basis oval dan puncak kerucut cekung ke arah medial. Tepi
membran timpani disebut margo timpani. Membran timpani terpasang miring dengan melekat
6

pada suatu lekukan tulang yang disebut sulkus timpanikus dengan perantaraan jaringan ikat
(annulus timpanicus). Bagian atas membran timpani yang berbentuk bulan sabit disebut pars
flaksida atau membrane Sharpnelli. Pars flaksida ini lebiht ipis dan lebih lentur. Bagian
bawah berbentuk oval dengan warna putih mutiara yang disebut pars tensa. Pars tensa ini
merupakan bagian terbesar dari membrane timpani dan merupakan selaput lebih tebal. Secara
histologis pars tensa membrane timpani terdiri atas lapisan luar berupa epitel kulit yang
merupakan lanjutan epitel kulit meatus akustikus eksterna, lapisan tengah yang terdiri dari
lapisan jariangan ikat tersusun sirkular dan radial dan lapisan dalam yang dibentuk oleh
mukosa kavum timpani. Pars flaksida hanya terdiri dari lapisan luar dan lapisan dalam tanpa
lamina propria.2
Tuba eustachius merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan
nasofaring, berbentuk terompet, panjang 33 mm. Tuba eustachius dari kavum timpani menuju
nasofaring terletak dengan posisi infero-antero-medial sehingga ada perbedaan ketinggian
antara muara pada kavum timpani dengan muara pada nasofaring sekitar 15 mm. Muara pada
kavum timpani selalu terbuka, sedangkan muara pada nasofaring selalu tertutup dan abru
terbuka bila ada kontraksi M.levator dan M.Tensor veli palatine yaitu pada waktu menguap
atau menelan. Fungsi tuba Eustachius antara lain adalah untuk menjaga agar tekanan di dalam
kavum timpani sama dengan tekanan udara di luar dan untuk menjamin ventilasi udara di
dalam kavum timpani.2
Terdapat 2 hal penting tentang mastoid, yaitu topografi dan pneumatisasi mastoid.
Dari segi topografinya, dinding anterior mastoid merupakan dinding posterior kavum timpani
dan meatus akustikus eksterna. Antrum mastoid da kavum timpani dihubungkan lewat aditus
ad antrum. Dinding atas antrum mastoid disebut ligamentum antri, merupakan dinding tipis
seperti juga pada tegmen timpani dan merupakan batas antara mastoid dengan fosa kranii
media. Dinding posterior dan medial merupakan dinding tulang tipis membatasi mastoid
dengan sinus sigmoid.2
Proses pneumatisasi mastoid di dalam prosesus mastoid terjadi setelah bayi lahir. Berdasar
pertumbuhan dan bentuknya dikenal 4 jenis pneumatisasi, yaitu :2
a. Infantil, selula yang terjadi akibat proses pneumatisasi sangat sedikit jumlahnya.

Akibatnya bagian korteks di prosesus mastoid menjadi sangat tebal sehingga jika
terjadi perluasan abses lebih mudah ke arah endokardium.
7

b. Normal, selula yang terjadi meluas sedemikian rupa sehingga hampir meliputi

seluruh prosesus mastoid. Akibatnya bagian korteks di prosesus mastoid menjadi


sangat tipis dan abses mudah pecah keluar sehingga timbul fistel retroaurikuler.
c. Hiperpneumatisasi, selula yang terjadi tidak hanya terbatas pada prosesus

mastoid saja, akan tetapi juga meluas sampai os zygomaticum dan bahkan sampai
pada apeks piramidalis. Akibatnya, keradangan pada mastoid dapat meluas sampai
menimbulkan abses preaurikularis dan bahkan samai abses supraaurikularis.
d. Sklerotik, berbentuk seperti pneumatisasi tipe infantile. Tipe sklerotik ini terjadi

akibat adanya keradangan kronik dalam kavum timpani dan kavum mastoid.
Akibatnya keradangan lebih mudah meluas ke arah tegmen antri, masuk ke fosa
kranii media dan timbul meningitis atau abses otak.
Telinga dalam (auris interna) disebut juga labirin. Di dalamnya terdapat dua alat yang
saling berdekatan yaitu organ status (alat imbang) dan organ auditus (alat dengar). Keduanya
berbentuk tabung yang masing-masing berisi endolimf dam perilimf. Cairan endolimf keluar
melalui duktus endolimfatikus sedangkan cairan perilimf berhubungan dengan liquor
cerebrospinalis melalui duktus perilimfatikus. Organ status terdiri atas 3 kanalis
semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis horizontal, kanalis semisirkularis vertical posterior
dan kanalis semisirkularis vertical anterior. Alat keseimbangan inilah yang membuat
seseorang menjadi sadar akan posisi tubuhnya dalam suatu ruangan. Organ auditus, yaitu alat
pendengaran yang terdiri dari koklea yang berbentuk rumah siput dengan dua setengah
lingkaran yang akan mengubah getaran suara dari sistem konduksi menjadi sistem saraf.2

