Anda di halaman 1dari 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Levine DA. Pertumbuhan dan Perkembangan. Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Ed-6.
Jakarta: Saunders Elsevier. 2014. H 11.
2. Onis M, Blosner M, Borghi E. Prevalence and trends of stunting among pre-school
children, 1990–2020. Public Health Nutrition 2011 july 14: 15(1), 142–148
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar 2013. Jakarta.2013.
4. Zimmermann MB. The role iodine in human growth and development. Seminars in Cell
& Developmental Biology 2011;22: 645–652.
5. Situasi dan analisis penyakit tiroid. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
2015.
6. Rasyid MTA. Cebol atau Stunting. MPA 322. Juli 2013.H 46-7.
7. Chairunnisa. Pengaruh Penggunaan Garam Beryodium Terhadap Status Gizi Balita
Pendek di Kecamatan Amuntai Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2010.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo Banjarbaru. 2011. H 18-20.
8. Mateljan G. Iodine. the World's Healthiest Foods The George Mateljan Foundation.
Diunduh dari :
http://www.whfoods.com/genpage.php?tname=nutrient&dbid=69#foodchart , tanggal 16
Februari 2016.
9. National Institute of Health. Iodine. U.S. Department od Health and Human Services.
June 24, 2011.Diunduh dari : https://ods.od.nih.gov/factsheets/Iodine-HealthProfessional/
, tanggal 16 Februari 2016.
10. Yanti F. Perilaku Memasak Ibu Yang Baik Dan Benar Kunci Menghasilkan Balita Yang
Sehat. Kulon Progo. 2013.
11. Mateljan G. Selenium. the World's Healthiest Foods The George Mateljan
Foundation.Diunduh dari
:http://www.whfoods.com/genpage.php?dbid=95&tname=nutrient, tanggal 16 Februari
2016.
12. Thomson CD, Campbell JM, Miller J, Skeaff SA, Livingstone V. Selenium and iodine
supplementation: effect on thyroid function of older New Zealanders. American Society
for Nutrition. July 28, 2009. Diunduh dari :
http://ajcn.nutrition.org/content/90/4/1038.full , 19 Februari 2016.
13. Vitamins and Supplements Lifestyle Guide. Selenium. WebMD. Diunduh dari :
http://www.webmd.com/vitamins-and-supplements/lifestyle-guide-11/supplement-guide-
selenium , tanggal 16 Februari 2016.
14. Macht H. Study Links Low Selenium Diet with Thyroid Disease. EndocrineWeb. 14
September 2015. Diunduh dari : http://www.endocrineweb.com/news/thyroid-
diseases/17120-study-links-low-selenium-diet-thyroid-disease, tanggal 18 Februari 2016.
15. Sinaga JP. Tinggi Badan Anak dari Segi Faktor Genetik dan Lingkungan (Suku
Antropologi Ragawi pada Suku Batak Toba). Medikora. Vol IV. No 2. Oktober 2008. H
111-2.
16. Average Height Male and Female Height by Country. Diunduh dari :
www.averageheight.co/ , tanggal 24 Februari 2016.
17. Nainggoal RS, Aritonang EY, Ardiani F. Hubungan Pola Konsumsi Makanan dan
Konsumsi Susu dengan Tinggi Badan Anak Usia 6-12 Tahun di SDN 173538 Balige.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2014.
18. Hungu. Pengertian Jenis Kelamin. 2007. Diunduh dari : www.repository.usu.ac.id,
tanggal 18 Januari 2016.
19. Ginting SU. Pola Makanan dan Minuman Menuju Budaya Hidup Sehat. Jurnal Ilmu
Keolahragaan. Vol 9. No 2. Juli – Desember 2011. Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Medan. 2011.
20. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.41 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Gizi Seimbang. Mentri Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
21. Setijowati N. Hubungan Kadar Seng Serum dengan Tinggi Badan Anak Sekolah Dasar
Penderita GAKY. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol XXI. No 1. Malang. April 2005.
22. Salma. Jenis-jenis mineral yang wajib diketahui. Majalah Kesehatan. 10 Juli 2011.
Diunduh dari http://majalahkesehatan.com/jenis-jenis-mineral-yang-wajib-anda-ketahui/ ,
tanggal 18 februari 2016.
23. Prentice A, Dibba B, Sawo Y, Cole TJ. The effect of prepubertal calcium carbonate
supplementation on the age of peak height velocity in Gambian adolescents. American
Society for Nutrition. July 19, 2012. Diunduh dari :
http://ajcn.nutrition.org/content/96/5/1042.full, tanggal 20 Feburari 2016.
24. Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health. Physical activity and young
people. World Health Organization. 2016. Diunduh dari :
http://www.who.int/dietphysicalactivity/factsheet_young_people/en/ , tanggal 17
Februari 2016.
25. Ningtyas FW, Asdie AH, Julia M, Prabandari YS. Eksplorasi Kearifan Lokal Masyarakat
dalam Mengkonsumsi Pangan Zat Goitrogenik Terhadap Gangguan Akibat Kekurangan
Yoidum. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UNEJ. September 2012 – April
2013.
26. Mateljan G. An Up-to-Date Look at Goitrogenic Substances in Food. the World's
Healthiest Foods The George Mateljan Foundation.Diunduh dari :
http://www.whfoods.com/genpage.php?tname=george&dbid=250 , tanggal 19 Februari
2016.
27. Ningtyas FW, Asdie AH, Julia M, Prabandari YS. Makananmentah, goitrogenik,
dangangguanakibatkekuranganyodium. DepartemenGiziKesehatanMasyarakat FKM
UNEJ. Vol 18. No 2. Januari 2015.H.105-110
28. Dewi YL. Goitrogenic foods consumed by schoolchildren in Ngargoyoso subdistrict,
Karanganyar regency, Central Java, Indonesia.Journal of Natural Science Research.
2013; 3 (2): 51-6
29. Basrowi , Juariyah S. Analisis kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat
desa srigading, kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Jurnal
Ekonomi & Pendidikan. 2010; 7(1): 61-2.
30. Picauly I, Toy SM. Analisis determinan dan pengaruh stunting terhadap prestasi belajar
anak sekolah di kupang dan sumba timur, NTT. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013;
8(1):55-62.
31. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 230 Tahun 2015
Tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2016. Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Jakarta. 2015.
32. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar 2010. Jakarta. 2010.
33. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun (Studi di Kecamatan
Semarang Timur). Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Eprint Undip. 2013.

Anda mungkin juga menyukai