Anda di halaman 1dari 3

RINGKASAN JURNAL FARMAKOLOGI

Efektivitas Doramectin Untuk Pengobatan Skabies pada Kucing

Kelompok B3 :
1.
2.
3.
4.
5.

Yunita A. Milla
Agnes L. Tandjung
Sarrah A. Joseph
Jeane J. Konda Malik
Agnes Y. Taek

(1309012003)
(1309012004)
(1309012007)
(1309012011)
(1309012027)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2015

Efektivitas Doramectin Untuk Pengobatan Skabies pada Kucing


Kucing sebagai hewan kesayangan pada umumnya juga dikembang biakkan dengan
tujuan komersial. Namun terdapat beberapa hambatan yang sering ditemui dalam pengelolaan
kucing salah satunya adalah adanya penyakit, diantaranya adalah penyakit kulit scabies. Penyakit
ini sangat mudah menular dari satu kucing ke kucing yang lain dan dapat berakibat fatal bila
tidak diobati.
Scabiesis adalah penyakit kulit yang disebabkan tungau (sejenis kutu) scabies/sarcoptes.
Penyakit ini sering menyerang anjing, kucing, kelinci dan dapat juga menular ke manusia.
Sebagian besar scabiesis pada anjing dan kelinci disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei,
sedangkan Notoedres cati lebih sering menyebabkan scabiesis pada kucing. Selain Notoedres
cati, tungau lain yang dapat menyerang anjing dan kucing yaitu Demodec canis dan Demodec
cati. Penularan tungau terjadi melalui kontak secara langsung. Lesi kulit dapat terlihat setelah 28 minggu setelah terinfestasi tergantung pada jumlah, lokasi, dan kerentanan hospes.
Dalam praktek sehari-hari doramectin mulai banyak digunakan sebagai alternatif
pengobatan scabies pada kucing, namun efektivitas atau tingkat keberhasilan doramectin yang
sesungguhnya dalam mengatasi scabies pada kucing belum diketahui. Dokter lapangan
memberikan doramectin didasarkan analogi penggunaan pada hewan lain yang diindikasikan.
Doramectin adalah analog dari avermectin yang merupakan kelompok senyawa makrosiklik.
Preparat ini banyak digunakan karena mempunyai keistimewaan dibanding dengan preparat lain
yaitu dapat membasmi ektoparasit dan endoparasit. Percobaan klinis untuk mengetahui efek
ivermectin telah dilakukan terhadap trematoda dan cacing pita, namun dilaporkan kurang efektif.
Doramectin efektif dalam melawan larva cacing nematode, mengatasi infestasi cacing nematoda
gastrointestinal yang terjadi secara alami, dan mampu mencegah reinfestasi ektoparasit selama
28 hari setelah pengobatan.
Mekanisme kerja doramectin sama dengan avermectin yaitu dengan mengatur aktivitas
aliran ion klorida pada system syaraf arthropoda. Preparat ini dapat terikat pada reseptor yang
meningkatkan

permeabilitas

membran

parasit

terhadap

ion

klorida,

sehingga

akan

mengakibatkan saluran klorida terbuka dan mencegah pengeluaran neurotransmitter gama amino
butyric acid (GABA). Sebagai akibatnya neurotansmitter terblokir dan polaritas neuron
terganggu, sehingga akan mengakibatkan terjadinya paralisis dan kematian dari parasit.

Penelitian ini menggunakan kucing yang menderita scabies sebanyak 15 ekor dengan
berat badan kurang lebih 1-2 kg. Batasan scabies yang dimaksud ditemukannya infestasi tungau
ada kerokan kulit ditandai dengan lesi kulit yang terbatas pada daerah kepala. Bahan yang
dipakai adalah alcohol 70%, objek glass, skalpel, dan Dectomec (Doramectin 1%). Kucing
kemudian dibagi secara acak dalam 3 kelompok. Kelompok 1 diinjeksi subkutan Doramectin
dengan dosis 150g/kg, kelompok 2 dinijeksi subkutan Doramectin dengan dosis 200g/kg,
kelompok 3 dinijeksi subkutan Doramectin dengan dosis 250g/kg. Pengobatan diulang bila
masih menunjukkan positif adanya tungau dalam kerokan kulit. Hasil penelitian secara deskriptif
dengan menyatakan sembuh atau tidak sembuh. Sembuh apabila terjadi respon yang baik
terhadap pengobatan dan menunjukkan hasil negative pada pemeriksaan kulit, dan tidak sembuh
apabila respon yang kurang baik terhadap pengobatan dan menunjukkan hasil positif pada
pemeriksaan kulit.
Hasil yang didapat pada kelompok 1 pengobatan dilakukan sebanyak 4 kali dan tidak
memberikan hasil pengobatan yang baik, sedangkan kelompok 2 dan 3 dilakukan pengobatan
bervariasi 2-3 kali menunjukkan perkembangan adanya perbaikan lesi kulit yang menuju ke arah
normal. Pada kelompok 2 dosis 200 g/kg memberikan hasil yang sama dengan kelompok 3
dosis 250g/kg. Berdasarkan hasil penelitian ini dianjurkan untuk pengobatan scabies kucing
dengan tingkat infestasi yang terbatas pada daerah kepala dapat digunakan doramectin dengan
dosis 200g/kg.
Hasil pemeriksaan darah rata-rata yang dilakukan sebelum dan sesudah sangat bervariasi
sehingga tidak dipakai untuk pedoman dasar pengobatan, hal ini karena status keseragaman
kucing yang digunakan dalam penelitian ini tidak berdasarkan umur, status gizi, asal-usul,
kepemilikan yang sama, namun berdasar pada tingkat keseragaman infestasi ektoparasit pada
daerah kepala. Berdasarkan pada hasil diatas dapat disimpulkan bahwa doramectin dengan dosis
200g/kg berat badan dapat dipakai seagai alternatif untuk pemberantasan scabies pada kucing.

Anda mungkin juga menyukai