Latihan 5
Kajian Epidemiologi Observasional dan Analisis Asosiasi
Probleum-Set B
Dosen Pengampu :
Dr. Roza Azizah Primatika, S.Si., M.Si
Problem :
Kepala Rumah Potong Hewan (RPH) kota Y mendapat keluhan banyaknya hati yang
rusak dari sapi-sapi yang dipotong di RPH tersebut. Dimulailah kajian tentang
kemungkinan penyebab kerusakan hati tersebut. Dari sebanyak 200 hati sapi yang
rusak, diamati ada 120 yang kedapatan cacing Fasciola di dalamnya. Kepada Kepala
RPH juga diserahkan 300 hepar yang tidak mengalami kerusakan. Dari 300 tersebut,
ada 30 hepar yang kedapatan Fasciola di dalamnya.
Pertanyaan :
2. Apa tujuan penyidikan ini dan jenis kajian apa yang tepat?
Jawaban :
1. Tabel 2x2
D+ D-
F+ 120 (a) 30 (b) 150 (a+b)
F- 80 (c) 270 (d) 350 (c+d)
200 (a+c) 300 (b+d) 500 (n)
Alasannya :
Kejadian yang diteliti merupakan rancangan waktu sekarang (at a point of time).
Kajian lintas seksional membandingkan sekaligus 2 kelompok yaitu kelompok
sakit vs kelompok tidak sakit dan kelompok terdedah vs kelompok tidak terdedah
dalam kasus ini yaitu sapi yang mengalami kerusakan hepar dan sapi yang tidak
mengalami kerusakan hepar vs sapi yang terdedah cacing Fasciola dan sapi
tidak terdedah cacing Fasciola.
Dalam kasus ini, total terdapat 500 sampel hepar yang diperiksa di RPH kota Y,
dengan rincian yakni 200 sampel yang mengalami kerusakan hepar, dan diamati
ada 120 yang terdapat Fasciola di dalamnya, sedangkan 80 lainnya tidak
terdapat Fasciola. Sebanyak 300 sampel tidak mengalami kerusakan, dan
diamati sebanyak 30 ditemukan Fasciola, sedangkan 270 lainnya tidak
ditemukan Fasciola.
3. Kelebihan kajian Lintas Seksional, antara lain mudah, murah, tidak memerlukan
waktu lama, serta metode paling baik untuk mengkaji faktor hospes penyebab
terjadinya penyakit (pada kasus ini menganalisa hubungan antara kerusakan hepar
dengan adanya cacing Fasciola pada sampel hepar yang diperiksa di RPH Kota Y).
a. Prevalensi
120
P= × 100 %
500
P=24 %
b. True Prevalence
a+c
true prevalence=
n
200
true prevalence= ×100 %
500
true prevalence=40 %
c. Apparent Prevalence
a+b
apparent prevalence=
n
150
apparent prevalence= ×100 %
500
apparent prevalence=30 %
tingkat ¿
tingkat ¿
tingkat ¿
Interpretasi : tingkat kejadian kerusakan hepar pada sapi yang tidak terdedah
cacing Fasciola adalah sebesar 22,85% di RPH kota Y
tingkat ¿
tingkat ¿
tingkat ¿
tingkat ¿
tingkat ¿
tingkat ¿
Interpretasi : tingkat faktor cacing Fasciola pada sampel hepar yang tidak
rusak yang diperiksa di RPH kota Y adalah sebesar 10%
Nilai mid P exact menunjukan nilai P dipengaruhi oleh kedua sisi yaitu menunjukkan
nilai P satu sisi untuk Protektif atau asosiasi negatif; jika tidak, nilai-P tepat satu sisi
adalah untuk asosiasi positif. (Kerusakan hepar yang dipengaruhi adanya cacing
Fasciola dan tanpa kerusakan hepar dengan adanya cacing Fasciola).
Fisher exact rest digunakan ketika nilai total table 2x2 kecil dan niali total kolom dan
baris kurang dari 15. Fisher exact tes paling baik untung menghitung exact
probabilitas.
Kekuatan asosiasi digunakan untuk mengukur perbedaan risiko antara penyebab
dan faktor (Sumiarto & Budiharta, 2018).
a /(a+ b)
RR=
c /(c+ d)
120/(120+ 30)
RR=
80/( 80+270)
RR=3,48
a+c
[ ]
n
Population RR=
c
[ ]
c+ d
120+ 80
[ ]
500
Population RR=
80
[ ]
80+ 270
Population RR=1,4
a× d
¿=
b×c
120 ×270
¿=
30 × 80
¿=13,5
d ×(a+c )
Population∨¿
c ×( b+d )
population∨¿2,25
f. Attributable Fraction
a c
[ − ]
a+ b c+ d
AF=
a
[ ]
a+b
120 80
[ − ]
120+30 80+270
AF=
120
[ ]
120+30
120 80
[ − ]
120+30 80+270
AF=
120
[ ]
120+30
AF=0,7 = 70%
Berdasarkan hasil pemeriksaan di RPH Kota Y yaitu 500 sampel organ hepar
sapi ditemukan bahwa 200 sampel yang mengalami kerusakan hepar diamati
ada 120 yang kedapatan cacing Fasciola di dalamnya dan 300 sampel tanpa
kerusakan hepar ada 30 hepar yang kedapatan Fasciola di dalamnya. Hal ini
menunjukan bahwa
1. Ada positif kejadian fasciolosis pada sampel organ hati yang diperiksa
yaitu 150 sampel positif baik pada sampel yang mengalami kerusakan
hepar dan tanpa kerusakan hepar