Struktur Mikroskopis
Telinga Luar
Aurikula atau pinna terdiri atas lempeng tulang rawan elastis dengan bentuk tidak
teratur, setebal 0,5-1mm, dibungkus perikondrium yang mengandung banyak serat elastis.
Kulit yang menutupi tulang rawan mempunyai lapisan subkutan jelas hanya di bagian
posterior aurikula. Ia dilengkapi beberapa rambut pendek dan kelenjar sebasea.3
Meatus akustikus eksternus adalah saluran yang terbentang antara aurikula sampai
membran timpani dengan panjang sekitar 2,5 cm. Sepertiga bagian luar merupakan lanjutan
dari tulang rawan aurikula dan duapertiga dalamnya adalah saluran dalam tulang temporal.
8

Kulit yang melapisi itu tipis dan melekat erat pada perikondrium dan periosteum dibawahnya.
Kelenjar sebasea pada folikel rambut sangat besar. Kulit pada segmen ini juga mengandung
kelenjar seruminosa yang merupakan bentuk khusus kelenjar keringat apokrin yang tubular
bergelung, yang mensekresi serumen, yaitu sekret sejenis lilin coklat. Setiap tubul kelenjar
dikelilingi jalinan tipis sel-sel mioepitel. Pada keadaan istirahat, lumen kelenjar besar dan
epitel pelapisnya kuboid, namun pada keadaan aktif, sel-selnya kolumnar dan lumennya
mengkerut. Saluran keluar kelenjar seruminosa bermuara pada permukaan bebas kulit atau
pada leher folikel rambut. Serumen tersebut diduga membuat kulit yang melapisi meatus
kedap air dan bersama rambut-rambut kasar diduga untuk mencegah masuknya serangga.3
Telinga Tengah
Kavum timpani adalah ruang berisikan undara berbentuk tak teratur dengan diameter
sekitar 6-15mm, di dalam tulang temporale. Kavum ini dilapisi oleh epitel selapis gepeng,
namun dekat muara tuba auditorius dan dekat tepian membrana timpani, ia kuboid dan
mungkin bersilia. Tidak ditemukan kelenjar pada kavum timpani. Kavum timpani
mengandung tiga tulang pendengar dan muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius
yang berhubungan dengan tulang pendengar. Tiga tulang bersendi kecil, malleus, inkus dan
stapes terbujur melintangi kavum dari perlekatan malleus pada membrana timpani ke dinding
medial, tempat stapes duduk di atas fenestra vestibuli atau foramen ovale, lubang pada labirin
tulang dari telinga dalam. Landasan stapes ditahan pada foramen ovale oleh ligamentum
annulare fibrosa. Ketiga tulang dihubungkan oleh sendi diartrosis khas dan disokong dalam
kavum oleh ligamen-ligamen halus. Pelapis kavum timpani ikut menutupi tulang pendengar
dan melekat erat pada periosteumnya.3
Membrana timpani ini semi-transparan, lonjong, berbentuk kerucut sangat rendah
dengan apeks mengarah ke medial. Bentuk kerucutnya dipertahankan oleh insersio, pada
permukaan medialnya, manubrium dari malleus yang cenderung menarik bagian pusat
membran ke medial. Membran ini dibentuk oleh dua lapis serat kolagen dan fibroblas. Di
lapis luar, serat kolagen terorientasi radial, sedangkan pada lapis dalam tersusun melingkar.
Juga terdapat jalinan tipis serat-serat elastis. Pada permukaan luar membrana timpani dilapisi
selapis kulit sangat tipis tanpa rambut dan kelenjar. Permukaan dalamnya dilapisi mukosa
dari rongga timpani dan terdiri atas epitel gepeng dan lamina propria tipis dengan dikit serat
kolagen dan kapiler. Pembuluh dan saraf mencapai pusat membran melalui jaringan ikat
subepitel di atas manubrium malleus.3
9

Dari dinding anterior kavum timpani, tuba auditorius berjalan antero-medial dan
inferior sejauh 4 cm dan bermuara pada dinding postero-dorsal nasofaring. Sepertiga bagian
pertama, dekat kavum timpani, disokong oleh tulang dan sisanya disokong di medial oleh
tulang rawan dan di lateral oleh jaringan ikat fibrosa. Pada potongan melintang tuba
auditorius, tulang rawan yang menyokong bagian medial dan superior memiliki konfigurasi
mirip kait. Tulang rawannya elastis hampir di seluruh panjangnya namun serat-serat
elsatisnya hilang dan menjadi tulang rawan hialin di dekat ujung faringealnya. Diameter tuba
agak mengkerut pada batas segmen tulang rawan dan tulangnya dan bagian ini disebut
sebagai ismus. Lumen tuba agak gepeng pada bidang vertikal dan dilapisi mukosa yang
melipat-lipat menjadi rugae pada ujung faringeal maupun ujung timpani. Pada bagian tulang
tuba, ia relatif tipis dan terdiri atas epitel kolumnar rendah bersilia, duduk di atas lamina
propria tipis, yang melekat erat pada periosteum. Pada bagian tulang rawan tuba, epitel itu
bertingkat dan terdiri atas sel-sel kolumnar tinggi, banyak di antaranya bersilia. Lamina
propria di bawahnya, pada segmen ini, mengandung banyak kelenjar tubulo-alveolar
kompleks, yang menggetahkan mukus melalui saluran yang bermuara ke dalam lumen
saluran. Pada daerah ini, dekat faring, sel-sel goblet tersebar di antara sel-sel epitel kolumnar.
Di seluruh lamina propria, pada kedua segmen tuba, ditemukan sangat banyak limfosit. Dekat
muara faringeal, sering ditemukan kumpulan jaringan limfoid membentuk yang disebut
tonsila tuba.3
Telinga Dalam
Telinga dalam menempati ruang yang kompleks di pars petrosa tulang temporal yang
disebut labirin ossea, yang dibagi menjadi dua ruang utama yang besar disebut vestibulum
dan koklea. Vestibulum mengandung sakulus, utrikulus dan tiga kanalis semisirkularis.
Koklea mengandung organ corti.4
Koklea adalah suatu ruang yang berbentuk spiral dengan axis dibentuk oleh suatu
tiang tulang disebut modiolus. Koklea mempunya dasar yang lebar dan ke atas makin kurus,
seperti kerucut. Bagian basal modiolus yang lebar terbuka ke dalam rongga kranial pada
meatus akustikus internus, terdapat juluran saraf aferen dari pars koklearis nervus kranialis ke
delapan melewati sejumlah lubang-lubang kecil. Badan sel dari juluran saraf ini tersusun
bersama-sama dalam ganglion spiral. Dendrit sel-sel ini mempersarafi sel-sel rambut telinga
dalam dan juluran axon dalam susunan saraf pusat. Koklea dibagi menjadi dua ruang oleh
lembar tulang yang disebut lamina spiralis ossea dan suatu membran disebut membran
10

basilaris (lamina spiralis membranosa). Koklea selanjutnya dibagi oleh membran vestibularis
terbentang antara lamina spiralis dan dinding koklea.4
Koklea mempunyai tiga bagian : saluran atas disebut skala vestibuli, saluran bawah
disebut skala timpani dan saluran antara kedua saluran ini disebut duktus koklearis. Ada juga
duktus reuniens, yaitu duktus yang menghubungkan duktus koklearis dengan aparatus
vestibularis. Skala vestibuli dan skala timpani adalah ruang perilimfatik. Skala vestibuli
berakhir pada fenestra ovalis dan skala timpani berakhir pada fenstra rotundum. Skala
vestibuli dan skala timpani berhubungan pada apex duktus koklearis pada lubang kecil yang
disebut helikotrema.4
Utrikulus berhubungan dengan ketiga kanalis semisirkularis, yang terisi dengan
endolimf dan mengandung tiga pelebaran disebut ampulla. Tiap ampulla mempunyai suatu
bercak neuroepitel disebut krista ampularis yang terdiri atas sel rambut. Krista ampularis
mempunyai suatu bahan ekstraseluler disebut kupula, yang bersandar pada sel-sel rambut.
Baik utrikulus maupun sakulus mempunyai suatu makula neuroepitel. Makula utrikuli dan
makula sakuli mempunyai membran ototlitik ekstraselular dengan otolit yang terbenam. Selsel rambut di makula dirangsang oleh pergerakan otolit dan membran otolitik selanjutnya
digerakkan oleh pergerakan kepala. Sakus endolimfatikus mempunya epitel kolumnar yang
mengandung beberapa sel-sel mikrovili dan sejumlah vesikel pinositotik apikal. Makrofag
dan netrofil menembus epitel dengan mudah. Cairan endolimfatik dan sisa-sisa sel endolimf
mungkin disingkarkan pada sakus endolimfatikus.4
Duktus koklearis adalah divertikulum sakulus yang sangat khusus, yang mengandung
organ corti. Pada dinding luar duktus koklearis, lapis sel-sel yang dalam dari membran
vestibularis menjadi kontinyu dengan epitel berlapis yang disebut stria vaskularis. Sel-sel
basal di stria vaskularis mempunyai lipatan di basal dan sejumlah mitokondria. Stria
vaskularis terlibat dalam mempertahankan komposisi ion endolimf yang tidak biasa. Epitel
duktus koklearis melipat dari stria vaskularis ke membran basalis. Sel-sel claudius dan sel-sel
Boucher ada di epitel sebelum mencapai organ Corti.4
Organ corti terdiri atas banyak jenis sel yang berbeda. Organ ini mempunyai enam
jenis sel penyokong dan dua jenis sel rambut.4

11

a. Sel penyokong

Sel penyokong berbentuk tinggi dan

kurus dan mengandung banyak

tonofibril. Permukaan apikalnya berhubungan satu sama lain, sel-sel


rambut atau keduanya untuk membentuk permukaan kontinyu yang
disebut membran retikularis.

Terowongan dalam ditengah organ corti bersandar pada membran basilaris.


Dasar dan dinding terowongan dalam terdiri atas sel-sel tiang dalam, yang
berhubungan dengan sel rambut dalam dan tiang luar, yang berhubungan
dengan sel rambut luar.

Batas dalam organ corti dibentuk oleh sel-sel batas, batas luar dibentuk
oleh sel-sel Hensen.

Sel falangeal bersandar pada membran basilaris. Tiap sel falangeal


mempunyai lekukan seperti cangkir di permukaan apikalnya. Sepertiga
bagian bawah sel rambut bersandar pada lekukan ini.

Terowongan mengandung juluran saraf aferen dan eferen melewati selsel falangeal dan bersinaps dengan sel-sel rambut.

Bagian apikaln sel-sel falangeal meluas ke dalam juluran falangeal


seperti payung, yang berhubungan dengan bagian apikal sel-sel
rambut.

b. Sel-sel rambut

Sel rambut dalam dan sel rambut luar berkaitan dengan sel falangeal dan
dilekatkan oleh ujung saraf aferen dan eferen

Tiap sel rambut dalam dan luar mempunya mikrovili apikal yang panjang
disebut stereosilia dan suatu sentriol di apikal.

Sel rambut luar mempunyai sekitar 100 stereosilia tersusun dalam


bentuk W

Sel rambut dalam mempunyai stereosilia lebih sedikit yang


tersusun dalam suatu garris lurus.

c. Membran Tektoria

Pada sudut dalam skala media, jaringan ikat yang membungkus lamina
spiral ossea membentuk suatu krista disebut limbus spiralis.

Epitel yang menutupi limbus spiralis mensekresi membran tektoria, yang


menonjol dari limbus spiralis ke dalam skala media.
12

Ujung sel-sel rambut terbenam dalam membran tektoria.

Getaran membran timpani diteruskan melalui osikula auditoris ke fenestra ovalis dan
ini ke perilimf skala timpani. Getaran di perilimf menyebabkan getaran pada membran
basilaris. Membran basilaris mengandung sekitar 20.000 serat-serat basilaris. Serat-serat ini
menonjol dari modiolus tulang dan mempunyai ujung bebas yang bergetar seperti alang-alang
pada mulut. Serat basilaris dekat dasar koklea adalah tumpul dan pendek. Dekat apex koklea,
serat-serat basilaris lebih panjang dan lebih ramping. Serat yang pendek gemuk bergetar
dalam resonansi dengan suara frekuensi tinggi; serat panjang tipis bergetar beresonansi
dengan suara frekuensi rendah.4
Perbedaan dalam sifat-sifat mekanis serat basilaris memberi hasil yang menarik.
Pergerakan di perilimf menyebabkan suatu gelombang pada membran basilaris yang dibasahi
dimana serat basilaris bergetar pada resonansi. Amplitudo maksimum pergeseran membran
basilaris bervariasi dengan frekuensi rangsangan suara; suara frekuensi tinggi menyebabkan
suatu pergeseran maksimum membran basilaris dekat dasar koklea; suara frekuensi rendah
menyebabkan suatu pergeseran maksimum membran basilaris paling jauh dari dasar koklea
dekat helikotrema. Sensasi suara yang berbeda dihasilkan dari perbedaan cara suara
merangsang sel-sel rambut. Perlu dicatat bahwa ujung sel-sel rambut berkontak dengan
membran tektoria, yang difiksasi secara memandang pada pergerakan sel-sel rambut.4
Saraf
Sistem saraf sebenarnya dua sistem yang struktur dan fungsi saling berhubungan. Sistem
saraf pusat (SSP) yang mencakup otak dan medula spinalis, dan sistem saraf tepi (SST), yang
mencakup saraf dan ganglion yang tersebar di seluruh bagian tepi tubuh. Jaringan saraf terdiri
atas macam-macam jenis sel neuron dan sel glia yang berasal dari neuroepitel embrional. Sel
neuron merupakan dasar unsur sistem sel saraf. Struktur neuron sangat bervariasi.4
1. Motor neuron, yang menghantarkan rangsang motorik dari medula spinalis ke otot
skelet, mempunyai badan sel yang terletak di kornu ventralis medula spinalis dan
ujung akson pada serat otot sejauh satu meter atau lebih.
2. Neuron SSP lainnya mempunyai kompleks percabangan dendrit; sedangkan yang
lain adalah sel-sel kecil yang saling berhubungan.

13

Sel glia seperti atrosit dan sel schwann, melakukan fungsi tambahan yang tidak berkaitan
dengan komunikasi.4
Tiap neuron memiliki badan sel, satu akson dan jumlah dendrit yang bentknya
bervariasi. Akson dan dendrit adalah tonjolan sitoplasma panjang yang memancar dari badan
sel. Sitoplasma sekeliling badan sel disebut perikarion. Tiap neuron motorik mempunyai inti
besar eukromatin mengandung anak inti yang mencolok. Sintesa protein berlangsung dalam
perikarion dan protein yang baru disintesa diangkut secara radier, terutama akson. Inti dan
organel yang berkaitan, paling banyak mempunyai retikulum endoplasma kasar, sangat jelas
dalam badan sel. Neuron motorik mensekresi vesikel sinaptik, yaitu tumpukan
neurotransmiter berbatas membran seperti asetilkolin, pada hubungan neuromuskular.4
Pengamatan menggunakan mikroskop cahaya, menunjukkan banyak kelompokan
retikulum endoplasma kasar dan ribosom bebas dalam sitoplasma (disebut substansia Nissl)
di perikarion. Kelompokan ini menyebabkan sitoplasma bersifat basofil. Perikarion juga
mengandung sejumlah mitokondria yang tersebar dalam susbstansia Nissl. Karena sel aktif
menghasilkan protein untuk sekresi, sel mempunyai kompleks Golgi yang mencolok. Neuron
juga mengandung banyak mikrotubuli disebut neurotubul dan mikrofilamennya yang disebut
neurofilamen. Akson tidak mengandung banyak substansia Nissl atau kompleks Golgi.
Sebagai gantinya, akson dan dendrit dipenuhi dengan neurotubuli dan neurofilamen. Dendrit
juga mengandung mitokondria kecil yang tersebar dan biasanya ditutupi oleh sejumlah
sinapsis.4
Ada juga terdapat sel schwann, yaitu sejenis sel glia, membungkus mielin akson
neuron motorik dalam SST. Sel schwann panjangnya terbatas. Karena itu, suatu akson neuron
motorik dibungkus oleh ribuan sel schwann. Pada nodus ranvier, titik dimana satu sel
schwann membungkus mielin berakhir dan lainnya mulai. Serat saraf yang tak bermielin
dalam SST dikaitkan dengan sel Schwann dalam cara yang lain daripada serat saraf
bermielin. Dalam hal ini, akson dari beberapa serat saraf tak bermielin terbenam dalam tiap
sel schwann. Mielin dihasilkan oleh lapisan lapisan membran sel schwann yang terbentuk
selama perkembangan sistem saraf. Diduga lapisan-lapisan terbentuk ketika sel schwann atau
mesaksonnya berputar. Terdapat sebuah celah yang berbentuk kerucut pada selubung mielin,
bergerak ke atas dan ke bawah Sel schwann sambil membawa sitoplasma sel Schwann dan
nutriennya ke membran hidup dari selubung mielin disebut celah Schmidt-Lanterman.4
Neuroglia adalah sistem saraf yang membentuk berbagai fungsi penyokong lebih
rendah daripada konduksi rangsangan. Neuroglia menghasilkan mielin yang menyekat dan
secara fungsional memisahkan neuron. Terdapat berbagai macam sel :4
14

1. Sel ependim adalah sel yang membatasi kanalis neuralis dan ventrikel otak. Pada
pleksus koroid sel ependim menghasilkan likuor serebrospinalis, suatu filtrat
darah. Sel ependim membentuk barrier sel yang bocor antara parenkim otak dan
CSF.
2. Astrosit ada di sekitar pembuluh darah dalam parenkim otak. Ada dua macam
bentuk, astrosit fibrosa dan astrosit protoplasmatis. Astrosit juga membantu
membentuk glia limitans pada batas luar SSP.
3. Glia penghasil mielin :

Oligodendroglia menghasilkan mielin dalam SSP

Sel schwann menghasilkan mielin dalam SST.

4. Mikroglia merupakan sebagian dari sistem fagosit mononuklear. Sel ini berasal
dari monosit sumsum tulang, karena itu berbeda dengan neuroglia lainnya, yang
berasal dari neuroepitel. Mikroglia membantu menyingkirkan unsur sistem saraf
yang sudah lemah pada keadaan sehat dan sakit.
5. Sel satelit ada dalam ganglia SST. Sel satelit mengelilingi neuron dan mungkin
secara fungsional memisahkan neuron-neuron seperti yang terletak di ganglia
radiks dorsalis dan ganglia simpatis.

Fungsi
Telinga Luar
Pada telinga luar terdapat aurikula atau pinna, meakus akustikus eksternus dan
membran telinga. Pinna terletak di kedua sisi kepala, berfungsi untuk mengumpulkan
gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga serta berperan untuk menentukan
lokasi suara. Meatus akustikus eksternus merupakan terowongan dari eksterior menembus
tulang temporal ke membran timpani, berfungsi untuk mengarahkan gelombang suara ke
membran timpani dan mengandung rambut penyaring dan mengeluarkan serumen untuk
menangkap partikel asing. Membran timpani merupakan membran tipis yang memisahkan
telinga luar dan telinga tengah, berfungsi untuk menggetarkan tulang-tulang tengah bergetar.5
Telinga Tengah
Pada telinga tengah terdapat maleus, inkus, stapes (tulang-tulang pada telinga tengah).
Ketiga rangkaian tulang ini dapat bergerak dan terbentang di rongga telinga tengah; maleus
15

melekat pada membran timpani, dan stapes melekat pada jendela oval. Ketiga tulang ini dapat
bergetar secara sinkron dengan getaran dari membran timpani dan memicu gerakan berbentuk
gelombang di perilimfe koklea dengan frekuensi yang sama.5
Telinga Dalam
Pada telinga dalam terdapat alat pendengaran, yaitu koklea. Di koklea ini dapat
dibagi-bagi serta dapat ditemukan jendela oval, skala vestibuli, skala timpani, duktus
koklearis, membran basilaris, organ corti, membran tektorium, dan jendela bundar. Jendela
oval merupakan membran tipis di pintu masuk koklea. Jendela oval juga memisahkan telinga
tengah dari skala vestibuli. Jendela oval ini akan bergetar bersama dengan gerakan stapes,
tempatnya ini melekat; gerakan jendela oval menyebabkan perilimfe koklea bergerak. Skala
vestibuli merupakan kompartemen atas koklea, sistem tubulus mirip keong yang terletak jauh
di dalam tulang temporal. Pada skala vestibuli terdapat perilimfe yang nantinya akan
digerakkan oleh gerakan jendela oval yang ditimbulkan oleh getaran tulang-tulang telinga
tengah.5
Skala timpani berada di kompartemen bawah koklea, mengandung perilimfe yang
berhubungan dengan skala vestibuli. Duktus koklearis berada pada kompartemen tengah
koklea; tubulus buntu yang berjalan melalui bagian tengah koklea. Pada duktus koklearis
terdapat cairan endolimfe dan berisi membran basilaris. Membran basilaris membentuk lantai
pada duktus koklearis. Membran basilaris akan bergetar bersama dengan gerakan perilimfe;
mengandung organ corti, yaitu organ indera untuk mendengar. Organ corti terletak di atas
sepanjang membran basilaris. Pada organ corti terdapat sel rambut, yaitu reseptor untuk
suara; sel rambut dalam mengalami potensial reseptorketika rambutnya menekuk akibat
gerakan cairan di koklea.5
Membran tektorium merupakan membran stationer yang terletak di atas organ corti
dan berkontrak dengan rambut permukaan reseptor sel rambut. Membran tektorium berfungsi
sebagai bagian stasioner sehingga rambut sel reseptor di bengkokkan dan mengalami
potensial aksi sewaktu membran basilaris bergerak relatif terhadap membran yang
mengandung inti. Jendela bundar merupakan membran tipis yang memisahkan skala timpani
dan telinga tengah. Jendela bundar akan bergetar bersama dengan gerakan cairan di perilimfe
untuk meredakan tekanan di koklea; tidak berperan dalam penerimaan suara.5

16

Pada telinga dalam juga terdapat alat keseimbangan, yaitu aparatus vestibularis.
Aparatus vestibularis ini memiliki tiga komponen, yaitu kanalis semisirkularis, utrikulus, dan
sakulus. Kanalis semisirkularis merupakan tiga saluran setengah lingkaran yang tersusun
dalam bidang tiga dimensi yang bersudut tegak lurus satu sama lain dekat koklea. Kanalis
semisirkularis berfungsi untuk mendeteksi percepatan dan perlambatan rotasional atau
angular. Utrikulus merupakan struktur mirip kantung dalam rongga tulang antara koklea dan
kanalis semisirkularis. Utrikulus memiliki dua fungsi, yaitu mendeteksi perubahan posisi
kepala menjauhi vertikal dan akselerasi dan deselerasi linier dalam arah horizontal. Sakulus
terletak di samping utrikulus. Saklus berfungsi untuk mendeteksi perubahan posisi kepala
menjauhi horizontal dan akselerasi dan deselerasi linear dalam arah vertikal.5

Mekanisme Kerja
Reseptor-reseptor khusus untuk suara terletak di telinga bagian dalam. Dengan
demikian, gelombang suara hantaran udara harus disalurkan ke arah dan dipindahkan ke
dalam, fungsi ini dilakukan oleh telinga bagian luar dan tengah.5
Telinga luar, terdiri dari pinna, meatus akustikus eksternus dan membran timpani.
Pinna disini adalah suatu lempeng tulang rawan yang terbungkus oleh kulit, mengumpulkan
gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga (meatus akustikus eksternus). Di
dalam saluran telinga, terdapat rambut-rambut halus, dan serumen. Rambut halus dan
serumen tersebut membantu untuk mencegah partikel udara masuk ke bagian dalam saluran
telinga, tetapi jika serumen menumpuk, hal ini juga dapat menyebabkan gangguan
pendengaran.5
Dari saluran telinga, masuk ke membran timpani, yang teregang menutupi pintu
masuk ke telinga tengah, akan bergetar sewaktu terkena gelombang suara. Daerah-daerah
gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang seling menyebabkan gendang
telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar masuk seirama dengan frekuensi
gelombang suara. Tekanan udara istirahat di kedua sisi membran timpani harus setara agar
membrana dapat bergerak bebas sewaktu gelombang suara mengenainya. Bagian membran
timpani terpajan ke tekanan atmosfer ke tekanan atmosfer yang mencapainya melalui saluran
telinga. Bagian dalam gendang telinga yang berhadapan dengan rongga telinga tengah juga
terpajan ke tekanan atmosfer melalui tuba eustachius, yang menghubungkan telinga tengah ke
faring. Tuba eustachius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat terbuka ketika sedang
17

menguap, menelan ataupun mengunyah. Pembukaan ini memungkinkan tekanan udara di


dalam telinga tengah menyamakan diri dengan tekanan atmosfer, sehingga tekanan di kedua
sisi membran setara.5
Dari membran timpani, masuk ke telinga tengah. Telinga tengah memindahkan
gerakan bergetar membrana timpani ke cairan di telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah
oleh adanya rantai yang terdiri dari tiga tulang yang dapat bergerak atau osikula (malleus,
incus, dan stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah. Tulang pertama, malleus, melekat
ke membrana timpani, dan tulang terakhir, stapes, melekat ke jendela oval, pintu masuk ke
koklea yang berisi cairan. Ketika membrana timpani bergetar sebagai respons terhadap
gelombang suara, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama,
memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke jendela oval. Tekanan di
jendela oval akibat setiap getaran yang dihasilkan menimbulkan gerakan seperti gelombang
pada cairan telinga dalam dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi gelombang suara
semula.5
Namun, seperti dinyatakan sebelumnya, diperlukan tekanan yang lebih besar untuk
menggerakkan cairan. Terdapat dua mekanisme yang berkaitan dengan sistem osikuler yang
memperkuat tekanan gelombang suara dari udara untuk menggetarkan cairan di koklea.
Pertama, karena luas permukaan membrana timpani jauh lebih besar daripada luas permukaan
jendela oval, terjadi peningkatan tekanan ketika gaya yang bekerja di membrana timpani
disalurkan ke jendela oval. Kedua, efek pengungkit tulang-tulang pendengaran menghasilkan
keuntungan mekanis tambahan. Kedua mekanisme ini bersama-sama meningkatkan gaya
yang timbul pada jendela oval sebesar dua puluh kali lipat dari gelombang suara yang
langsung mengenai jendela oval. Tekanan tambahan ini cukup untuk menyebabkan
pergerakan cairan koklea.5
Bagian koklearis telinga dalam yang berbentuk seperti siput adalah suatu sistem
tubulus bergelung yang terletak di dalam tulang temporalis. Di seluruh panjangnya, koklea di
bagi menjadi tiga kompartemen longiudinal yang berisi cairan-cairan. Duktus koklearis
yang buntu, yang juga dikenal sebagai skala media, membentuk kompartemen tengah.
Saluran ini berjalan di sepanjang bagian tengah koklea, hampir mencapai ujungnya.
Kompartemen atas, yakni skala vestibuli, mengikuti kontur bagian dalam spiral, dan skala
timpani, kompartemen bawah, mengikuti kontur luar spiral. Cairan di dalam duktus koklearis
disebut endolimfe. Skala vestibuli dan skala timpani keduanya mengandung cairan yang
18

sedikit berbeda, yaitu perilimfe. Daerah di luar ujung duktus koklearis tempat cairan di
kompartemen atas dan bawah berhubungan disebut helikotrema. Skala vestibuli disekat dari
rongga telinga tengah oleh jendela oval, tempat melekatnya stapes. Lubang kecil berlapis
membran lainnya, yakni jendela bundar, menyebar skala timpani dari telinga tengah.
Membran vestibularis yang tipis memisahkan duktus koklearis dari skala vestibuli.
Membrana basilaris membentuk lantai duktus koklearis memisahkan dari skala timpani.
Membrana basilaris sangat penting karena mengandung organ Corti, organ untuk indera
pendengaran.5
Organ corti, yang terletak di atas membrana basilaris, di seluruh panjangnya
mengandung sel-sel rambut, yang merupakan reseptor untuk suara. Sel-sel rambut
menghasilkan sinyal saraf jika rambut di permukaannya secara mekanis mengalami
perubahan bentuk berkaitan dengan gerakan cairan di telinga dalam. Rambut-rambut ini
secara mekanis terbenam di dalam membrana tektorial, suatu tonjolan yang menggantung
di atas, di sepanjang organ corti.5
Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan
timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat ditekan,
tekanan di hamburkan melalui dua cara sewaktu stapes menyebabkan jendela oval menonjol
ke dalam, yaitu perubahan posisi jendela bundar dan defleksi membrana basilaris. Pada jaur
pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di kompartemen atas, kemudian
mengelilingi

helikotrema,

dan

kompartemen

bawah,

tempat

gelombang

tersebut

menyebabkan jendela bundar menonjol keluar ke dalam rongga telinga tengah untuk
mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak maju mundur dan menarik
jendela oval keluar ke arah telnga tengah, perilimfe mengalir dalam arah yag berlawanan,
mengubah posisi jendela bundar ke arah dalam. Jalur ini tidak menyebabkan timbulnya
persepsi suara; tetapi hanya menghamburkan tekanan.5
Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara mengambil
jalan pintas. Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui membrana
vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis, dan kemudian melalui membrana basilaris
ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol
keluar masuk bergantian. Perbedaan utama pada jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang
tekanan melalui membrana basilaris menyebabkan membran ini bergerak ke atas dan ke
bawah atau bergetar secara sinkron dengan gelombang tekanan. Karena organ corti
19

menumpang pada membrana basilaris, sel-sel rambut juga bergerak naik turun sewaktu
membrana basilaris bergetar. Karena rambut-rambut dari se reseptor terbenam di dalam
membrana tektorial yang kaku dan stasioner, rambut-rambut tersebut akan membengkok ke
depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser posisinya terhadap membrana
tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju mundur ini menyebabkan saluransaluran ion gerbang mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini
menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang bergantian, dengan
frekuensi yang sama dengan rangsangan semula.5
Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi melalui sinaps kimiawi
dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius. Depolarisasi selsel rambut meningkatkan kecepatan pengeluaran zat-zat perantara mereka, yang menaikkan
kecepatan potensial aksi di serat-serat aferen. Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial
aksi berkurang ketika sel-sel rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami
hiperpolarisasi.5
Dengan demikian, telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakangerakan berosilasi membrana basilaris yang membengkokkan pergerakan maju mundur
rambut-rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut tersebut
menyebabkan pembukaan dan penutupan (secara bergantian) saluran di reseptor, yang
menimbulkan perubahan potensial berjenjang di reseptor, sehingga mengakibatkan perubahan
kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Dengan cara ini, gelombang
suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat di persepsikan oleh otak sebagai sensai
suara.5

20

Pembahasan
Organ pendengaran itu terdiri dari terlinga, saraf, dan otak. Secara garis besar,
seseorang dapat mendengar karena adanya gelombang suara yang masuk ke dalam telinga,
lalu dihantarkan oleh saraf menuju ke otak, khusunya pada lobus temporal. Tetapi jika
seseorang susah untuk mendengar, berarti terjadi gangguan pada fungsi pendengarannya
ataupun organ pendengarannya.
Gangguan pendengaran, secara sederhana dapat diperiksa dengan menggunakan garpu
tala atau garpu penala, dan menggunakan metode Rinne, Weber, dan Schwabach. Pada
pemeriksaan menggunakan tes rinne, dilakukan pebandingan konduksi tulang dengan
konduksi udara. Pada pemeriksaan tes rinne biasanya digunakan garpu tala yang berfrekuensi
128, 256, 512 Hz. Cara pemeriksaan menggunakan tes rinne itu yaitu dengan membunyikan
garpu tala, dan pada bagian pangkalnya di tekankan pada tulang mastoid orang yang
diperiksa. Orang tersebut diminta untuk mendengarkan bunyinya. Jika sudah tidak terdengar
lagi, garpu tala tersebut segera didekatkan pada telinga. Jika masih terdengar bunyi, maka
konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang, dan dalam hal ini dikatakan Rinne
positif. Bila tidak terdengar lagi bunyi, ketika garpu tala di pindahkan dari tulang mastoid ke
dekat telinga, dikatakan bahwa Rinne negatif.
Pada pemeriksaan menggunakan metode Weber, garpu tala dibunyikan juga. Tetapi
tidak didekatkan ke telinga ataupun ditekan di tulang mastoid. Tetapi ditekankan pangkal
garpu tala pada dahi orang yang diperiksa, tepat di pertengahan. Orang yang diperiksa
diminta untuk mendengarkan bunyinya, dan menentukan pada telinga mana bunyi lebih keras
terdengar. Dapat dikatakan tes Weber berlateralisasi ke kiri, bila bunyi lebih keras terdengar
di telinga kiri, dan tes Weber berlateralisasi ke kanan, bila bunyi lebih keras terdengar di
telinga kanan.
Pada pemeriksaan menggunakan metode Schwabach, dilakukan perbandingan antara
orang yang diperiksa dengan orang yang memeriksa. Dalam hal ini pemeriksa tidah boleh
memiliki gangguan pendengaran. Garpu tala dibunyikan dan kemudian ditempatkan di dekat
telinga orang yang diperiksa. Setelah orang yang diperiksa tidak mendengarkan bunyi lagi,
garpu tala tersebut dipindahkan ke telinga orang yang memeriksa. Bila masih terdengar bunyi
oleh orang yang memeriksa, dapat dikatakan bahwa Schwabach lebih pendek (untuk
konduksi udara). Kemudian garpu tala dibunyikan lagi, pada pangkalnya ditekankan pada
21

tulang mastoid orang yang diperiksa. Bila orang yang diperiksa sudah tidak mendengar bunyi
lagi, maka pindahkan garpu tala ke tulang mastoid orang yang memeriksa. Bila pemeriksa
masih dapat mendengarkan bunyinya, maka dapat dikatakan bahwa Schwabach (untuk
konduksi tulang) lebih pendek. Dan sebaliknya, jika pemeriksa sudah tidak dapat mendengar
bunyi dari garpu tala, tetapi orang yang diperiksa masih dapat mendegar bunyi, maka dapat
dikatakan Schwabach (untuk konduksi tulang dan udara) memanjang.

Kesimpulan
Hipotesis diterima, tetapi kurang spesifik. Pada pemeriksaan tes Rinne, didapatkan
hasil negatif, berarti hal ini menunjukkan bahwa konduksi udara orang yang diperiksa ini
kurang baik. Pada pemeriksaan Weber, seharusnya bunyi yang didengar pada orang normal
sama keras pada kedua telinganya, tetapi hasil yang didapatkan adalah berlateralisasi ke kiri,
hal ini menunjukkan bahwa ada kesalahan pada telinga di bagian kirinya. Pada pemeriksaan
Schwabach, didapatkan hasil memanjang. Dari hasil yang ada, dapat dikatakan bahwa orang
tersebut mengalami gangguan pada telinga bagian luar dan tengah, sehingga dapat dikatakan
tuli konduktif.

Daftar Pustaka
1. Watson R. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2004.h.73-8
2. Herawati S, Rukmini S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2001.h.1-5
3. Fawcett DW. Buku Ajar Histologi. Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2002.h.824-26
4. Johnson KE. Histology dan biologi sel. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.h.216-20
5. Sherwood L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2011.h.230-46

22

Anda mungkin juga menyukai